• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kadar Hemoglobin Glikosilat (HbA1c) Dengan Kandidiasis Kutis Pada Pasien Diabetes tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kadar Hemoglobin Glikosilat (HbA1c) Dengan Kandidiasis Kutis Pada Pasien Diabetes tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan kadar hemoglobin glikosilat ( HbAlc ) dengan kandidiasis kutis pada pasien diabetes mellitus tipe 2

Maulina, Nelva K Jusuf, Kamaliah Muis

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP Haji Adam Malik Medan – Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang :Kandidiasis kutis merupakan salah satu manisfestasi kelainan kulit oleh karena komplikasi Diabetes melitus (DM). Komplikasi yang timbul berhubungan dengan kondisi hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penunman relatif insensitivitas sel terhadap insulin. Pemeriksaan hemoglobin

glikosilat (HbAlc) merupakan salah satu pemeriksaan untuk menilai kadar gula darah pada pasien DM. Kadar HbAlc merupakan nilai dari glukosa yang terikat pada hemoglobin. Nilai ini menggambarkan status glikemik dari seseorang pada 2 atau 3

bulan sebelumnya.

Tujuan : Menganalisis hubungan kadar HbAlc dengan kejadian kandidiasis kutis pada pasien DM tipe,2.

Subjek dan metode : Penelitian ini merupakan suatu studi analitik dengan rancangan cross

sectional study yang melibatkan 50 orang pasien yang terdiri dari 21 pasien kandidiasis

kutis berdasarkan pemeriksaan kerokan kulit, kultur dan slide culture dan 29 pasien non kandidiasis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dermatofita dan kelainan kulit non

infeksi.

Hasil : Pada penelitian ini didapati distribusi jenis kandidiasis kutis adalah onikomikosis kandida (81%) dari kandidiasis intertriginosa (19%). Distribusi spesies

penyebab kandidiasis kutis terbanyak adalah Candida albicans (67%). Pada perielitian ini ditemukan kandidiasis kutis pada pasien DM tipe 2 umumnya dengan kadar HbAlc tidak terkontrol (90,5%) demikian juga pada kelompok kelainan kulit non kandidiasis kutis sebagian besar dengan kadar HbAlc tidak terkontrol (75,9%). Dari

uji statistik dengan chi square tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara kadar HbAlc dengan kejadian kandidiasis kutis pada pasien DM tipe 2.

Kesimpulan : Hipotesis. penelitian-yang menyatakan ada hubungan kadar HbAlc dengan kejadian kandidiasis kutis pa'da pasien DM tipe 2 ditolak.

Kata kunci: Diabetes melitus, kandidiasis kutis, HbAlc,

(2)

Correlation between the Content of Glycocylate Hemoglobin (HbAlc) and Candidiasis Cutis in Diabetes Melitus Type 2 Patients at Haji Adam Malik

General Hospital, Medan

Maulina, Nelva K. Jusuf, Kamaliah Muis

Department of Dermatology and Venereology Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara Haji Adam Malik Generaln Hospital, Medan – Indonesia

Background: Candidiasis cutis is one of the manifestations of skin abnormality caused by the complication of diabetes mellirus (DM). The complication is related to the condition of hyperglycemia which is identified by the absolute absence of insulin or the relative decrease in cell insensitivity to insulin. The complication is related to its glycemyc control. The examination of hemoglobin glycocylate (HbAlc) is one of the examinations to measure sugar blood content in DM patients. HbAlc content is the value of glucose which is attached to hemoglobin. This value reflects glycemyc status of a person in the previous two or three months.

Objective: To analyze the correlation between HbAlc content and the incidence of candidiasis cutis in DM type 2 patients.

Subject and Method: The research was an analytic study with cross sectional study design which involved 50 patients that consisted of 21 candidiasis cutis patients, based on skin scrub, culture, and slid culture and 29 non candidiasis cutis patients caused by bacterium infection, virus, dermatophytes, and non-infection skin abnormality.

Result: It was found that the distribution of candidiasis cutis type was onychomycosis Candida (81%) and candidiasis intertriginous (19%). The distribution of species which caused the most candidiasis cutis was Candida albicans (67%). The result of the research also showed that candidiasis cutis in DM type 2 patients generally had uncontrolled HbAlc content (90.5%); the same was true for the group of non-candidiasis skin abnormality, where most of HbAlc content was not controlled (75.9%). The result of statistic test with chi square showed that there was no significant correlation between HbAlc content and the incidence of candidiasis cutis in DSM type 2 patients.

Conclusion: The hypothesis of the research showed that there was no significant correlation between HbAlc content and the incidence of candidiasis cutis in DM type 2 patients.

Keywords: Diabetes Mellirus, Candidiasis Cutis, HbAlc

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengolahan analisis statistik chi – square tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian stroke fase

Skripsi dengan judul “Hubungan Penyakit Diabetes Melitus Dengan Kejadian Kandidiasis Kutis Di RSUP DR Soeradji Tirtonegoro Klaten” ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak..

Siregar, SpPD,KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis di

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kontrol glikemik yang baik untuk menurunkan resiko infeksi jamur superfisial

The frequency of superficial fungal infection in patients with diabetes mellitus and its relation to the level of HbA1c.. Perkumpulan Endokrinologi

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik dengan konsentrasi pada Spesialisasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Harjuna Duta (2014) di RS Haji Surabaya mengemukakan bahwa kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2 memiliki hubungan yang bermakna

Penelitian sebelumnya yang membandingkan kadar HbA1C pada penderita DM tipe 2 dengan kadar glukosa darah puasa terkait terapi anitidiabetik, menunjukkan bahwa