• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat Manusia Dan Ilmu Tentang Manusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Filsafat Manusia Dan Ilmu Tentang Manusi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FILSAFAT MANUSIA

“ FILSAFAT MANUSIA DAN ILMU – ILMU TENTANG

MANUSIA ”

OLEH

KELOMPOK II

1. UTARI RAHMI : 512 . 009 2. VALERIA PRAMITA : 512 . 107 3. AHMAD HADI : 512 . 135

DOSEN PEMBIMBING : ELFI TAJUDDIN, S.Ag, M.Hum.

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM (PI-B) FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) IMAM BONJOL PADANG

(2)

FILSAFAT MANUSIA DAN ILMU – ILMU TENTANG

MANUSIA

LATAR BELAKANG

Filsafat manusia atau antropologi filsafat adalah bagian integral (menyatu, terpadu, dan melekat ) dari sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Filsafat manusia mempunyai kedudukan yang kurang lebih setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika, kosmologi, dan epistemologi,. Tetapi secara ontologis berdasarkan pada objek kajiannya, ia mempunyai kedudukan yang relatif lebih penting, karena semua cabang filsafat tersebut pada prinsipnya bermuara pada persoalan asasi mengenai esensi manusia, yang tidak lain merupakan persoalan yang secara spesifik menjadi objek kajian filsafat manusia.

Dibandingkan dengan ilmu-ilmu tentang manusia (human studies), filsafat manusia mempunyai kedudukan yang kurang lebih “sejajar” juga, terutama kalau dilihat dari objek materialnya. Objek material filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia (misalnya saja psikologi dan antropologi) adalah gejala manusia. Filsafat manusia maupun ilmu-ilmu tentang manusia pada dasarnya bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi (menafsirkan), dan memahami gejala-gejala atau ekspresi manusia1.

Akan tetapi, ditinjau dari objek formal atau metodenya, kedua jenis “ilmu” tersebut memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap cabang ilmu-ilmu tentang manusia mendasarkan penyelidikannya pada gejala empiris yang bersifat “objektif” dan bisa diukur kemudian diselidiki dengan menggunakan metode yang bersifat observasional atau eksperimental. Sebaliknya filsafat manusia tidak membatasi diri pada gejala empiris. Bentuk atau jenis gejala apapun tentang manusia, sejauh bisa dipikirkan, dan memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional, bisa menjadi bahan kajian filsafat manusia.

(3)

Karena luas dan tidak terbatasnya gejala manusiawi yang diselidiki oleh filsafat manusia, maka tidak mungkin ia menggunakan metode yang bersifat observasional atau eksperimental. Dan karena apa yang bisa dipikirkan jauh lebih luas daripada apa yang bisa diamati secara empiris, maka pengetahuan atau informasi tentang gejala manusia didalam filsafat manusia, pada akhirnya jauh lebih ekstensif (menyeluruh) dan intensif (mendalam) daripada informasi atau teori yang didapatkan oleh ilmu-ilmu tentang manusia2.

Dalam makalah ini, penulis menguraian tentang pengertian filsafat dan ilmu – ilmu tentang manusia, persamaan dari filsafat manusia dengan ilmu – ilmu tentang manusia, serta perbedaan antara filsafat manusia dengan ilmu – ilmu tentang manusia.

(4)

PEMBAHASAN

A. Pengertian.

1. Pengertian Filsafat

Menurut etimologi, filsafat berasal dari kata Yunani filosofia. Kata tersebut dibagi atas phylo dan sophia. Phylo artinya mencintai, cinta, bersungguh – sungguh, dan Sophia berarti kebijaksanaan, kebenaran, dan kearifan. Sedangkan Menurut Istilah, Filsafat artinya ilmu yang mempelajari cara bersungguh – sungguh untuk mencari kebenaran hidup3.

2. Pengertian Manusia

Manusia adalah sesuatu yang dengan mengasingkan dirinya sendiri, dari dirinya sendiri, menemukan dirinya sendiri, dalam dirinya sendiri4.

Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam perfektif. Ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat ini diyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik, pernyataan tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol-simbol-simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja. Manusia memang sebagai makhluk yang aneh dikarenakan disatu pihak ia merupakan “makhluk alami”, seperti binatang ia memerlukan alam untuk hidup. Dipihak lain ia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia harus menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat disebut sebagai homo sapiens, manusia arif memiliki akal

3 Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005), Hal 1-2.

(5)

budi dan mengungguli makhluk yang lain. Manusia juga dikatakan sebagai

homo faber hal tersebut dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat dan menciptakannya. Salah satu bagian yang lain manusia juga disebut sebagai homo ludens (makhluk yang senang bermain). Dalam bermain manusia memiliki ciri khasnya dalam suatu kebudayaan bersifat

fun. Fun disini merupakan kombinasi lucu dan menyenangkan5.

3. Pengertian Filsafat Manusia

Filsafat manusia adalah cabang filsafat yang hendak secara khusus merefleksikan hakekat atau esensi dari manusia.

B. Hubungan antara Filsafat Manusia dengan Ilmu – Ilmu tentang Manusia

Ilmu – ilmu tentang manusia bersifat positivistik, dan ilmu tersebut melakukan penelitian serta penjelasan menggunakan model metodologi ilmu – ilmu alam fisik. Metode yang digunakan dalam meneliti dan menjelaskan ilmu – ilmu tentang manusia bersifat observasional dan/atau eksperimental. Suatu ilmu yang membatasi diri pada penyelidikan terhadap gejala empiris dan pengunaan metode yang bersifat observasional dan/atau eksperimental, bisa dipastikan mempunyai konsekuensi-konsekuensi teoritis yang positif dan negatif sekaligus. Sisi negatif dari ilmu – ilmu tentang manusia, pertama – tama tampak dari ruang lingkupnya yang serba terbatas. Ilmu – ilmu tentang manusia bersangkut paut hanya dengan aspek - aspek atau dimensi – dimensi tertentu dari manusia, yakni sejauh yang tampak secara empiris dan dapat diselidiki secara observasional dan/atau eksperimental. Aspek atau dimensi di luar pengalaman indrawi, yang tidak dapat diobservasi dan di eksperimentalkan, tidak mendapat tempat di dalam ilmu. Oleh sebab itu, ilmu – ilmu tentang manusia tidak mampu menjawab pertanyaan – pertanyaan mendasar tentang manusia, seperti :

(-) Apakah esensi atau hakikat mnanusia itu bersifat material atau spiritual ? (-) Siapakah sesungguhnya manusia itu ?

(6)

(-) Bagaimana kedudukan manusia di dalam semesta raya yang luas ini ? (-) Apakah arti, nilai, atau makna hidup manusia itu ?

(-) Apakah ada kebebasan pada manusia ?

Kedua, cara kerja ilmu pun (terpaksa) menjadi fragmentaris. Keterbatasan metode observasi dan eksperimental tidak memungkinkan ilmu – ilmu tentang manusia untuk melihat gejala manusia secara utuh dan menyeluruh. Hanya aspek – aspek atau bagian - bagian tertentu dari manusia, yang bisa disentuh oleh ilmu – ilmu terseburt.

Psikologi sebagai suatu ilmu, misalnya lebih menekankan kepada aspek psikis dan fisiologis manusia sebagai suatu organisme, dan enggan bersentuhan dengan pengalaman – pengalaman subjektif, spiritual, dan eksistensial. Antropologi dan Sosial lebih memfokuskan diri pada gejala budaya dan pranata sosial manusia dan enggan bersentuhan dengan pengalaman dan gejala individual. Bahkan di dalam satu cabang ilmu itu sendiri bisa terjadi spesialis – spesialis dalam menelaah sub – sub aspek gejala manusia. Di dalam ilmu psikologi, seperti psikologi klinis, psikologi perkembangan, psikologi sosial, psikologi komunitas, psikologi industri dan organisasi dan sebagainya. Di samping itu, terdapat pendekatan – pendekatan psikologi, seperti pendekatan kognitif, behavioristik, psikoanalitik, dan seterusnya. Pendekatan – pendekatan tersebut menyoroti aspek – aspek tertentu dari manusia, seperti aspek kognisi, emosi dan psikomotorik.

Sejumlah filsuf modern mengecam keras gejala fragmentarisme. Menurut mereka, munculnya ilmu baru tentang manusia dan tumbuh pesatnya spesialisasi di dalam ilmu – ilmu tentang manusia, tidak dengan sendirinya membantu memahami manusia secara utuh dan menyeluruh, melainkan justru mengaburkan dan mencerai beraikan pemahaman tentang manusia.

Salah satu kritik terhadap Fragmentarisme ilmu, misalnya :

(7)

gambaran yang jelas dan konsisten terhadap manusia. Semakin banyak ilmu – ilmu khusus, yang terjun mempelajari manusia, tidak semakin menjernihkan konsepsi kita tentang manusia; sebaliknya, malah semakin membingungkan dan mengaburkannya”6.

Aspek positif yang dapat dipetik dari hasil penelitian ilmu tentang manusia, ditinjau dari kegunaan dan aplikasi praktik dari ilmu tersebut. Misalnya gejala – gejala psikis atau psikoogi manusia dapat dibahas secara rinci oleh ilmu Psikologi. Perbedaan penjelasan antara ilmu – ilmu tentang manusia dengan Filsafat manusia terletak pada metode yang digunakan dalam membahas manusia, dimana filsafat manusia menggunakan metode sintesis dan reflektif. Dan mempunyai ciri – ciri diantaranya ekstensif, intensif, dan kritis.

Metode Sintesis dalam filsafat manusia, artinya mensintesiskan pengalaman dan pengetahuan ke dalam satu visi, misalnya dari sistem besar filsafat Bergson tentang “daya penggerak hidup” (elan vital) : Filsafat Schopenhauer tentang “Kehendak”, dan lain lain. Dengan metode sintesis maka tercapailah visi menyeluruh dan rasional tentang (hakikat) manusia. Oleh sebab itu, ketimbang hanya berkisar tentang salah satu dari aspek tertentu saja dari manusia, Filsafat Manusia justru berkenaan dengan totalitas dan keragaman aspek yang terdapat pada manusia secara universal. Berdasarkan pengalaman dan berbagai pengetahuan tersebut ke dalam satu atau dua kategori realitas paling mendasar, yang diandaikan sebagai hakekat dari semua umat manusia7.

Contohnya Filsafat Schopenhauer. Pemikiran filsafat filsuf Jerman ini pada prinsipnya merupakan hasil sintesis dari berbagai peristiwa historis dalam sejarah manusia dan temuan – temuan ilmiah dalam ilmu biologi. Menurut Schopenhauer, kejadian – kejadian besar di dalam sejarah manusia (misalnya dalam bentuk peperangan dan revolusi besar) pada dasarnya digerakkan bukan

6 Zainal Abidin, Filsafat Manusia : Memahami Manusia Melalui Filsafat (Bandung, PT.Remaja Rosdakarya, 2009), Hal : 5 -6

(8)

oleh pikiran – pikiran rasional, melainkan merupakan ungkapan – ungkapan emosional para pelaku sejarahnya8.

Penggunaan metode Refleksi dalam Filsafat Manusia tampak dari pemikiran – pemikiran filsafati besar seperti yang dikembangkan misalnya oleh Descartes, Kant, Edmund Husserl, Karl Jaspers, dan Jean Paul Sartre. Refleksi (ditulis oleh filsuf Paul Ricoeur), merupakan metode yang tidak bisa dipisahkan dari filsafat, termasuk filsafat manusia. Maksud dari Refleksi adalah : (1) pada pertanyaan tentang esensi sesuatu hal (misalnya : apakah esensi keindahan itu ?) (2) proses pemahaman diri (Self Understanding) berdasarkan pada totalitas gejala dan kejadian manusia yang sedang direnungkannya.

Ada yang khas pada filsafat manusia, dan tidak terdapat pada ilmu – ilmu tentang manusia. Kalau ilmu adalah netral dan bebas nilai serta berkenaan dengan Das Sein (kenyataan sebagaimana adanya). Nilai darimanapun asalnya, dan apapun bentuknya, diupayakan untuk tidak dilibatkan dalam kegiatan keilmuan. Nilai dipandang sebagai suatu yang “subjektif” dan “tidak bisa diukur” sehingga keberadaanya bisa dianggap tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Sebaliknya, di dalam Filsafat Manusia, bukan hanya Das Sein yang dipertimbangkan, tapi juga Das Sollen (kenyataan yang seharusnya). Ini berarti bahwa nilai, yang selain dipandang subjektif tetapi juga ideal, mewarnai kegiatan filsafat manusia. Nilai – nilai apakah itu personal, sosial, moral, religius ataupun kemanusiaan, bukan barang haram atau terlarang di dalam Filsafat Manusia. Itulah sebabnya kita tidak perlu heran kalau Karl Marx menganjurkan kepada para filsuf bahwa tugas mereka sekarang bukan lagi menerangkan dunia (Das Sein), tetapi mengubah dunia (Das Sollen). Kita pun tidak perlu heran kalau Nietzsche mengajak kita untuk mendobrak kebudayaan yang lembek, mapan, bodoh dan cepat puas diri (yang menurut penilaiannya berasal dari “moral budak”) dan menggantinya dengan kebudayaan yang adikuasa, megah, kompetitif, perkasa, hebat, dan berani (yang berasal dari “Moral Tuhan”)9.

(9)

C. Persamaan Dan Perbedaan Ilmu Tentang Manusia Dengan Filsafat Manusia

NO serta dari sifat dalam manusia

(10)

4.

GEOGRAFI

OBJEK

KAJIAN SAMA SAMA

MENELAAH TENTANG MANUSIA

Lebih menelaah dan

memfokuskan manusia pada aspek letak geografisnya atau aspek dimana manusia itu akan melangsungkan kehidupannya13

Mempelajari manusia baik dari sifat luar manusia (bagaimana manusia hidup dalam sebuah letak

geografis) dan juga dari sifat dalam manusia

(bathin/rohani)

(11)

PENUTUP

KESIMPULAN

(12)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abidin Zainal, Filsafat Manusia : Memahami Manusia Melalui Filsafat, (Bandung, PT.Remaja Rosdakarya), 2009.

Ahmad Asmoro, Filsafat Umum, (Jakarta, Raja Grafindo Persada), 2005.

Salam Drs. Burhanuddin, Filsafat Manusia, (Jakarta, Antropologi Metafisika), 1988. Carrel Alexis, Misteri Manusia, (Bandung, CV. Remadja Karya), 1987.

http://artikata.com/arti-96791-integral.html diakses pada tanggal 13 Maret 2014, Pukul 21.10 Wib.

http://id.wikipedia.org/wiki/Interpretasi diakses pada tanggal 13 Maret 2014, Pukul 21.13 Wib.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_sosial diakses pada tanggal 16 Maret 2014, Pukul 18.07

http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi, diakses pada tanggal 16 Maret 2014, Pukul 18.02

Referensi

Dokumen terkait

Dengan m em anfaakan perkem bangan teknologi khususnya sm artphone maka diharapkan dapat menjadi solusi dalam keterbatasan jumlah kom puter yang ada di STTA, sehingga

investasi dapat meninggalkan ekonomi terjebak dalam keseimbangan yang buruk.... 

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam Kota Banjarmasin diperoleh bahwa proporsi responden yang mempunyai pengetahuan baik dan

Sementara walaupun jumlah pemukiman yang ada di Desa Srigading lebih rendah jumlahnya, akan tetapi terdapat beberapa blok pemukiman yang berada sangat dekat dengan

Seorang laki-laki berusia 23 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan batuk berdarah disertai dahak kehijauan sejak 2 hari yang lalu, batuk tanpa darah dikeluhkan sejak 1 bulan ,

[r]

Sistim penyebaran sapi bibit ini tidak hanya berlaku dipulau sumba, tapi diperluas ke pulau-pulau lain dan meliputi pelbagai jenis ternak : Sapi Bali, Sapi madura, Kambing, Domba

Hal ini dikarenakan, pemberian remisi sejak diberlaku- kannya Peraturan Pemerintah No 99 Tahun 2012, para terpidana yang dipidana dengan pidana penjara paling