• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Status Hara Pada LahanS awah Terasering di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Status Hara Pada LahanS awah Terasering di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Lahan Sawah

Tanah sawah (paddy soils) merupakan tanah yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah. Pengelolaan tanah ini meliputi : (i)

peralatan lahan dan pembuatan pematang, (ii) pelumpuran, tanah dicangkul dan

dihaluskan dalam jenuh air, (iii) penggenangan tanah dengan air setinggi 5 – 10

cm selama 4 – 5 bulan, (iv) drainase air dan pengeringan lahan pada saat panen

dan (v) penggenangan kembali setelah interval waktu, sekitar beberapa minggu

hingga 8 bulan (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian

disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat

saluran-saluran drainase.Sawah yang airnya berasal dari air irigasi disebut sawah

irigasi, sedang yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah

hujan.Di daerah pasang surut ditemukan sawah pasang surut, sedangkan yang

dikembangkan di daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak

(Hardjowigeno et al., 2004).

Penggenangan yang dilakukan pada tanah sawah dapat menyebabkan

berbagai perubahan sifat kimia, fisiko – kimia (elektrokimia), dan biologi hara

oleh padi sawah. Perubahan sifat – sifat kimia tersebut hampir selalu dipengaruhi

proses reduksi oksidasi secara biologis sebagai akibat kurangnya O2. Dalam

proses respirasi mikroorganisme beberapa unsur atau ionnya harus bertindak

sebagai penerima elektron. Dalam keadaan tidak tergenang O2 bertindak sebagai

(2)

maka senyawa – senyawa mineral atau unsur – unsur atau kedua – duanya harus

bertindak sebagai penerima elektron (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Kimia tanah sawah merupakan sifat tanah sawah yang sangat penting

dalam hubungannya dengan teknologi pemupukan yang efisien. Aplikasi pupuk

baik jenis, takaran, waktu maupun cara pemupukan harus mempertimbangkan

sifat kimia tersebut. Sebagai contoh adalah teknologi pemupukan nitrogen,

dimana jenis, waktu dancara pemupukannya harus memperhatikan perubahan

perilaku hara N dalam tanah sawah agar pemupukan lebih efisien. Sumber pupuk

N disarankan dalam bentuk amonium (NH4+), dimasukkan ke dalam lapisan

reduksi dan diberikan 2-3 kali (Prasetyo et al., 2004).

Terasering

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang

dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan

lereng dengan jalan penggalian dan pemotongan tanah melintang lereng.Tujuan

pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off)dan memperbesarperesapan air, sehingga kehilangan tanah berkurang(Sukartaatmadja, 2004).

Sistem irigasi berulang (Cascade irrigation system ) telah menjadi pilihan utama untuk mengairi sejumlah besar teras sawah. Sistem irigasi berulang ini

menunjukkan aliran air terus menerus dari atas ke bawah teras yang melewati

bidang sawah . Karakteristik pergerakan unsur hara dipengaruhi oleh kualitas air

irigasi, kegiatan pengelolaan lahan dan kondisi cuaca. Berdasarkan pernyataan ini,

bagian atas dari sawah teras dapat diklasifikasikan sebagai areal pemurnian sawah

(3)

jumlah sedimen dan kandungan hara serta debit dari lahan sawah dipengaruhi oleh

posisi teras, kualitas air irigasi dan jumlah pupuk kimia yang diaplikasikan ke

lahan.Teras atas yang langsung menerima air dari irigasi memiliki kecenderungan

untuk menjadi areal sawah murni dimana keseimbangan nutrisi (hara) pada posisi

teras ini kebanyakan bersifat negatif (Darma et al., 2011).

Pada sawah berteras, irigasi tradisional umumnya dilakukan dengan

membuka dan menutup saluran air masuk dan saluran air keluar yang dibangun

secara sederhana oleh petani. Sumber air irigasi berasal dari mata air yang ada di

kawasan atas atau air hujan yang mengalir melalui kanal-kanal alami.Cara ini

memungkinkan sedimen dan unsurhara terbawa masuk dan terangkut keluar lahan

sawah melalui pergerakan air tersebut.Fenomena ini sangat menarik dan perlu

dipelajari lebih lanjut dalam hubungannya dengan kondisi di lahan (on-site impacts) dan di luar lahan (off-site impacts).Penelitian mengenai hubungan antara pelumpuran dengan sifat fisik tanah, sifat kimia tanah,pertumbuhan dan hasil padi

telah banyak dibahas dan dipublikasikan (Kukal and Sidhu, 2004).

Tekstur

Tekstur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter 2 mm)

yaitupasir, debu dan liat.Tekstur tanah mempengaruhi kapasitas tanah untuk

menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah

lainnya.Definisi kelas tekstur tanah mengacu pada sistem USDA (Rayes, 2007).

Khusus pada tanah sawah walaupun kondisinya tergenang, dalam satu

tahun pasti ada periode kering beberapa bulan yang memungkinkan terjadinya

oksidasi bahan organik menjadi meneral tanah. Namun oksidasi akan dihambat

(4)

berlangsung dengan baik. Hal ini juga terlihat dari rendahnya koefisien korelasi

antara C-organik dengan pasir (-0,1241) yang tergolong tidak nyata (Tangketasik

et al., 2012).

Tekstur merupakan sifat fisik tanah yang dijadikan sebagai parameter

kesuburan tanah, karena menentukan kemampuan tanah tersebut dalam

menyediakan unsur hara. Tanah bertekstur kasar memiliki kemampuan yang kecil

sekali dalam menyimpan dan menyediakan unsur hara, sebaliknya tanah yang

mengandung liat yang cukup lebih akan mampu menyimpan dan menyediakan

unsur hara(Adiwiganda, 1998)

Korelasi C-organik tanah dengan fraksi liat pada tanah sawah

menunjukkan korelasi positif.Ini berarti bahwa semakin tinggi kadar liat semakin

tinggi kadar C-organik tanah. Hal ini disebabkan karena liat berfungsi dalam

memegang air yang berpengaruh terhadap pertukaran udara yang semakin tidak

baik.Aerasi yang kurang baik berpengaruh terhadap aktivitas mikrobia tanah

dalam melapukkan bahan organik menjadi terhambat (Tangketasik et al., 2012).

C – Organik

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah.Jumlahnya tidak

besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat - sifat tanah besar

sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan terhadap

pertumbuhan tanaman adalah :

− Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah

− Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya

− Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur

− Unsur hara (kapasitas tukar kation menjadi tinggi)

(5)

− Sumber energi bagi mikroorganisme

(Winarso, 2005)

Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengandung karbon

yang tinggi.Pengaturan jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan produktivitas

tanaman dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan

tanah dan penggunaan hara secara efisien. Selain itu juga perlu diperhatikan

bahwa ketersediaan hara bagi tanaman tergantung pada tipe bahan yang

termineralisasi dan hubungan antara karbon dan nutrisi lain (misalnya rasio antara

C/N, C/P, dan C/S) (Departemen Pertanian, 2008)

Pemberian bahan organik dalam jumlah yang besar pada tanah tergenang

dapat menyebabkan keracunan tanaman oleh asam – asam organik yang terbentuk.

Jenis – jenis bahan organik yang terbentuk setelah penggenangan akibat kegiatan

mikroorganisme yakni CO2, metilen, dan N2. Nitrogen merupakan bentuk gas

utama setelah penggenangan diikuti oleh CO2 dan metana.Dalam masa

pertumbuhan padi lebih banyak gas N2 daripada metana (Hardjowigeno dan

Rayes, 2005).

Hairiah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik:

1. Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang

dapat dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga

tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh

karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.

2. Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran

(6)

dari hewan liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk

menambah kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan

kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya

transportasi yang besar.

3. Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari

pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau

pepohonan dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk

tanaman penutup tanah dari famili leguminosae dapat memberikan

masukan bahan organik sebanyak 1.8 – 2.9 ton per ha (umur 3 bulan) dan

2.7 – 5.9 ton per ha untuk yang berumur 6 bulan.

pH Tanah

Kemasaman (pH) tanah secara sederhana merupakan ukuran aktivitas H+ dan dinyatakan sebagai – log10 [H+ ]. Secara praktikal ukuran logaritma aktivitas atau konsentrasi H+ ini berarti setiap perubahan satu unit pH tanah berarti terjadi perubahan 10 kali dari jumlah kemasaman atau basah pada tanah. Pada tanah yang

mempunyai pH 6,0 berarti tanah tersebut mempunyai H+ aktif sebanyak 10 kali dibandingkan dengan tanah yang mempunyai pH 7,0 (Winarso, 2005).

Menurut Ritung, dkk., (2007) klasifikasi kelas kemasaman tanah sebagai

berikut :

- pH < 4,5 (sangat masam)

- pH 4,5 – 5,5 (masam)

- pH 5,6 – 6,5 (agak masam)

- pH 6,6 – 7,5 (netral)

- pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis)

(7)

- pH > 8,5 (alkalis)

Peranan pH tanah, antara lain :

a. Mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman

b. Mempengaruhi nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa

(KB) suatu tanah

c. Mempengaruhi keterikatan unsur P

d. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.

e. Mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau

humus.

(Winarso, 2005).

Secara umum penggenangan akan meningkatkan pH tanah yang semula

asam (kecuali tanah yang rendah kadar besinya) menjadi netral. Sebaliknya akan

menurunkan pH tanah yang semulanya basa menjadi netral. Reaksi reduksi di

alam mengkonsumsi ion H+ dengan sendirinya akan menurunkan kemasaman tanah, namun penurunan kemasaman atau peningkatan pH oleh ion H+ tidak begitu besar atau kurang berpengaruh. Tetapi peningkatan tanah masam, oleh

penggenangan terjadi akibat adanya penambahan ion OH- dari reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ (Mukhlis, et al., 2011)

Nitrogen (N)

Nitrogen adalah salah satu unsur hara makro yang sangat penting dan

dibutuhkan tanaman m dalam jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam

bentuk ion NH4+ (ammonium) dan ion NO3- (nitrat).Ditinjau dari berbagai hara,

nitrogen merupakan yang paling banyak mendapat perhatian.Hal ini disebabkan

jumlah nitrogen yang terdapat dalam tanah sedikit sedangkan yang diangkut oleh

(8)

tanaman saat panen cukup banyak.Disamping itu senyawa nitrogen anorganik

sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase, tercuci, dan menguap ke

atmosfir (Damanik et al., 2011).

N tanah umumnya berupa N – organik dan hanya 2 – 5 % yang diubah

dalam bentuk anorganik setiap tahun.Bentuk anorganik utama adalah NO3- dan

NH4+ (hanya sedikit NO2-).Pada tanah kering NO3- adalah bentuk N – anorganik

yang stabil.Organik – N mengalamai mineralisasi menjadi NH4+ (amonifikasi)

yang selanjutnya teroksidasi (nitrifikasi) menjadi NO2- kemudian menjadi NO3

-.

Pada tanah tergenang, tidak adanya O2 dapat menghambat aktivitas bakteri

nitrifikasi untuk mengoksidasi NH4+ sehingga mineralisasi berhenti sampai ke

bentuk NH4+. Karena pada tanah sawah yang tergenang air ditemukan lapisan

tanah tipis di permukaan yang bersifat aerobik sehingga pada lapisan tersebut

terjadilah proses nitrifikasi sehingga terbentuk senyawa NO3- yang stabil dalam

keadaan oksidatif. Karena kadar NO3- lapisan di bawahnya dengan anaerob lebih

rendah, maka terjadilah proses difusi NO3- ke lapisan bawah tersebut. Di lapisan

bawah pada kondisi tersebut, NO3- mengalami denitrifikasi menjadi N2 gas

(mungkin N2O) yang hilang dari tanah. Karena kadar NH4+ yang lebih tinggi di

lapisan bawah yang anaerobic daripada lapisan atas yang aerobic maka difusi

NH4+ kelapisan atas juga terus terjadi (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Kadar N dalam tanah pada umumnya rendah, sehingga harus selalu

ditambahkan dalam bentuk pupuk atau sumber lainnya pada setiap awal

tanam.Pada umumnya respon tanaman padi terhadap pemberian pupuk N cukup

tinggi.Dengan demikian petani cenderung menggunakan N secara berlebihan.Di

(9)

direkomendasikan dan sebaliknya penggunaan pupuk P dan K relatif lebih rendah

dan menurun sehingga sering tidak seimbang dengan N (Setyorini et al., 2010). Kehilangan nitrogen akibat pencucian tidak sebesar kehilangan akibat

penguapan. Kehilangan ini akan diperkecil lagi bila tanah ditumbuhi tanaman.

Tapi bila lahan dalam keadaan gundul atau bera kehilangan dalam bentuk tercuci

mungkin lebih besar.Meskipun nitrogen termasuk hara yang bersifat mobil di

dalam tanah, tetapi kehilangan akibat pencucian ini jauh lebih kecil dibandingkan

dengan bentuk kehilangan lainnya.Rata – rata kehilangan nitrogen akibat

pencucian pada daerah iklim basah (humid) sekitar 5 – 6 kg /hektar/tahun

(Damanik et al., 2011).

Fosfor (P)

Unsur hara fosfor adalah unsur hara makro, dibutuhkan tanaman dalam

jumlah yang banyak dan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor sering

disebut sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir pada seluruh

proses kehidupan. Ia merupakan komponen setiap sel hidup dan cenderung lebuh

ditemui pada biji dan titik tumbuh. Permasalahan yang harus diketahui dari fosfor

ini adalah, sebagian fosfor dalam tanah umumnya tidak tersedia untuk tanaman,

meskipun jumlah totalnya lebih besar daripada nitrogen (Damanik et al., 2011).

Jika tanah digenangi maka konsentrasi P-larut dalam air dan asam mula –

mula meningkat sampai puncak atau mendatar dan kemudian menurun. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal berikut:

1. Tejadinya reduksi ferri-fosfat menjadi ferro-fosfat yang diikuti oleh

pelepasan anion fosfat.

(10)

2. Pelepaan occluded P karena terjadinya reduksi selaput ferri-oksida

terhidrasi.

3. Meningkatnya kelarutan ferri-fosfat dan aluminium-fosfat karena

meningkatnya pH akibat tereduksi.

4. Pelarutan fosfat dari ferri-fosfat dan aluminium – fosfat oleh asam – asam

organik.

5. Mineralisasi fosfat organik.

(Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Tanaman - tanaman yang cepat tumbuh dapat mengangkut hara P

sebanyak 1 kg/ha/hari (2,3 kg P2O5 /ha/hari). Total jumlah P yang diangkut

tanaman dari lahan bervariasi sesuai tanaman. Besar pengangkutan hara fosfat

dari lahan pada tanaman yang dipanen kebanyakan berada pada 10 - 30 kg P/ha

per panen (23 - 69 kg P2O5/ha). Tanaman padi yang menghasilkan panen 2 - 8

ton/ha mengangkut sekitar 4 - 16 kg P/ha (9 - 37 kg P2O5/ha) per panen jika

jerami tetap berada di lahan, atau 6 - 22 kg P/ha (14 - 50 kg P2O5/ha) per panen

jika jerami juga diangkut. Untuk gandum (panen 8 ton/ha) dan kentang (panen 40

ton/ha), sebanyak 28 kg P/ha (64 kg P2O5/ha) per panen terangkut jika sisa

tanaman tetap tinggal di lahan, dan akan lebih banyak jika sisa tanaman juga

terangkut. Dalam jangka panjang, aplikasi P harus sama dengan jumah yang

terangkut pada panen tanaman. Pada tanah - tanah dengan kapasitas pengikatan

yang tinggi (seperti yang terdapat pada tanah - tanah tropis), aplikasi P hingga

200 kg P/ha (460 kg P2O5/ha) atau lebih sebagai aplikasi pada satu waktu, diikuti

dengan laju tahunan yang normal, bisa jadi dibutuhkan untuk mempertahankan

kandungan P di dalam larutan tanah di atas batas kritis (Lægreid et al., 1999).

(11)

Tanaman padi memerlukan hara P sekitar 10% dari jumlah hara N atau K.

Ketersediaan hara P dalam tanah bergantung pada pH tanah, kandungan Fe, Al,

dan C, tekstur, senyawa organik dan mikroorganisme tanah. Kondisi perakaran

tanaman sangat menentukan kemampuan tanaman menyerap hara. Kebutuhan

pupuk P tanaman padi dilahan sawah dapat diduga berdasarkan: (1) jumlah P

tersedia dan P immobil dalam tanah yang dapat memasok P tersedia secara

kontinyu dalam jangka waktu tertentu sesuai kebutuhan P tanaman, atau (2)

hubungan antara tingkat hasil tanaman dan total serapan hara P

(Makarim et al., 2000).

Tidak seperti nitrogen, pengelolaan P memerlukan strategi jangka

panjang.Hal ini disebabkan terutama karena sifat P yang tidak mobil, sehingga P

tidak mudah tersedia bagi tanaman dan tidak mudah hilang dari tanah. Dengan

demikian cara pengelolaan perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Perubahan ketersediaan hara P alami di tanah. Hal ini terkait dengan

penentuan takaran pupuk P yang perlu ditambahkan untuk mencapai

keseimbangan hara dalam tanah.

2. Pengaruh penimbunan hara P di tanah sebagai akibat dari pemberian pupuk P

secara intensif dan terus - menerus.

3. Pemeliharaan tingkat kesuburan dan status hara P tanah pada level optimal,

sehingga mampu mencukupi kebutuhan dan tidak menimbulkan kahat hara

lain seperti Zn dan N pada tanaman padi.

(Abdulrachman dan Sembiring, 2006).

(12)

Kalium (K)

Kalium adalah unsur hara makro ketiga yang dibutuhkan tanaman dalam

jumlah yang banyak setelah nitrogen dan fosfor, bahkan kadang – kadang

melebihi jumlah nitrogen, kadar kalium dalam tanah pada umumnya cukup tinggi,

dan diperkirakan mecapai 2,6 % dari total berat tanah, tetapi kalium yang tersedia

dalam tanah cukup rendah. Pemupukan hara nitrogen dan fosfor dalam jumlah

besar turut memperbesar serapan kalium dari dalam tanah, ditambah lagi

pencucian dan erosi menyebabkan kehilangan kalium semakin besar

(Damanik et al., 2011)

Kalium (K) merupakan hara mobil, diserap tanaman dalam bentuk ion K+

dari larutan tanah.Dalam tanah K yang terdapat dalam larutan tanah berada dalam

bentuk keseimbangan dengan K yang diadsorpsi liat. Penurunan Eh akibat

penggenangan akan menghasilkan Fe2+ dan Mn2+ yang dalam jumlah besar dapat

menggantikan K yang diadsorpsi liat sehingga K dilepaskan ke dalam larutan dan

tersedia bagi tanaman. Oleh sebab itu penggenangan dapat meningkatkan

ketersediaan K tanah.Respon padi sawah terhadap pemupukan K umumnya

rendah karena kebutuhan K dapat dicukupi dari cadangan mineral K yang berada

dalam keseimbangan dengan K dalam larutan tanah dan air irigasi serta

dekomposisi bahan organik.Pada tanah sawah yang drainasenya buruk sehingga

potensial redoksnya sangat rendah, dapat terjadi kekahatan K. Hal ini karena daya

oksidasi akar sekitar rizosfer sangat rendah serta adanya akumulasi asam-asam

organik dalam larutan tanah yang dapat menghambat serapan K oleh akar

(Yoshida, 1981).

(13)

Kehilangan kalium akibat tercuci merupakan kehilangan terbesar.Dalam

keadaan yang ekstrim jumlah kehilangan ini dapat menyamai kehilangan kalium

akibat panen.Jumlah kalium yang hilang bersama air atau tercuci adalah sangat

besar, dan kehilangan ini dapat mencapai 25 kg per hektar per tahun, tetapi dapat

juga lebih besar. Besarnya kalium akibat tercuci ini sangat tergantung pada faktor

tanah seperti : tekstur tanah, kapasitas tukar kation, pH tanah dan jenis tanah

(tanah gambut). Kehilangan kalium akibat erosi cukup besar dan dianggap sangat

penting, kalau diingat bahwa kehilangan kalium dengan cara ini melampaui unsur

– unsur lain (Damanik et al., 2011).

Seng (Zn)

Hara mikro memegang peran yang sangat penting dalam proses

metabolisme pada manusia, tanaman, dan hewan. Kekurangan unsur hara mikro

akan mempengaruhi beberapa kerja enzim dan mengakibatkan metabolisme akan

tergangngu. Pada tanaman kekurangan Zn akan dapat mengurangi hasil, karena

Zn sangat penting dalam pengisian biji terutama untuk tanaman serealia. Beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi ketersediaan Zn adalah kemasaman tanah,

interaksi dengan hara lainnya, bahan organik tanah, penggenagan, kondisi iklim,

aktivitas biologi, jerapan Zn dan faktor tanaman (Ratmini, 2014).

Bentuk unsur hara mikro ini yang diserap tanaman adalah bentuk kation

Zn2+ sebagai hasil pelapukan bahan - bahan mineralnya.Kation dalam larutan hara

berada dalam kesetimbangan dengan kation dd pada situs pertukaran koloid tanah.

Kation ini membentuk senyawa khelat dengan senyawa organik, sehingga

ketersediaannya menurun dengan meningkatnya kadar bahan organik tanah.

Defisiensi Zn juga dijumpai pada tanah organik.Pada tanah berkapur, defisiensi

(14)

terjadi akibat tingginya pH sehingga terjadi presipitasi Zn oleh ion - ion

hidroksil.Sedangkan pada tanah berpasir yang masam, defisiensi terjadi akibat

intensifnya pencucian. Pada kasus lain, defisiensi Zn juga terjadi akibat

pemupukan fosfat takaran tinggi yang menyebabkan Zn diikat oleh senyawa fosfat

terlarut (Hanafiah, 2005).

Pelapukan pelikan Zn akan melepaskan Zn2+ kedalam larutan tanah. Seng

dan kation mikro lainnya tersedia paling tinggi pada pH rendah sehingga dapat

berbahaya bagi tanaman.Pengapuran yang berlebihan dapat menyebabkan

tanaman kekurangan unsur mikro, terutama Zn.Hal ini disebabkan pengaruh

peningkatan nilai pH tanah yang mengakibatkan bentuk kation unsur mikro

berubah menjadi hidroksida yang tidak larut.Kadar P dalam tanah mempengaruhi

ketersedian Zn. Defisiensi Zn dapat terjadi dalam tanah dengan ketersediaan P

tinggi (Damanik et al., 2011).

Reduksi akan mengakibatkan ketersediaan Zn dan Cu dalam larutan tanah

menurun. Penurunan kadar Zn dalam larutan tanah dapat disebabkan oleh

berbagai faktor, antara lain (1) terbentuknya endapat Zn(OH)2 sebagai akibat

meningkatnya pH setelah penggenangan; (2) terbentuknya endapan ZnCO3 karena

adanya akumulasi CO2 hasil dekomposisi bahan organik; dan (3) terjadinya

endapan ZnS karena adanya H2S sebagai akibat reduksi berlebihan atau adanya

endapan Zn3(PO4)2 karena adanya fosfat berlebihan (Yoshida, 1981).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil data yang diperoleh dari uji organoleptik dilanjutkan dengan pengujian hipotesis untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan antara singkong parut yang

Peserta yang memenuhi syarat (MS) sebanyak 170 (seratus tujuh puluh orang); c. Peserta yang tidak memenuhi syarat {TMS) sebanyak 12 (dua belas) orangM. Demikian

Pada hari ini, Selasa tanggal Tiga bulan Mei tahun Dua ribu enam belas, pada pukul 17.00 WIB yang merupakan batas akhir waktu pembukaan dokumen penawaran pekerjaan

Pada hari ini, Selasa tanggal Tiga bulan Mei tahun Dua ribu enam belas, pada pukul 17.00 WIB yang merupakan batas akhir waktu pembukaan dokumen penawaran pekerjaan

Diperoleh: (1) hasil belajar handspring secara keseluruhan yang diajar dengan gaya mengajar resiprokal lebih baik daripada yang diajar dengan menggunakan gaya mengajar latihan

Peraturan Daerah Kabupaten Pasir Nomor 12 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan, dan Pemberhentian Kepala Desa yang diundangkan

Dari paparan di atas dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui: (1) Mana yang lebih efektif, pembelajaran menggunakan metode diskusi dengan pendekatan matematika

1) Makna denotasi sebagai sarana penyampaian pesan secara tidak eksplisit. Pada buku novel grafis Batman: The Killing Joke , sebuah lelucon satire di gunakan sebagai