• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Hukum Lembaga Penjamin Kredit Daerah Sebagai Penjamin Dalam Pemberian Kredit Terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kedudukan Hukum Lembaga Penjamin Kredit Daerah Sebagai Penjamin Dalam Pemberian Kredit Terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Kecil Menengah selanjutnya disingkat dengan (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Akan tetapi jika dilihat kondisi UKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UKM kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Kesadaran akan arti penting UKM baru terlihat belakangan ini saja. Beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya pengembangan UKM antara lain fleksibilitas dan adaptabilitas UKM dalam memperoleh bahan mentah dan peralatan, relevansi UKM dengan proses-proses desentralisasi kegiatan ekonomi guna menunjang terciptanya integritas kegiatan pada sektor ekonomi yang lain, potensi UKM dalam menciptakan dan memperluas lapangan kerja, serta peranan UKM dalam jangka panjang sebagai basis untuk mencapai kemandirian pembangunan ekonomi, karena UKM umumnya diusahakan pengusaha dalam negeri dengan menggunakan kandungan impor yang rendah.

(2)

pengembangan UKM dapat menunjang diversifikasi ekonomi dan percepatan perubahan struktural, yang merupakan prasyarat bagi pembangunan ekonomi jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan. Upaya penumbuhan kemampuan dan ketangguhan UKM yang memiliki jumlah besar dan tersebar di seluruh tanah air, merupakan kegiatan yang tak dapat dipisahkan dari upaya menumbuhkan kemampuan, ketangguhan dan ketahanan nasional secara keseluruhan

Namun pada kenyataannya, UKM masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan perannya secara optimal dalam perekonomian nasional. Hal ini disebabkan UKM masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan teknologi, serta iklim usaha yang belum mendukung bagi perkembangannya.

(3)

Dari sisi internal, secara umum UKM masih menghadapi rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia selanjutnya disebut (SDM) seperti kurang terampilnya SDM, rendahnya penguasaan teknologi serta manajemen dan informasi pasar. Sedangkan dari sisi eksternal UKM masih menghadapi permasalahan terkait masih terbatasnya penyediaan produk jasa lembaga keuangan, khususnya kredit investasi; dan keterbatasan akses pendanaan ke lembaga keuangan. Keterbatasan akses pendanaan ke lembaga keuangan ini salah satunya disebabkan oleh keterbatasan aset yang dimiliki oleh UKM untuk dijadikan jaminan kredit bank. Dari hasil survei kegiatan dunia usaha selanjutnya disingkat (SKDU) diperoleh informasi bahwa kendala dalam memperoleh akses kredit dari lembaga perbankan sebagian besar disebabkan oleh masalah jaminan dan prosedur pengajuan.

Bagi UKM, kredit dirasa cukup penting mengingat kebutuhan untuk pembiayaan modal kerja dan investasi diperlukan guna menjalankan usaha dan meningkatkan akumulasi pemupukan modal mereka. Permasalahan timbul ketika pengusaha mikro kecil tersebut diperhadapkan kepada kelengkapan persyaratan bank guna memperoleh pinjaman. Meskipun usaha mereka feasible namun sebagian besar pengusaha mengalami kesulitan dalam penyediaan asset dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi persyaratan jaminan kredit bank.

(4)

adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi criteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini; (2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini; (3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini

Sistem pemberian kredit juga didasarkan atas keyakinan bank pada kemampuan dan kesanggupan nasabah untuk membayar hutangnya. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, maka sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian dengan seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan/jaminan, dan prospek dari debitur.

Dunia perbankan, kelima factor yang dinilai tersebut dikenal dengan sebutan “The Five Of Credit Analysis” atau prinsip 5C’ (Character, Capacitiy, Capital, Collateral Dan Condition Of Economic ) dan 4P ( Personality, Purpose, Prospect, Dan Payment ). Cara penilaian yang demikian menjadi pedoman bagi

(5)

penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan kredit.1

Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berazaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian, yang sesuai dengan Pasal 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Prinsip ini harus diterapkan oleh setiap Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil dan Menengah menjelaskan mengenai kriterianya, antara lain sebagai berikut : Pasal 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil dan Menengah yang dimaksud dengan: (1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini; (2) usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini; (3) usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini

(6)

bank agar tidak mengalami resiko kredit macet, karena tidak satupun bank yang menginginkan kredit yang disalurkannya tumbuh menjadi kredit macet. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa berapapun telitinya pihak bank dalam pemberian kredit walaupun pihak bank tersebut memberikan kredit dengan prinsip kepercayaan dan kehati-hatian kepada nasabah, namun dalam kenyataannyan kredit yang disalurkan oleh bank tersebut sebagian mengalami kredit macet.2

Dalam hal ini kalangan perbankan mendesak pemerintah untuk membentuk lembaga penjamin kredit perbankan bagi para pengusaha berskala mikro. Alasannya selama ini perbankan kesulitan untuk mengucurkan kredit karena proposal usaha kecil seringkali dinilai tidak cukup layak sehingga sulit

. Dalam pemberian kredit ini, proses hukum merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan. Agar adanya kepastian dan perlindungan yang didapatkan oleh masing-masing pihak baik pihak bank maupun nasabah UKM dalam proses pengkreditan. Hal ini terbukti dengan banyaknya terjadi kredit macet yang menyebabkan kerugian pada bank dan mengganggu kesehatan stabilitas bank karena nasabah tidak dapat mengembalikan pinjamannya.

Kesulitan UKM untuk mendapatkan sumber pembiayaan dari bank bukan semata-mata terbatasnya jaminan yang bisa disediakan oleh UKM. Tetapi bisa juga bersumber dari pemahaman dan anggapan yang sering berlebihan dari sebagian besar lembaga perbankan bahwa melayani usaha kecil mengandung resiko tinggi serta melayani usaha kecil yang jumlahnya banyak sangat merepotkan dan meningkatkan biaya transaksi.

(7)

disetujui. Bankir mengaku sangat kesulitan dalam melakukan analisa kemampuan para pengusaha berskala mikro karena sebagian besar dari mereka tidak menerapkan manajemen usaha yang tertib. Kondisi para pengusaha mikro semacam itu sangat menyulitkan perbankan dalam melakukan analisa keuangan terutama ketika hendak memberikan persetujuan atas pengajuan kredit usaha. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah mendirikan infrastruktur pendukung berupa lembaga penjamin kredit guna memayungi keberadaan para pengusaha berskala mikro yang jumlahnya sangat besar.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, modal masih menjadi masalah pokok dalam pengembangan UKM. Dalam hal ini juga berkaitan dengan kelayakan perbankan untuk mengucurkan kredit kepada usaha kecil dan mikro, dimana nantinya terdapat kekhawatiran terjadinya wanprestasi oleh debitur yang menyebabkan kerugian pada lembaga perbankan. Agar tidak terjadi hal demikian, maka diperlukan lembaga penjamin kredit dalam penjaminan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas penulis memilih berjudul :Kedudukan Hukum Lembaga Penjamin Kredit Daerah Sebagai Penjamin Dalam Pemberian Kredit Terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM)

B. Perumusan Masalah

1. Bagaiamakah Pemberian Suatu Kredit Pada UKM? 2. Bagaimanakah penjaminan kredit dalam kredit UKM?

(8)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

a. Untuk mengetahui Pemberian Suatu Kredit Pada UKM b. Untuk mengetahui penjaminan kredit dalam kredit UKM

c. Untuk mengetahui kedudukan lembaga penjaminan kredit daerah dalam pemberian kredit kepada UKM

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah : a. Secara teoritis

Diharapkan memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan khususnya hukum ekonomi di Indonesia dan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam pemberdayaan usaha kecil menengah.

b. Secara praktis

Diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembuat kebijakan atau keputusan di daerah, agar dapat tercipta dalam sistem hukum yang lebih berpihak kepada bidang usaha kecil menengah sehingga usaha kecil menengah dapat menjadi salah satu upaya peningkatan ekonomi rakyat khususnya kota Medan

D. Keaslian Penulisan

(9)

tentang Kedudukan Hukum Lembaga Penjamin Kredit Daerah Sebagai Penjamin Dalam Pemberian Kredit Terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM)

Adapun judul-judul yang telah ada di perpustakaan universitas cabang Fakultas Hukum yang mirip yang penulis temukan adalah :

1. Nama : Siska Alisabet B NIM : 010020016

Judul : Tinjauan terhadap ketentuan kredit macet dalam perbankan di Indonesia

2. Nama : Sri Yanti S.L. Panjaitan NIM : 030200139

Judul : Penerapan Prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan (Studi Kasus di PT. Bank Mandiri Cabang Zainul Arifin Medan) 3. Nama : Diegi Dona Sari

NIM : 030200065

Judul : Penyaluran Dana UKM melalui Pemberian Kredit pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumatera Barat

4. Nama : Melisa M. Sihotang NIM : 030200143

Judul : Penyelesaian kredit macet bermasalah atas pinjaman nasabah Bank pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige

(10)

kritikan dan masukan yang sifatnya membangun guna penyempurnaan hasil penelitian.

E. TinjauanPustaka

1. Perkembangan Usaha Kecil Menengah

Usaha Kecil dan Menengah adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” 3

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

Kriteria usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pembinaan Usaha Kecil, dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan adalah sebagai berikut:

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah)

3. Milik Warga Negara Indonesia

(11)

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar

5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Di Indonesia, UKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Jumlah UKM hingga 2011 mencapai sekitar 52 juta. UKM di Indonesia sangat penting bagi ekonomi karena menyumbang 60% dari pelaku UKM yang mendapat akses ke lembaga keuangan. Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, di masing-masing Provinsi atau Kabupaten/Kota.

Menteri Koperasi dan UKM akan menarik pajak bagi sektor UKM beromzet Rp300 juta hingga Rp4 miliar per tahun. Hal tersebut akan dilaksanakan karena pemerintah mengakui membutuhkan uang untuk proyek infrastruktur.

Program pengembangan industri rumah tangga, industri kecil dan menengah diarahkan pelaksanaannya untuk menumbuh kembangkan kegiatan usaha ekonomi skala kecil yang produktif, serta untuk mendukung perluasan kesempatan kerja dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan.

(12)

diharapkan membuat berkembangnya industri kecil menjadi lebih efektif, karena selain para perajin tidak perlu disediakan lokasi khusus, juga pengadaan bahan baku, penyediaan informasi, bantuan teknologi, serta pembinaan kelembagaan usaha, dapat berlangsung lebih efisien, terarah dan terpadu. Jumlah sentra industri yang telah dibina terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Sampai tahun 1997/98, sentra industri yang telah dibina secara kumulatif berjumlah sekitar 10.500 sentra.

Pengembangan industri kecil yang dilaksanakan melalui sentra industri memberikan dampak positif terhadap penumbuhan unit usaha baru dan wirausaha baru, terutama di perdesaan. Dengan dukungan iklim usaha yang makin membaik, jumlah unit usaha industri kecil memperlihatkan peningkatan dari tahun ke tahun. Ditinjau dari persebarannya, sebagian besar unit usaha industri kecil masih terkonsentrasi di wilayah kawasan barat Indonesia (KBI) yaitu sekitar 84,7 persen. Sebaliknya, ditinjau dari laju pertumbuhannya, kenaikan rata-rata per tahun jumlah unit industri kecil di KTI sejak tahun 1993 sampai tahun 1996 adalah sebesar 4,7 persen, yang berarti lebih tinggi dibanding kenaikan rata-rata per tahun industri di KBI yang sebesar 2,0 persen per tahun.4

2. Pengertian Usaha Kecil Menengah

Usaha kecil sebagai wadah usaha bagi sebagian besar masyarakat merupakan usaha yang mampu tumbuh dan berkembang secara mandiri dan memberikan andil besar serta menduduki peran yang strategi dalam pembangunan perekonomian di Indonesia.

(13)

Kedudukan usaha kecil sangat penting dalam mewujudkan pembangunan perekonomian nasional suatu Negara. Hal ini telah disadari dimana-mana, tidak saja dinegara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, tetapi juga Negara-negara maju semacam Amerika Serikat. Di Amerika Serikat dari 5,5 usaha uang telah berjalan lancer, ternyata 95% merupakan usaha kecil. Di Indonesia sendiri data semacam itu belum ada, tetapi menurut perkiraan banyak pengamat, tidak kurang dari 90% usaha Indonesia adalah usaha kecil, dan menurut catatan Kementerian Negara Koperasi dan UKM di Indonesia terdapat 60 juta usaha kecil5

Di Indonesia untuk mengembangkan usaha kecil ini pemerintah telah membuat kebijakan-kebijakn, diantaranya menciptakan berbagai fasilitas mulai dari perkreditan sampai dengan upaya memecahkan masalah pemasaran dan berbagai keringan serta kemudahan disediakan pemerintah untuk merangsang dan membina UKM. Keberadaan dan kedudukan UKM ditengah-tengah kehidupan usaha telah mendapat tempat dan perhatian di dalam masyarakat. Karena usaha kecil mampu menyerap tenaga kerja, ikut melancarkan peredaran perekonomian Negara dan juga mampu berdampingan dengan perusahaan-perusahaan besar

Besarnya perhatian pemerintah terhadap usaha kecil menengah dapat kita lihat seperti di Amerika Serikat sebuah Negara maju, telah membentuk suatu lembaga yang tugasnya khusus membantu lancarnya pengembangan usaha kecil menengah yaitu Lembaga Administrasi Usaha Kecil (Small Business Adminitration).

5 Kementerian Negara Koperasi dan UKM, di Indonesia, terdapat 60 juta usahlm kecil,

(14)

dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. UKM juga berfungsi dalam mendorong pertumbuhan perekonomian nasional dan mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi khususnya

(15)

Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah juridis normatif.6

2. Spesifikasi Penelitian

Dengan pendekatan terhadap permasalahan yang dirumuskan dengan mempelajari ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan, membandingkan dengan penerapan hukum dan peraturan di dalam masyarakat, yang berkaitan dengan Kedudukan Hukum Lembaga Penjamin Kredit Daerah Sebagai Penjamin Dalam Pemberian Kredit Terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM)

Berdasarkan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah disebutkan di muka, maka dapat dilihat bahwa sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis. Penelitian yang bersifat deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan, dan menganalisis suatu realitas social masyarakat dan mengkajinya dengan peraturan hukum baik dalam bentuk teori maupun praktek pelaksanaan dari hasil penelitian di lapangan.7

Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu analisis data yang dilakukan tidak keluar dari lingkup permasalahan dan berdasarkan teori atau konsep yang bersifat umum diaplikasikan untuk

6 Ronny Hamitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetrii, (Jakarta: Ghlmlia Indonesia, 1990), hlm. 14.

(16)

menjelaskan tentang seperangkat data, atau menunjukkan komparasi atau hubungan seperangkat data dengan seperangkat data yang lain.8

3. Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan dan data yang dikumpulkan melalui dokumen dan wawancara. Dalam penelitian ini bahan dasar penelitian hukum normatif dari sudut kekuatan mengikatnya dibedakan atas 3 (tiga) bagian, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer adalah hukum yang mengikat dari sudut norma dasar, peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan, yaitu:

1) Undang-Undang Dasar 1945

2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil

b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang berupa hasil-hasil penelitian dan atau karya ilmiah dari kalangan hukum yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tertier adalah bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

4. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang bersifat interaktif, yaitu metode yang

(17)

lebih menekankan pada pencarian makna sesuai dengan realitas. Metode ini akan menghasilkan data berupa pernyataan-pernyataan atau data yang dihasilkan berupa data deskriptif mengenai subjek yang diteliti.9

Analisis data terhadap data dilakukan setelah diadakan terlebih dahulu pengumpulan untuk kemudian diseleksi, dipilah-pilah berdasarkan kualitas dan relevansinya. Selanjutnya diadakan pengelompokan terhadap data sejenis untuk kepentingan analisis dan penulisan evaluasi dilakukan terhadap data dengan kualitatif, secara logis dan sistematis dengan menggunakan metode berfikir deduktif, suatu logika yang berangkat dari kaidah-kaidah umum ke kaidah yang bersifat khusus, sehingga akan menghasilkan uraian yang bersifat deskriptif, yaitu uraian yang menggambarkan permasalahan dan hasil analisis tersebut diharapkan dapat menjawab permasalahan yang diajukan.10

G. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menguraikan bab demi bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan membahas Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan

9 Miles and Hubberman, “Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber tentang Metode-metode

Baru”, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992), hlm. 15.

(18)

BAB II PEMBERIAN SUATU KREDIT PADA UKM

Pada bagian ini akan membahas Dasar Hukum Pemberian Kredit UKM, Bentuk Kredit pada UKM, Para Pihak dalam Pemberian Kredit UKM dan Perjanjian Kredit UKM

BAB III PENJAMINAN KREDIT DALAM KREDIT UKM

Pada bagian ini akan membahas Hubungan Hukum antara Debitur, Kreditur, dan Penjamin dalam Pemberian Kredit UKM, Bentuk Penjaminan Kredit dan Lembaga Penjamin Kredit di Indonesia BAB IV KEDUDUKAN LEMBAGA PENJAMINAN KREDIT DAERAH

DALAM PEMBERIAN KREDIT KEPADA UKM

Pada bagian ini akan membahas Tujuan dan Fungsi Lembaga Penjamin Kredit Daerah, Kedudukan Lembaga Penjamin Kredit Daerah dalam Pemberian Kredit Kepada UKM dan Tanggung Jawab Lembaga Penjamin Kredit Daerah dalam Pemberian Kredit Terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Karena media pembelajaran dengan menggunakan media lagu daerah Sumbawa dapat membuat tampilan pembelajaran lebih menarik yang bisa membuat mata pelajaran bahasa

[r]

Dari hasil saturasi parafin ini dapat diidentifikasi jumlah parafin yang masuk ke dalam sand pack, jumlah minyak yang keluar dan jumlah parafin yang tertinggal di dalam sand pack,

[r]

Sistem Penjadwalan Sidang Tugas Akhir ini terdapat lima bagian inti yang dapat menghubungkan antara petugas pembuat jadwal, pengguna (mahasiswa dan dosen) dengan sistem

DIBERI COVER MIKA, WARNA SESUAI PRODI MASING-MASING 3.. Tentukan turunan kedua dari:

Ciri- cirinya menurut Worrel dan Stillwell (dalam Song and Hill, 2007) antara lain: (a) tanggung jawab (mereka yang memiliki motivasi belajar merasa bertanggung

Kota Banjarbaru sebagai salah satu Kota di Kalimantan Selatan yang banyak memiliki potensi kepariwisataan seperti pendulangan intan tradisional di Kecamatan Cempaka,