• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Abortus - Perbedaan Kadar Glutation Peroksidase Pada Abortus Imminens Dan Hamil Normal Trimester I DI RSUP.H.Adam Malik, RS Jejaring FK USU Dan RS.Swasta Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Abortus - Perbedaan Kadar Glutation Peroksidase Pada Abortus Imminens Dan Hamil Normal Trimester I DI RSUP.H.Adam Malik, RS Jejaring FK USU Dan RS.Swasta Medan"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abortus

Abortus adalah ancaman akan keluarnya hasil konsepsi sebelum

janin mampu hidup di luar kandungan, atau menurut kriteria WHO yang

menyatakan berat janin atau embrio itu paling tidak telah mencapai 500

gram atau kurang yang sesuai dengan usia kehamilan 20 minggu

Klasifikasi abortus adalah:

16,17,18 16

1. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa

disengaja

Abortus ini dibagai atas 5 kategori yaitu :

a. Abortus imminens yaitu perdarahan yang terjadi pada paruh

pertama kehamilan yang bisa mengacam ibu untuk terjadinya

keguguran

b. Abortus insipien yaitu abortus yang tidak dapat terhindarkan

ditandai dengan pecahnya ketuban yang nyata disertai

pembukaan serviks

c. Abortus inkomplit yaitu abortus yang terjadi sebelum usia

gestasi 20 minggu. Pada abortus ini kanalis servikalis

(2)

d. Missed abortion yaitu retensi produk konsepsi sebelum usia

kehamilan 20 minggu yang telah meninggal in utero selama ± 6

minggu. Pada kasus yang tipikal, kehamilan berlangsung

normal, dengan amenore, mual dan muntah, perubahan

payudara dan pertumbuhan uterus.

e. Abortus habitualis yaitu abortus spontan yang terjadi selama

dua kali berturut-turut.

2. Abortus provokatus yaitu abortus yang disengaja yang terbagi atas

dua kategori yaitu :

a. Abortus provokatus medisinalis yaitu abortus yang dilakukan

atas indikasi medis

b. Abortus provokatus kriminalis yaitu abortus yang dilakukan

bukan atas indikasi medis

Gambar 1. Klasifikasi abortus

(3)

2.2 Klasifikasi abortus lain

Teknologi yang semakin canggih memungkinkan kita untuk

mendeteksi kehamilan dengan pemeriksaan hormon human chorionic

gonadotropin (hCG) dan ultrasonografi (USG) menyebabkan penentuan

jenis abortus menjadi akurat berdasarkan usia kehamilan.

Tabel 2.1 Klasifikasi kejadian abortus berdasarkan usia kehamilan. Hasil temuan ultrasonografi dan evaluasi kadar hCG

(4)

Tabel 2.2 Kejadian abortus berulang berdasarkan usia kehamilan dikaitkan dengan kemungkinan penyebab dan investigasi

Jenis abortus

abortus janin Antifosfolipid Syndrome

(5)

2.3 Etiologi

Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan.

Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya

adalah sebagai berikut yaitu :

2.3.1. Faktor Kromosom

Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh

kelainan kariotip embrio. Paling sedikit 50 % kejadian abortus

pada trimester pertama yang merupakan kelainan sitogenetik.

Kelainan tertinggi kelainan sitogenetik konsepsi terjadi awal

kehamilan, kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa

aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian sporadis misalnya

non disjunction meiosis atau poliploidi dari fertilitas abnormal.20

2.3.2 Kelainan Kongenital

Defek anatomi diketahui sebagai penyebab komplikasi

obstetrik, seperti abortus berulang, prematuritas, serta

malpresentasi janin. Insiden kelainan bentuk uterus berkisar

1/200 sampai 1/600 perempuan. Pada perempuan dengan

riwayat abortus ditemukan anomali uterus pada 27 % pasien.

(6)

mendapatkan hasil hanya 18,8 % yang bisa bertahan sampai

melahirkan cukup bulan, sedangkan 36,5 % mengalami

persalinan abnormal (prematur, sungsang). Penyebab

terbanyak abortus karena kelainan anatomi uterus adalah

uterus biseptum ( 40-80%), kemudian uterus bikornu atau

uterus didelphi atau unikornu (10-30%). Mioma uteri bisa

menyebabkan infertilitas maupun abortus berulang. Risiko

kejadiannya antara 10-30% pada perempuan usia reproduksi.

2.3.3. Inkompeten Servik

16

Inkompeten servik adalah ketidakmampuan servik untuk

mempertahankan kehamilan sampai dengan aterm. Insiden ini

terjadi bervariasi pada semua wanita hamil, berkisar 8% s/d 15

%. Insiden ini diperkuat dari riwayat sudah pernah mengalami

abortus sebelumnya.16

2.3.4. Autoimun

Penyebab imunologis abortus berulang kurang dipahami,

jika secara luas banyak antibodi ditemukan positif. Hubungan

antara berbagai antibodi ini masih menjadi persoalan. Lebih

banyak kejadian berulang abortus semakin tinggi kadar antibodi

yang terdeteksi. Sekiranya ini adalah penyebab atau akibat

(7)

pengobatan yang menyebabkan pemeriksaan antibodi ini

penting20

Satu tipe yang harus diperiksa adalah antifosfolipd

syndrome (APS) yang terkait pada 15 % abortus berulang.

Fosfolipid berperan dalam membran sel dan berbagai fungsi

seluler seperti sintesis prostasiklin dan aktivitas protein C.

Antibodi antifosfolip terkait dengan banyak penyakit termasuk

kelainan vaskuler endotel dan abortus dini. Secara klasik

antibodi ini terkait dengan kematian intrauterin, solusio, Intra

Uterine Growth Restriction (IUGR) dan Preeklamsia. .

Diagnosis awal terkait pada abnormalitas pada

koagulasi, yang dikenali sebagai antikoagulan ‘lupus’.

Diagnosis ditegakkan dengan menggunakan pemeriksaan

koagulasi fosfolipid dependen, misalnya caolin clotting time

,plasma clotting time, APTT. Masalah utama pada

pemeriksaan ini adalah kecilnya standarisasi antara pusat dan

presentase rasio positif yang berbeda-beda. Satu faktor lain

adalah kadar antibodi yang berubah dengan kehamilan.

Beberapa wanita yang antibodinya negatif sebelum hamil bisa

mempunyai level antibodi yang abnormal pada kehamilan, dan

harus diperiksa ulang pada trimester pertama. Abnormalitas

dari respon imun merupakan salah satu penyebab abortus.

Sejauh ini, belum ada teori yang terbukti diterima.

(8)

Abnormalitas imun berperan dalam abortus berulang yang

menyebabkan dilakukannya suatu pemeriksaan yang bersifat

mahal dan berbahaya tanpa hasil yang bermanfaat secara

umum.

Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang

dan penyakit autoimun, misalnya pada sistemik lupus

eritematosus (SLE) dan antiphospolipid antibodi (aPA). aPA

merupakan antibodi spesifik yang didapati pada perempuan

dengan SLE. Sebagian kematian janin dihubungkan dengan

adanya aPA

21

2.3.5 Infeksi

22

Infeksi mikroba diduga sebagai penyebab terjadinya abortus pada perempuan yang ternyata terpapar bruselosis.

Jenis-jenis bakteri :

23

• Listeria monositogenes

• Klamidia trakomatis

• Ureaplasma urealitikum

• Mikoplasma hominis

(9)

Jenis virus :

• Sitomegalovirus

• Rubella

• Herpes simpleks virus (HSV)

• Human immunodeficiency virus (HIV)

• Parpovirus

Jenis-jenis parasit

• Toksoplasmosis gondii

• Plasmodium palsiparum

2.3.6. Kelainan Endokrin

Disfungsi endokrin dalam beberapa jalur hormon terkait

dengan abortus berulang. Tidak ada peningkatan resiko

abortus pada wanita dengan DM yang terkontrol, tetapi nilai

HbA1C terkait kepada kadar glikogen pada awal kehamilan

yang berhubungan dengan abortus spontan dan kematian janin

dalam kehamilan. Penyakit tiroid tidak terkontrol juga

berhubungan dengan kegagalan reproduksi, walaupun

infertilitas merupakan masalah utama, beberapa penyelidikan

telah melaporkan hubungan antara antibodi tiroid dan abortus

berulang. Jika dilakukan pemeriksaan antibodi tiroid sebelum

(10)

abortus, dan diperiksa antibodi tiroid ditemukan hasil yang

negatif.24, 25

2.3.7 Defek Fase Luteal

Sekresi progesteron menyebabkan perubahan

endometrium yang penting untuk implantasi dan melanjutkan

kehamilan. Pada fase luteal siklus menstruasi, progesteron

dihasilkan dari korpus luteum. Jika terjadi kehamilan, korpus

luteum menghasilkan progesteron sehingga trofoblas bisa

menghasilkan progesteron sendiri (setelah 5 minggu

kehamilan). Penyelidikan awal membuat hipotesa bahwa defek

fase luteal dapat menyebabkan isufisiensi sintesis progesteron

dan abortus berulang. Defek fase luteal terjadi karena

kurangnya perkembangan dari folikel dan sekresi estrogen

abnormal, yang membuat sekresi abnormal dari luteinizing

hormone (LH) dan hiperandrogen.

Diagnosis defek fase luteal ditegakkan dengan

penemuan dari biopsi endometrium yang dilakukan setelah

dihitung 2 hari dari tanggal ovulasi dari siklus menstruasi. Kadar

progesteron bisa digunakan sebagai kriteria diagnosis untuk

defek fase luteal. Walaupun bukti klinis yang mendukung defek

fase luteal sebagai kondisi patologis belum ditemukan, agen

(11)

progestasional sering di berikan kepada wanita dengan riwayat

abortus untuk mengurangi keguguran pada trimester pertama.27

2.3.8. Faktor Lingkungan

Abortus yang disebabkan oleh banyak faktor lingkungan

yang biasanya dikarenakan konsumsi zat yang membahayakan

kehamilan antara lain :

2.3.8.1 Kafein

Kafein adalah satu substansial yang terkandung didalam makanan sehari-hari, terutama dalam kopi, dengan konsentrasi

rata-rata sebanyak 107 mg/cangkir, tapi terdapat dalam

konsentrasi yang rendah dalam teh, minuman bersoda, coklat

dan obat-obatan.

Kafein mudah diabsorbsi dari traktus gastrointestinal dan

didistribusi ke semua jaringan organisme dan juga dapat

melewati sawar darah plasenta. Waktu paruh plasma pada

orang dewasa yang sehat adalah sekitar 2.5-4.5 jam. Namun

pada ibu hamil waktu paruh meningkat sampai 10.5 jam. Pada

bayi baru lahir sekitar 32-140 jam. Konsumsi tembakau dapat

menurunkan waktu paruh plasma kafein, namun dapat

meningkatkan waktu paruh plasma dari kafein sebanyak 20 %

(12)

jika konsumsi merokok dihentikan. Konsumsi kopi selama

kehamilan pada beberapa studi berkaitan dengan terjadinya

abortus. Resiko abortus lebih tinggi pada ibu yang

mengkonsumsi kafein dari kopi dibandingkan dari teh atau

coklat. Namun demikian, Mills dkk tidak menjumpai adanya

kaitan yang menyebabkan terjadinya abortus.

Ada beberapa hipotesis yang menjelaskan hubungan antara

kafein dengan abortus. Kita tahu bahwa kafein meningkatkan

siklus 3,5-adenosine monophospat (AMP cyclic), mengganggu

perkembangan fetus dan hormon pada ibu dan janin. Kafein

juga secara struktural mirip dengan adenin dan guanin. Jadi

bisa secara langsung berinteraksi dengan asam nukleat,

menyebabkan abrasi kromosom. Mekanisme penting lain bisa

meningkatkan katekolamin yang bisa menyebabkan

vasokontriksi dan menurunkan sirkulasi uteroplasenta,

menyebabkan fetal hipoksia. Telah dilakukan penelitian pada

1064 wanita yang mengkonsumsi kafein dengan dosis 200 mg

(25.5%) dapat menurunkan aliran darah ke uteroplasenta dan

berpotensi untuk terjadinya abortus.

,29,30

29,30

2.3.8.2 Tembakau

Beberapa studi menunjukkan kaitan antara kejadian abortus

(13)

studi. Beberapa komponen dari tembakau menunjukkan adanya

racun yang bisa menyebabkan kejadian abortus, yang paling

penting nikotin. Hal ini dapat menyebabkan vaskulitis sekunder

menjadi vaskulitis spasme, menyebabkan kelainan plasenta, tapi

tidak satupun mekanisme aksi yang terbukti. Kaitan yang

mungkin antara tembakau dapat menghasilkan kelainan trisomi,

dari hipotesa belum di demonstrasikan.

2.3.8.3 Alkohol

31

Kita ketahui bahwa alkohol bisa menyebabkan beberapa

efek pada perkembangan fetus. Hal ini dapat menyebabkan

sindrom alkohol fetus yang sudah dijelaskan sebelumnya oleh

Jones dkk. Tidak ada dosis yang aman pada ibu hamil dalam

mengkonsumsi alkohol. dengan kadar dalam darah lebih dari

200 mg/ml dapat secara langsung menyebabkan abortus.

Dari beberapa studi yang ditunjukkan Tine BH dkk bahwa

resiko terjadi pada wanita yang mengkonsumsi alkohol. Alkohol

dapat melewati sawar plasenta janin, mencapai level yang sama

pada ibu. Mungkin, dapat menyebabkan keracunan secara

langsung tapi satu dari produk metabolisme asetaldehid dapat

menjadi teratogen yang terakumulasi pada janin.

32

(14)

2.3.8.4 Narkotika

Tingkat konsumsi yang tinggi dari narkotika pada

masyarakat memicu beberapa studi untuk mencari penyebab

efek samping terhadap ibu hamil. Kokain adalah substansi yang

berasal dari tanaman yang dijumpai di daerah Amerika Selatan

disebut Erytroxylon coca.

Beberapa studi menunjukkan kemungkinan resiko efek

samping dengan mengkonsumsi kokain selama kehamilan.

Kokain memblok reuptake dari katekolamin pada syaraf pusat,

dapat meningkatkan konsentrasi efektor terminal di dalam aliran

darah. Jadi hal ini dapat menyebabkan vasokontriksi plasenta,

dan menurunkan aliran darah uterus, dan jika level norepinefrin

meningkat dapat meningkatkan kontraksi uterus. Pada binatang

terjadi penurunan oksigen pada janin, dan menyebabkan fetal

takikardi setelah mengkosumsi kokain telah didemonstrasikan.

33

Mengenai obat-obatan lain, faktor resiko yang berkaitan dengan

konsumsi marijuana belum pernah didemonstrasikan. Konsumsi

heroin telah menunjukkan IUGR dan kematian janin dalam

kandungan.

33

(15)

2.3.9 Paritas

Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu usia

kehamilan, dan sekurangnya separuh disebabkan oleh kelainan

kromosom. Resiko terjadinya abortus spontan meningkat

seiring dengan meningkatnya jumlah paritas, sama atau seiring

dengan usia maternal dan paternal

Penelitian pada jumlah paritas yang > 2(1-3) pada 567

pasien dijumpai sekitar 48,4% mengalami abortus sedangkan

pada kelompok paritas 4-6 pada 413 pasien dijumpai kejadian

abortus sekitar 33,7%.

34

2.3.10 Trauma

35

Trauma pada ibu hamil merupakan kondisi emergensi

yang menjadi tantangan bagi setiap dokter. Perubahan fisik

selama kehamilan menjadi topeng terhadap gejala dan

menimbulkan misinterpretasi. Keterlambatan dalam

mendiagnosa dan menerapi menyebabkan komplikasi dan

kematian bayi. Pada penelitian oleh Lee C, tentang hubungan

riwayat trauma terhadap kejadian abortus mengatakan resiko

trauma berkorelasi dengan abortus yaitu dijumpainya berkisar

(16)

Trauma maternal penyebab non obstetrik utama yang

meningkatkan proporsi kematian antara ibu dan janin

Wanita hamil selamat dari abortus berkisar 10-20 %. Dari

studi California 4,8 juta kehamilan hampir 1 dalam 350 wanita

dirawat karena kecelakaan. Audit dari Parkland Hospital,

Hawkins dan rekan mengungkapkan kecelakan kedaraan

bermotor terjadi sekitar 85%.

36

36

Usia mempengaruhi angka kejadian abortus yaitu pada

usia di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun, kurun waktu

reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan abortus dapat terjadi

pada usia muda, karena pada usia muda/ remaja, alat

reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil.

2.3.11. Usia

Frekuensi abortus bertambah dari 12 % pada wanita 20

tahun, menjadi 26 % pada wanita diatas usia 40 tahun.

Penyebab keguguran yang lain adalah kelainan sitogenetik.

Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa aneuploidi yang

disebabkan oleh kejadian sporadik, misalnya nondijunction

meiosis atau poliploidi dari fertilisasi abnormal.

16

16

Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik pada

trimester pertama berupa trisomi autosom. Triploidi ditemukan

(17)

normal haploid oleh 2 sperma sebagai mekanisme patologi

primer. Trisomi timbul akibat dari nondisjunction meiosis

selama gametogensis. Insiden trisomi meningkat dengan

bertambahnya usia.

2.3.12 Pekerjaan

16

Kaitan antara pekerjaan dengan angka kejadian abortus berkaitan satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan wanita

dengan pekerjaan dengan pendapatan rendah berkaitan

dengan tingkat abortus yang tinggi, dikarenakan pengawasan

selama kehamilan yang rendah karena terkendala biaya

perobatan. Tingkat sosioekonomi yang rendah berkaitan

dengan tingkat stres yang tinggi .

Dua puluh tujuh persen kejadian abortus terjadi pada

pasien di bawah garis kemiskinan. Ketidakmampuan wanita dari

sudut ekonomi sebagai pemicu terjadi abortus kriminalis atau

legal abortion. Hal ini juga dikaitkan dengan terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga yang berujung pada terjadinya

perceraian.

37

(18)

2.3.13 Kehamilan Yang Tidak Diinginkan

Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan merupakan

masalah utama bagi tiap pasangan. Menurunkan angka

kehamilan yang tidak diinginkan merupakan hal yang penting

dibagian departemen kesehatan. Wanita yang tidak

menginginkan kehamilan berkaitan dari perilaku ibu yaitu ante

natal care yang inadekuat, merokok, peminum, kurang asupan

gizi ibu dan kesehatan mental ibu yang berpengaruh terhadap

janin.

Efek dari kehamilan yang tidak diinginkan pada usia anak

sekolah berujung pada keluarnya anak tersebut dari

sekolahnya. Keluarnya mereka dari sekolah berdampak pada

gangguan psikis dan dampak sosial lingkungannya.

Perempuan yang keluar sekolah cenderung merupakan

golongan pengangguran dikarenakan tingkat sumber daya

manusia yang rendah dan pendapatan yang rendah.

38

Presentase kehamilan yang tidak diiginkan meningkat

sedikit antara tahun 2001 (48 %) tahun 2006 (49%). Presentase

kehamilan yang tidak diinginkan secara umum menurun dengan

usia yaitu lebih 4 dari 5 kehamilan yang tidak diinginkan berada

pada usia 19 tahun atau kurang .

39

(19)

Wanita dengan pendidikan dan pendapatan yang rendah

memiliki tingkat kehamilan yang tidak diinginkan lebih tinggi.

Kehamilan yang tidak diinginkan ini lebih tinggi pada ras kulit

hitam. Tingkat kehamilan yang tidak diinginkan itu meningkat

pada status pernikahan yang tidak jelas.

2.4 Penatalaksanaan Abortus

39

Panduan Royal College of Obstetri and Gynecology (RCOG) atas penatalaksanaan abortus meliputi tindakan bedah,

pengobatan dan manajemen ekspektatif. Pasien harus diberikan

pilihan dengan memberikan penjelasan lebih awal. Unit

penanganan ibu hamil trimester pertama secara esensial yaitu

manajemen ekspektatif dan pengobatan terhadap abortus.

1. Tindakan pembedahan

40

Evakuasi tindakan pembedahan uterus masih merupakan

pilihan pertama jika terjadi perdarahan yang masif atau

tanda-tanda vital yang tidak stabil atau adanya jaringan yang terinfeksi di

dalam rongga uterus. Namun tindakan bedah sering menyebabkan

komplikasi, perdarahan, perforasi uterus, robekan servik, trauma

intra abdominal, adhesi intrauterin dan juga komplikasi dari

anastesi. Panduan RCOG mengemukakan pada tindakan evakuasi

(20)

lebih aman dan mudah dibandingkan dengan menggunakan alat

kuret yang tajam. Pada semua kasus yang memerlukan tindakan

pembedahan diperlukan tindakan ripening pada servik.

1. Manajemen pengobatan.

40

Keuntungan dari manajemen pengobatan adalah untuk

menghindari risiko dari tindakan pembedahan dan anastesi.

Namun, pasien bisa merasakan nyeri abdomen karena perdarahan

yang hebat. Berbagai cara metode medis telah diterangkan

dengan menggunakan prostaglandin analog dengan

antiprogesteron lini pertama. Penting untuk pasien mempunyai

akses 24 jam ke instalasi gawat darurat untuk mendapatkan rawat

inap, karena 1/3 dari pasien akan mengalami perdarahan ataupun

abortus pada fase primer, tetap mengalami abortus walaupun

sudah di obati dengan anti-progesteron. Prostaglandin analog

dapat menyebakan nyeri abdomen , mual, muntah dan diare.

Penting untuk memberitahu pasien tentang efek samping dari obat

ini.

3. Manejemen ekspektatif

40

Walapun manajemen ekspektatif dapat menghindari risiko

berkaitan dengan tindakan bedah dan anastesi, ia dapat memakan

(21)

harus diberi inform konsen yang paripurna jika tidak pasien akan

meminta dilakukan tindakan pembedahan selama periode

observasi.40

(22)

2.5. Plasentasi awal pada wanita hamil

Implantasi pada manusia lebih invasif dan hasil konsepsi menanamkan dirinya sendiri secara keseluruhan di dalam dinding

endometrium maternal dan miometrium superfisial. Vili korionik, struktur

dasar dari plasenta, terbentuk pada minggu ke 4 dan ke 5 setelah

menstruasi dan mengelilingi keseluruhan kantong gestasi hingga usia

kehamilan 8-9 minggu. Antara bulan ke 3 dan ke 4, vili pada tempat

implantasi menjadi bercabang dan membentuk plasenta, dimana vili

pada sisi yang berlawanan mengalami degenerasi untuk membentuk

membran plasenta. Pada akhir kehamilan, vili memiliki luas permukaan

12-14 m2 , yang akan menyediakan permukaan yang ekstensif dan dalam untuk pertukaran feto-maternal

Trofoblas akan menghasilkan 3 tipe sel yang utama pada plasenta

manusia : (1) sinsitiotrofoblast yang akan membentuk epitel yang

menyelimuti vili-vili dan merupakan komponen endokrin utama dari

plasenta. (2) sitotrofoblas vili yang mempresentasikan populasi

germinatif yang berproliferasi sepanjang kehamilan dan menyatu untuk

membentuk sinsitiotrofoblas (3) sel trofoblas ekstravili yang bersifat non

proliferatif dan menginvasi endometrium maternal. Trofoblas ekstra vili

ini dapat ditemukan di dalam dan disekitar arteri spiralis di area sentral

plasenta.

43

43

Mereka secara bertahap akan memanjang ke lateral, mencapai

(23)

kedalaman biasanya mencapai 1/3 dalam miometrium pada bagian

sentral plasenta, akan tetapi kedalaman invasi menjadi lebih dangkal

pada daerah perifer. Plasentasi manusia juga memiliki karakter tersendiri

yaitu adanya remodeling dari arteri spiralis dimana pembuluh darah

kehilangan lamina elastik dan otot polosnya sehingga berkurangnya

respon terhadap komponen-komponen vasoaktif di sirkulasi. Pada

kehamilan yang normal, transformasi arteri spiral menjadi arteri

utero-plasental terjadi pada pertengahan kehamilan. Tujuan utama dari

perubahan vaskular ini adalah untuk optimalisasi distribusi darah maternal

ke jaringan vaskular uterus yang memiliki tekanan rendah dan terutama

pada ruang intervili plasenta. Tekanan oksigen juga berperan penting

dalam pembentukan plasenta. Bukti penting mengenai efek oksigen

terhadap plasenta datang dari beberapa penelitian bahwa pada stadium

awal perkembangan plasenta dan embrio, terjadi pada keadaan uterus

yang relatif hipoksia. Penelitian mengenai tekanan oksigen pada plasenta

dan endometrium dijumpai bahwa pada usia kehamilan 8-10 minggu,

tekanan oksigen (PO2) plasenta 17,9 + 6,9 mmHg, dibandingkan PO2

jaringan endometrium 39,6 + 12,3 mmHg. Pada usia gestasi 12-13

minggu terjadi kenaikan tekanan oksigen plasenta, dimana PO2 plasenta

60,7 + 8,5 mmHg dan PO2 jaringan endometrium 46,5 + 17,4 mmHg.

Hasil penelitian yang sama juga didapatkan oleh Jauniaux dan

kawan-kawan pada tahun 2000, dimana tekanan oksigen fetus meningkat secara

(24)

lebih dari 50 mmHg pada usia gestasi 12 minggu. Penemuan pada arteri

spiralis dapat dijumpai pada endometrium, tapi tidak ada satupun yang

ditemukan terbuka langsung ke ruang intervilosa. Perubahan yang

bermakna terjadi awal pada arteri spiralis, terutama menghilangnya

sel-sel otot pada dinding arteri. Mereka menemukan bahwa walaupun arteri

spiralis tidak meluas ke ruang intervilosa, darah dan sekresi dapat dilacak

melalui celah pada trophoblastic shell dalam ruang intervilosa. Mereka

menemukan bahwa dalam arteri spiralis terdapat sumbatan (plug) oleh sel

trofoblas. Sumbatan ini akan menjadi longgar susunannya bersamaan

dengan bertambahnya usia gestasi. Pada tahap awal sumbatan ini

mencegah darah masuk ke ruang intervilosa, tetapi dengan

bertambahnya usia gestasi, kemampuannya mencegah masuknya darah

berkurang, sehingga dapat disimpulkan bahwa selama stadium awal

perkembangan embrio, darah masuk ke ruang intervilosa dengan

perlahan.

Sebelum usia gestasi 8 minggu, hubungan arteri maternal dan ruang

intervilosa dibatasi oleh jaringan ruang intervilosa yang berliku-liku.

Setelah usia gestasi 8 minggu, hubungan langsung arteri dapat diamati.

Pada awalnya, hubungan ini berdiameter sangat kecil dan pada usia

gestasi 11-12 minggu, hubungan arteri ini menjadi bermakna. Penemuan

ini menegaskan bahwa sirkulasi maternal pada ruang intervilosa sangat

terbatas sebelum akhir minggu ke-8 usia gestasi. Hubungan antara arteri

dan ruang intervilosa terbentuk secara bertahap beberapa minggu

(25)

kemudian hingga 12 minggu usia kehamilan. Konsentrasi dan aktivitas

enzim antioksidan terutama di dalam jaringan plasenta juga meningkat

pada periode ini. Mitokondria sinsitiotrofoblas sangat sensitif terhadap

perubahan tekanan oksigen pada usia kehamilan dini dan sensitifitas ini

makin berkurang dengan bertambahnya usia kehamilan. Dapat

disimpulkan bahwa embrio dan plasenta pada trimester pertama tumbuh

dalam lingkungan yang rendah oksigen dimana lingkungan yang rendah

oksigen diperlukan untuk invasi dan diferensiasi trofoblas.

Penelitian anatomik dan in vivo telah menunjukkan bahwa

plasentasi manusia tidak hanya bersifat haemokhorial pada awal

kehamilan. Dari awal implantasi, trofoblas ekstravili tidak hanya

menginvasi jaringan uterus tetapi juga membentuk selaput setingkat

desidua. Sel dari selaput ini menanamkan plasenta ke jaringan maternal

dan juga membentuk saluran di ujung arteri utero-plasenta. Selaput

pembungkus dan saluran ini berperan seperti permukaan labirin untuk

menyaring darah ibu, menyebabkan penyerapan plasma secara lambat,

tanpa aliran darah langsung, ke ruang intervili. Hal ini di suplementasi

oleh sekresi dari kelenjar uterus, yang dikeluarkan ke ruang intervili

sampai usia 10 minggu. Selama periode tersebut, vili plasenta hanya

menampilkan beberapa kapiler dan eritrosit janin yang memiliki inti,

sehingga menunjukkan bahwa darah janin sangat kental, dan akan

mengakibatkan aliran darah feto-plasenta terbatas. Lebih lanjut lagi,

selama trimester pertama plasenta memiliki ketebalan dua kali lipat dari

(26)

trimester kedua, dan plasenta awal dan fetus dipisahkan oleh ruang

exocoelomic, yang menempati hampir sebagian besar ruangan dalam

kantung gestasi.

Pada akhir trimester pertama, sumbatan tropoblast akan

mengalami dislokasi secara bertahap. Mempersilahkan aliran darah ibu

mengalir lebih prograsif dan lebih bebas dan berkelanjutan ke ruang

intervili. Selama fase transisional 10-14 minggu masa gestasi, 2/3 dari

plasenta primitif menghilang, ruang exocoelomic di hancurkan oleh

pertumbuhan dari kantung amnion dan darah ibu mengalir secara

progresif ke seluruh plasenta.

22

22

(27)

2.6 Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan molekul yang tidak mempunyai

pasangan yang bersifat reaktif. Dikatakan reaktif karena molekul ini

mampu bereaksi dengan molekul yang ada disekitarnya.

Molekul-molekul tersebut termasuk protein, lipid, karbohidrat, dan DNA. Molekul

ini juga berarti tidak bertahan lama dalam bentuk asli karena untuk

mempertahankan kestabilan molekul, mereka harus mengambil satu

elektron dari molekul yang lain.4

Gambar 4. Radikal bebas

Ada dua tipe radikal bebas secara garis besar yaitu ROS dan nitrit oxide

synthase (NOS)

27

2.6.1. ROS

Ada tiga tipe mayor dari ROS yaitu : Superoksida (O2-),

Hydrogen Peroxida (H2O2) dan Hydroxyl (OH). Superoksida terjadi

dimana berkurangnya elektron pada rantai transport elektron.

Dismutase Superoksida menghasilkan formasi hydrogen peroksida.

(28)

dan menyebabkan kerusakan rantai DNA. Beberapa enzim oksida

dapat secara langsung menghasilkan radikal hydrogen peroksida

ROS dapat berperan pada lebih dari 100 penyakit. Hal ini juga

berperan terhadap fisiologi dan patologi pada genitalia wanita,

ovarium, tuba falopi dan embrio. ROS terlibat untuk memodulasi

seluruh fungsi fisiologi reproduksi seperti maturasi oosit,

steoridogenesis ovarium, fungsi korpus luteum dan luteolisis. ROS

juga berperan terhadap infertilitas wanita.13

2.6.2. NOS

Nitrit Oksida berasal dari sintesis konversi enzim dari L-Arginine

menjadi L-Citrulline oleh nitrit oxide synthase (NOS). Elektron yang

tidak berikatan menyebabkan NO merupakan radikal bebas yang

sangat reaktif dan dapat menyebabkan kerusakan protein, karbohidrat,

nukleotida dan lipid bersama-sama dengan mediator inflamasi yang

lain yang menyebabkan kerusakan sel. NO berpotensi merelaksasi

arteri dan vena otot polos dan secara kuat menghambat agregasi dan

adhesi. Asupan NO berperan sebagai agen vasodilator dan mungkin

berguna untuk terapi. NO juga berperan pada regulasi jaringan pada

proses fisiologi namun jika berlebihan dapat menyebabkan toksisitas.

NO dihasilkan oleh enzim NO sintese dan terdiri 3 tipe yaitu,

neuronal NO synthase (NO synthase 1) dan inducible NO synthase (

NO Synthase 2), endothelial NO synthase (NO Synthase 3). NO

(29)

Synthase 2 dihasilkan oleh fagositosis mononuklear ( monosit dan

makrofag) dan menghasilkan sejumlah besar NO. Ekspresi ini muncul

pada sitokin proinflamasi dan lipopolisakarida. NO synthase 2 diaktifasi

oleh sitokin seperti interleukin-1 dan TNF-α dan lipopolisakarida. NO

synthase 3 diekspresikan di sel granulosa, permukaan oosit selama

perkembangan folikel. Pada kondisi patologis mungkin berperan

sebagai penghasil utama NO. Pada sebagian organ, NO synthase 2

hanya diekspresikan oleh rangsangan imunologi.

Sumber radikal bebas berasal dari dua tempat yaitu :

13

1. Sumber endogen

a. Organella subseluler

Organella subseluler seperti mitokondria, kloroplas,

mikrosome, peroksisome dan nuklei dapat menghasilkan

superokside (O2-). Mitokondria merupakan penghasil utama

energi dalam sel sehingga disebut the powerhouse of the cell.

Energi yang dihasilkan berbentuk adenosine trifosfat (ATP)

melalui suatu rantai transport elektron dan oksigen merupakan

rantai terakhir penerima elektron46

Proses metabolisme ini tidak 100% efisien, terdapat

sejumlah besar energi yang hilang berupa panas. Lebih kurang

2-4% oksigen yang dikonsumsi oleh mitokondria tidak direduksi

menjadi air tetapi direduksi menjadi superoksida atau hidrogen

peroksida.

(30)

Adanya kerusakan pada sistem transport elektron pada

mitokondria memungkinkan O2 untuk menerima satu elektron

sehingga terbentuk superoksida (O2-). Pembentukan

superoksida oleh mitokondria dapat terjadi pada 2 keadaan, (1)

jika konsentrasi oksigen meningkat atau (2) jika terjadi

iskemia.

b. Inflamasi

46

Selama inflamasi terjadi proses fagositosis oleh

makrofag dan neutrofil. Makrofag dan neutrofil harus

membentuk radikal bebas agar dapat memfagositosis bakteri.

Pada tahap pertama bakteri akan masuk ke dalam fagosome

dan berdifusi ke dalam lisosome. Pada membran lisosome

terdapat enzim Nikotinamide Adenine Dinukleotide Phosphate

(NADPH) oksidase yang berfungsi mengkatalisa pembentukan

superoksida. Reaksi ini membutuhkan oksigen dalam jumlah

besar sehingga disebut respiratory burst.

Selanjutnya enzim SOD akan mengubah superoksida

menjadi hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida selanjutnya

akan menghancurkan bakteri. Neutrofil menghancurkan bakteri

menggunakan enzim myeloperoksidase. Enzim ini mengkatalisa

reaksi antara hidrogen peroksida dengan ion klorida untuk

menghasilkan antiseptik ion hipoklorida.

47

(31)

c. Reperfusi pada iskemia

Dalam keadaan normal, xantine oksidase mengkatalisis

reaksi hipoxantine menjadi xantine dan selanjutnya xantine

diubah menjadi asam urat. Reaksi ini membutuhkan penerima

elektron sebagai kofaktor. Selama periode iskemia terdapat 2

keadaan, (1) meningkatnya produksi xantine dan xantine

oksidase (2) tidak adanya antioksidan superoksid dismutase

dan glutation peroksidase. Molekul oksigen yang disuplai

selama proses reperfusi bertindak sebagai penerima elektron

dan kofaktor bagi xantine oksidase. Hal ini menimbulkan

pembentukan O2- dan H2O2. Latihan yang berat juga dapat

mencetuskan reaksi xantine oksidase dan membentuk radikal

bebas pada otot rangka dan jantung.

2. Sumber eksogen

47

a. Obat-obatan

Sejumlah obat-obatan dapat membentuk radikal bebas.

Mekanismenya diperkirakan bahwa obat-obatan tersebut

memperkuat hiperoksida yang sudah terjadi. Obat-obatan

tersebut adalah antibiotik golongan quinolon atau antibiotik

yang berikatan dengan metal untuk aktifitasnya (nitrofurantoin),

antineoplastik (bleomisin), adriamisin dan metotreksat.

Obat-obatan seperti penisilamin, fenilbutazon, asam mefenamat dan

(32)

pembentukan radikal bebas dengan cara menurunkan kerja

asam askorbat

b. Radiasi

47

Radioterapi dapat menyebabkan kerusakan jaringan

melalui pembentukan radikal bebas. Radiasi elektromagnetik

(sinar X, sinar gamma) dan radiasi partikel (elektron, proton,

neutron dan partikel alfa dan beta) menghasilkan radikal bebas

melalui transfer energi ke komponen seluler.47

c. Tembakau (Rokok)

Oksidan yang dihasilkan oleh tembakau memegang

peranan penting dalam terjadinya kerusakan saluran nafas.

Oksidan yang dihasilkan tembakau menurunkan jumlah

antioksidan intraseluler yang terdapat di dalam sel paru-paru.

Satu kali isapan rokok menghasilkan oksidan dalam jumlah

yang besar, yaitu aldehide, epoksida, peroksida, nitrit oksida,

radikal peroksida dan karbon dapat terbentuk selama fase gas.

Oksidan yang lebih stabil dihasilkan pada fase tar, yaitu

semiquinone.47

d. Partikel inorganik

Partikel inorganik, yang terinhalasi, seperti asbes dan

(33)

bebas. Inhalasi asbes telah dihubungkan dengan peningkatan

risiko terjadinya fibrosis pulmonal (asbestosis), mesotelioma

dan karsinoma bronkogenik. Partikel silika dan asbes

difagositosis oleh makrofag paru-paru. Sel ini kemudian pecah,

melepaskan enzim proteolitik dan kemotaktik mediator yang

menyebabkan infiltrasi sel-sel lain, seperti neutrofil, maka

dimulailah proses inflamasi. Serat asbes yang mengandung

besi juga dapat menstimulasi pembentukan radikal hidroksil.

47

e. Gas

Ozon bukanlah radikal bebas tetapi merupakan agen

pengoksidasi yang sangat kuat. Ozon (O3) memiliki dua

elektron yang tidak berpasangan dan bereaksi dengan substrat

biologik membentuk radikal bebas. Secara in vitro ozon dapat

menghasilkan lipid peroksidase, tetapi in vivo belum dapat

dibuktikan.47

2.7 Antioksidan

Pada kondisi normal, molekul antioksidan dapat merubah ROS

menjadi H2O2 untuk menghindari produksi ROS yang berlebihan. Ada

dua tipe antioksidan pada tubuh manusia yaitu (1) antioksidan

(34)

2.7.1 Antioksidan Enzimatik

Antioksidan enzimatik juga diketahui sebagai antioksidan

alami, dapat menetralisir ROS yang berlebihan dan melindungi

sel yang rusak. Antioksidan enzimatik terdiri dari SOD, katalase,

GPx dan Glutation reduktase yang dapat juga menurunkan

hidrogen peroksida menjadi air dan alkohol

2.7.2 Antioksidan non-Enzimatik

15

Enzim ini juga dikenal antioksidan sintesis atau

suplemen. Sistim antioksidan tubuh yang kompleks juga

dipengaruhi oleh asupan diet dari vitamin antioksidan dan

mineral seperti vitamin C, vitamin E, Selenium, Zinc, Taurin,

Hipotaurin, Glutation, beta carotene dan carotene. Vitamin C

merupakan rantai antioksidan yang mencegah proses

peroksidasi. Vitamin C juga dapat membantu mendaur ulang

untuk mengoksidasi vitamin E dan glutation. Taurin, hipotaurin

dijumpai pada tuba dan cairan folikel yang melindungi embrio

dari OS. Glutation dijumpai pada oosit dan cairan tuba dan

berperan penting dalam perkembangan zigot pada stadium

(35)

2.8 Pengaruh stres oksidatif pada sistem reproduksi wanita

Sistem reproduksi wanita adalah sistem multiorgan yang

kompleks yang memerlukan lingkungan biologis optimal. Metabolisme

aerobik yang memanfaatkan oksigen sangat penting untuk

homeostasis pada reproduksi. Metabolisme aerobik dikaitkan dengan

pembentukan molekul prooksidan yang disebut ROS termasuk radikal

hidroksil, anion superoksida, hidrogen peroksida, dan nitrat oksida.

Keseimbangan antara prooksidan dan antioksidan menjaga

homeostasis seluler, setiap kali ada ketidakseimbangan dalam

equilibrium ini menyebabkan peningkatan keadaan stres oksidatif

dimulai. Radikal bebas adalah molekul penting yang dapat

mempengaruhi fungsi reproduksi dengan pengaruh terhadap

endometrium dan fungsi tuba, pematangan oosit, sperma, implantasi

preembrio dan embrio pada awal pertumbuhan.

2.8.1. Reaksi Biologis oleh Reactive Oxygen Species

13

Bagaimana cara ROS menyebabkan kematian sel masih

menjadi perdebatan. Mekanisme dimana radikal oksigen merusak

membran lipid sel yang banyak diterima dan kerusakan oleh oksidasi

sering dihubungkan dengan reaksi pada membran lipid. Dari beberapa

penelitian menunjukkan bahwa ROS juga merusak protein dan DNA,

(36)

1. Kerusakan oksidatif pada lipid

Peroksidasi lipid melibatkan tiga langkah yang berbeda, yaitu

inisiasi (initiation), propagasi (propagation) dan terminasi (termination).

Reaksi inisiasi antara asam lemak tak jenuh (misalnya linoleat) dan

radikal hidroksil (dihasilkan dari reaksi Fenton dan reaksi Haber

Weiss) melibatkan pemindahan satu atom H dari kelompok

methylvinyl dari asam lemak, dimana pada linoleat pada atom karbon

ke-11 dengan reaksi berikut:

Fe2+ + H2O2 Fe3+ + OH- + OH.

Karbon yang kehilangan atom H-nya menjadi radikal bebas dan

membentuk resonance structure yang membagi elektron yang tidak

berpasangan antara atom karbon ke-9 dan ke-13.

O (persamaan 1)

Pada reaksi propagasi, resonance structure bereaksi dengan triplet

oksigen yang biradikal (memiliki dua elektron yang tidak

(37)

R. + O2  ROO.

Radikal peroksi kemudian mengambil satu atom H dari asam

lemak kedua, membentuk hidroperoksida lipid dan menyebabkan

timbulnya radikal bebas lainnya yang dapat mengambil atom H kedua

dari persamaan 1. Maka dari itu, sekali radikal hidroksil memulai

reaksi peroksidasi dengan mengambil satu atom H akan

menghasilkan produk radikal karbon (R

(persamaan 2)

.

) yang mampu bereaksi

dengan O2

ROO

dalam reaksi berantai. Peranan radikal hidroksil sama

seperti percikan api yang memulai kebakaran.

.

+ RH  R.

Hidroperoksida lipid (ROOH) tidak stabil, dengan adanya ion Fe

atau katalisator logam lainnya ROOH akan bereaksi dengan reaksi

Fenton menghasilkan pembentukan radikal alkoksi yang reaktif.

+ ROOH (persamaan 3)

ROOH + Fe

14,37

2+ OH- + RO. + Fe3+

Dengan adanya Fe, reaksi berantai tidak hanya disebarluaskan,

tapi malah ditingkatkan. Diantara produk penghancuran dari ROOH

adalah aldehida, seperti malondialdehyde dan hidrokarbon seperti

ethana dan ethylene. Aldehida sangat reaktif dan dapat merusak

protein.

(persamaan 4)

(38)

Reaksi peroksidasi pada membran lipid diakhiri bila radikal karbon

atau radikal peroksi bertautan membentuk produk konjugasi yang tidak

radikal seperti reaksi berikut:

R. + R.

Akhirnya terdapat timbunan asam lemak bertautan dengan berat

molekul tinggi dan fosfolipid pada membran lipid yang teroksidasi.

Efek primer dari peroksidasi lipid adalah penurunan kestabilan

membran yang mempengaruhi sifat membran dan dapat memecahkan

ikatan membran-protein.

38

2. Kerusakan oksidatif pada protein

Serangan radikal bebas pada protein mengakibatkan modifikasi rantai

asam amino, fragmentasi rantai peptida, penggumpalan reaksi taut

silang (cross-linked), perubahan arus elektrik dan makin peka

terhadap proteolisis.14,39 Kepekaan asam amino terhadap serangan oksidasi berbeda-beda. Asam amino yang mengandung sulfur, dan

khususnya kelompok thiol yang sangat peka. Oksigen yang teraktivasi

dapat mengambil satu atom H dari sistein membentuk radikal thiyl

(39)

jembatan disulfida. Oksigen juga menambah residu metionin

membentuk derivat sulfoksida metionin. Reduksi keduanya dapat

diselesaikan pada sistem mikroba oleh tioredoksin dan tioredoksin

reduktase. Enzim ini dapat mereduksi metionine sulfoksida kembali

menjadi residu metionil dengan adanya tioredoksin.

Serangan radikal bebas dalam bentuk lain yang ireversibel

misalnya oksidasi inti iron-sulphur oleh superoksida menghancurkan

fungsi enzim. Banyak asam amino yang mengalami modifikasi yang

ireversibel bila protein mengalami oksidasi. Contohnya, triptopan

ditaut-silang menjadi bitirosin. Degradasi oksidasi protein ditingkatkan

dengan kofaktor logam seperti Fe. Pada kasus ini, logam mengikat

kation divalen protein. Logam kemudian bereaksi dengan hidrogen

peroksida dalam reaksi Fenton menghasilkan radikal hidroksil yang

dengan cepat mengoksidasi residu asam amino di dekat tempat

(40)

Algoritme kerusakan pada protein oleh radikal bebas yang diperantarai oleh Fe.

Hasil akhir dari peroksidasi lipid, aldehida, juga dapat merusak

protein. Tidak seperti radikal bebas, aldehida mempunyai masa hidup

yang lebih panjang sehingga dapat berdifusi dari tempat asalnya dan

menyerang sasaran yang jauh dari tempat asal reaksi peroksidasi

lipid. Aldehida bertindak sebagai second toxic messengers yang

memulai reaksi rantai yang kompleks. Diantara aldehida yang paling

banyak diteliti adalah malonaldehid (MDA), hidroksialkenal, dan

4-hidroksinonenal (HNE). Beberapa kerusakan yang ditimbulkan pada

protein antara lain oksidasi kelompok sulfhidril, reduksi disulfid,

oksidasi-adduksi residu asam amino pada logam melalui oksidasi

yang dikatalisator oleh logam, pemutusan rantai taut-silang

protein-protein dan peptida. Semua perubahan ini merugikan sel karena

menyebabkan hilangnya fungsi membran dan protein serta

menghambat replikasi DNA atau menyebabkan mutasi.

37

39

3. Kerusakan oksidatif pada DNA

Radikal bebas oksigen menyebabkan berbagai kerusakan pada DNA,

sehingga dapat menyebabkan delesi, mutasi dan efek genetik lainnya

yang mematikan. Karakteristik dari kerusakan pada DNA

(41)

oksidasi, yang menyebabkan degradasi, pecahnya rantai tunggal

(single strand), dan gangguan siklus sel pada fase G2.

Penyebab utama pemecahan rantai tunggal adalah radikal hidroksil.

Secara in vitro, hidrogen peroksida atau superoksida secara tunggal

tidak dapat menyebabkan pemecahan rantai dalam keadaan

fisiologis, sehingga toksisitasnya in vivo disebabkan oleh reaksi

Fenton dengan katalis logam. Jika ikatan logam direduksi oleh molekul

kecil seperti NAD(P)H atau superoksida, maka logam tersebut akan

bereaksi dengan hidrogen peroksida membentuk radikal hidroksil.

Radikal hidroksil kemudian mengoksidasi gula atau basa (base)

sehingga menyebabkan pemecahan rantai DNA.

14,40-42

Taut silang DNA pada protein merupakan sasaran serangan radikal

hidroksil baik pada DNA atau pada pasangan proteinnya. Radikal

hidroksil menyebabkan kehilangan ikatan kovalen seperti

thymine-cysteine addict, antara DNA dan protein. Walaupun taut silang protein

dan DNA tidak sebesar pemecahan rantai tunggal, mereka tidak

dapat diperbaiki, dan mungkin mematikan jika replikasi atau transkripsi

mendahului perbaikan. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya mutasi.

Kejadian mutasi pada sel mamalia lebih kurang 2,4% sampai 4,8%

yang disebabkan radikal bebas.

14,41

41

(42)
(43)

2.9 Fungsi ovarium

Metabolisme aerobik memanfaatkan oksigen untuk

perkembangan gamet, dan radikal bebas juga memainkan peran

penting dalam proses fisiologis dalam ovarium. Ekspresi berbagai

biomarker stres oksidatif telah diteliti pada ovarium manusia,

membuktikan peran regulasi dari ROS dan antioksidan dalam

pematangan oosit, folikulogenesis, steroidogenesis ovarium dan

luteolisis. Studi menunjukkan pentingnya peranan lipid peroksida

dalam folikel degraaf. Pentingnya spesies oksigen reaktif dan enzim

antioksidan seperti seng tembaga superoksida dismutase (Cu,

Zn-SOD), mangan superoksida dismutase (Mn-Zn-SOD), dan GPx. Enzim

antioksidan menetralisir spesies oksigen reaktif dan melindungi oosit.

Dalam corpus luteum yang dikumpulkan dari pasien hamil dan tidak

hamil, diamati bahwa keadaan seimbang Cu-Zn dan kenaikan ekspresi

SOD dari fase luteal dini hingga fase midluteal dan penurunan selama

regresi korpus luteum. Korelasi antara adrenal-4 binding protein

(Ad4BP ) dan ekspresi SOD juga menunjukkan hubungan antara stres

oksidatif dan steroidogeneis ovarium.

Antibodi terhadap Ad4BP ini digunakan untuk melokalisasi

Ad4BP dalam inti teka dan sel granulosa. Ad4BP merupakan faktor

transkripsi steroidogenik yang menginduksi transkripsi enzim P450 .

Kedua sel granulosa dan sel luteal manusia menanggapi hidrogen

peroksida dengan menghambat aksi gonadotropin dan penghambatan

(44)

sekresi progesteron. Produksi kedua progesteron dan hormon

estradiol berkurang saat hidrogen peroksida ditambahkan pada kultur

human chorionic gonadotropin - dirangsang sel-sel luteal.13

2.10 Perubahan Endometrium

Perubahan siklus endometrium yang disertai dengan perubahan

dalam ekspresi antioksidan. Enzim, seperti thioredoxin, memiliki

ekspresi yang lebih tinggi di fase sekretori awal. Ada juga variasi siklus

dalam ekspresi SOD dalam endometrium. Aktivitas SOD menurun

pada akhir fase sekretori sementara ROS meningkat dan memicu

pelepasan prostaglandin F2 α. Estrogen atau progesteron menyebabkan penarikan peningkatan ekspresi siklooksigenase-2

(COX - 2). Stimulasi siklooksigenase yang dibawa oleh ROS melalui

aktivasi faktor transkripsi NF -ƙβ, menunjukkan mekanisme menstruasi

Nitrogen monoksida (NO) juga memiliki peran penting dalam

desidualisasi dan penyusunan endometrium untuk implantasi oleh

pengaturan dari endometrium, miometrium dan fungsi mikrovaskular.

Ekspresi endotel dan induksi NO synthase (NOS) telah ditemukan

pada endometrium manusia, dan pembuluh darah endometrium.

13

Kadar tertinggi dari transkrip endotelial NOS mRNA telah

(45)

telah dihipotesakan sebagai hal penting pada pembentukan

menstruasi dan pelepasan endometrium.13

2.11 Fungsi Tuba Fallopi

Beberapa penelitian menunjukkan adanya sitokin,

prostaglandin, metabolit lipid peroksidase dan ROS dalam sampel

cairan dari tuba falopii. Komponen ini berfungsi sebagai lingkungan

yang optimal untuk pemupukan dan pengangkutan preembrIo. Sebuah

sistem sistem nitrogen monoksida endogen ada di saluran tuba.

Senyawa oksida memiliki efek relaksasi pada otot polos dan memiliki

efek yang sama pada kontraktilitas tuba. Defisiensi NO dapat

menyebabkan disfungsi motilitas tuba, sehingga terjadi retensi ovum,

tertundanya transportasi sperma dan infertilitas. Peningkatan kadar

NO dalam tuba falopii adalah sitotoksik terhadap mikroba yang

menyerang dan juga dapat menjadi racun bagi spermatozoa, yang

mengarah ke infetilitas.13

2.12. ROS pada Kehamilan

Pada kehamilan normal, stadium awal perkembangan terjadi

pada lingkungan yang rendah oksigen (O2). Hipoksia fisiologis dari

kantung gestasi akan melindungi fetus terhadap efek penghancur dan

teratogenik dari radikal bebas OFRs. Pada kasus abortus,

(46)

sehingga mengakibatkan aliran darah maternal yang terlalu dini dan

luas serta terjadi degenerasi oksidatif mayor. Mekanisme ini umum

dijumpai pada semua kasus abortus, terutama pada waktu tertentu

yaitu pada trimester pertama tergantung pada etiologinya.4

2.13 Lingkungan Oksigen dan evolusi mamalia

Evolusi mamalia yang hidup di dataran kering telah dikaitkan

dengan adaptasi terhadap perubahan konsentrasi O2

O

di lingkungan.

Kehidupan di bumi telah berevolusi dalam keadaan anaerobik, dengan

jalur metabolisme yang berpusat pada nitrogen, sulfur, dan karbon.

2 awalnya merupakan hasil dari fotosintesis yang berawal dari

munculnya alga biru-hijau, dan saat konsentrasi atmosfer meningkat,

O2 memungkinkan untuk mendukung kehidupan multiseluler yang

lebih kompleks, termasuk mamalia berplasenta. O2 memungkinkan

transformasi energi yang lebih efisien dari zat yang didapat dari

makanan seperti protein, karbohidrat, dan lemak menjadi Adenosine

Triphospat (ATP). Molekul ATP menyediakan energi kimiawi yang

diperlukan untuk terjadinya reaksi biokimia yang penting untuk

kehidupan sel seperti biosintesis protein, transport aktif molekul

melalui membran sel, dan kontraksi otot. Sebagian besar O2 yang

digunakan selama oksidasi molekul organik makanan dirubah menjadi

air melalui kombinasi enzim dari rantai respirasi. Sekitar 1-2% dari O2

(47)

bebas yang sangat reaktif (OFRs) dan jenis Oksigen reaktif lainnya

(ROS) pada tingkatan yang bergantung pada tekanan oksigen yang

tersisa. Ketika produksi OFRs melebihi kemampuan proteksi selular

alamiah, dapat terjadi kerusakan terhadap protein, lipid dan DNA.

Plasenta pada mamalia merupakan suatu hubungan yang

esensial antara sirkulasi maternal yang kaya akan darah ber-O

48

2 dan

nutrisi dengan sirkulasi fetal. Pada masa lalu, fungsi utama plasenta

dianggap untuk mensuplai fetus dengan sebanyak mungkin O2 yang

memerlukan asupan yang sangat besar pada separuh akhir

kehamilan dimana penambahan berat badan janin paling banyak.

Investigasi in vivo dan in vitro terbaru kami telah menghasilkan

pemahaman yang baru mengenai hubungan fetomaternal pada

trimester pertama kehamilan sehingga menghasilkan hipotesis bahwa

plasenta lebih membatasi daripada memfasilitasi suplai O2 ke janin

selama periode organogenesis. Tahapan paling awal perkembangan

dimulai dari lingkungan rendah O2 yang merefleksikan jalur evolusi.

Pada sebagian besar spesies, organogenesis telah sempurna dan

perkembangan sangat cepat terjadi sebelum proses plasentasi terjadi.

Akan tetapi pada plasenta manusia, perkembangan terjadi sebelum

waktunya dan hasil konsepsi menempel dengan erat pada dinding

uterus sebelum lapisan primitif terbentuk. Dengan adanya kejadian

tersebut, strategi lain diperlukan untuk membatasi paparan janin

(48)

perubahan besar O2 dari konsepsi hingga proses melahirkan. Pada

kehamilan normal, fenomena yang mengharuskan tersedianya

keseimbangan antara kebutuhan metabolik janin dengan plasenta

serta potensial bahaya dari OFRs terkontrol dengan baik. Sel

embrionik dan plasenta sensitif terhadap stress oksidatif dikarenakan

pembelahan sel yang ekstensif dan paparan yang berkelanjutan dari

DNA-nya. Sinsiotropoblas dari plasenta lebih sensitif, hal ini

dikarenakan sinsitiotrofoblas merupakan jaringan terluar dari konsepsi

sehingga terpapar dengan konsentrasi oksigen yang lebih besar dari

sang ibu, dan juga diakibatkan sinsitiotrofoblas mengandung

konsentrasi enzim antioksidan yang sangat penting dalam jumlah yang

rendah, terutama pada awal kehamilan. Oleh karena itu, dapat

dikatakan bahwa gangguan metabolik maternal seperti diabetes yang

berhubungan dengan meningkatnya pembentukan OFRs,

berhubungan dengan insidensi yang lebih tinggi untuk terjadinya

abortus, vaskulopati, dan defek struktural janin, yang mengindikasikan

bahwa konsepsi mamalia dapat mengalami kerusakan ireversibel

akibat stress oksidatif.4,48

2.14. Plasentasi manusia dan stress oksidatif

Perbandingan fitur morfologis dengan data fisiologis

menunjukkan bahwa arsitektur kantung gestasi pada trimester pertama

(49)

kecuali yang dibutuhkan untuk perkembangannya. Data in vivo

menunjukkan bahwa nilai tekanan parsial intraplasenta (PO2

Hipoksia fisiologis pada kantung gestational pada trimester

pertama dapat melindungi janin yang sedang tumbuh terhadap efek

penghancur dan tertogenik OFRs. Bukti terbaru juga menyatakan

bahwa hipoksia diperlukan untuk mempertahankan sel, dimana pada

tingkat fisiologis radikal bebas akan meregulasi berbagai fungsi sel, ) 2 hingga

3 x lebih rendah pada 8-10 minggu daripada 12 minggu. Seiring

dengan berlanjutnya kehamilan antara 7– 16 minggu, terdapat

peningkatan independen yang progresif pada PO2 desidua, dimana

kemungkinan besar merefleksikan peningkatan aliran darah ibu pada

awal kehamilan pada usia 13-16 minggu, PO2 pada darah janin hanya

24 mmHg, dimana pada pertengahan akhir kehamilan, nilai pada vena

umbilikus antara 35-55 mmHg. Tekanan ini lebih rendah bila

dibandingkan dengan sirkulasi maternal, sehingga tampak adanya

gradasi O2 maternal ke janin sepanjang kehamilan. Peningkatan

bertahap PO2 intraplasenta dijumpai pada minggu ke 8-14 kehamilan

yang disertai dengan peningkatan konsentrasi mRNA dan aktivitas

enzim antioksidan mayor di jaringan vili. Pada trimester pertama

gradient O2 uterus menghasilkan efek regulasi pada pembentukan

jaringan plasenta dan fungsinya. Secara khusus, hal ini akan

mempengaruhi proliferasi sitotrofoblas dan diferensiasinya pada jalur

(50)

terutama faktor transkripsi. Produksi OFRs yang berlebihan akan

menghasilkan stress oksidatif dan terdapat dua contoh hal fisiologis

ini saat kehamilan manusia.

Contoh pertama, pada akhir trimester pertama, terdapat

ledakan stress oksidatif yang dijumpai di perifer plasenta . Sirkulasi

utero-plasental pada daerah ini tidak disumbat oleh selubung trofoblas

yang membatasi aliran darah ibu ke plasenta dari usia kehamilan 8-9

minggu. Hal ini akan menyebabkan konsentrasi O2 lokal yang

meningkat pada tahapan kehamilan ketika trofoblas memiliki

konsentrasi dan aktivitas enzim antioksidan yang rendah seperti SOD,

katalase, dan GPx. Stres oksidatif dan peningkatan oksigenasi juga

dapat menstimulasi sintesis berbagai protein trofoblas seperti hCG

dan estrogen. Konsentrasi hCG ibu memuncak pada akhir trimester

pertama, dan kondisi oksidatif akan menyebabkan terbentuknya sub

unitnya di in vitro. Konsentrasi hCG lebih meningkat lagi pada kasus

trisomi 21, dimana terdapat bukti stres oksidatif trofoblas mengalami

ketidakseimbangan dalam ekspresi enzim antioksidan. Baru-baru ini,

telah didemonstrasikan bahwa enzim sitokrom P-450 aromatase

(CYP19) yang terlibat dalam sintesis estrogen diregulasi secara

transkriptif oleh O2, dan hal ini mungkin menyebabkan peningkatan

yang signifikan pada produksi estrogen pada awal trimester kedua.

4

Contoh kedua adalah fenomena iskemia-reperfusi (I/R). studi

angiografi dari pembuluh darah uterus dari rhesus monyet telah

(51)

menunjukkan bahwa pada kehamilan normal, aliran dari arteri spiral ke

ruang intervili bersifat intermiten, yang timbul dari vasokonstriksi

spontan. Aliran ke plasenta dapat juga terganggu oleh adanya

kompresi eksternal dari arteri selama kontraksi uterus, dan dapat juga

diakibatkan perubahan postural. Beberapa stimulus I/R dapat

merupakan fitur dari kehamilan yang normal, terutama pada keadaan

dimana janin dan plasenta mengekstraksi O2 dalam jumlah besar dari

ruang intervili. Stimulus kronis ini dapat mengakibatkan terjadinya

Up-regulasi dari pertahanan anti OFRs di plasenta, sehingga mengurangi

stres oksidatif. Seperti pada awal kehamilan, stres oksidatif yang

terkontrol dengan baik dapat memainkan peranan dalam remodeling

plasenta yang berkelanjutan dan fungsi plasenta yang penting seperti

transport dan sintesis hormon. Dalam konteks ini, keguguran dan pre

eklamsia dapat merupakan maladaptasi yang sementara terhadap

perubahan oksigen di lingkungan4

2.15 Enzim Glutation Peroksidase

Glutation peroksidase merupakan famili selenoprotein yang

berperan sebagai antioksidan pada tubuh mamalia. Enzim ini

merupakan protein dengan bentuk tetramer dengan berat molekul

(52)

Gambar 6. Enzim Glutation Peroksidase 12

Enzim ini ditemukan dalam setiap sel pada tubuh manusia yang

merupakan suatu antioksidan yang penting untuk menetralisir,

merusak serta menghancurkan sel. Kondisi tubuh yang sedang stres,

seperti infeksi tubuh atau toksisitas kimia menghasilkan radikal bebas

dalam jumlah besar. Jika tubuh dihadapi suatu paparan radikal bebas

maka tubuh perlu dinetralisir oleh antioksidan.

Enzim ini mengkonversi substansi kimia yang merusak, menjadi

produk yang tidak berbahaya dimana dapat dibuang oleh tubuh.

Bahan kimia ini termasuk substansi pemicu kanker, logam berat,

herbisida, pestisida, rokok dan polutan lainnya. Maka GPx

memberikan perlindungan yang penting terhadap banyak bahan

berbahaya di lingkungan. Liver mempunyai kandungan kaya GPx.

49

GPx juga memainkan peranan penting dalam mengupayakan sistem

imun berfungsi secara optimal. Defisiensi GPx juga memberikan efek

(53)

traktus intestinal. Enzim GPx membantu mencegah kerusakan sel

yang disebabkan oleh radikal bebas dengan cara mengkatalisa

berbagai hidroperoksida. Pada awalnya struktur glutation peroksidase

diperkirakan adalah dipeptida yang mengandung sistein dan glutamat.

Penjelasan selanjutnya struktur tripeptida dihipotesiskan sebagai agen

pengurang yang menjaga enzim selalu dalam fase aktif, dan terlibat

dalam menjaga berbagai komponen seperti denydroaskorbat (vitamin

C) dan a-tocopherol (vitamin E) pada stadium tereduksi.

Walaupun GPx penting dalam fungsi sel normal, kebanyakan organ

dan jaringan tidak dapat mensintesis GPx dengan sendirinya. Bahkan

GPx diambil dari sumber ekstraseluler dan kemudian dipindahkan ke

dalam sel. Sintesis GPx pada sel melibatkan sejumlah reaksi yang

membutuhkan 2 ATP. Dua enzim utama yang bertanggung jawab

terhadap sintesa ini adalah g-gluthamylcysteine sintetase (GCS) dan

glutation sintese (GS).

50

GPx memiliki fungsi luas yang terdiri dari: (1) Detoksifikasi

komponen eksogen dan endogen, seperti elektrofil reaktif dan

peroksidase dengan glutation-S transferase (2) Mengurangi

kebocoran disulfida pada protein dan enzim, yang akan memelihara

thiol yang penting pada stadium tereduksi; (3) Berfungsi sebagai

perantara nontoksik dari sistein dan berfungsi sebagai kendaraan

untuk transportasi sistein ke seluruh organ; (4) Secara aktif terlibat

pada metabolisme leukotrien dan prostaglandin; (5) Memainkan

(54)

peranan yang penting dalam mengurangi ribonukleotid menjadi

deoksiribonukleotid (6) Bertindak sebagai pembasmi beberapa

radikal bebas.

Pengukuran aktivitas selenium eritrosit dan plasma setelah

diberikan L-selenomethionine, terdapat peningkatan aktivitas GPx

-masing sebesar 154% dan 69%. Kandungan selenium dan aktivitas

GPx pada pasien dengan kanker lambung, kolon dan rektum,

ditemukan bahwa kandungan selenium dan aktivitas GPx pada darah

dan plasma penderita kanker secara statistik lebih rendah bila

dibandingkan dengan orang sehat.

51

Di Jerman Barat, Lombeck, dkk (1978) menemukan kadar

selenium dan aktivitas GPx yang rendah pada anak-anak yang

menderita Phenil Ketonuria (PKU) bila dibandingkan dengan anak

sehat. Di China, kandungan selenium dan aktivitas GPx pada

anak-anak dengan penyakit Keshan juga lebih rendah bila dibandingkan

dengan anak sehat. Penelitian juga menunjukkan bahwa selenium

merupakan satu-satunya agen yang terlibat pada penyakit Keshan.

51

Kesimpulannya, adanya defisiensi selenium merupakan indikasi

penurunan kandungan selenium darah dan penurunan aktivitas GPx.

52

GPx seluler adalah enzim yang mengandung selenium yang pertama

kali ditemukan, memainkan peranan penting dalam melindungi sel

dari kerusakan yang disebabkan oleh paraquat, yaitu suatu radikal

(55)

GPx gastrontestinal merupakan selenium yang mengandung

enzim GPx yang terdapat di dalam sel. Ditemukan dari isolasi GPx-GI

cDNA sel hepar manusia (HepG2). Seperti yang telah diuraikan oleh

Bermano dan Lei, GPx-1 merupakan bentuk penyimpanan selenium

dalam tubuh untuk menjaga fungsi homeostasis selenium.52

GPx ekstraseluler adalah selenoprotein yang dapat mereduksi

hidrogen peroksida, organik hidroperoksida, free fatty acid

hydroperoxide dan phosphatidylcholine hydroperoxide. Adanya GPx

yang khusus terdapat dalam traktus gastrointestinal menunjukkan

bahwa enzim ini melindungi tubuh dari lipid hidroperoksida .

Fosfolipid-hidroperoksida GPx adalah selenoenzim yang dapat

mereduksi fosfolipid hidroperoksida, kolesterol dan kolesteril ester

melalui glutation. Fosfolipid-hidroperoksida GPx mitokondria

mencegah perubahan fungsi mitokondria dan kematian sel dengan

cara mengurangi pembentukan seluler hidroperoksida.53

2.16 Distribusi GPx pada Kehamilan Trimester Pertama

Sebagian besar glutation yang terbentuk disimpan dalam

jaringan tubuh. Hanya sebagian kecil saja glutation yang terbentuk

di hepar mengalami translokasi ke dalam plasma. GPx berperan

penting sebagai antioksidan sejak terbentuknya oosit, dimana GPx

berada pada cairan folikel dan kumulus ooforus yang berfungsi

(56)

dari tuba Fallopi ke dalam kavum uteri, blastokista juga dilindungi

oleh beberapa antioksidan, termasuk GPx .4

Gambar 7. Distribusi Glutation Peroksidase pada Kehamilan 4

Penelitian pada embrio tikus di Amerika Serikat menemukan

bahwa pada perkembangan embrio hari 7 konsentrasi GPx yang

tinggi dijumpai pada jaringan desidua ibu dan sedikit pada endoderm

viseral janin. Pada perkembangan embrio hari 9 pengeluaran GPx

terutama di endoderm yolk sac dan otot jantung. Pada perkembangan

embrio hari 16, GPx masih tetap di yolk sac tapi juga terakumulasi

pada sel miosit atrium jantung, pusat-pusat penulangan, jaringan

lemak dan epitel usus. Aktifitas GPx juga dijumpai pada cairan

(57)

maternal fetal interface (desidua, yolk sac) menunjukkan bahwa GPx

berperan penting melindungi embrio dari kerusakan oksidatif.40

2.17 Abortus dan Stres Oksidatif

Penelitian anatomi dan histopatologis hampir selalu eksklusif

berfokus pada perkembangan vilous yang abnormal pada kegagalan

kehamilan awal. Saat ini terdapat bukti yang jelas bahwa abortus ,

merupakan kelainan plasentasi dan perubahan vili dan membran vili

yang dideskripsikan sebagai akibat daripada penyebab. Pada 2/3

kegagalan kehamilan terdapat bukti anatomis dari plasenta yang

cacat dimana memiliki ciri-ciri plasenta lebih tipis dan selaput

tropoblast berfragmen, penurunan invasi sitotrofoblas pada

endometrium dan penyumbatan yang tidak sempurna dari lumen

arteri spiral. Hal ini berhubungan dengan tidak adanya perubahan

fisiologis dari sebagian besar arteri spiral dan mengakibatkan sirkulasi

maternal yang prematur melalui seluruh plasenta.

Penyebab tunggal abortus yaitu masuknya secara berlebihan

darah ibu keruang intervili yang memiliki 2 efek : (1) efek mekanis

langsung pada jaringan villi dimana menjadi tertutupi secara progresif

oleh trombus-trombus dari darah intervili, (2) kerusakan trofoblastik

yang dimediasi oksigen bersifat tidak langsung dan menyebar serta

meningkatnya apoptosis. Konsentrasi lipid peroksidase telah terbukti

meningkat pada jaringan desidua dan villi pada wanita yang

(58)

mengalami abortus. Secara keseluruhan akibatnya adalah degenerasi

plasenta dengan kerusakan fungsi sinsitio trofoblas dan lepasnya

plasenta dari dinding uterus. Mekanisme ini umum dijumpai pada

semua kasus abortus, dimana biasanya terjadi pada trimester

pertama bergantung pada etiologinya.15

Faktor apapun yang menyebabkan peningkatan konsentrasi

oksigen ataupun fluktuasinya secara cepat akan memiliki efek

pengrusakan terhadap jaringan vili. Telah diajukan perpisahan etiologi

dari kegagalan kehamilan tahap awal menjadi stres oksidatif primer

dan sekunder. Penyebab utamanya dapat didefinisikan dengan jelas

dan termasuk didalamnya abnormalitas kromosom yang ditemukan

pada setidaknya 50% abortus dan sering dihubungkan dengan invasi

trofoblas yang abnormal pada desidua . Terdapat juga peningkatan

bukti yang menunjukkan hubungan antara abortus dan anomali dari

salah satu enzim yang terlibat dalam metabolisme OFR

s. Data ini

mendukung konsep kegagalan kehamilan dapat timbul dari defek

primer dari plasentasi akibat anomali genetik dari enzim atau kofaktor

yang berkaitan dengan metabolisme oksigen.15

Penyebab sekunder lebih kompleks dan multifaktor. Contohnya,

peran leukosit maternal dan faktor imun lain seperti sitokin pada

interaksi trofoblas – desidua yang tetap tidak jelas. Terdapat bukti

bahwa kadar sitokin disirkulasi dan profil sitokin didesidua berbeda

Gambar

Gambar 3. Aliran darah ibu ke plasenta4
Gambar 5. Mekanisme kerusakan sel yang dipicu oleh stres oksidatif
Gambar 6. Enzim Glutation Peroksidase 12

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara pola asuh dan keterlibatan siswa dalam self regulated learning banyak membuktikan bahwa pola asuh yang demokratis yang bisa digunakan

menuliskan pengalaman hidupku didalam lembar kerja microsoft world, y begitu namanya sering terdengar di telingaku, ketika diriku sudah mencapai tingkatan yang lebih dari

KARO DUA WARNA TECHNOLOGY ini merupakan sebuah sistem pencatatan project yang berisikan pencatatan data project, data klien dan dilengkapi pula dengan laporan, yang dikemas dalam

Dari hasil pengujian pada analsisis jalur menunjukkan bahwa adanya pengaruh secara signifikan antara beauty vlogger (X) terhadap minat beli (Z) melalui brand image (Y)

MTs Aswaja Tunggangri Tulungagung. 3) Paper, yaitu sumber data yang berupa simbol-simbol, yang cocok untuk penggunaan metode dokumentasi.. 8 Data ini dapat diperoleh dari melalui

Berdasarkan indikasi-indikasi yang ada, maka judul yang penulis ambil adalah ”Analisis Kualitas Produk Dan Harga Dalam Meningkatkan Loyalitas Melalui Kepuasan Pelanggan Pada

Dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan moril

44.1 Menyimpang dari Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Penyedia dapat memutuskan Kontrak ini melalui pemberitahuan tertulis kepada PPK apabila