• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 852013002 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 852013002 BAB III"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB III

ANALISIS KOMPOSISI

“Suita Gambang Semarang untuk Kuartet Gitar dan Erhu” merupakan komposisi yang menerapkan struktur suita modern, dimana tidak memiliki bentuk baku seperti yang ada pada suita barok. Komposisi ini terdiri dari lima bagian, karena mengadaptasi dari struktur suita barok yang biasanya memiliki lima bagian. Kelima bagian ini diambil dari lagu-lagu yang biasa dimainkan dalam pertunjukan Gambang Semarang, yang telah dipilih berdasarkan tangga nada yang digunakan, perpaduan musik yang dihasilkan, dan kepopuleran lagu tersebut. Setiap bagian adalah hasil adaptasi dari judul lagu yang sudah ada, dan mengadaptasi motif dari lagu asli yang kemudian dikembangkan menggunakan teknik komposisi Barat. Bagian-bagian komposisi tersebut, adalah Empat Penari, Gado-gado Semarang, Simpang Lima Kota Semarang, Jangkrik Genggong, dan Malu-malu Kucing.

Komposisi ini memiliki nuansa yang sama dengan tempo sedang, dan sebagian besar menggunakan sukat 4/4. Pengembangan teknik komposisi barat, penulis menggunakan harmoni modern dengan mengadopsi tangganada asli yaitu slendro menjadi tangga nada pentatonis diatonis. Komposisi ini tidak menjadikan tonal sebagai prinsip utama, dikarenakan penulis tertarik untuk mengeksplorasi materi tentang harmoni modern yang telah didapat saat perkuliahan.

(2)

14 A. Empat Penari

(3)

15

Tabel 3.1 Analisis Struktural Komposisi Empat Penari

Birama Keterangan

1 – 6 Introduksi

Tonalitas : D pentatonik diatonik Sukat 4/4

7 – 18 Bagian A

Tonalitas : D pentatonik diatonik Sukat 4/4

19 – 23 Transisi bagian A

Tonalitas : D pentatonik diatonik Sukat 4/4

24 – 38 Bagian B Tonalitas : Em Sukat 4/4 dan 6/4 39 – 46 Bagian C

Tonalitas : E pentatonik kumoi Sukat 4/4

Komposisi ini menggunakan tempo Moderato. Harmoni yang digunakan adalah harmoni modern dengan menggunakan tangga nada pentatonis diatonis, pentatonis kumoi1, kromatis, twelve tone, dan penggabungan dari interval.

Cadence yang digunakan sebagian besar adalah rhythmic cadence2.

1 Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony (England: Faber and Faber Limited, 1961), 50.

(4)

16

Motif introduksi diawali oleh Erhu, dikembangkan menggunakan teknik bersaut-sautan di interval yang berbeda oleh Gitar 1, 2, dan 3. Gitar 4 berperan sebagai bas.

Notasi 3.1 motif dan pengembangan introduksi

Bagian introduksi ditutup dengan rhythmic cadence yang dimainkan oleh Gitar 1, 2, 3, dan 4. Nada yang digunakan tonika dan terts, menggunakan teknik

staccato seperti pada permainan lagu asli.

(5)

17

Melodi utama bagian A dimainkan oleh Erhu sebagai adopsi dari melodi penyanyi.

Notasi 3.3 melodi utama Erhu

Gitar 1 mengulang melodi utama dengan variasi. Pengolahan ini mengadopsi teknik dari permainan lagu asli yang bersaut-sautan antara penyanyi dan instrumen Cina. Sementara Gitar 2 dan 3 memainkan pola irama ostinato seperti pada gamelan.

Notasi 3.4 pengolahan motif dan iringan

Ciri khas nuansa dari lagu asli diperkuat dengan permainan Gitar 4 yang mengadopsi permainan gong dan kecrek.

(6)

18

Birama 11-14 merupakan pengolahan motif berupa retrograsi yang dimainkan oleh Erhu. Gitar 1 memainkan motif ritme yang sama dengan Erhu, sementara Gitar 2, 3, dan 4 masih menggunakan teknik pengolahan yang sama seperti frase sebelumnya. Pada birama 14 terdapat rhythmic cadence sebagai akhir frase untuk masuk frase berikutnya.

Notasi 3.6 pengolahan motif retrogasi

Frase pengembangan selanjutnya pada birama 15-18 terdapat pengembangan motif berupa interpolasi yang dimainkan oleh Gitar 1.

Notasi 3.7 pengembangan motif interpolasi

(7)

19

Notasi 3.8 motif dan pengembangan transisi bagian A

Bagian B terdapat pada birama 24-38 yang menggunakan pengolahan harmoni modern dengan tidak terikat pada tradisi tonal. Teknik penggabungan interval digunakan untuk mendapatkan suatu karakter bunyi. Motif 1 dijawab oleh motif 2 yang diulang selama 5 birama menggunakan sekuen kromatis.

(8)

20

Transisi menuju motif 3 bagian B, Gitar2 memainkan melodi menggunakan tangga nada twelve tone.

Notasi 3.10 transisi menuju motif 3 bagian B

Bagian B terdapat motif 3 pada Gitar 1 yang dikembangkan selama 3 birama. Gitar 2 dan 3 memainkan interval yang sama namun beda ritmisnya. Gitar 4 menggunakan interval simetris m3. Terdapat pedal point yang dimainkan oleh Gitar 2, 3, dan 4 dengan memainkan nada E.

(9)

21

Bagian C terdapat pada birama 39-46, dengan melodi utama pada Erhu yang diolah menggunakan tangga nada kumoi. Penulis menggunakan tangga nada kumoi untuk mendapatkan kesan minor namun masih menggunakan tangga nada pentatonis. Gitar 1 pengulangan melodi utama dengan variasi ritmis 1/16. Gitar 3 memainkan efek perkusi yang mengadospsi dari permainan kecrek. Dan Gitar 4 memainkan register bass, mengadopsi permainan saron yang dimainkan dengan ritmis 1/4.

Notasi 3.12 melodi utama dan pengolahan bagian C

Pada bagian terakhir ditutup dengan cadence back to central tonic3.

Notasi 3.13 kadens penutup

(10)

22 B. Simpang Lima Kota Semarang

(11)

23

Tabel 3.2 Analisis Struktural Komposisi Simpang Lima Kota Semarang

Birama Keterangan

1 – 4 Introduksi

Tonalitas : C pentatonik diatonik Sukat 4/4

5 – 19 Bagian A

Tonalitas : C pentatonik diatonik Sukat 4/4

20 – 26 Transisi

Tonalitas : C pentatonik diatonik Sukat 4/4

27 – 42 Bagian B

Tonalitas : C pentatonik diatonik Sukat 4/4

43 – 48 Coda

Tonalitas : C pentatonik diatonik Sukat 4/4

Komposisi ini sebagian besar menggunakan tempo 100 Bpm4. Menggunakan tanggan nada C pentatonik diatonik yang divarisasi dengan penggunaan modus dari tangga nada itu sendiri. Karakter dari komposisi ini adalah polyphony. Introduksi diawali dengan tempo 70 Bpm dengan ekspresi maestoso untuk memberikan kesan megah pada pembukaan lagu. Erhu memainkan motif lagu dengan pengolahan augmentasi. Gitar 1 memainkan motif yang ditambah interval quint di nada bawah. Gitar 2 dan 3 memainkan interval dari motif. Gitar 4 memainkan block chord untuk menambah kesan megah. Pada birama 2/4 terdapat autentik kadens untuk menutup frase. Gitar 4 pada birama 3-4 memainkan bas ostinato sebagai pengantar nuansa bagian A.

(12)

24

Notasi 3.14 bagian introduksi

Bagian A diawali oleh Gitar 1 memainkan solo motif utama lagu yang dimulai di birama 5/1 ketukan naik. Gitar 2 memainkan pengolahan motif utama berupa retrogasi pada birama 6. Terdapat pengolahan motif berupa diminuisi yang dimainkan oleh Gitar 3 pada birama 7. Gitar 4 memainkan pola bas ostinato pada birama 6-15 yang tujuannya untuk mempertahankan nuansa dari lagu diantara instrumen lain yang memiliki karakter polyphony.

(13)

25

Adopsi motif pada instrumen Erhu pada birama 9. Pengolahan instrumen Gitar hampir sama dengan frase pertama terdapat pengolahan motif retrogasi pada Gitar 1 birama 10, dan diminuisi pada Gitar 2 birama 11.

Notasi 3.16 adopsi motif dan pengolahan

Birama 15 Erhu memainkan motif berupa sekuen pada interval M3, lalu dilanjutkan sekuen pada Gitar 1 birama 17, dan Gitar 2 pada birama 19.

(14)

26

Transisi terdapat 7 birama yang berisi pengolahan motif berupa diminuisi dan varisi pada Gitar 1 birama 20 dan dilanjutkan sekuen pada Gitar lain dengan pola yang sama di interval yang berbeda. Birama 24 bagian penutup episode dengan sekuen naik unison pada instrumen Erhu, Gitar 1 dan 4. Gitar 2 dan 3 memainkan interval 5.

Notasi 3.18 Transisi

(15)

27

Notasi 3.19 motif utama bagian

Birama 32 Erhu memainkan modus ke 6 yang dimulai dari nada A.

Notasi 3.20 motif Erhu

Birama 33 kuartet Gitar memainkan modus ke 6 dimulai dari nada A. Gitar 1 mengulang motif sekuen seperti pada birama 20. Motif 2 bagian B birama 34 yang direpetisi oleh Gitar 2 dari birama 33/2 yang kemudian diolah menggunakan sekuen turun selama 4 birama. Bagian tersebut diulang kembali pada birama 39-41 yang tujuannya menyamarkan modus yang telah dipakai untuk kemudian kembali ke tonika.

(16)

28

Bagian coda terdapat enam birama, empat birama awal adalah pengembangan sekuen naik (nada ke 1, 3, dan 5) oleh kuartet Gitar yang memainkan satu pola yang sama. Bagian ini bertujuan untuk menciptakan suasana megah seperti bagian introduksi. Birama 46 terdapat teknik rasqueado dengan dinamika

pianissimo menuju fortissimo.

Notasi 3.22 Coda

Erhu memainkan tema utama secara solo pada bagian akhir selama tiga birama,

tujuannya untuk mengingatkan kembali motif utama dari komposisi ini.

(17)
(18)

30

(19)

31

Tabel 3.3 Analisis Struktural Komposisi Gado-gado Semarang

Birama Keterangan

1 – 11 Introduksi Tonalitas: - Sukat 4/4 12 – 27 Bagian A

Tonalitas: D pentatonik diatonik Sukat 4/4

28 – 31 Transisi

Tonalitas: D - E Sukat 4/4

32 – 40 Bagian B

Tonalitas: E pentatonik diatonik Sukat 4/4

41 – 48 Bagian A’

Tonalitas: E pentatonik diatonik Sukat 4/4

49 – 53 Coda

Tonalitas: E pentatonik diatonik Sukat 4/4

Komposisi ini menggunakan tempo Allegretto. Lagu ini memiliki kesan riang dan jenaka. Pada bagian awal mewakili bagian lawak yang ada pada pertunjukan Gambang Semarang. Tangga nada yang digunakan sebagian besar menggunakan pentatonik diatonik. Karakter permainan instrumen gamelan banyak tertuang pada permainan gitar. Karakter meliputi ritmis maupun pola melodi yang diadopsi dalam permainan gitar.

Bagian introduksi diawali ritmis gendang yang diadopsi oleh Gitar 3. Gitar 2 memainkan teknik glisando untuk menimbulkan kesan jenaka.

(20)

32

Birama 9/2 Gitar 4 memainkan motif utama lagu dengan teknik harmonik yang dilanjutkan Gitar 2 birama 10/2 dengan teknik glissando pada setiap nada. Bagian introduksi ditutup dengan rhythmic cadence oleh Gitar 3 pada birama 11-12/1.

Notasi 3.25 Introduksi 2

Bagian A diawali dengan motif utama oleh Gitar 1 pada tangga nada D pentatonik. Gitar 2 memainkan sekuen turun pada birama 14/2. Permainan ritmis seperempatan yang dimainkan Gitar 2 maupun Gitar 3 mengadopsi permainan saron. Gitar 3 mengahdopsi pola permainan bonang dan kecrek. Gitar 4 mengadopsi pola iringan gendang.

(21)

33

Motif muncul pada birama 20 dikembangkan dengan teknik sekuen M2 yang dimainkan oleh Gitar 1.

Notasi 3.27 motif sekuen M2

Birama 24 motif dimainkan oleh Gitar 2 berupa adopsi dari motif sebelumnya pada oktaf lebih rendah.

Notasi 3.28 motif adopsi

Bagian transisi lagu terdapat 4 birama yang merupakan jembatan modulasi dari D menjadi E yang merupakan tangga nada pada bagian B.

(22)

34

Bagian B mengadopsi permainan solo gendang pada bagian tengah-tengah lagu. Gitar 3 memainkan ritmis solo gendang dengan teknik perkusif pada gitar. Gitar 1, 2, dan 4 memainkan pola-pola iringan. Erhu mulai masuk untuk memperkuat suasana dengan memainkan tangga nada E pentatonik diatonik yang dikembangkan dengan dua interval sekuen turun.

Notasi 3.30 Bagian B

Bagian B ditutup menggunakan rhythmic cadence pada birama 40.

(23)

35

Bagian A’ diawali oleh permainan perkusi dan bas dari Gitar 3 dan 4 pada ketukan pertama. Pada birama 41/2 motif kembali muncul dengan tangga nada E pentatonik diatonik. Gitar 2 mengadopsi permainan bonang berbentuk pola yang diulang-ulang.

Notasi 3.32 motif dan pengembangan bagian A’

Coda sebanyak 5 birama berisi sekuen naik oleh Gitar 1. Bagian akhir ditutup dengan cadence back to central tonic oleh seluruh instrumen.

(24)

36 D. Malu-malu Kucing

(25)

37

Tabel 3.4 Analisis Struktural Komposisi Malu-malu Kucing

Birama Keterangan

1 – 4 Introduksi Tonalitas: C Sukat 6/8 5 – 21 Bagian A

Tonalitas: C Sukat 6/8 22 – 29 Transisi

Tonalitas: C-G Sukat 6/8 30 – 46 Bagian A’

Tonalitas: G Sukat 6/8 47 – 57 Coda

Tonalitas: G Sukat 6/8

Komposisi ini menggunakan tempo moderato. Tanda sukat yang digunakan adalah 6/8 tidak sama dengan lagu asli yang menggunakan sukat 4/4. Pergantian sukat dipilih untuk mencari suasana tarian untuk mewakili unsur yang ada dalam pertunjukan Gambang Semarang. Tangga nada tidak terpaku pada tangga nada pentatonik. Akord dan harmoni yang digunkan menggunakan pengolahan tonal modern.

Bagian introduksi diawali dengan Gitar 4 memainkan akord CmM7 dengan cara ostinato.

Notasi 3.34 Bas ostinato bagian A

Birama motif 1 dimainkan oleh Gitar 1 pada birama 5-12.

(26)

38

Birama 13 terdapat pengulangan motif 1 yang dimainkan oleh Gitar 2. Gitar 1 memainkan motif 2 yang berpola dan dikembangkan dengan teknik sekuen. Gitar 3 memainkan melodi-melodi variasi. Birama 20-21 terdapat cadence sebagai penutup bagian A.

Notasi 3.36 motif 1, 2, dan cadence

Bagian transisi terdapat pengembangan dari motif 2 yang diulang dengan teknik sekuen, dan dimainkan bersautan oleh Gitar 1 dan 2. Transisi ini bertujuan untuk membawa modulasi ke tanda kunci G. Modulasi ini bersifat

unprepared dimulai pada birama 26.

(27)

39

Bagian A’ diawali dengan motif 1 yang telah modulasi ke G, dimainkan oleh Erhu mulai birama 30/2. Akord yang digunakan adalah GM7, nada ke 3 tidak diturunkan supaya tidak terkesan keruh.

Notasi 3.38 motif 1 dan pengembangan bagian A’

Terdapat pergerakan kromatis pada Gitar 1. Gitar 2 memainkan akord yang berjarak 3M yang bergerak kromatis turun, bertujuan untuk menutup frase.

Notasi 3. 39 akord Gitar 2

(28)

40

Coda terdapat 11 birama, berisi melodi yang dimainkan oleh Erhu dan dikembangkan oleh Gitar 1 dengan teknik sekuen. Gitar 2 memainkan suara dua dari pengembangan Gitar 1. Gitar 3 memainkan isian melodi dengan menggunakan kromatis turun. Gitar 4 memainkan iringan secara arpegio.

Notasi 3.41 pengembangan coda

Birama 55 Erhu memainkan motif utama lagu yang dikembangkan menggunakan variasi. Gitar 2 dan 3 memainkan variasi melodi utama secara

unison. Birama 56 Gitar 2 dan 3 melakukan pengembangan dengan teknik

contrary motion. Diakhiri dengan akord G9 pada birama 57.

(29)

41 E. Jangkrik Genggong

(30)

42

Tabel 3.5 Analisis Struktural Komposisi Jangkrik Genggong

Birama Keterangan

1 – 6 Tema Tonalitas: C Sukat 4/4 7 – 10 Transisi

Tonalitas: Sukat 4/4 11 – 14 Variasi 1

Tonalitas: A Sukat 4/4 15 – 19 Variasi 2

Tonalitas: A Sukat 4/4 20 – 23 Variasi 3

Tonalitas: A Sukat 4/4 24 – 27 Variasi 4

Tonalitas: E Sukat 4/4 28 – 42 Coda

Tonalitas: E Sukat 4/4

Komposisi ini menggunakan struktur tema dan variasi yang dimainkan dengan tempo moderato. Suasana yang ditampilkan adalah suasana karnaval dimana masyarakat yang riang gembira menonton pertunjukan. Tangga nada yang digunakan gabungan tangga nada pentatonis, kromatis dan diatonis.

(31)

43

Notasi 3.43 Bagian tema

Bagian transisi dimulai birama 6/4 – 10, berisi pola dari tema utama yang dikembangkan menggunakan imitasi motif dan dolah dengan sekuen. Sekuen yang dibentuk bertujuan untuk menghantarkan melodi yang akan modulasi ke A.

(32)

44

Cadence penutup transisi menggunakan autentic cadence pada birama 10.

Notasi 3.45 otentic cadence

Variasi 1 merupakan variasi tonalitas, melodi dimainkan di tangga nada A yang diawali oleh permainan Gitar 2 dan dijawab oleh Gitar 1. Pola iringan yang dimainkan di Gitar 3, pada variasi 1 dimainkan di Gitar 4.

Notasi 3.46 melodi variasi 1

(33)

45

Notasi 3.47 variasi 2

Variasi 3 merupakan pengembangan melodi variasi 2 dengan pengolahan

contrary motion yang dimainkan oleh Gitar 1 untuk bagian frase tanya dan frase

jawab. Bagian ini Erhu mulai masuk memainkan nada pentatonik dengan not 1/4. Gitar 4 memainkan arpegio sextuplet untuk menambah kesan meriah.

Notasi 3.48 variasi 3

(34)

46

Notasi 3.49 variasi 4

Coda dimulai pada birama 28/2 dimainkan oleh Gitar 2. Gitar 1 dimainkan dengan teknik ujung jari memukul body side untuk memunculkan efek perkusi. Gitar 3 dan 4 memainkan akord dan bas. Pola melodi Gitar 2 dikembangkan oleh Gitar 3 dengan notasi seperenambelas.

(35)

47

Birama 36 – 42 terdapat extended cadence5 yang bertujuan untuk mengingatkan

tema utama dimainkan oleh Gitar 1 dengan teknik tremolo dan dijawab oleh Gitar 4 di oktaf bawah dengan tambahan variasi. Birama 41-42 cadence penutup menggunakan nada diatonis terinspirasi dari lagu Rondo Alla Turca untuk mendapatkan kesan penutupan yang tegas dan megah.

Notasi 3.51 Extended cadence

Gambar

Gambar 3.1 Lagu asli Emapat Penari/ Gambang Semarang
Tabel 3.1 Analisis Struktural Komposisi Empat Penari
Gambar 3.2 Lagu asli Simpang Lima Kota Semarang
Tabel 3.2 Analisis Struktural Komposisi Simpang Lima Kota Semarang
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kegiatan pembuatan cairan limbah sayuran fermentasi diawali dengan cara limbah sayuran dicacah kecil-kecil ± 2 - 3 cm sebanyak 17 kg (sawi 3,4 kg dan kubis 13,6

Penerapan metode Weighted Sum Model ini merupakan metode yang sangat sederhana dengan hanya beberapa langkah untuk dapat memberikan hasil penentuan peserta jaminan

Pada tahapan kedua, gas yang telah bersih dari kotoran tersebut dibakar dalam gas turbine konvensional untuk memproduksi energi listrik, dan gas buang panas yang

Walaupun data tersebut masih bersifat "persepsi" namun dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat mempunyai perhatian dan pemahaman yang mengesankan dan setuju

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “PENGARUH PRICE TO BOOK VALUE, PRICE TO EARNING RATIO DAN DEVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP

Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh variabel bebas yaitu Persepsi dan Perilaku Wajib Pajak mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan

Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Lebong Nomor :t041 /Pokja Barang-ULPlPerlengkapan.24lXlll 2411 bnggal 03 Desernber 2011 maka dengan ini di umumkan Pelelangan Umum