CERMIN EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS PASAR TRADISIONAL DI TENGAH ARUS GLOBALISASI
Mar’atus Sa’adah (Sosilogi 2015 - 388968)
1. Latar belakang
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Indonesia yang dijelaskan dalam laporan Perekonomian Indonesia tahun 2015 memaparkan bahwa selama tahun 2014 pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang mengalami perlambatan ekonomi, tetapi kondisi tersebut masih bisa dikatakan berada di level yang tidak sangat rendah atau cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang tercatat sebesar 4,6 persen pada tahun 2014. Kondisi seperti itu juga terjadi di beberapa kawasan seperti Asia dan Afrika/Sub-Sahara Afrika, Amerika Latin, Eropa Timur dan Tengah, serta Negara Persemakmuran yang tumbuh antara 1,0 - 2,8 persen. Hanya di kasawan Timur Tengah dan Afrika Utara yang masih menunjukkan adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yaitu dari 2,4 persen pada tahun 2013 menjadi 2,6 persen pada tahun 2014.
Pada saat ini negara-negara sedang berkembang (termasuk Indonesia) sedang berada pada perputaran arus globalisasi ekonomi. Kondisi tersebut ditandai dengan proses kegiatan ekonomi serta perdagangan yang menempatkan negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi. Globalisasi ekonomi di satu sisi mampu mebuka peluang perluasan pasar untuk peningkatan perekonomian, tetapi di sisi lain globalisasi dicurigai sebagi suatu proyek untuk pengambilalihan segala sumber daya dan kebijakan ekonomi negara-negara. Disini akhirnya terjadi paham neo-liberalisme yang mendominasi kebenaran bahwa pasar adalah penjelas pertumbuhan ekonomi dan segala kebijakan pasar dijalankan melalui mekanisme pasar (Sunyoto Usman, 2015 : 47).
Pasar tradisional adalah representasi dari ekonomi rakyat, ekonomi kelas bawah serta tempat bergantung para pedagang skala kecil dan menengah. Pasar tradisional menjadi tumpuan harapan para petani, peternak, pengrajin atau produsen lainnya selaku pemasok (Herman Malano, 2011 : 13). Sedangkan pengertian yang lainnya menjelaskan bahwa pasar bukanlah semata-mata tempat jual beli. Pasar merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam sistem nilai dan budaya masayrakat. (Tim Sekolah Pasar, 2014 : 16).
Dengan mengkontruksi budaya nasional berbasis nilai-nilai restroprektif, rezim negara berusaha mengarahkan masyarakat untuk tetap mengedepankan nilai dan praktik tradisional yang digeneralisasi masih hidup di tengah-tengah kehidupan transaksional mereka. Gotong royong, misalnya, masih diposisikan sebagai nilai dan praktik ideal yang harus terus dipertahankan (Ikan Setiawan, 2012 : 62). Ekonomi adalah gejala kemasyarakatan yang setua umurnya dengan masyarakat itu sendiri. Sebagai gejala kemasyarakatan, ekonomi adalah sebuah fenomena universal yang terdapat pada setiap masyarakat. Ekonomi adalah salah satu bentuk kebudayaan (M. Dawam Rahardjo, 2004 : 11).