• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Makan dan Status Gizi Mahasiswa Asal Tolikara dalam Perubahan Lingkungan Budaya T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Makan dan Status Gizi Mahasiswa Asal Tolikara dalam Perubahan Lingkungan Budaya T1 BAB IV"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

30 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Partisipan Penelitian

Partisipan penelitian ini seluruhnya berjumlah 10

mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang berasal

dari suku bangsa Lani, Tolikara, Papua. Partisipan terdiri

atas 2 mahasiswi dan 8 mahasiswa dengan rentang usia

antara 19-21 tahun.

Partisipan 1 (J.W) adalah mahasiswa asal Tolikara

yang lahir dan tinggal selama 18 tahun di Tolikara. Sebelum

bermahasiswa di Salatiga, partisipan tidak pernah tinggal di

daerah lainnya selain Tolikara.

Partisipan yang kedua (R.E) adalah mahasiswi asal

Tolikara yang lahir di Karubaga, Tolikara dan merupakan

suku asli Tolikara yaitu suku Lani, namun partisipan tidak

tinggal di Tolikara. Partisipan tinggal selama 19 tahun di

Kota Jayapura.

Selanjutnya, partisipan 3 (M.W) merupakan mahasiswi

yang berasal dari Tolikara. Sebelum bermahasiswa di

(2)

31

Tolikara dan juga pernah tinggal selama 3 tahun di

Wamena.

Sebelum bermahasiswa di Salatiga, partisipan 4 (M.W)

belum pernah tinggal didaerah lain selain Tolikara.

Partisipan sudah 19 tahun tinggal di Tolikara.

Sama halnya dengan partisipan lainnya, sebelum

bermahasiswa di Salatiga, partisipan 5 (W.L), partisipan 6

(N.G), partisipan 7 (N.W), partisipan 9 (Y.K), serta partisipan

10 (F.K) tinggal selama 17 tahun di Tolikara dan belum

pernah tinggal di daerah lain sebelumnya.

Partisipan 8 juga sama dengan partisipan 3 (M.W)

yaitu partisipan pernah tinggal selama 3 tahun di Wamena

pada saat menempuh pendidikan SMP, sebelum tinggal di

Wamena, partisipan tinggal di Tolikara, dan setelah

menyelesaikan pendidikan di Wamena, partisipan pindah

dan tinggal selama 1 tahun di Timika kemudian partisipan

kembali tinggal di Tolikara, sebelum akhirnya bermahasiswa

di Salatiga.

4.1.2 Jenis, Jumlah dan Frekuensi Makan Partisipan

Hasil penelitian mengenai jenis dan jumlah makanan

serta frekuensi makan, pada 10 orang partisipan dipaparkan

(3)

32

makan pada 10 partisipan diperoleh melalui metode recall

24 jam dengan 4 kali pengukuran (setiap 1 hari dalam 1

minggu), kemudian metode wawancara dan observasi

(4)

33

Tabel 4.1. Jenis, Jumlah Makanan Serta Frekuensi Makan Partisipan

Hari Partisipan 1 Hari Partisipan 2

(5)

34

Hari Partisipan 3 Hari Partisipan 4

(6)
(7)

36 Telur dadar 1 19.30 1 bh

Hari Partisipan 5 Hari Partisipan 6

(8)

37

Hari Partisipan 7 Hari Partisipan 8

(9)
(10)

39

Tempe goreng 1 19.00 2 ptg Tumis ikan teri 1 19.00 4 sdm Teh manis 1 09.00 1 gls

Hari Partisipan 9 Hari Partisipan 10

(11)

40

Tumis kangkung 1 19.00 10 sdm Nasi goreng 1 19.00 43 sdm

Ayam goreng 1 19.00 1 ptg Teh manis 2 08.30 1 gls

4 Nasi 1 13.00 28 sdm 19.00 1 gls

Sayur sop 1 13.00 9 sdm 4 Susu coklat 1 07.30 1 gls Telur dadar 1 13.00 1 ptg Indomie goreng 1 07.30 18 sdm

Nasi goreng 1 19.30 45 sdm Nasi 3 07.30 18 sdm

Telur ceplok 1 19.30 1 bh 14.30 40 sdm

Teh manis 1 19.30 1 gls 20.00 45 sdm

Tumis kacang panjang

1 14.30 8 sdm

Teh manis 2 14.30 1 gls 20.00 1 gls

(12)

Berdasarkan Tabel 4.1, selama 4 hari, jenis makanan

yang dikonsumsi partisipan beraneka ragam, mulai dari

nasi, sayur, hingga lauk pauk. Frekuensi makan partisipan

bervariasi, frekuensi makan partisipan 1 (J. W), partisipan 5

(W.L) sebanyak 2 kali dalam sehari, selanjutnya frekuensi

makan partisipan 2 (R.E), partisipan 3 (M. W), partisipan 6

(N. G), partisipan 7 (N.W), partisipan 8 (S.C) serta partisipan

9 (Y.K) sebanyak 3 kali dalam sehari, sedangkan frekuensi

makan partisipan 4 (M.W) pada hari 1 dan hari 3 sebanyak 3

kali dalam sehari dan pada hari 2 dan hari 4 sebanyak 2

kali. Selanjutnya frekuensi makan partisipan 10 (F.K) pada

hari 1 sebanyak 2 kali dalam sehari, sedangkan 3 hari

lainnya sebanyak 3 kali dalam sehari.

4.1.3 Kecukupan Nilai Zat Gizi Makanan yang

Dikonsumsi

Analisis kecukupan nilai zat gizi pada 10 partisipan

diperoleh melalui metode recall makanan selama 4 kali

pengukuran disetiap minggu yang berbeda (4x24 jam) dan

disesuaikan dengan angka kecukupan gizi sesuai

Permenkes (2013), dan berdasarkan berat dan tinggi badan

(13)

Nutrisurvey (2007). Kandungan dan nilai zat gizi yang

direkomendasikan dipaparkan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Angka Kecukupan Gizi yang

Direkomendasikan Sesuai Permenkes (2013)

Nilai kecukupan kalori 10 partisipan diperoleh melalui data

recall makanan yang dikonsumsi selama 4 hari (1 hari di

setiap minggu) dihitung dan dianalisis dengan aplikasi

Nutrisurvey (2007). Selama 4 hari, nilai rata-rata kalori yang

dikonsumsi oleh partisipan 1 (J.W) yaitu (3534.68 Kkal),

partisipan 2 (R.E) yaitu (2461.325 Kkal), partisipan 3 (M.W)

(14)

Kkal), partisipan 5 (W.L) yaitu (1810.075 Kkal), rata-rata nilai

kalori partisipan 6 (N.G) yaitu (2875.25 Kkal), partisipan 7

(N.W) yakni (2846.375 Kkal), partisipan 8 (S.C) yakni

(2800.9 Kkal), partisipan 9 (Y.K) yaitu (2959.125 Kkal),

partisipan 10 (F.K) yaitu (2288.475 Kkal). Nilai tertinggi

konsumsi kalori selama 4 hari adalah partisipan 9 (Y.K) yaitu

(3766.5 Kkal), dan nilai terendah adalah partisipan 5 (W.L)

yaitu (1354.3 Kkal).

Gambar 4.1 Kecukupan Zat Gizi Kalori yang

Dikonsumsi Partisipan Selama 4 Hari di Salatiga

Berdasarkan Gambar 4.1, nilai kalori yang dikonsumsi 10

partisipan berbeda, pada hari tertentu konsumsi dan nilai zat

(15)

(minggu keempat), konsumsi kalori sebagian besar

partisipan menjadi rendah dibawah nilai kalori standar,

hanya nilai zat gizi kalori partisipan 7 (N. W) pada hari 4

yang berada diatas standar yaitu (2929.6 Kkal).

Konsumsi dan nilai zat gizi kalori partisipan 1 (J.W),

partisipan 4 (M.W), partisipan 5 (W.L) dan partisipan 10

(F.K) selama 4 hari observasi selalu dibawah nilai kalori

standar. Nilai rendah konsumsi Partisipan 1 (J.W) adalah

pada hari 3 yaitu (1736.5 Kkal) dan tertinggi pada hari 1

yaitu (2680.8 Kkal), nilai rendah konsumsi partisipan 2 (R.E)

adalah pada hari 4 yaitu (2102.1Kkal) dan tertinggi pada hari

3 yaitu (2841.7 Kkal), nilai rendah konsumsi partisipan 3

(M.W) adalah (1751.4 Kkal) dan nilai tertinggi pada hari 2

yaitu (2521.9 Kkal). Selanjutnya, nilai rendah konsumsi

kalori partisipan 4 (M.W) adalah (2042.9 Kkal) dan nilai

tertinggi pada hari 4 yaitu (2619.7 Kkal), nilai rendah

konsumsi kalori partisipan 5 (W.L) pada hari 4 yaitu (1478.7

Kkal) dan nilai tertinggi pada hari 2 yaitu (2234.7 Kkal), nilai

rendah konsumsi kalori partisipan 6 (N.G) pada hari 4 yaitu

(1693.5 Kkal) kemudian nilai tertinggi pada hari 3 yaitu

(3417.8 Kkal), nilai rendah konsumsi kalori partisipan 7

(N.W) pada hari 1 yaitu (1889.7 Kkal) dan nilai tertinggi pada

(16)

partisipan 8 (S.C) pada hari 4 yaitu (2099.3 Kkal) sedangkan

nilai tertinggi konsumsi kalori pada hari 2 yaitu (3744.6Kkal).

Nilai rendah konsumsi kalori partisipan 9 (Y.K) pada hari 4

yaitu (1915.9 Kkal), dan nilai tinggi konsumsi kalori pada

hari 2 yaitu (3766.5 Kkal), terakhir nilai rendah konsumsi

kalori partisipan 10 (F.K) pada hari 1 yaitu (1956.3 Kkal) dan

nilai tertinggi konsumsi kalori pada hari 4 yaitu (2633.7

Kkal).

2. Karbohidrat

Nilai kecukupan karbohidrat 10 partisipan diperoleh melalui

makanan yang dikonsumsi partisipan selama 4 hari. Selama

4 hari, nilai rata-rata karbohidrat yang dikonsumsi oleh

partisipan 1 (J.W) yaitu (383.7 g), partisipan 2 (R.E) yaitu

(363.875 g), partisipan 3 (M.W) yaitu (329.075 g), partisipan

4 (M.W) yaitu (440.125 g), partisipan 5 (W.L) yaitu (234.275

g), rata-rata nilai karbohidrat partisipan 6 (N.G) yaitu

(451.175 g), partisipan 7 (N.W) yakni (433.725 g), partisipan

8 (S.C) yakni (345.3 g), partisipan 9 (Y.K) yaitu (380.7 g),

partisipan 10 (F.K) yaitu (322.725 g). Nilai tertinggi konsumsi

karbohidrat adalah partisipan 4 (M.W) yaitu (587.1 g) dan

(17)

Gambar 4.2 Kecukupan Zat Gizi Karbohidrat yang

Dikonsumsi Partisipan Selama 4 Hari di Salatiga

Berdasarkan Gambar 4.2, nilai karbohidrat yang dikonsumsi

10 partisipan berbeda. Konsumsi karbohirat yang selalu

berada rendah dibawah standar selama 4 hari adalah

partisipan 5 (W.L).

Nilai rendah konsumsi Partisipan 1 (J.W) adalah pada hari 2

yaitu (246.3 g) dan tertinggi pada hari 1 yaitu (472.9 g), nilai

rendah konsumsi partisipan 2 (R.E) adalah pada hari 2 yaitu

(282.5 g) dan tertinggi pada hari 3 yaitu (491.4 g), nilai

(18)

pada hari 4 yaitu (294.8 g) dan nilai tertinggi pada hari 1

yaitu (391.7 g).

Selanjutnya, nilai rendah konsumsi karbohidrat partisipan 4

(M.W) adalah pada hari 3 yaitu (324.8 g) dan nilai tertinggi

pada hari 1 yaitu (587.1 g), nilai rendah konsumsi

karbohidrat partisipan 5 (W.L) pada hari 4 yaitu (177.6 g)

dan nilai tertinggi pada hari 1 yaitu (271.4 g), nilai rendah

konsumsi karbohidrat partisipan 6 (N.G) pada hari 4 yaitu

(268.5 g) kemudian nilai tertinggi pada hari 2 yaitu (523 g),

nilai rendah konsumsi karbohidrat partisipan 7 (N.W) pada

hari 1 yaitu (339.2 g) dan nilai tertinggi pada hari 3 yaitu

(478.4 g), nilai rendah konsumsi karbohidrat partisipan 8

(S.C) pada hari 3 yaitu (269.6 g) sedangkan nilai tertinggi

konsumsi karbohidrat pada hari 2 yaitu (478.4 g).

Nilai rendah konsumsi karbohidrat partisipan 9 (Y.K) pada

hari 4 yaitu (189.4 g), dan nilai tinggi konsumsi karbohidrat

pada hari 2 yaitu (515 g), terakhir nilai rendah konsumsi

karbohidrat partisipan 10 (F.K) pada hari 1 yaitu (243.2 g)

dan nilai tertinggi konsumsi karbohidrat pada hari 4 yaitu

(510.4 g).

3. Protein

Nilai kecukupan protein 10 partisipan diperoleh melalui

(19)

Selama 4 hari, nilai rata-rata protein yang dikonsumsi oleh

partisipan 1 (J.W) yaitu (59.275 g), partisipan 2 (R.E) yaitu

(79.525 g), partisipan 3 (M.W) yaitu (59.425 g), partisipan 4

(M.W) yaitu (76.325 g), partisipan 5 (W.L) yaitu (60 g),

rata-rata nilai kalori partisipan 6 (N.G) yaitu (69.025 g), partisipan

7 (N.W) yakni (101.625 g), partisipan 8 (S.C) yakni (90.95

g), partisipan 9 (Y.K) yaitu (109.15 g), partisipan 10 (F.K)

yaitu (71.5 g). Nilai tertinggi konsumsi protein adalah

partisipan 9 (Y.K) yaitu (141.7 g) dan nilai terendah adalah

partisipan 1 (J. W) yaitu (20.8 g).

Gambar 4.3 Kecukupan Zat Gizi Protein yang

(20)

Berdasarkan Gambar 4.3, konsumsi dan nilai zat gizi protein

bervariasi, ada hari tertentu konsumsi protein diatas standar

yang ditentukan dan ada hari konsumsi protein tidak

mencukupi nilai standar yang ditentukan. Konsumsi nilai gizi

protein 10 partisipan pada hari 1 diatas standar yang

ditentukan.

Nilai rendah konsumsi Partisipan 1 (J.W) adalah pada hari 3

yaitu (20.8 g) dan tertinggi pada hari 1 yaitu (109.7 g), nilai

rendah konsumsi partisipan 2 (R.E) adalah pada hari 4 yaitu

(56 g) dan tertinggi pada hari 3 yaitu (118.2 g), nilai rendah

konsumsi protein partisipan 3 (M.W) adalah pada hari 4

yaitu (43.8 g) dan nilai tertinggi pada hari 2 yaitu (89.7 g).

Selanjutnya, nilai rendah konsumsi protein partisipan 4

(M.W) adalah pada hari 2 yaitu (52.8 g) dan nilai tertinggi

pada hari 1 yaitu (119.6 g), nilai rendah konsumsi protein

partisipan 5 (W.L) pada hari 4 yaitu (37.8 g) dan nilai

tertinggi pada hari 2 yaitu (89.7 g), nilai rendah konsumsi

protein partisipan 6 (N.G) pada hari 4 yaitu (44.2 g)

kemudian nilai tertinggi pada hari 2 yaitu (98 g), nilai rendah

konsumsi protein partisipan 7 (N.W) pada hari 4 yaitu (82.3

g) dan nilai tertinggi pada hari 1 yaitu (101.9 g), nilai rendah

(21)

sedangkan nilai tertinggi konsumsi protein pada hari 2 yaitu

(128 g).

Nilai rendah konsumsi protein partisipan 9 (Y.K) pada hari 4

yaitu (42.9 g), dan nilai tinggi konsumsi protein pada hari 2

yaitu (141.7 g), terakhir nilai rendah konsumsi protein

partisipan 10 (F.K) pada hari 3 yaitu (48 g) dan nilai tertinggi

konsumsi protein pada hari 2 yaitu (115.1 g).

4. Lemak

Nilai kecukupan lemak 10 partisipan diperoleh melalui

makanan yang dikonsumsi partisipan selama 4 hari. Selama

4 hari, nilai rata-rata lemak yang dikonsumsi oleh partisipan

1 (J.W) yaitu (58.325 g), partisipan 2 (R.E) yaitu (84.7 g),

partisipan 3 (M.W) yaitu (75.425 g), partisipan 4 (M.W) yaitu

(57.825 g), partisipan 5 (W.L) yaitu (70.55 g), rata-rata nilai

lemak partisipan 6 (N.G) yaitu (89.725 g), partisipan 7 (N.W)

yakni (93.9 g), partisipan 8 (S.C) yakni (116.175 g),

partisipan 9 (Y.K) yaitu (119.425 g), partisipan 10 (F.K) yaitu

(79.025 g).

Nilai tertinggi konsumsi lemak adalah partisipan 8 (S.C)

yaitu pada hari 3 (152 g) dan nilai terendah konsumsi lemak

(22)

Gambar 4.4 Kecukupan Zat Gizi Lemak yang

Dikonsumsi Partisipan Selama 4 Hari di Salatiga

Berdasarkan Gambar 4.4, konsumsi dan nilai zat gizi lemak

partisipan bervariasi, konsumsi lemak partisipan 1 (J.W) dan

partisipan 4 (M.W) selama 4 hari tidak mencukupi nilai

standar yang ditentukan, sedangkan konsumsi lemak

partisipan 9 (Y.K) selama 4 hari diatas nilai standar yang

ditentukan.

Nilai rendah konsumsi lemak partisipan 1 (J.W) adalah pada

hari 3 yaitu (14.2 g) dan tertinggi pada hari 4 yaitu (85.6 g),

nilai rendah konsumsi lemak partisipan 2 (R.E) adalah pada

(23)

nilai rendah konsumsi lemak partisipan 3 (M.W) adalah pada

hari 3 yaitu (42.4 g) dan tertinggi pada hari 2 yaitu (116.8 g).

Selanjutnya, nilai rendah konsumsi lemak partisipan 4 (M.W)

adalah pada hari 4 yaitu (52.6 g) dan tertinggi pada hari 3

yaitu (63.9 g), nilai rendah konsumsi lemak partisipan 5

(W.L) pada hari 3 yaitu (50.3 g) dan tertinggi pada hari 2

yaitu (89.6 g), nilai rendah konsumsi lemak partisipan 6

(N.G) pada hari 4 yaitu (48.6 g) dan nilai tertinggi pada hari

3 yaitu (131.5 g), nilai rendah konsumsi lemak partisipan 7

(N.W) pada hari 1 yaitu (42.7 g) dan tertinggi pada hari 3

yaitu (131.2 g), nilai rendah konsumsi lemak partisipan 8

(S.C) pada hari 4 yaitu (70 g) sedangkan tertinggi konsumsi

lemak pada hari 3 yaitu (152 g).

Nilai rendah konsumsi lemak partisipan 9 (Y.K) pada hari 1

yaitu (107.4 g), dan nilai tinggi konsumsi lemak pada hari 3

yaitu (135.4 g), terakhir nilai rendah konsumsi lemak

partisipan 10 (F.K) pada hari 4 yaitu (39.5 g) dan nilai

tertinggi konsumsi lemak pada hari 3 yaitu (122.5 g).

5. Vitamin A

Nilai kecukupan vitamin A 10 partisipan diperoleh melalui

makanan yang dikonsumsi partisipan selama 4 hari (1 hari

(24)

Gambar 4.5 Kecukupan Zat Gizi Vitamin A yang

Dikonsumsi Partisipan Selama 4 Hari di Salatiga

Selama 4 hari, nilai rata-rata vitamin A yang dikonsumsi oleh

partisipan 1 (J.W) yaitu (362.25 mcg), partisipan 2 (R.E)

yaitu (2856.475 mcg), partisipan 3 (M.W) yaitu (738.35

mcg), partisipan 4 (M.W) yaitu (667.425 mcg), partisipan 5

(W.L) yaitu (288.5 mcg), rata-rata nilai vitamin A partisipan 6

(N.G) yaitu (441.35 mcg), partisipan 7 (N.W) yakni

(1048.375 mcg), partisipan 8 (S.C) yakni (615.725 mcg),

partisipan 9 (Y.K) yaitu (1268.35 mcg), partisipan 10 (F.K)

yaitu (2450.25 mcg).

Berdasarkan Gambar 4.5, nilai tertinggi konsumsi vitamin A

(25)

nilai terendah konsumsi vitamin A adalah partisipan 6 (N.G)

yaitu pada hari 4 (22.4mcg). Konsumsi vitamin A partisipan

2 (R.E) dan partisipan 10 (F.K) cenderung lebih tinggi pada

hari 1 dibandingkan dengan hari lainnya. Konsumsi vitamin

A partisipan 1 (J.W) selama 4 hari belum memenuhi standar

vitamin A yang direkomendasikan. Sedangkan untuk

partisipan lainnya, ada hari tertentu konsumsi vitamin A

menjadi tinggi dan ada hari tertentu konsumsi vitamin A

menjadi rendah.

Nilai rendah konsumsi vitamin A partisipan 1 (J.W) adalah

pada hari 2 yaitu (282.9 mcg) dan tertinggi pada hari 3 yaitu

(458 mcg), nilai rendah konsumsi vitamin A partisipan 2

(R.E) adalah pada hari 2 yaitu (425.1 mcg) dan tertinggi

pada hari 1 yaitu (8499.7 mcg), nilai rendah konsumsi

vitamin A partisipan 3 (M.W) adalah pada hari 2 yaitu (429.6

mcg) dan nilai tertinggi pada hari 4 yaitu (1755.3 mcg).

Selanjutnya, nilai rendah konsumsi vitamin A partisipan 4

(M.W) adalah pada hari 3 yaitu (202.8 mcg) dan nilai

tertinggi pada hari 1 yaitu (1299.6 mcg), nilai rendah

konsumsi vitamin A partisipan 5 (W.L) pada hari 4 yaitu

(90.1 mcg) dan nilai tertinggi pada hari 2 yaitu (604.8 mcg),

nilai rendah konsumsi vitamin A partisipan 6 (N.G) pada hari

(26)

(865.8 mcg), nilai rendah konsumsi vitamin A partisipan 7

(N.W) pada hari 2 yaitu (173.1 mcg) dan nilai tertinggi pada

hari 4 yaitu (1728.4 mcg), nilai rendah konsumsi vitamin A

partisipan 8 (S.C) pada hari 4 yaitu (330.8 mcg) sedangkan

nilai tertinggi konsumsi vitamin A pada hari 2 yaitu

(1317.5mcg).

Nilai rendah konsumsi vitamin A partisipan 9 (Y.K) pada hari

4 yaitu (754.7 mcg), dan nilai tinggi konsumsi vitamin A

pada hari 3 yaitu (1617 mcg), terakhir nilai rendah konsumsi

vitamin A partisipan 10 (F.K) pada hari 3 yaitu (267.6 mcg)

dan nilai tertinggi konsumsi vitamin A pada hari 1 yaitu

(7296.4 mcg).

6. Vitamin E

Nilai kecukupan vitamin E 10 partisipan diperoleh melalui

makanan yang dikonsumsi partisipan selama 4 hari (1 hari

dalam 1 minggu).

Selama 4 hari, nilai rata-rata vitamin E yang dikonsumsi oleh

partisipan 1 (J.W) yaitu (3.6 mg), partisipan 2 (R.E) yaitu

(6.625 mg), partisipan 3 (M.W) yaitu (5.6mg), partisipan 4

(M.W) yaitu (2 mg), partisipan 5 (W.L) yaitu (2.975 mg),

rata-rata nilai vitamin E partisipan 6 (N.G) yaitu (6.675 mg),

(27)

(7.25 mg), partisipan 9 (Y.K) yaitu (9.1 mg), partisipan 10

(F.K) yaitu (5.375 mg).

Gambar 4.6 Kecukupan Zat Gizi Vitamin E yang

Dikonsumsi Partisipan Selama 4 Hari di Salatiga

Berdasarkan Gambar 4.6, konsumsi vitamin E 10 partisipan

selama 4 hari tidak mencukupi nilai standar yang ditentukan

semua nilai gizi vitamin partisipan berada di bawah standar.

Nilai rendah konsumsi vitamin E partisipan 1 (J.W) adalah

pada hari 3 yaitu (0 mg) dan tertinggi pada hari 4 yaitu (6.4

mg), nilai rendah konsumsi vitamin E partisipan 2 (R.E)

adalah pada hari 1 dan 2 yaitu (6 mg) dan tertinggi pada hari

(28)

3 (M.W) adalah pada hari 1 yaitu (4.6 mg) dan nilai tertinggi

pada hari 2 yaitu (7.8 mg).

Selanjutnya, nilai rendah konsumsi vitamin E partisipan 4

(M.W) adalah pada hari 1 dan 4 yaitu (0 mg) dan nilai

tertinggi pada hari 2 yaitu (5 mg), nilai rendah konsumsi

vitamin E partisipan 5 (W.L) pada hari 4 yaitu (1.8 mg) dan

nilai tertinggi pada hari 2 yaitu (4.6 mg), nilai rendah

konsumsi vitamin E partisipan 6 (N.G) pada hari 4 yaitu (1.6

mg) kemudian nilai tertinggi pada hari 3 yaitu (9.4 mg), nilai

rendah konsumsi vitamin E partisipan 7 (N.W) pada hari 1

yaitu (2.8 mg) dan nilai tertinggi pada hari 4 dan 5 yaitu (9

mg), nilai rendah konsumsi vitamin E partisipan 8 (S.C)

pada hari 1 yaitu (4.6 mg) sedangkan nilai tertinggi

konsumsi vitamin E pada hari 2 yaitu (11 mg).

Nilai rendah konsumsi vitamin E partisipan 9 (Y.K) pada hari

3 yaitu (6.8 mg), dan nilai tinggi konsumsi vitamin E pada

hari 1 yaitu (13 mg), terakhir nilai rendah konsumsi vitamin E

partisipan 10 (F.K) pada hari 2 yaitu (3.2 mg) dan nilai

tertinggi konsumsi vitamin E pada hari 3 yaitu (7.5 mg).

7. Vitamin B1

Nilai kecukupan vitamin E 10 partisipan diperoleh melalui

makanan yang dikonsumsi partisipan selama 4 hari (1 hari

(29)

Selama 4 hari, nilai rata-rata vitamin B1 yang dikonsumsi

oleh partisipan 1 (J.W) yaitu (0.425 mg), partisipan 2 (R.E)

yaitu (0.65 mg), partisipan 3 (M.W) yaitu (0.45 mg),

partisipan 4 (M.W) yaitu (0.55 mg), partisipan 5 (W.L) yaitu

(0.425 mg), rata-rata nilai vitamin B1 partisipan 6 (N.G) yaitu

(0.475 mg), partisipan 7 (N.W) yakni (0.925 mg), partisipan

8 (S.C) yakni (0.675 mg), partisipan 9 (Y.K) yaitu (1.15 mg),

partisipan 10 (F.K) yaitu (0.675 mg).

Gambar 4.7 Kecukupan Zat Gizi Vitamin B1 yang

Dikonsumsi Partisipan Selama 4 Hari di Salatiga

Berdasarkan Gambar 4.7, konsumsi vitamin B1 10

partisipan selama 4 hari bervariasi, dari 10 partisipan

(30)

standar yang ditentukan. Konsumsi vitamin B1 tertinggi

adalah partisipan 9 (Y.K) pada hari 2 yaitu (2 mg) dan

konsumsi vitamin B1 terendah adalah partisipan 1 pada hari

3 yaitu (0.2 mg)

Nilai rendah konsumsi vitamin B1 partisipan 1 (J.W) adalah

pada hari 3 yaitu (0.2 mg) dan tertinggi pada hari 1 yaitu (0.7

mg), nilai rendah konsumsi vitamin B1 partisipan 2 (R.E)

adalah pada hari 2 dan 4 yaitu (0.5 mg) dan tertinggi pada

hari 3 yaitu (1 mg), nilai rendah konsumsi vitamin B1

partisipan 3 (M.W) adalah pada hari 2 dan 3 yaitu (0.4 mg)

dan nilai tertinggi pada hari 1 dan 4 yaitu (0.5 mg).

Selanjutnya, nilai rendah konsumsi vitamin B1 partisipan 4

(M.W) adalah pada hari 3 dan 4 yaitu (0.4 mg) dan nilai

tertinggi pada hari 2 yaitu (0.8 mg), nilai rendah konsumsi

vitamin B1 partisipan 5 (W.L) pada hari 3 dan 4 yaitu (0.3

mg) dan nilai tertinggi pada hari 2 yaitu (0.6 mg), nilai

rendah konsumsi vitamin B1 partisipan 6 (N.G) pada hari 3

dan 4 yaitu (0.4 mg) kemudian nilai tertinggi pada hari 2

yaitu (0.6 mg), nilai rendah konsumsi vitamin B1 partisipan 7

(N.W) pada hari 2 yaitu (0.6 mg) dan nilai tertinggi pada hari

3 yaitu (1.6 mg), nilai rendah konsumsi vitamin B1 partisipan

8 (S.C) pada hari 3 dan 4 yaitu (0.5 mg) sedangkan nilai

(31)

Nilai rendah konsumsi vitamin B1 partisipan 9 (Y.K) pada

hari 4 yaitu (0.3 mg), dan nilai tinggi konsumsi vitamin B1

pada hari 2 yaitu (2 mg), terakhir nilai rendah konsumsi

vitamin B1 partisipan 10 (F.K) pada hari 3 yaitu (0.3 mg) dan

nilai tertinggi konsumsi vitamin B1 pada hari 2 yaitu (1.1mg).

8. Vitamin B2

Nilai kecukupan vitamin B2 10 partisipan diperoleh melalui

makanan yang dikonsumsi partisipan selama 4 hari (1 hari

dalam 1 minggu).

Gambar 4.8 Kecukupan Zat Gizi Vitamin B2 yang

Dikonsumsi Partisipan Selama 4 Hari di Salatiga

Selama 4 hari, nilai rata-rata vitamin B2 yang dikonsumsi

oleh partisipan 1 (J.W) yaitu (0.6 mg), partisipan 2 (R.E)

(32)

4 (M.W) yaitu (0.6 mg), partisipan 5 (W.L) yaitu (0.7 mg),

rata-rata nilai vitamin B2 partisipan 6 (N.G) yaitu (0.875 mg),

partisipan 7 (N.W) yakni (0.975 mg), partisipan 8 (S.C) yakni

(1.2 mg), partisipan 9 (Y.K) yaitu (1.7mg), partisipan 10

(F.K) yaitu (1.225 mg).

Berdasarkan Gambar 4.8, konsumsi vitamin B2 10

partisipan selama 4 hari bervariasi, sebagian besar

konsumsi vitamin B2 tidak mencukupi nilai standar yang

ditentukan yaitu partisipan 1 (J.W), partisipan 3 (M.W),

partisipan 4 (M.W), partisipan 5 (W.L), dan partisipan 6

(N.G).

Nilai rendah konsumsi vitamin B2 partisipan 1 (J.W) adalah

pada hari 3 yaitu (0.3 mg) dan tertinggi pada hari 1 yaitu (0.8

mg), nilai rendah konsumsi vitamin B2 partisipan 2 (R.E)

adalah pada hari 3 dan 4 yaitu (0.9 mg) dan tertinggi pada

hari 1 yaitu (2.5 mg), nilai rendah konsumsi vitamin B2

partisipan 3 (M.W) adalah pada hari 4 yaitu (0.7 mg) dan

nilai tertinggi pada hari 1 yaitu (0.9 mg).

Selanjutnya, nilai rendah konsumsi vitamin B2 partisipan 4

(M.W) adalah pada hari 1 yaitu (0.2 mg) dan nilai tertinggi

pada hari 2 dan 4 yaitu (0.9 mg), nilai rendah konsumsi

vitamin B2 partisipan 5 (W.L) pada hari 3 dan 4 yaitu (0.3

(33)

rendah konsumsi vitamin B2 partisipan 6 (N.G) pada hari 4

(0.4 mg) kemudian nilai tertinggi pada hari 2 yaitu (1.2 mg),

nilai rendah konsumsi vitamin B2 partisipan 7 (N.W) pada

hari 1 dan 2 yaitu (0.4 mg) dan nilai tertinggi pada hari 3

yaitu (1.8 mg), nilai rendah konsumsi vitamin B2 partisipan 8

(S.C) pada hari 4 yaitu (0.7 mg) sedangkan nilai tertinggi

konsumsi vitamin B2 pada hari 2 yaitu (1.8 mg).

Nilai rendah konsumsi vitamin B2 partisipan 9 (Y.K) pada

hari 4 yaitu (1.1 mg), dan nilai tinggi konsumsi vitamin B2

pada hari 2 yaitu (2 mg), terakhir nilai rendah konsumsi

vitamin B2 partisipan 10 (F.K) pada hari 3 yaitu (0.5 mg) dan

nilai tertinggi konsumsi vitamin B2 pada hari 1 yaitu (2.3mg).

9. Vitamin B6

Nilai kecukupan vitamin B6 untuk 10 partisipan diperoleh

melalui makanan yang dikonsumsi partisipan selama 4 hari

(1 hari dalam 1 minggu).

Selama 4 hari, nilai rata-rata vitamin B6 yang dikonsumsi

oleh partisipan 1 (J.W) yaitu (0.825 mg), partisipan 2 (R.E)

yaitu (1.3mg), partisipan 3 (M.W) yaitu (1.125 mg),

partisipan 4 (M.W) yaitu (1.125 mg), partisipan 5 (W.L) yaitu

(1.15 mg), rata-rata nilai vitamin B6 partisipan 6 (N.G) yaitu

(34)

(S.C) yakni (1.325 mg), partisipan 9 (Y.K) yaitu (1.625 mg),

partisipan 10 (F.K) yaitu (1.15 mg).

Gambar 4.9 Kecukupan Zat Gizi Vitamin B6 yang

Dikonsumsi Partisipan Selama 4 Hari di Salatiga

Berdasarkan Gambar 4.9, konsumsi vitamin B6 10

partisipan selama 4 hari bervariasi, pada hari tertentu

konsumsi dan nilai zat gizi vitamin B6 partisipan menjadi

rendah ataupun menjadi tinggi.

Nilai rendah konsumsi vitamin B6 partisipan 1 (J.W) adalah

pada hari 3 yaitu (0.3 mg) dan tertinggi pada hari 1 yaitu (1.5

mg), nilai rendah konsumsi vitamin B6 partisipan 2 (R.E)

adalah pada hari 1, 2 dan 4 yaitu (1.2 mg) dan tertinggi pada

(35)

partisipan 3 (M.W) adalah pada hari 2 yaitu (0.8 mg) dan

nilai tertinggi pada hari 1 yaitu (1.9 mg).

Selanjutnya, nilai rendah konsumsi vitamin B6 partisipan 4

(M.W) adalah pada hari 1 yaitu (0.4 mg) dan nilai tertinggi

pada hari 2 yaitu (2.3 mg), nilai rendah konsumsi vitamin B6

partisipan 5 (W.L) pada hari 4 yaitu (0.6 mg) dan nilai

tertinggi pada hari 2 yaitu (1.8 mg), nilai rendah konsumsi

vitamin B6 partisipan 6 (N.G) pada hari 4 (0.7 mg) kemudian

nilai tertinggi pada hari 1 yaitu (2.1 mg), nilai rendah

konsumsi vitamin B6 partisipan 7 (N.W) pada hari 1 dan 2

yaitu (0.9 mg) dan nilai tertinggi pada hari 3 dan 4 yaitu (1.7

mg), nilai rendah konsumsi vitamin B6 partisipan 8 (S.C)

pada hari 4 yaitu (1 mg) sedangkan nilai tertinggi konsumsi

vitamin B6 pada hari 2 yaitu (1.7 mg).

Nilai rendah konsumsi vitamin B6 partisipan 9 (Y.K) pada

hari 4 yaitu (0.7 mg), dan nilai tinggi konsumsi vitamin B6

pada hari 2 yaitu (2.6 mg), terakhir nilai rendah konsumsi

vitamin B6 partisipan 10 (F.K) pada hari 3 yaitu (0.8 mg) dan

nilai tertinggi konsumsi vitamin B6 pada hari 2 yaitu (1.7mg).

10. Vitamin C

Nilai kecukupan vitamin C untuk 10 partisipan diperoleh

melalui makanan yang dikonsumsi partisipan selama 4 hari

(36)

Selama 4 hari, nilai rata-rata vitamin C yang dikonsumsi

oleh partisipan 1 (J.W) yaitu (16.675 mg), partisipan 2 (R.E)

yaitu (51.7 mg), partisipan 3 (M.W) yaitu (17.6 mg),

partisipan 4 (M.W) yaitu (30.6 mg), partisipan 5 (W.L) yaitu

(18.925 mg), rata-rata nilai vitamin C partisipan 6 (N.G) yaitu

(21.025 mg), partisipan 7 (N.W) yakni (52.775 mg),

partisipan 8 (S.C) yakni (25.425 mg), partisipan 9 (Y.K) yaitu

(83.65 mg), partisipan 10 (F.K) yaitu (39.05 mg).

Gambar 4.10 Kecukupan Zat Gizi Vitamin C yang

Dikonsumsi Partisipan Selama 4 Hari di Salatiga

Berdasarkan Gambar 4.10, konsumsi vitamin C sebagian

besar partisipan cenderung tidak mencukupi nilai standar

(37)

3 (M.W), partisipan 5 (W.L), partisipan 6 (N.G) partisipan 7

(N.W), partisipan 8 (S.C) dan partisipan 10 (F.K). Konsumsi

vitamin C dengan nilai tertinggi adalah partisipan 9 (Y.K)

pada hari 2 yaitu (134.5 mg), dan konsumsi vitamin C

dengan nilai terendah adalah partisipan 9 (Y.K) pada hari 4

yaitu (2.7 mg).

Nilai rendah konsumsi vitamin C partisipan 1 (J.W) adalah

pada hari 3 yaitu (5.3 mg) dan tertinggi pada hari 4 yaitu

(23.6 mg), nilai rendah konsumsi vitamin C partisipan 2

(R.E) adalah pada hari 2 yaitu (16.8 mg) dan tertinggi pada

hari 3 yaitu (119.3 mg), nilai rendah konsumsi vitamin C

partisipan 3 (M.W) adalah pada hari 3 yaitu (6.6 mg) dan

nilai tertinggi pada hari 3 yaitu (25.4 mg).

Selanjutnya, nilai rendah konsumsi vitamin C partisipan 4

(M.W) adalah pada hari 4 yaitu (2.9 mg) dan nilai tertinggi

pada hari 2 yaitu (94.7 mg), nilai rendah konsumsi vitamin C

partisipan 5 (W.L) pada hari 4 yaitu (7.6 mg) dan nilai

tertinggi pada hari 2 yaitu (37.2 mg), nilai rendah konsumsi

vitamin C partisipan 6 (N.G) pada hari 4 (3.6 mg) kemudian

nilai tertinggi pada hari 1 yaitu (40.4 mg), nilai rendah

konsumsi vitamin C partisipan 7 (N.W) pada hari 1 yaitu

(35.5 mg) dan nilai tertinggi pada hari 3 yaitu (73.6 mg), nilai

(38)

yaitu (6 mg) sedangkan nilai tertinggi konsumsi vitamin C

pada hari 2 yaitu (64.9 mg).

Nilai rendah konsumsi vitamin C partisipan 9 (Y.K) pada hari

4 yaitu (2.7 mg), dan nilai tinggi konsumsi vitamin C pada

hari 2 yaitu (134.5 mg), terakhir nilai rendah konsumsi

vitamin C partisipan 10 (F.K) pada hari 3 yaitu (19 mg) dan

nilai tertinggi konsumsi vitamin C pada hari 4 yaitu (56 mg).

11. Kalsium

Nilai kecukupan kalsium untuk 10 partisipan diperoleh

melalui makanan yang dikonsumsi partisipan selama 4 hari

(1 hari dalam 1 minggu).

Selama 4 hari, nilai rata-rata kalsium yang dikonsumsi oleh

partisipan 1 (J.W) yaitu (277.05 mg), partisipan 2 (R.E) yaitu

(388.275 mg), partisipan 3 (M.W) yaitu (233.825 mg),

partisipan 4 (M.W) yaitu (283.775 mg), partisipan 5 (W.L)

yaitu (222.05 mg), rata-rata nilai kalsium partisipan 6 (N.G)

yaitu (333.95 mg), partisipan 7 (N.W) yakni (841.2 mg),

partisipan 8 (S.C) yakni (504.825 mg), partisipan 9 (Y.K)

yaitu (1314.025 mg), partisipan 10 (F.K) yaitu (477.325 mg).

Nilai konsumsi kalsium tertinggi adalah partisipan 9 (Y.K)

hari 1 yaitu (2182.7 mg), dan nilai konsumsi kalsium

terendah adalah partisipan 5 (W.L) pada hari 1 yaitu (105.8

(39)

Berdasarkan Gambar 4.11, konsumsi kalsium sebagian

besar partisipan yaitu partisipan 1(J.W), partisipan 2 (R.E),

partisipan 3 (M.W), partisipan 4 (M.W), partisipan 5 (W.L),

dan partisipan 6 (N.G) selama 4 hari tidak mencukupi nilai

standar yang direkomendasikan. Sedangkan konsumsi

kalsium partisipan lainnya bervariasi, ada hari yang nilai

konsumsinya rendah, dan ada hari yang nilai konsumsinya

tinggi melebihi standar.

Gambar 4.11 Kecukupan Zat Gizi Kalsium yang

Dikonsumsi Partisipan Selama 4 Hari di Salatiga

Nilai rendah konsumsi kalsium partisipan 1 (J.W) adalah

pada hari 2 yaitu (152.7 mg) dan tertinggi pada hari 1 yaitu

(432 mg), nilai rendah konsumsi kalsium partisipan 2 (R.E)

(40)

yaitu (513.9 mg), nilai rendah konsumsi kalsium partisipan 3

(M.W) adalah pada hari 4 yaitu (161 mg) dan nilai tertinggi

pada hari 2 yaitu (289mg).

Selanjutnya, nilai rendah konsumsi kalsium partisipan 4

(M.W) adalah pada hari 3 yaitu (199.4 mg) dan nilai tertinggi

pada hari 1 yaitu (408.9 mg), nilai rendah konsumsi kalsium

partisipan 5 (W.L) pada hari 3 yaitu (211.2 mg) dan nilai

tertinggi pada hari 2 yaitu (299.8 mg), nilai rendah konsumsi

kalsium partisipan 6 (N.G) pada hari 4 (222.9 mg) kemudian

nilai tertinggi pada hari 2 yaitu (385.9 mg), nilai rendah

konsumsi kalsium partisipan 7 (N.W) pada hari 1 yaitu

(374.5 mg) dan nilai tertinggi pada hari 4 yaitu (1304.3 mg),

nilai rendah konsumsi kalsium partisipan 8 (S.C) pada hari 3

yaitu (148 mg) sedangkan nilai tertinggi konsumsi kalsium

pada hari 2 yaitu (1371.4 mg).

Nilai rendah konsumsi kalsium partisipan 9 (Y.K) pada hari 4

yaitu (135.6 mg), dan nilai tinggi konsumsi kalsium pada hari

1 yaitu (2182.7 mg), terakhir nilai rendah konsumsi kalsium

partisipan 10 (F.K) pada hari 3 yaitu (244.4 mg) dan nilai

(41)

12. Fosfor

Nilai kecukupan gizi fosfor untuk 10 partisipan diperoleh

melalui makanan yang dikonsumsi partisipan selama 4 hari

(1 hari dalam 1 minggu).

Selama 4 hari, nilai rata-rata fosfor yang dikonsumsi oleh

partisipan 1 (J.W) yaitu (694.95 mg), partisipan 2 (R.E) yaitu

(1003.675 mg), partisipan 3 (M.W) yaitu (720.75 mg),

partisipan 4 (M.W) yaitu (800.6 mg), partisipan 5 (W.L) yaitu

(674.925 mg), rata-rata nilai fosfor partisipan 6 (N.G) yaitu

(901.925 mg), partisipan 7 (N.W) yakni (1349.5 mg),

partisipan 8 (S.C) yakni (1144.325 mg), partisipan 9 (Y.K)

yaitu (1673.65 mg), partisipan 10 (F.K) yaitu (958.55 mg).

Gambar 4.12 Kecukupan Zat Gizi Fosfor yang

(42)

Berdasarkan Gambar 4.12, konsumsi fosfor beberapa

partisipan yaitu partisipan 2 (R.E), partisipan 7 (N.W), serta

partisipan 8 (S.C) selama 4 hari berada diatas nilai standar

fosfor yang direkomendasikan. Sedangkan konsumsi fosfor

partisipan lainnya bervariasi, ada hari konsumsi fosfor

rendah da nada hari konsumsi fosfor tinggi. Nilai konsumsi

fosfor tertinggi adalah partisipan 9 (Y.K) hari 1 yaitu (2261.6

mg), dan nilai konsumsi fosfor terendah adalah partisipan 1

(J.W) pada hari 1 yaitu (349.3 mg)

Nilai rendah konsumsi fosfor partisipan 1 (J.W) adalah pada

hari 3 yaitu (394.3 mg) dan tertinggi pada hari 1 yaitu

(1154.1 mg), nilai rendah konsumsi fosfor partisipan 2 (R.E)

adalah pada hari 4 yaitu (812.8 mg) dan tertinggi pada hari 3

yaitu (1342.9 mg), nilai rendah konsumsi fosfor partisipan 3

(M.W) adalah pada hari 1 yaitu (602.2 mg) dan nilai tertinggi

pada hari 2 yaitu (923.7 mg).

Selanjutnya, nilai rendah konsumsi fosfor partisipan 4 (M.W)

adalah pada hari 3 yaitu (676 mg) dan nilai tertinggi pada

hari 2 yaitu (894.2 mg), nilai rendah konsumsi fosfor

partisipan 5 (W.L) pada hari 4 yaitu (493.1 mg) dan nilai

tertinggi pada hari 2 yaitu (960.3 mg), nilai rendah konsumsi

fosfor partisipan 6 (N.G) pada hari 4 (590.6 mg) kemudian

(43)

konsumsi fosfor partisipan 7 (N.W) pada hari 1 yaitu (990.6

mg) dan nilai tertinggi pada hari 3 yaitu (1811.7 mg), nilai

rendah konsumsi fosfor partisipan 8 (S.C) pada hari 4 yaitu

(805.8 mg) sedangkan nilai tertinggi konsumsi fosfor pada

hari 2 yaitu (1875.6 mg).

Nilai rendah konsumsi fosfor partisipan 9 (Y.K) pada hari 4

yaitu (611.1 mg), dan nilai tinggi konsumsi fosfor pada hari 1

yaitu (2261.6 mg), terakhir nilai rendah konsumsi fosfor

partisipan 10 (F.K) pada hari 3 yaitu (581.1 mg) dan nilai

tertinggi konsumsi fosfor pada hari 4 yaitu (1263.5 mg).

13. Zat Besi

Nilai kecukupan gizi zat besi untuk 10 partisipan diperoleh

melalui makanan yang dikonsumsi partisipan selama 4 hari

(1 hari dalam 1 minggu).

Selama 4 hari, nilai rata-rata zat besi yang dikonsumsi oleh

partisipan 1 (J.W) yaitu (7.7 mg), partisipan 2 (R.E) yaitu

(10.55 mg), partisipan 3 (M.W) yaitu (7.15 mg), partisipan 4

(M.W) yaitu (7.725 mg), partisipan 5 (W.L) yaitu (9.25 mg),

rata-rata nilai zat besi partisipan 6 (N.G) yaitu (11.625 mg),

partisipan 7 (N.W) yakni (13.075 mg), partisipan 8 (S.C)

yakni (10.9 mg), partisipan 9 (Y.K) yaitu (19.5 mg),

(44)

Berdasarkan Gambar 4.13, konsumsi zat besi beberapa

partisipan masih jauh dibawah standar kebutuhan zat gizi

yang direkomendasikan, seperti partisipan 1 (J.W),

partisipan 2 (R.E), partisipan 3 (M.W), partisipan 4 (M.W).

Konsumsi zat besi tertinggi adalah partizipan 9 pada hari 3

yaitu (29.6 mg), sedangkan konsumsi zat besi terendah

adalah partisipan 3 pada hari 2 yaitu (4.5 mg).

Gambar 4.13 Kecukupan Zat Gizi Zat Besi yang

Dikonsumsi Partisipan Selama 4 Hari di Salatiga

Nilai rendah konsumsi zat besi partisipan 1 (J.W) adalah

pada hari 2 yaitu (6.2 mg) dan tertinggi pada hari 1 yaitu (9.5

mg), nilai rendah konsumsi zat besi partisipan 2 (R.E)

adalah pada hari 2 yaitu (7.8 mg) dan tertinggi pada hari 1

(45)

(M.W) adalah pada hari 2 yaitu (4.5 mg) dan nilai tertinggi

pada hari 1 yaitu (11.7 mg).

Selanjutnya, nilai rendah konsumsi zat besi partisipan 4

(M.W) adalah pada hari 1 yaitu (5.6 mg) dan nilai tertinggi

pada hari 4 yaitu (10 mg), nilai rendah konsumsi zat besi

partisipan 5 (W.L) pada hari 1 yaitu (5.8 mg) dan nilai

tertinggi pada hari 2 dan 4 yaitu (12.3 mg), nilai rendah

konsumsi zat besi partisipan 6 (N.G) pada hari 4 (9.8 mg)

kemudian nilai tertinggi pada hari 2 yaitu (13.2 mg), nilai

rendah konsumsi zat besi partisipan 7 (N.W) pada hari 1

yaitu (5.5 mg) dan nilai tertinggi pada hari 4 yaitu (19.4 mg),

nilai rendah konsumsi zat besi partisipan 8 (S.C) pada hari 4

yaitu (5.9 mg) sedangkan nilai tertinggi konsumsi zat besi

pada hari 2 yaitu (20.2 mg).

Nilai rendah konsumsi zat besi partisipan 9 (Y.K) pada hari 4

yaitu (4.7 mg), dan nilai tinggi konsumsi zat besi pada hari 3

yaitu (29.6 mg), terakhir nilai rendah konsumsi zat besi

partisipan 10 (F.K) pada hari 2 yaitu (7.5 mg) dan nilai

tertinggi konsumsi zat besi pada hari 4 yaitu (14 mg).

4.1.4 Indeks Massa Tubuh Partisipan (IMT)

Hasil penelitian mengenai Indeks Massa Tubuh (IMT)

(46)

pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)

partisipan.

Tabel 4.3 Status Antropometri 10 Partisipan

No Inisial

Berdasarkan Tabel 4.3, terdapat 5 orang partisipan

dengan indeks massa tubuh (IMT) yang normal dengan

rentang 22.03 sampai 24.8, yaitu partisipan 1, partisipan 3,

partisipan 4, partisipan 5 dan partisipan 7. Sedangkan 4

orang partisipan lainnya memiliki indeks massa tubuh

dengan kategori kelebihan berat badan (overweight) tingkat

ringan dengan rentang 25.2 sampai 25.3 yaitu partisipan 6,

partisipan 8, partisipan 9 dan partisipan 10, dan 1 orang

partisipan lainnya yang memiliki indeks massa tubuh

(47)

4.1.5 Pola Aktivitas Partisipan

Pola aktivitas partisipan berdasarkan hasil

wawancara, partisipan memiliki aktivitas yang hampir sama

setiap harinya yaitu pada hari senin sampai jumat, aktivitas

yang dilakukan adalah berkuliah, mengerjakan tugas kuliah,

baik tugas individu maupun tugas kelompok, selain itu

beberapa partisipan, seperti partisipan 1, partisipan 2,

partisipan 4, partisipan 5, partisipan 6 dan partisipan 8

mengikuti kegiatan KBM atau kegiatan ekstrakurikuler

kampus seperti sepak bola, dan voli. Aktivitas ringan lainnya

seperti membersihkan kamar kos atau kontrakan, serta

memasak makanan.

4.1.6 Perilaku Makan Partisipan Penelitian di Papua

Sebelum Bermahasiswa di Salatiga

Hasil penelitian mengenai perilaku makan partisipan

selama di Papua diperoleh melalui wawancara. Perilaku

makan selama di Papua meliputi jenis makanan, jumlah,

frekuensi makan, makanan kesukaan, serta pengolahan

makanan. Perilaku makan setiap partisipan berbeda satu

(48)

1. Partisipan 1 (J. W)

Frekuensi makan J. W selama di Tolikara, Papua

adalah sebanyak 2 atau 3 kali setiap harinya, namun lebih

sering hanya sebanyak 2 kali sehari. Partisipan menjelaskan

dalam 1 minggu frekuensi makan sebanyak 3 kali hanya

pada hari sabtu dan minggu, dan frekuensi makan partisipan

2 kali di hari lainnya yaitu pada jam 6-7 pagi (sebelum

berangkat sekolah) serta pada jam 17-19 malam atau

sebelum tidur, kebiasaan makan ini tidak sama sepanjang

tahun, ketika ada perayaan seperti pesta ataupun syukuran

di desa, maka partisipan akan makan 3 kali dalam sehari

dengan alasan ketersediaan makanan yang banyak.

Jenis makanan pokok yang dikonsumsi partisipan

selama di Tolikara, Papua adalah ubi petatas (ketela

rambat), ubi keladi, singkong, jagung, kacang tanah,

papeda, serta nasi. Partisipan menjelaskan bahwa

partisipan hanya mengkonsumsi nasi sebanyak 2 kali dalam

seminggu, bila ada persediaan beras di rumah. Sayuran

yang biasa dikonsumsi adalah sayur kol, labu siam, daun

labu siam, wortel, sawi, bayam, kangkung, kacang panjang,

daun ubi petatas, daun singkong, daun genemu (daun

melinjo); dan lauk yang biasaya dikonsumsi adalah ikan

(49)

seperti ikan nila, ikan mas, serta ikan mujair). Selain itu

partisipan juga mengkonsumsi daging babi (daging babi

hutan dan daging babi yang diternak sendiri), rw atau

rica-rica daging anjing, daging ayam, daging kucing, serta

daging kuskus. Biasanya partisipan J.W mengkonsumsi

daging setiap 2 hari tergantung persediaan. Selain makanan

tadi, partisipan juga mengkonsumsi tahu, tempe, serta telur

ayam kampung maupun telur ayam negeri.

Buah-buahan yang dikonsumsi partisipan selama di

Tolikara mulai dari yang paling banyak dikonsumsi hingga

yang paling sedikit dikonsumsi adalah pisang, jeruk, kelapa

hutan, kelapa, buah merah (buah khas Pegunungan

Bintang), ketimun, mangga, sirsat, nangka, dan tomat.

Dalam seminggu partisipan biasanya mengkonsumsi buah

setiap hari, seperti pisang, jeruk, kelapa hutan, kelapa dan

buah merah. Sedangkan untuk mangga, sirsat dan nangka

dikonsumsi hanya ketika musimnya, dan tomat serta

ketimun dikonsumsi ketika tersedia (sangat jarang).

Partisipan juga menjelaskan buah merah dan kelapa hutan

merupakan jenis buah yang tidak langsung dimakan, namun

perlu diproses dan dimasak terlebih dahulu.

Selama di Tolikara, partisipan mengkonsumsi

(50)

makan malam. Ukuran 1 porsi nasi, sayur dan lauk

sebanyak 380 g, sedangkan untuk jumlah ubi petatas yang

dikonsumsi partisipan biasanya sebanyak 2 buah ubi untuk

sarapan pagi, dan 2-3 buah ubi untuk makan malam. Tidak

ada jenis makanan khusus kesukaan J.W namun partisipan

suka mengkonsumsi ubi petatas.

Proses pengolahan makanan yang dikonsumsi

partisipan selama di Tolikara untuk ubi, jagung, dan lainnya

ada yang dibakar, ada juga jenis makanan yang direbus,

ada yang digoreng (ikan, daging, tahu, tempe, telur) sayur

ditumis, buah dikonsumsi langsung. Sedangkan untuk

kelapa hutan proses pengolahannya dengan memotong

bagian ujung dari kedua sisi buah, setelah itu buah dibakar,

kemudian untuk membukanya bisa menggunakan gigi

dengan cara digigit atau bisa juga dipukul dengan batu dan

diambil bagian dalamnya untuk dimakan. Untuk kuskus,

atau partisipan menyebutnya tikus pohon, proses

pengolahannya adalah bulu-bulunya dibakar terlebih dahulu,

lalu dibelah dan dibuang organ-organ dalamnya, seperti

usus, dan lainnya, kemudian dagingnya dipotong dan

dibumbui kemudian dimasak ataupun digoreng untuk

dikonsumsi. Buah merah juga tidak langsung dimakan,

(51)

Partisipan menjelaskan bahan makanan diperoleh

dengan beberapa cara, seperti untuk beras, telur ayam,

tempe, tahu serta beberapa jenis sayuran dibeli, sedangkan

ubi petatas, singkong, daun ubi petatas, dan jenis makanan

lainya diperoleh dari kebun sendiri, partisipan dan keluarga

menanamnya dirumah. Selain itu kuskus dan babi hutan

diperoleh dengan berburu. Partisipan juga beternak ayam

dan babi untuk dikonsumsi keluarga.

2. Partisipan 2 (R.E)

Frekuensi makan partisipan selama di Papua adalah

sebanyak 2 atau 3 kali setiap harinya. Partisipan

menjelaskan bahwa partisipan lebih sering makan sebanyak

2 kali dalam sehari, biasanya partisipan akan makan

sebanyak 3 kali dalam sehari bila makanan di rumah

berlebihan, adanya perayaan atau pesta di desa ataupun

yang dihadiri partisipan, serta disetiap hari minggu. Dan hal

ini menurut partisipan berlaku setiap waktu. Partisipan juga

menjelaskan bahwa setiap harinya partisipan jarang makan

dimalam hari, lebih sering makan dipagi hari serta siang

ataupun sore hari. Pada pagi hari, partisipan makan sekitar

jam 6.30 (sebelum berangkat sekolah), dan siang sekitar

jam 14.00, dan kadang partisipan makan di jam 16.00 sore

(52)

partisipan juga menjelaskan bahwa partisipan juga

mengkonsumsi jajanan ketika berada di sekolah.

Jenis makanan yang dikonsumsi partisipan selama

di Papua untuk jenis makanan pokok adalah nasi, papeda,

jagung, ubi petatas (ketela rambat), singkong, dan ubi

keladi. Berbeda dengan partisipan lain, yang lebih sering

mengkonsumsi ubi petatas daripada nasi, partisipan R.E

lebih sering mengkonsumsi nasi daripada ubi petatas, yaitu

partisipan mengkonsumsi nasi setiap harinya dan untuk ubi

petatas, hanya dikonsumsi partisipan bila ada keinginan

untuk mengkonsumsinya. Partisipan mengatakan dalam 1

minggu partisipan dan keluarga hanya mengkonsumsi ubi

sebanyak 1 kali. Sama halnya dengan ubi keladi, dan

singkong. Sedangkan untuk papeda dikonsumsi partisipan

hanya ketika menghadiri pesta, minimal 1 bulan hanya 1

kali, dan untuk jagung, dikonsumsi partisipan hanya pada

saat musim jagung. Selain makanan pokok tersebut diatas,

jenis sayuran yang sering dikonsumsi partisipan selama di

Papua mulai dari yang paling sering hingga sangat jarang

adalah kangkung, daun singkong, daun labu siam, sayur

nangka (nangka mentah), jantung pisang, daun genemu

(53)

daun petatas, buah labu kuning, labu siam, dan wortel.

Proses pengolahan makanan akan dijelaskan kemudian.

Jenis makanan lain yang dikonsumsi partisipan

selama di Papua untuk golongan lauk pauk berupa ikan

yang dimasak kuah kuning paling sering adalah ikan

cakalang namun kadang juga dengan bahan ikan air tawar

seperti ikan nila, mujair, dan ikan mas. Partisipan

mengatakan ikan air tawar juga sering dimasak dengan

santan ataupun digoreng. Sedangkan untuk daging yang

dikonsumsi partisipan adalah daging babi, daging ayam,

daging anjing (rw), daging burung kasuari, kuskus, telur,

serta tahu, tempe, dan juga gorengan seperti ubi goreng,

gorengan tempe dan tahu, sukun, bakwan, serta roti selai

cokelat.

Buah-buahan yang dikonsumsi partisipan selama di

Jayapura, Papua mulai dari yang paling banyak dikonsumsi

hingga yang paling sedikit dikonsumsi adalah pisang,

pepaya, nangka, ketimun, mangga dikonsumsi ketika musim

buah mangga, buah merah, giyawas (jambu biji), jambu air,

nenas yang banyak dihalaman rumah partisipan, kelapa

muda dan kelapa hutan. Untuk kelapa muda, partisipan

sering mengolahnya menjadi es kelapa muda. Dalam

(54)

sebanyak 2 kali untuk buah pisang dan juga papaya,

sedangkan untuk buah lainnya yang ditanam dihalaman

rumah seperti jambu biji (giyawas), nanas dan jambu air

dimakan setiap hari bila musimnya. Partisipan juga jarang

mengkonsumsi buah merah dan kelapa hutan karena

kurang banyak ketersediaannya di Jayapura.

Selama di Jayapura, partisipan mengkonsumsi

makanan sebanyak 1 atau 1½ porsi. Ukuran 1 porsi nasi,

sayur dan lauk seberat 400 g, sedangkan 1½ porsi adalah

sebanyak 500 g, partisipan mengatakan biasanya

mengkonsumsi makanan sebanyak 1 porsi untuk sarapan

pagi, dan 1½ porsi untuk makan siang, atau ketika

partisipan merasa sangat kelaparan. Makanan kesukaan

R.E adalah nasi goreng, apapun jenis nasi gorengnya.

Proses pengolahan makanan yang dikonsumsi

partisipan selama di Jayapura adalah sama seperti

masakan rumahan lainnya yaitu nasi dimasak, sayuran lebih

sering ditumis, ikan dimasak kuah kuning, atau disantan,

adapula digoreng, dibuat asam manis, bila ikan dimasak

kuah kuning maka akan dimakan bersama papeda, untuk

ubi petatas biasanya direbus, digoreng lalu dibakar.

Pengolahan kelapa hutan dan buah merah sama dengan

(55)

berupa rica-rica, dibakar, dan digoreng. Tempe, tahu, dan

telur diolah dengan digoreng.

Partisipan memperoleh bahan makanan dengan cara

dibeli, yaitu beras, sayur-sayuran, ikan, telur, tempe, tahu,

serta daging yang tidak diternak. Namun, ada sayur yang

tidak dibeli melainkan ditanam oleh partisipan dan keluarga,

seperti daun singkong, serta daun petatas. Partisipan juga

beternak babi dan ayam yang akan diolah menjadi makanan

bila ada acara keluarga dirumah partisipan. Selain itu buah

diperoleh dengan membeli di pasar, dan untuk beberapa

buah yang ditanam, diperoleh hanya dengan memetiknya.

3. Partisipan 3 (M.W)

Frekuensi makan M.W selama di Papua adalah

sebanyak 3 kali setiap harinya, yaitu sarapan pagi disetiap

jam 06.00-06.30 pagi (sebelum berangkat sekolah), siang

harinya partisipan biasanya makan disetiap jam 14.00 atau

15.00 sore, dan partisipan makan malam disekitar jam 19.00

atau 20.00 ataupun sebelum tidur. Partisipan mengatakan

kebiasaan makan partisipan selalu sama setiap hari, dan

partisipan tidak pernah memiliki frekuensi makan 2 kali

dalam sehari selama di Papua, frekuensi makan 2 kali

(56)

Jenis makanan pokok yang dikonsumsi partisipan

selama di Papua adalah ubi petatas (ketela rambat), ubi

keladi, singkong, jagung, papeda serta nasi. Partisipan

mengatakan selama di Tolikara partisipan lebih sering

mengkonsumsi ubi petatas dari pada nasi yaitu dalam

seminggu partisipan hanya mengkonsumsi nasi 1 hari,

sedangkan selama di Wamena partisipan lebih sering

mengkonsumsi nasi dari pada ubi petatas, ubi petatas

dikonsumsi partisipan hanya ketika partisipan ingin

mengkonsumsinya.

Jenis sayuran yang biasa dikonsumsi partisipan M.W

selama di Papua adalah sayur kubis, bayam, terong, wortel,

kacang panjang, labu siam, daun ubi petatas, daun labu

siam, buncis, daun singkong, kangkung, kentang, sawi,

daun genemu, dan daun labu kuning. Selain sayuran, jenis

makanan lain yang dikonsumsi partisipan selama di Papua

adalah daging ayam, daging babi, daging burung kasuari,

tempe, tahu, telur ayam, kuskus, serta ikan-ikan air tawar

seperti ikan nila, ikan mas, ikan mujair, ada pula ikan laut

seperti ikan tuna dan ikan tongkol yang dimasak dengan

kuah kuning, yang dikonsumsi partisipan dengan papeda.

Untuk daging babi, partisipan biasa mengkonsumsinya

(57)

sedangkan untuk daging ayam partisipan juga mengatakan

mengkonsumsinya hanya sebulan sekali, setiap hari lebih

sering mengkonsumsi ikan-ikan, tahu, tempe dan telur.

Buah-buahan yang dikonsumsi partisipan selama di

Papua mulai dari yang paling banyak dikonsumsi hingga

yang paling sedikit dikonsumsi adalah pisang, papaya, jeruk,

markisa, kedondong, buah merah (buah khas daerah

Pegunungan Bintang, untuk dapat dikonsumsi, buah merah

perlu dimasak terlebih dahulu), sama halnya dengan kelapa

hutan sebelum dikonsumsi perlu diolah terlebih dahulu.

Selanjutnya buah nangka, salak, timun, jambu air, giyawas

(jambu biji), jeruk, alpukat, dan srikaya.

Selama di Papua, partisipan mengkonsumsi

makanan sebanyak 1 porsi untuk sarapan, dan 1½ porsi

untuk makan siang dan makan malam. Ukuran 1 porsi nasi,

sayur dan lauk partisipan sebanyak 320 g, sedangkan untuk

ukuran 1½ porsi sebanyak 450 g, untuk ubi petatas, ubi

keladi, singkong dan jagung, sekali makan partisipan

mengkonsumsi 2 sampai 4 buah. Partisipan mengatakan

tidak ada jenis makanan kesukaan partisipan, semua

makanan yang dapat dikonsumsinya akan dikonsumsi.

Proses pengolahan makanan yang dikonsumsi

(58)

makanan rumah tangga lainnya, yaitu nasi dimasak, untuk

ubi petatas, jagung, ubi keladi, dan singkong sebagian besar

diolah dengan cara dibakar serta direbus, sama halnya

proses pengolahan untuk konsumsi jenis ikan, dan daging,

namun partisipan mengatakan terkadang pengolahan ikan

dengan digoreng, ataupun dimasak dengan santan, ataupun

ikan direbus dengan bumbu kuah kuning untuk dimakan

dengan papeda. Untuk kelapa hutan, partisipan mengatakan

kuliat luar kelapa hutan harus dibakar terlebih dahulu,

kemudian dibelah dan dimakan bagian dalam ataupun isi

buah tersebut. Untuk pengolahan makanan lainnya seperti

telur, tempe dan tahu proses pengolahannya selalu

digoreng.

Selanjutnya untuk bahan makanan rumah tangga,

makanan diperoleh dengan membeli, seperti beras, telur,

tempe, tahu, bahkan beberapa jenis sayuran dan ikan-ikan

juga buah-buahan, sedangkan daging ayam dan daging

babi diperoleh dari hasil ternak keluarga, sama halnya

dengan sayuran yang tidak dibeli, diperoleh dari hasil kebun

ataupun bahan makanan yang diberikan keluarga dekat.

4. Partisipan 4 (M.W)

Selama di Tolikara, frekuensi makan partisipan 2

(59)

pernah makan pagi 1 kali pun selama di Tolikara. Partisipan

selalu makan siang sekitar jam 11.00 - 12.00, dan makan

malam disekitar jam 18.00 – 19. 00, selain itu partisipan

selalu mengkonsumsi singkong dengan kopi disetiap sore

hari. Kebiasaan makan ini selalu sama setiap harinya.

Jenis makanan yang dikonsumsi partisipan selama

di Tolikara untuk jenis makanan pokok yaitu ubi petatas,

nasi, singkong, jagung, ubi keladi dan papeda. Frekuensi

makan petatas lebih sering daripada jagung dan nasi.

Partisipan sendiri mengkonsumsi nasi jika ada persediaan

beras. Persediaan beras hanya ada dalam 3 minggu 1 kali.

Jagung dikonsumsi pada saat musim jagung saja, dan

papeda dikonsumsi hanya satu kali dalam 1 bulan.

Sayuran yang dikonsumsi oleh partisipan berupa

sayur kol, labu siam, buncis, wortel, daun labu siam, labu

kuning, daun labu kuning, bayam, kangkung, kacang

panjang, daun singkong, daun pepaya, dan bunga papaya.

Partisipan mengatakan lebih suka mengkonsumsi sayuran

daripada lauk. Jenis lauk yang biasa dikonsumsi oleh

partisipan seperti ikan (ikan air tawa dan ikan laut), lalu

daging ayam, daging kuskus, daging babi dan daging babi

hutan, daging kambing, tempe, tahu, telur ayam, bebek,

(60)

menjadi daging rica. Selain itu partisipan juga

mengkonsumsi buah merah dan kelapa hutan serta kacang

tanah.

Partisipan menjelaskan bahwa partisipan tidak terlalu

menyukai buah-buahan, namun partisipan mengkonsumsi

beberapa buah-buahan seperti pisang, semangka, papaya,

jeruk dan mangga. Selanjutnya untuk ukuran 1 porsi makan

partisipan adalah sebanyak 400 gram, sedangkan untuk ubi

petatas dan ubi keladi 3-4 buah untuk sekali makan.

Partisipan biasanya makan hanya sebanyak 1 porsi untuk

satu kali makan, dan untuk jagung dalam satu kali makan,

partisipan mengkonsumsi sebanyak 2-3 buah. Partisipan

mengkonsumsi ubi petatas sebagai makanan pokok

didampingi sayur dan lauk.

Tidak ada jenis makanan khusus yang menjadi

makanan kesukaan partisipan. Proses pengolahan makanan

yang dikonsumsi partisipan selama di Tolikara sebagian

besar dibakar, karena keluarga partisipan lebih suka

mengkonsumsi makanan yang dibakar, selain itu makanan

diolah dengan dimasak (rebus) dan digoreng. Jenis

makanan yang dibakar seperti ubi petatas, ubi keladi,

jagung, ikan serta daging. Untuk daging kuskus atau

(61)

adalah bulu-bulunya dibakar terlebih dahulu, lalu dibelah

dan dibuang organ-organ dalamnya, seperti usus, dan

lainnya, kemudian dagingnya dipotong dan dibumbui

kemudian dimasak ataupun digoreng untuk dikonsumsi. Ikan

juga ada yang dimasak kuah kuning kemudian dikonsumsi

dengan papeda, kemudian buah merah dimasak terlebih

dahulu dan diambil daging buahnya kemudian dimakan.

Bahan makanan partisipan diperoleh dengan

membeli, seperti untuk beras, telur ayam, tempee dan tahu,

ikan, beberapa jenis sayuran yang tidak ditanam senidri oleh

partisipan dan keluarga, serta daging. Sama halnya dengan

partisipan lainnya, partisipan juga beternak ayam, bebek

dan babi yang juga untuk konsumsi keluarga. Selain itu ikan

diperoleh dengan memancing dikali atau sungai, kemudian

kuskus, babi hutan dan kasuari diperoleh dengan berburu.

Beberapa jenis sayuran dan ubi petatas, singkong, serta

keladi diperoleh dari hasil kebun sendiri.

5. Partisipan 5 (W.L)

Frekuensi makan partisipan selama di Tolikara,

Papua adalah 2 kali setiap harinya, tidak seperti partisipan

lainnya, W.L tidak pernah sarapan pagi sebelum berangkat

sekolah selama di Tolikara, namun hanya minum 1 gelas

(62)

sekolah yaitu jam 12.00, kemudian makan malam disekitar

jam 18.00 atau 19.00 ataupun sebelum tidur.

Jenis makanan pokok yang dikonsumsi partisipan

selama di Tolikara, Papua adalah ubi petatas (ketela

rambat), ubi keladi, singkong, jagung, papeda, serta nasi.

Partisipan menjelaskan bahwa partisipan hanya

mengkonsumsi nasi sebanyak 3 kali dalam seminggu. Untuk

golongan sayuran yang biasa dikonsumsi adalah sayur kol,

labu siam, daun labu siam, wortel, sawi, bayam, kangkung,

kacang panjang, daun labu kuning, daun ubi petatas, buncis

daun singkong, daun genemu (daun melinjo); kemudian lauk

yang biasaya dikonsumsi adalah ikan goreng (ikan yang

dikonsumsi adalah jenis ikan air tawar seperti ikan nila, ikan

lele, ikan mas, serta ikan mujair). Selain itu partisipan juga

mengkonsumsi daging babi (daging babi hutan dan daging

babi yang diternak sendiri), rw atau rica-rica daging anjing,

daging ayam, daging bebek, serta daging kuskus. Selain

makanan tadi, partisipan juga mengkonsumsi tahu, tempe,

serta telur ayam.

Buah-buahan yang dikonsumsi partisipan selama di

Tolikara adalah pisang, mangga, kelapa, buah merah,

kedondong, markisa, sirsat, semangka, jeruk, jambu biji,

(63)

srikaya, dan papaya. Selama di Tolikara, partisipan

mengkonsumsi makanan sebanyak 1 porsi untuk sekali

makan. Ukuran 1 porsi makanan partisipan adalah

sebanyak 350 g. Makanan kesukaan partisipan adalah ubi

petatas, diolah dalam bentuk apapun juga disukai. Selain itu

partisipan juga mengatakan bahwa karena partisipan sangat

menyukai ubi petatas, selama di Salatiga, partisipan juga

selalu membeli ubi petatas untuk dikonsumsi.

Proses pengolahan makanan yang dikonsumsi

partisipan selama di Papua adalah sama seperti pengolahan

makanan partisipan lainnya, yaitu nasi dimasak, untuk ubi

petatas, jagung, ubi keladi, dan singkong sebagian besar

diolah dengan cara dibakar serta direbus, sama halnya

proses pengolahan untuk konsumsi lauk jenis ikan, dan

daging, namun partisipan mengatakan terkadang

pengolahan ikan dengan digoreng, ataupun dimasak

dengan santan, ataupun ikan direbus dengan bumbu kuah

kuning untuk dimakan dengan papeda. Untuk kelapa hutan,

partisipan mengatakan kuliat luar kelapa hutan harus

dibakar terlebih dahulu, kemudian dibelah dan dimakan

bagian dalam ataupun isi buah tersebut. Untuk pengolahan

(64)

pengolahannya selalu digoreng dan untuk sayuran

pengolahannya dengan direbus ataupun ditumis.

Selanjutnya untuk bahan makanan rumah tangga,

partisipan menjelaskan bahwa ada beberapa jenis makanan

diperoleh dengan membeli, seperti beras, telur, tempe, tahu,

bahkan beberapa jenis sayuran dan ikan-ikan juga

buah-buahan, sedangkan daging ayam dan daging babi diperoleh

dari hasil ternak keluarga, sama halnya dengan sayuran

yang tidak dibeli, diperoleh dari hasil kebun, sayuran yang

ditanam sendiri seperti labu siam, daun ubi petatas, bayam,

selain itu ada juga bahan makanan yang diberikan oleh

keluarga dekat ketika berkunjung ke rumah partisipan,

adapula makanan yang diperoleh dengan berburu di hutan.

6. Partisipan 6 (N.G)

Frekuensi makan N. G selama di Tolikara, Papua

adalah 2 atau 3 kali setiap harinya, namun lebih sering

makan dalam 3 kali dalam sehari, untuk frekuensi makan 2

kali dalam sehari N. G makan disetiap jam 11.00 siang dan

kemudian di jam 17.00, kebiasaan makan ini menurut

partisipan biasanya dihari libur sekolah. Sedangkan untuk

frekuensi makan 3 kali dalam sehari, partisipan makan

(65)

makan siang sekitar jam 13.00-14.00 (setelah pulang

sekolah) dan makan malam sekitar jam 19.00-20.00.

Jenis makanan pokok yang konsumsi oleh partisipan

selama di Tolikara, yaitu ubi petatas (ketela rambat),

singkong, ubi keladi, nasi, papeda dan jagung. Partisipan

lebih sering mengkonsumsi ubi petatas dan ubi keladi

daripada nasi dan jagung. Nasi dikonsumsi 2-3 kali dalam

seminggu, sedangkan jagung dikonsumsi hanya pada

musim jagung (Desember – Maret) setiap tahunnya. Bila

musim jagung, maka partisipan akan mengkonsumsi jagung

sebagai makanan pokok mengganti ubi dan nasi. Papeda

sangat jarang dikonsumsi, frekuensi partisipan

mengkonsumsi papeda sebanyak 1 bulan 1 kali.

Jenis makanan lain yang dikonsumsi partisipan

selama di Tolikara adalah kacang tanah rebus, ikan goreng

(ikan yang dikonsumsi adalah jenis ikan air tawar seperti

ikan mujair, ikan mas dan ikan nila). Selain itu, jenis sayuran

yang dikonsumsi adalah daun labu siam, wortel, daun ubi

petatas, daun singkong, kacang panjang, kangkung, sawi,

daun labu kuning, sayur paku, dan sayur bayam. Partisipan

juga mengkonsumsi daging ayam (ayam goreng, ayam

(66)

daging burung elang, daging burung kasuari, dan daging

babi yang diternak maupun daging babi hutan.

Buah-buahan yang dikonsumsi partisipan mulai dari

yang paling sering hingga yang paling jarang dikonsumsi

yaitu pisang, papaya, mangga, buah merah, kelapa, kelapa

hutan, salak, jambu biji, srikaya, sirsat, sukun, jeruk, anggur,

rambutan, dan nangka.

Ukuran 1 porsi makanan untuk konsumsi partisipan 1

kali makan adalah 350 g, sedangkan untuk ubi petatas dan

ubi keladi 1 kali makan sebanyak 3 buah. Partisipan

mengkonsumsi ubi petatas sebagai ganti nasi dan

mengkonsumsinya dengan sayur serta lauk. Partisipan

menjelaskan tidak ada makanan khusus yang menjadi

makanan kesukaan partisipan.

Proses pengolahan makanan yang dikonsumsi

partisipan selama di Tolikara sebagian besar direbus,

karena keluarga partisipan lebih suka mengkonsumsi

makanan yang direbus, namun kadang partisipan juga

mengkonsumsi ikan goreng. Jenis makanan yang direbus

seperti ubi petatas, ubi keladi, jagung, sayuran serta daging,

dan buah merah. Untuk daging kuskus atau partisipan

menyebutnya tikus pohon, proses pengolahannya adalah

Gambar

Tabel 4.1. Jenis, Jumlah Makanan Serta Frekuensi Makan Partisipan
Tabel 4.2 Angka Kecukupan Gizi yang
Gambar 4.1 Kecukupan Zat Gizi Kalori yang
Gambar 4.2 Kecukupan Zat Gizi Karbohidrat yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sedang partikel lumpur dengan konsentrasi 75 ppm ke atas memberikan pengaruh yang negatif terhadap kehidupan udang windu khususnya dalam mengkonsumsi pakan. Perlakuan

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kualitas kesuburan tanah yang ditinjau dari sifat fisik dan kimiawi tanah, kualitas air tanah yang ditinjau dari fisik, kimia,

Pengaruh model pembelajaran cooperative script terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa merupakan suatu penelitian yang akan menguji ada tidaknya pengaruh

Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian pupuk Nitrogen dan pupuk organik cair terhadap produksi per tanaman sawi pakchoy dapat dilihat pada Tabel 3.. Hasil Uji Beda Rataan

[r]

Lahan tipe A selalu digenangi oleh air pasang, baik pasang besar (terjadi pada musim hujan) maupun pada saat pasang kecil (terjadi pada musim kemarau), sedangkan lahan tipe B

Ada orang berpendapat bahwa masyarakat Barat yang melahirkan demokrasi mempunyai budaya yang berbeda dari budaya Indonesia.. Ini dipakai alasan oleh