• Tidak ada hasil yang ditemukan

PS4RK Tafsir Ayat Alquran Tentang Akunt (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PS4RK Tafsir Ayat Alquran Tentang Akunt (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

TAFSIR AYAT AKUTANSI SYARIAH SURAY AL-BAQARAH [2] : 282

OLEH : KELOMPOK V:

DIANITA ANJARINI (14631133)

SEKAR NENGSIH (15632013)

RHILAILI NURARDILAH AL-OGNY (15632011)

DOSEN :

HARDIVIZON, M. Ag

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

BAB I

TAFSIR AYAT TENTANG AKUNTANSI SYARIAH A. Ayat Tentang Akuntansi Syariah

QS.AL-BAQARAH[2]:282

ْبتْ يْل ۚ بتْك ف ً سم لجأ ٰ لإ نْي ب ْمتْ ي ت إ مآ ني ل يأ ي بتْ ي ْ أ بت ك ْأي َ ۚ ْ عْل ب بت ك ْم ْيب

ْم ْس ْبي َ هب َ قتيْل قحْل هْي ع ل ل ْ يْل ْبتْ يْ ف ۚ َ ه ع ك ً ي س قحْل هْي ع ل ك ْ إف ۚ ً ْيش ه

أ ج ْنم نْي ي ش ْشتْس ۚ ْ عْل ب هيل ْل ْ يْ ف ه ل ي ْ أ عيطتْسي َ ْ أ ً يعض ْ نْي ج ن ي ْمل ْ إف ْم ل

ف ه ْحإ لضت ْ أ ء شل نم ْ ضْرت ْن م تأرْم لجرف م إ ء شل ْأي َ ۚ ٰ رْخ ْْ ه ْحإ رك ت

ْقأ َ ْ ع طسْقأ ْم ل ٰ ۚ ه جأ ٰ لإ ًريبك ْ أ ًريغص بتْ ت ْ أ مأْست َ ۚ ع َإ ب تْرت َأ ٰ نْ أ ِ ش ل

أ إ ْشأ ه بتْ ت َأ ج ْم ْي ع سْي ف ْم ْيب ن ري ت ًِرض ح ًِ ت ت ْ َ بت ك ضي َ ۚ ْمتْعي بت

عي َ قت ْم ب سف هنإف عْ ت ْ إ ۚ ي ش مي ع ءْيش ل ب َ َ م

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah

seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah

penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka

hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa

yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan

janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu

orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu

mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur.Dan

persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-oranglelaki (di antaramu).Jika

tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari

saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang

mengingatkannya.Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila

mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun

besar sampai batas waktu membayarnya.Yang demikianitu, lebih adil di sisi Allah

(3)

keraguanmu.(Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan

tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)

kamu tidak menulisnya.Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan

janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan.Jika kamu lakukan (yang

demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu.Dan

bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

B. Tafsiran Ayat

Inilah ayat yang terpanjang dalam Al-quran dan dikenal para ulama dengan nama ayat al-mudayarah (ayat utang piutang). Ayat ini antara lain berbicara tentang anjuran atau menurut sebagian ulama kewajiban menulis utang piutang dan mempersaksikannya dihadapa pihak ketiga yang dipercaya (notaris), sambil menekankan perlunya menulis utang walau sedikit disertai dengan jumlah dan ketetapan waktunya.

Penempatan uraian tentang anjuran atau kewajiban meulis hutang piutang setelah anjuran dan larangan diatas, mengandung makna tersendiri. Anjuran bersedekah dan melakukan infaq dijalan allah, maka dengan perintah menulis hutang piutang yang mengakibatkan terpeliharanya harta, tercermin keadilan yang mengakibatkan terpeliharanya harta, tercermin keadilan yang didambakan al-quran sehingga lahir jalan tengah antara rahmat mrni yang diperankan oleh sedekah dengan kekejaman yang diperagakan oleh pelaku riba.

Larangan mengambil keuntungan melalui riba dan perintah bersedekah, dapat menimbulkan kesan bahwa al-Quran tidak bersimpati terhadap orang yang memiliki harta atau mengumpulkannya.Kesan keliru itu dihapus melalui ayat ini, yang intinya memerintahkan memelihara harta dengan menulis hutang piutang walau sedikit, serta mempersaksikannya. Seandainya kesan itu benar, tentulah tidak akan ada tuntutan yang sedemikian rinci menyangkut pemeliharaan dan penulisan hutang piutang.1

1

(4)

Ayat 282 ini dimulai dengan seruan Allah swt kepada kaum yang menyatakan

beriman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya.”

Perintah ayat ini secara redaksional ditunjukkan kepada orang-orang beriman, tetapi yang dimaksud adalah mereka yang melakukan transaksi hutang-piutang, bahkan yang lebih khusus adalah yang berhutang.Ini agar yang memberi piutang merasa lebih tenang dengan penulisan itu, karena menulisnya adalah perintah atau tuntunan yang sangat dianjurkan, walau kreditor tidak memintanya.

Perintah utang piutang dipahami oleh banyak ulama sebagai anjuran, bukan kewajiban.Demikian praktek para sahabat ketika itu.Memang sungguh sulit perintah diterapkan diterapkan oleh kaum muslimin ketika turunnya ayat ini jika perintah menulis hutang piutang bersifat wajib, karena kepandaian tulis menulis ketika itu sangat langka.Namun demikian ayat ini mengisyaratkan perlunya belajar tulis menulis, karena dalam hidup ini setiap orang mengalami pinjam dan meminjamkan. Sufyan ats-Tsauri meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Ayat ini diturunkan berkaitan dengan masalah salam (mengutangkan) hingga waktu tertentu. Firman Allah,

“hendaklah kamu menuliskannya” merupakan perintah dari-Nya agar dilakukan pencatatan untuk arsip. Perintah disini merupakan perintah yang bersifat membimbing, bukan mewajibkan.

Selanjutnya Allah swt menegaskan: “Dan hendaklah seorang penulis di antara

kamu menulisnya dengan adil.” Yakni dengan benar, tidak menyalahi ketentuan

Allah dan perundangan yang berlaku dalam masyarakat.Tidak juga merugikan salah satu pihak yang bermuamalah, sebagaimana dipahami dari kata adil dan di antara kamu.Dengan demikian dibutuhkan tiga kriteria bagi penulis, yaitu kemampuan menulis, pengetahuan tentang aturan serta tatacara menulis perjanjian, dan kejujuran.2

Ayat ini mendahulukan penyebutan adil dari pada penyebutan pengetahuan yang diajarkan Allah. Ini karena keadilan, di samping menuntut adanya pengetahauan bagi yang akan berlaku adil, juga karena seseorang yang adil tapi tidak mengetahui, keadilannya akan mendorong dia untuk belajar. Berbeda dengan yang mengetahui tetapi tidak adil. Ketika itu pengetahuannya akan digunakan untuk

2

(5)

menutupi ketidakadilannya. Ia akan mencari celah hukum untuk membenarkan penyelewengan dan menghindari saksi. Selanjutnya kepada para penulis diingatkan, agar janganlah enggan menulisnya sebagai tanda syukur, sebab Allah telah mengajarnya, maka hendaklah ia menulis. Penggalan ayat ini meletakkan tanggung jawab di atas pundak penulis yang mampu, bahkan setiap orang yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

Setelah menjelaskan tentang hukum penulisan hutang piutang, penulis, kriteria, dan tanggung jawabnya, maka dikemukakan tentang siapa yang mengimlakkan kandungan perjanjian, yakni dengan firmannya: Dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan apa yang disepakati untuk ditulis. Mengapa yang berhutang, bukan yang memberi hutang?Karena dia dalam posisi lemah, jika yang memberi hutang yang mengimlakkan, bisa jadi suatu ketika yang berhutang mengingkarinya.Dengan mengimlakkan sendiri hutangnya, dan didepan penulis, serta yang memberinya juga, maka tidak ada alasan bagi yang berhutang untuk mengingkari isi perjanjian.Sambil mengimlakkan segala sesuatu yang diperlukan untuk kejelasan transaksi, Allah mengingatkan yang berhutang agar hendaklah dia bertakwa kepada Allah Tuhannya. Kemudian ayat selanjutnya adalah menyatakan nasihat, janganlah ia mengurangi sedikitpun dari hutangnya, baik yang berkaitan dengan kadar hutang, waktu, cara pembayaran dan lain-lain, yang dicakup kesepakatan bersama.

Bagaimana kalau yang berhutang, karena suatu dan lain hal tidak mampu mengimlakkan? Lanjutan ayat menjelaskannya, jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya, tidak pandai mengurus harta, karena suatu dan lain sebab, atau lemah keadaannya, seperti sakit, atau sangat tua, atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, karena bisu atau tidak mengetahui bahasa yang digunakan, atau boleh jadi malu, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur.3

Setelah menjelaskan penulisan, maka uraian berikut adalah menyangkut persaksian, baik dalam tulis menulis maupun selainnya.Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orng lelaki di antara kamu. Dua orang saksi dimaksud adalah saksi-saksi lelaki yang merupakan anggota masyarakat muslim. Atau kalau tidak ada- demikian tim Departemen Agama RI dan banyak ulama menerjemahkan

3

(6)

dan memahami lanjutan ayat-atau kalau bukan- menurut hemat penulis yakni kalau bukan dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, yakni yang disepakati oleh yang melakukan transaksi.

Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa kesaksian dua orang lelaki, diseimbangkan dengan satu lelaki dan dua perempuan.Yakni seseorang lelaki diseimbangkan dengan satu lelaki dan dua perempuan?Ayat ini menjelaskan bahwa hal tersebut adalah supaya jika salah seorang dari perempuan itu lupa maka seorang lagi, yakni yang menjadi saksi bersamanya mengingatkannya.Mengapa kemungkinan ini disebutkan dalam konteks kesaksian wanita.Apakah karena kemampuan intelektualnya kurang, seperti diduga sementara ulama atau karena emosinya sering tidak terkendali?Hemat penulis tidak ini dan tidak itu.

(7)

kemungkinan mereka lupa lebih besar dari kemungkinannya oleh pria.Karena itu demi menguatkan persaksian, dua orang wanita diseimbangkan dengan seorang pria, supaya jika seseorang lupa maka seseorang lakgi mengingatkannya.Sekali lagi hemat penulis ayat ini tidak berbicara tentang kemampuan intelektual wanita, tidak juga berarti bahwa kemampuannya menghafal lebih rendah dari kemampuan pria4.

Sebagaimana Allah berpesan kepada para penulis, kepada para saksipun

Allah berpesan, “janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keteranganapabila

mereka dipanggil,” karena keengganannya dapat mengakibatkan hilangnya hak atau terjadi korban.

Rasullullah saw pada masa hidupnya juga telah mendidik para sahabat untuk menangani propesi Akuntansi dengan sebutan ―Hafazhatul Amwal”3 (Pengawasan

Keuangan), bahkan al Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam menganggap masalah ini sebagai suatu yang serius untuk dijadikan sebuah kajian, sehingga dengan diturunkan surat Al Baqorah ayat 282 yang menerangkan tentang pendidikan akuntasnsi dalam ekonomi Islam, yang intinya menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan yang diterangkan oleh pendidikan hukum yang harus dipedomani dalam masalah akuntansi tersebut.

Pada kenyataannya, ada beberapa polemik yang berkembang dikalangan para pakar pencetus konsep akuntansi modern dewasa ini, yaitu apakah ada dasar-dasar yang baku dan permanen yang sesuai dengan Yang dinamai saksi adalah orang yang berpotensi menjadi saksi, walaupun ketika itu dia belum melaksanakan kesaksian, dan dapat juga secara aktual telah menjadi saksi.Jika anda melihat satu peristiwa, katakanlah tabrakan, maka ketika itu anda telah berpotensi memikul tugas kesaksian, sejak saat itu anda telah dapat dinamai saksi walaupun belum lagi melakukan kesaksian itu di pengadilan.Ayat ini dapat berarti, janganlah orang-orang yang berpotensi menjadi saksi enggan menjadi saksi apabila mereka diminta.Memang, banyak orang, sejak dahulu apalagi sekarang, yang enggan menjadi saksi, akibat berbagai faktor, paling sedikit karena kenyamanan dan kemaslahatan pribadinya terganggu.Karena itu, mereka perlu dihimbau. Perintah ini adalah anjuran, apalagi jika ada orang lain yang memberi keterangan, dan wajib hukumnya bila kesaksiannya mutlak untuk menegakkan keadilan.

4

(8)

Setelah mengingatkakn para saksi, ayat ini kembali berbicara tentang penulisan hutang piutang, tapu dengan memberi penekanan pada hutang piutang yang jumlahnya kecil, padahal yang kecilpun dapat menyebabkan permusuhan, bahkan pembunuhan.Memang menulis yang kecil-kecil, apalagi seringkali dapat membosankan.Karena itu, ayat ini mengingatkan, janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai yakni termasuk batas waktu membayarnya.

Yang demikian itu, yakni penulisan hutang-piutang dan persaksian yang dibicarakan itu, lebih adil disisi Allah, yakni dalam pengetahuan-Nya dan dalam kenyataan hidup, dan lebih dapat menguatkan persaksian, yakni lebih membantu penegakan persaksian, serta lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguan di antara kamu. Petunjuk-petunjuk di atas adalah jika muammalah dilakukan dalam bentuk hutang-piutang. Tetapi jika ia merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; perintah di sini oleh mayoritas ulama dipahami sebagai petunjuk umum, bukan perintah wajib.

Saksi dan penulis yang diminta atau diwajibkan untuk menulis dan menyaksikan, tentu saja maempunyai aneka kepentingan pribadi atau keluarga; kehadirannya sebagai saksi, dan atau tugasnya menulis, dapat mengganggu kepentingannya. Di sisi lain, mereka yang melakukan transaksi jual beli atau hutang piutang itu, dapat juga mengalami kesulitan dari para penulis dan saksi jika karena menyelewengkan kesaksiasn atau menyalahi ketentuan penulisan. Karena itu Allah berpesan dengan menggunakan satu redaksi yang dapat dipahami sebagai tertuju kepada penulis saksi, kepada penjual dan pembeli, serta yang berhutang dan pemberi hutang. Wala yudharra katibun wa la syahid, dapat berarti janganlah penulispenulis dan saksi memudharatkan yang bermuamalah, dan dapat juga berarti janganlah yang bermuamalah memudharatkan para saksi dan penulis.5

Salah satu bentuk dari mudharat yang dapat dialami oleh saksi dan penulis adalah hilangnya kesempatan memperoleh rejeki, karena itu tidak ada salahnya

5

HIDAYAT, Taufik. Kaedah Pendidikan Akuntansi dalam Konsep Ekonomi Syariah. AL-FALAH : Journal of Islamic Economics, [S.l.], v. 1, n. 1, p. 46-65, dec. 2016. ISSN 2548-3102. Available at:

(9)

memberikan mereka ganti transport dan biaya administrasi sebagai imbalan jeri payah dan penggunakan waktu mereka. Di sisi lain, para penulis dan saksi hendaknya tidak juga merugikan yang bermuamalah dengan memperlambat kesaksian, apalagi menyembunyikannya, atau melakukan penulisan yang tidak sesuai dengan kesepakatan mereka. Jika kamu, wahai para saksi dan penulis serta yang melakukan muammalah, melakukan yang demikian, maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu.

Kefasikan terambil dari akar kata yang bermakana terkelupasnya kulit sesuatu. Kefasikan adalah keluarnya seseorang dari ketaatan kepada Allah swt atau dengan kata lain kedurhakaan. Ini berarti, siapa pun yang melakukan suatu aktivitas yang mengakibatkan kesulitan bagi orang lain, maka dia dinilai durhaka kepada Allah serta keluar dari ketaatan kepada-Nya. Ayat ini diakhiri dengan firman-Nya: Dan bertaqwalah kepada Allah mengajar kamu;

dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Menutup ayat ini dengan perintah bertaqwa yang disusul dengan mengingatkan pengajaran ilahi, merupakan penutup yang amat tepat, karena seringkali yang melakukan transaki perdagangan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dengan berbagai cara terselubung untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin. Dari sini peringatan tentang perlunya taqwa serta mengingat pengajaran Ilahi menjadi sangat tepat.

Pada dasarnya kegiatan akuntansi merupakan kegiatan mencatat dilanjutkan denan menganalisa, menyajikan dan menafsirkan data keuangan dari aktivitas yang berhubungan dengan produksi, pertukaran barang barang dan jasa jasa atau hubungan dengan pengelolaan dana dana bagi perusahaan yang bertujuan memperoleh keuntungan, akuntansi memberi metode untuk menentukan apakah lembag tersebut memperoleh keuntungan atau sebaliknya menderita kerugian dalam transaksi yang dilakukan.

(10)

sebagai pencatat inilah, banyak eonom muslim merujuk al-quran sebagai landasan utama akuntansi syariah dan ayat inilah yang akan dibahas buku ini.

Ayat ini mengandung perintah untuk menyuruh seseorang agar menuls hutang piutang antara orang yang berhutang dengan orang yang memberi hutang.Kemudian hendaknya penulis itu bertindak adil dan tidak berbuat kecurangan dalam menuliskan hutang piutang itu, hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh qatadah, bahwa adil tersebut dimaknai dengan tidak mengurangi hak orang yang memberi hutang dan tidak menambah beban hutang orang yang berhutang secara batil.

Lebih lanjut ia menambahkan untuk menghadirkan saksi dalam penulisan hutang piutang itu yaitu dua orang laki laki atau kalau tidak ada, maka satu orang laki laki dan dua orang laki laki atau kalau tidak ada maka satu orang laki laki dan dua orang perempuan yang secara suka relah menjadi saksi bagi kedua belah pihak, saksi saksi tersebut diharapkan tidak merugikan kedua bela pihak dengan kesaksian nya. Artinya tidak memberikan kesaksian palsu atau apa yang ia lihat dan terjadi antara orang yang berhutang dan orang yang memberikan hutang.

Demikian pula apa yang diungkap oleh quraish shihab, bahwa al-quran memerintahkan siapapun yang melakukan transaksi hutang piutang agar mencatat jumlah hutang piutang itu supaya tidak terjadi satu dan lain hal yang tercecer dan hlang dan berkurang. Bahkan kalau perlu meminta bantuan notaris dan saksi dalam mencatatnya. Akan tetapi allah berpesan untuk notaris sebagai pencatat dan saksi untuk tidak merugikan orang yang melakukan transaksi, terutama dengan mengurangi haknya masing masing. Bagi yang melakukan transaksi hendaknya juga tidak boeh merugikan sang notaris dalam waktu, tenaga, dan pikirannya tanpa memberikan inbalan yang wajar. Selain itu merupakan perintah yang tidak boleh diabaikan untuk memilih saksi saksi dalam hal hutang piutang kalau bukan dia orang laki laki maka seorang laki laki dan dua orang perempuan.

(11)

piutang. Allah berpesan dengan menggunakan satu redaksi yang dapat dipahami yang ditujukan kepada penapsi saksi, kepada penjual da pembeli serta yang berutang dan memberi utang, ayat ini ditutup dengan perintah bertakwa, yang disusul dengan mengingatkan pengajaran ilahi.hal ini merupakan peutup yang amat tepat karna sering kali seseorang yang melakukantransaksi perlanggaran menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, dan engan berbagai cara terselubung untuk menarik keuntungan sebanyak mungkin.

Oleh karna itu secara garis besar akuntansi syariah dalam akuntabulitasnya mengikuti etika penting sistem ekonomi syariah ekonomi yaitu:

a. Fungsi utama uang adalah ebagai alat tuka dan bukan sbagai komoditas yang dapat diperdagangkan.

b. Melarang segala bentuk riba (termasuk Bungan bank sesuai ijma jumhur ulama)

c. Melarang semua kegiatan usaha yang mengangdung ungsur spekuali(gharar dan Maysir).

d. Prinsip keadilan dan transparan dalam aktivitas ekonomi.

e. Kewajiban tertib administrasi dalam rangka pertanggung jawaban didunia dan diahirat.

f. Menghindari kemungkinan terjadinya fitna.

Sementara itu akuntansi syariah juga memiliki tantangan dan kendala.Secara implikatif, tantangan pada formulasi formal ata standar yaitu laporang keuangan yang masih berkutat pada usaha melibatkan Bunga ataupun uang yang bersifat diperdagangkan sedangkan kendalanya dikarenakan dinegara yang bersangkutan seperti diiindonesia masih melibatkan lembaga lembaga keuangan yang masih menggunakan sistem bunga dari nila perdagangan untuk dalam berbagai bentuknya.6

6 Dapartemen agama ri,2010, al-quran dan tafsirnya,penerbit lentera abadi, Jakarta

(12)

C. Analisis

Ayat ini mengandung perintah untuk menyuruh seseorang agar menulis hutang piutang antara orang yang berhutang dengan oran yang memberi hutang. Kemudian hendaknya penulis itu bertindak adil dan tidak berbuat kecurangan dalam menuliskan hutang piutang itu, hal ini sebagaimana dariwayatkan oleh qatadah, bahwa adil tersebut dimaknai dengan tidak mengurangi hak oang orang yang melakukan hutang piutang.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Hardi vizon,2013,tafsir ayat ayat ekonomi,curup,lp2 stain curup

Abdullah abdul malik,abdul karim,tafsir al-azhar jlid II singapura:pustaka nasional,1999.

Dapartemen agama ri,2010, al-quran dan tafsirnya,penerbit lentera abadi, Jakarta. HIDAYAT, Taufik. Kaedah Pendidikan Akuntansi dalam Konsep Ekonomi Syariah.

AL-FALAH : Journal of Islamic Economics, [S.l.], v. 1, n. 1, p. 46-65, dec.2016.ISSN

Referensi

Dokumen terkait

Data post-tes keterampilan generik sains dengan mengimplementasikan model pembelajaran inkuiri kelas X sains 1 pada kelompok kemampuan awal akademik tinggi,

[r]

Deskripsi Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan konsep, menunjukkan contoh dan memberikan tugas, sesuai dengan perkembangan afeksi (sosial dan emosional) peserta didik usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung daun nangka tidak berpengaruh terhadap produksi gas total, produksi gas maksimum dan laju degradasi kedua jenis hijauan

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fencl (2013) menyataan bahwa belajar dengan menggunakan simulasi PhET dapat memberikan manfaat yang lebih banyak

Dose of organic m at ter have significant effect on the rice perform ance at veget at ive phase as seen in plant height , leaf lengt h, leaf widt h, root weight , root volum

Deskripsi Hasil Pengamatan Uji Sensitivitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol dan etil asetat kulit buah jeruk nipis (C. aurantifolia

Hasil penilaian nelayan pembudidaya terhadap ikan baronang memiliki keunggulan untuk di budidaya yaitu: (1) pakan, ikan baronag makanannya adalah tumbuhan laut (lamun,