• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dalam Crude Coconut Acid (CNO) dan Coconut Fatty Acid Distillate (CFAD) di PT Palmcoco Laboratories Dengan Metode Titrasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dalam Crude Coconut Acid (CNO) dan Coconut Fatty Acid Distillate (CFAD) di PT Palmcoco Laboratories Dengan Metode Titrasi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tanaman Kelapa

Tanaman kelapa tumbuh di daerah tropis. Tanaman kelapa merupakan tanaman serba

guna yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat di

manfaatkan untuk kepentingan manusia. Hampir seluruh bagian pohon, dari akar,

batang, daun dan sampai buahnya dapat digunakan untuk kebutuhan kehidupan

manusia sehari-hari.

Pohon ini dapat tumbuh dan berbuah dengan baik di daerah daratan rendah

dengan ketinggian 0 – 450 m dari permukaan laut. Pada ketinggian 450 – 1000 m dari permukaan laut, walaupun pohon ini dapat tumbuh, waktu berbuahnya lebih lambat,

produksi lebih sedikit dan kadar minyaknya rendah.

Ada dua pendapat mengenai asal usul kelapa, yaitu dari amerika selatan

menurut D.F. Cook, Van Martius Beccari dan Thor Herjerdahl, dan dari Asia atau

Indonesia atau Indonesia Pasifik menurut Berry, Werth, Mearil, Mayurathan,

Lepesma, dan Pureseglove. Kata coco pertama kali digunakan oleh Vasco dan Gama,

atau dapat juga disebut Nux Indica, al djanz al kindi, ganz-ganz, nargil, narlie, tenga,

(2)

2.1.1.Buah Kelapa

Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran lebih kurang sebesar kepala

manusia. Buah terdiri dari sabut (ekskarp dan mesokarp), tempurung (endokarp),

daging buah (endosperm) dan air buah. Tebal sabut kelapa lebih kurang 5 cm dan

tebal daging buah 1 cm atau lebih. (Ketaren, S.2008)

Berat buah kelapa yang telah tua kira-kira 2 kg per butir. Buah kelapa

digunakan hampir seluruh bagiannya. Daging buahnya dapat langsung dikonsumsi,

bahan bumbu masakan, diproses menjadi santan kelapa, kelapa parut kering, minyak

goreng atau minyak kelapa murni. Daging buah dapat dikeringkan menjadi kopra.

Kopra itu dapat diproses menjadi minyak goreng, sabun, lilin, es krim, produk

oleokimia seperti asam lemak (fatty acid), fatty alcohol dan gliserin (Amin, S.2009).

(3)

Aktivitas vitamin A

Sumber : Thieme, J.G. (1968) di ketaren 2008

2.1.2. Klasifikasi Kelapa

Klasifikasi kelapa adalah:

Diviso : Spermatopphyta

Klas : Monocotyledoneae

monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom

(4)

golongan yaitu, asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam-asam lemak

tidak jenuh berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya, dan berbeda dengan

asam lemak jenuh dalam bentuk molekul keseluruhannya.

Cara penggolongan asam lemak selain asam lemak jenuh dan asam lemak

tidak jenuh, dapat digolongkan menjadi asam lemak rantai pendek (Short Chain Fatty

Acid), asam lemak rantai menengah (Medium Chain Fatty Acid) dan asam lemak

rantai panjang (Long Chain Fatty Acid). Pada umumnya asam lemak rantai pendek

mengandung C4 – C10, rantai menengah mengandung C12 atau C14, dan rantai panjang

mengandung C16 atau lebih. Asam lemak dengan atom C lebih dari dua belas tidak

larut dalam air dingin maupun air panas. Asam lemak dari C4, C6, C8, dan C10 dapat menguap dan asam lemak C12 dan C14 sedikit menguap. Garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul rendah dan tidak jenuh lebih mudah larut

dalam alkohol dari pada garam-garam dari asam lemak yang mempunyai mempunyai

berat molekul tinggi dan jenuh (Winarno, F.G. 1997).

2.3.Minyak Kelapa

Minyak kelapa merupakan salah satu hasil olahan dari buah kelapa. Karenanya olahan

kelapa untuk minyak kelapa menjadi porsi yang paling besar. Di Indonesia produk

terbesar minyak kelapa dikonsumsi sebagai minyak goreng (Palangkung, R. 1999).

Berbeda dengan minyak goreng lainnya, minyak kelapa mengandung asam

lemak jenuh berantai sedang dan pendek, yaitu sekitar 92%. Asam lemak jenuh dalam

(5)

sangat tinggi, yaitu mencapai 52%. Ini membuat minyak kelapa juga tergolong dalam

asam laurat. Dalam tubuh, asam laurat di ubah menjadi monolaurin yang mengandung

antibiotik alami sehingga mampu membunuh berbagai jenis kuman, virus,

mikroorganisme, dengan cara merusak membran yang membungkus sel yang terdiri

dari asam lemak. Selain itu kandungan asam lauratnya setara dengan air susu ibu

(ASI). Selain itu asam lemak jenuh, minyak kelapa juga mengandung asam lemak tak

jenuh, yaitu asam palmitoleat, oleat, dan linoleat. Namun, persentasenya kecil.

Sifat yang istimewa inilah yang membuat minyak kelapa menjadi lain dari

minyak goreng lainnya. Asam lemak jenuh rantai sedang pada minyak kelapa tidak

menimbulkan berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan asam lemak jenuh rantai sedang

mudah diserap tubuh atau usus karena ukuran molekulnya tidak terlalu besar seperti

asam lemak rantai panjang (Sutarmi, S. 2005).

2.3.1. Komposisi Minyak Kelapa

Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak di golongkan kedalam minyak

asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar jika di bandingkan dengan

asam lemak lainnya (Ketaren, S.1986).

Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa

Asam lemak Rumus kimia Jumlah (%)

Asam lemak jenuh: Asam kaproat

Asam kaprilat

C5H11COOH

C7H17COOH

(6)

Asam kaprat

Secara garis besar proses pembuatan minyak kelapa dapat dilakukan dengan dengan

dua cara:

1. Minyak kelapa diekstrak dari daging kelapa segar, atau dikenal dengan proses

basah. Untuk menghasilkan minyak dari proses basah dapat dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu:

A. Cara Basah Tradisional

B. Cara Basah Fermentasi

C. Cara basah Sentrifugasi

(7)

2. Minyak kelapa diekstrak dari daging kelapa yang telah dikeringkan (kopra) atau

dikenal proses kering. Untuk menghasilkan minyak dari proses basah dapat

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

A. Ekstraksi secara mekanis (cara pres)

B. Ekstraksi menggunakan Pelarut

2.4.1. Pengolahan Minyak Kelapa Cara Basah

Pembuatan minyak dengan cara basah dapat dilakukan melalui pembuatan santan

terlebih dahulu atau dapat juga di pres dari daging kelapa setelah digoreng.

Santan kelapa merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut dengan

menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan akan terjadi pemisahan

bagian yang kaya dengan minyak dengan bagian yang miskin dengan minyak. Bagian

yang kaya dengan minyak disebut sebagai krim, dan bagian yang miskin dengan

minyak disebut dengan skim. Krim lebih ringan dibanding skim, karena itu krim

berada pada bagian atas, dan skim pada bagian bawah.

A). Cara Basah Tradisional

Cara basah tradisional ini sangat sederhana dapat dilakukan dengan

menggunakan peralatan yang biasa terdapat pada dapur keluarga. Pada cara ini, mula

-mula dilakukan ekstraksi santan dari kelapa parut. Kemudian santan dipanaskan untuk

menguapkan air dan menggumpalkan bagian bukan minyak yang disebut blondo.

Blondo ini dipisahkan dari minyak. Terakhir, blondo diperas untuk mengeluarkan sisa

(8)

B). Cara Basah Fermentasi

Cara basah fermentase agak berbeda dengan cara basah tradisional. Pada cara

basah fermentasi, santan didiamkan untuk memisahkan skim dari krim. Selanjutnya

krim difermentasikan untuk memudahkan penggumpalan bagian bukan minyak

(terutama protein) dari minyak pada waktu pemanasan. Mikroba yang berkembang

selama fermentasi, terutama mikroba penghasil asam. Asam yang dihasilkan

menyebabkan protein santan mengalami penggumpalan dan mudah dipisahkan pada

saat pemanasan.

Tahapan proses cara fermentasi adalah sebagai berikut:

 Daging buah kelapa diparut. Hasil parutan (kelapa parut) dipres sehingga

mengeluarkan santan. Ampas ditambah dengan air (ampas : air = 1 : 0,2)

kemudian dipres lagi. Proses ini diulangi sampai 5 kali. Santan yang diperoleh

dari tiap kali pengepresan dicampur menjadi satu.

 Santan dimasukkan ke dalam wadah pemisah skim selama 12 jam, akan

terjadi pemisahan skim pada bagian bawah dan krim pada bagian atas. Setelah

terjadi pemisahan, kran saluran pengeluaran dari wadah pemisah dibuka

sehingga skim mengalir keluar dan menyisakan krim. Kemudian krim ini

dikeluarkan dan ditampung pada wadah terpisah dari skim. Krim dicampur

dengan ragi tapai (krim : ragi tapai = 1 : 0,005, atau 0,05%). Selanjutnya, krim

ini dibiarkan selama 20-24 jam sehingga terjadi proses fermentasi oleh

mikroba yang terdapat pada ragi tapai.

 Krim dicampur dengan ragi tapai (krim : ragi tapai = 1 : 0,005, atau 0,05%).

Selanjutnya, krim ini dibiarkan selama 20-24 jam sehingga terjadi proses

(9)

 Krim yang telah mengalami fermentasi dipanaskan sampai airnya menguap

dan proteinnya menggumpal. Gumpalan protein ini disebut blondo.

Pemanasan ini biasanya berlangsung selama 15 menit.

 Blondo yang mengapung di atas minyak dipisahkan kemudian dipres sehingga

mengeluarkan minyak. Minyak ini dicampurkan dengan minyak sebelumnya,

kemudian dipanaskan lagi selama 5 menit.

 Minyak yang diperoleh disaring dengan kain kasa berlapis 4. Kemudian

minyak diberi BHT (200 mg per kg minyak).

 Minyak dikemas dengan kotak kaleng, botol kaca atau botol plastik.

C) . Cara Basah (Lava Process)

Cara basah lava process agak mirip dengan cara basah fermentasi. Pada cara

ini, santan diberi perlakuan sentrifugasi agar terjadi pemisahan skim dari krim. Pada

proses sentrifugasi, santan diberi perlakuan sentrifugasi pada kecepatan 3000-3500

rpm. Sehingga terjadi pemisahan fraksi kaya minyak (krim) dari fraksi miskin minyak

(skim). Selanjutnya krim diasamkan dengan menambahkan asam asetat, sitrat, atau

HCI sampai pH4. Setelah itu santan dipanaskan dan diperlakukan seperti cara basah

tradisional atau cara basah fermentasi, kemudian diberi perlakuan sentrifu gasi sekali

lagi untuk memisahkan minyak dari bagian bukan minyak. Skim santan diolah

menjadi konsentrat protein berupa butiran atau tepung.

D). Cara Basah dengan Penggorengan

Pengolahan minyak dengan cara penggorengan, proses ekstraksi minyak

dilakukan dari hasil penggilingan atau parutan daging kelapa dengan langkah sebagai

(10)

Proses ekstraksi minyak kelapa dengan cara penggorengan dapat dijelaskan dengan

langkah-langkah berikut:

1. Daging kelapa segar dicuci bersih dan kemudian digiling atau diparut dengan

penggilingan atau parutan

2. Potongan-potongan daging kelapa yang digiling, kemudian dimasukkan dalam

wadah penggorengan yang telah berisi minyak goreng panas pada suhu 110oC

-120oC suhu dalam wadah daging kelapa giling akan berubah warnanya dari

warna kekuning - kuningan menjadi kecoklatan selama 15-40 menit. Proses ini

tergantung dari suhu dan rasio daging kelapa giling dan minyak kelapa yang

digunakan untuk menggoreng. Meningkatnya penggorengan akan

menghasilkan uap air dari penggorengan daging kelapa giling. Jika uap

tersebut sudah tidak ada lagi berarti penggorengan sudah selesai dan akan

terlihat bahwa daging kelapa giling akan berubah warnanya dari warna

kekuning-kuningan menjadi kecoklatan

3. Untuk mempercepat pemisahan butiran kelapa panas dengan unsur minyak

dapat dilakukan dengan cara mengaduk - aduknya. Butiran yang sudah

berpisah dari minyak kemudian dikeluarkan dari wadah penggorengan,

sementara minyak hasil penggorengan dibiarkan mengalir terpisah ke tempat

penampungan minyak

4. Butiran-butiran kelapa yang sudah dikeluarkan tadi masih mengandung banyak

minyak. Oleh karena itu butiran kelapa diperas menggunakan mesin press.

Minyak yang dihasilkan dari proses ini kemudian ditampung

(11)

Untuk memperoleh mutu minyak kelapa yang lebih baik, biasanya dilakukan

proses refined, bleached, deodorized (RBD). Proses - proses ini dapat dilakukan

dengan:

1. Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi asam lemak

bebas.

2. Penambahan bahan penyerap warna, biasanya menggunakan arang aktif agar

dihasilkan minyak yang jernih.

3. Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan

menghilangkan senyawa - senyawa yang menyebabkan bau yang tidak

dikehendaki.

Dengan bahan baku dua ton daging kelapa segar, akan dihasilkan sekitar

30-35% minyak kelapa atau sekitar 600 kg - 700 kg minyak kelapa. Selain memproduksi

minyak kelapa, proses produksi juga menghasilkan produk sampingan yaitu: bungkil

kelapa, sisa pengepresan sebanyak 20% - 25% dari total jumlah bahan baku.

2.4.2. Pengolahan Minyak Kelapa Cara Kering

1) Cara Pres

Cara pres dilakukan terhadap daging buah kelapa kering (kopra). Proses ini

memerlukan investasi yang cukup besar untuk pembelian alat dan mesin. Uraian

ringkas cara pres ini adalah sebagai berikut:

(12)

b. Serbuk kopra dipanaskan, kemudian dipres sehingga mengeluarkan minyak. Ampas

yang dihasilkan masih mengandung minyak. Ampas digiling sampai halus,

kemudian dipanaskan dan dipres untuk mengeluarkan minyaknya.

c. Minyak yang terkumpul diendapkan dan disaring.

d. Minyak hasil penyaringan diberi perlakuan berikut:

- Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi (menghilangkan

asam lemak bebas).

- Penambahan bahan penyerap (absorben) warna, biasanya menggunakan arang

aktif dan atau bentonit agar dihasilkan minyak yang jernih dan bening.

-Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan menghilangkan

senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang tidak dikehendaki.

e. Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam kotak kaleng,

botol plastik atau botol kaca.

2) Cara Ekstraksi Pelarut

Cara ini menggunakan cairan pelarut (selanjutnya disebut pelarut saja) yang

dapat beracun. Walaupun cara ini cukup sederhana, tapi jarang digunakan karena

biayanya relatif mahal. Uraian ringkas cara ekstraksi pelarut ini adalah sebagai

berikut:

a. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk.

b. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut pada ruang

penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap pelarut akan naik

ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang mencair) akan mengalir ke

(13)

penuh dengan pelarut, pelarut yang mengandung minyak akan mengalir (jatuh)

dengan sendirinya menuju ruang penguapan semula.

c. Di ruang penguapan, pelarut yang mengandung minyak akan menguap, sedangkan

minyak tetap berada di ruang penguapan. Proses ini berlangsung terus menerus

sampai 3 jam.

d. Pelarut yang mengandung minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi pada

kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang penguapan, tapi dialirkan ke tempat

penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan lagi untuk ekstraksi. penguapan

ini dilakukan sampai diperkirakan tidak ada lagi residu pelarut pada minyak.

e. Selanjutnya, minyak dapat diberi perlakuan netralisasi, pemutihan dan penghilangan

bau.

http://dekindo.com/content/teknologi/Proses_Pengolahan_Minyak_Kelapa.pdf

2.5.Titrasi

Dalam titrimetri, analat direaksikan dengan suatu bahan lain yang diketahui jumlah

molnya dengan tepat. Bila bahan tersebut berupa larutan, maka konsentrasinya harus

diketahui dengan teliti dan larutan demikian dinamakan larutan baku. Dalam titrasi

konsentrasi larutan baku harus diketahui empat desimal

Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan di tambahkan dari buret

sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen

satu sama lain. Pada saat titrant yang di tambahkan tampak telah ekivalen, maka

penambahan titrant harus di hentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Larutan

(14)

itu disebut titrat. Dengan jalan ini, volume/berat titrant dapat diukur dengan teliti dan

bila konsentrasi titrant juga diketahui pula berdasar persamaan reaksi dan koefisiennya.

Perhatikanlah sekali lagi arti ungkapan “pereaksi telah ekivalen”, yang berarti: telah

tepat banyaknya untuk menghabiskan zat yang direaksikan. Titrant dan titrat tepat

saling menghabiskan: tidak ada kelebihan yang satu maupun yang lain. Ini tidak selalu

berarti, bahwa pereaksi dan zat yang direaksikan telah sam banyak, baik volume

maupun jumlah gram atau mol nya.

Buret untuk titrasi dapat buret volumetrik, dapat juga buret gravimetri. Buret

volumetrik mempunyai skala penunjuk volume, titrant yang terpakai diukur volumenya,

maka konsentrasi dinyatakan dalam mol per liter (M) atau ekivalen per liter (N). Buret

gravimetri tidak berskala, jumlah titrant yang terpakai diukur dengan meninbang buret

sebelum dan sesudah titrasi, maka konsentrasi harus dinyatakan dalam mol atau

ekivalen per kilogram larutan.

Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu reaksi harus

memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan yang jelas

b) Cepat dan reversibel (dasar praktis).

c) Ada penunjuk akhir titrasi (indikator)

d) Larutan baku yang direaksikan dengan analat harus mudah didapat dan

sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya

(15)

2.5.1.Titrasi Asidi – Alkalimetri

Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen

yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk

menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi

antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kualitatif terhadap senyawa – senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri

adalah penetapan kadar senyawa – senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa (Rohman, A.2007).

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa,

antara lain:

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,

kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh

kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.

2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes

(sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini

akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi pada saat inilah titrasi

dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator

yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH

(16)

Dalam perhitungan selanjutnya, digunakan persamaan antara volume dan

konsentrasi masing-masing zat yang dititrasi dengan penetrasinya dan berlaku rumus

sebagai berikut :

V1 X N1 = V2 X N2

V1 : Volume zat penetrasi/standar (mL).

N1 : Normalitas zat penetrasi/standar (gr ekivalen/L).

V2 : Volume zat yang dititrasi (mL).

N2 : Normalitas zat yang diititrasi (mL)

(kokyum.wordpress.com/2011/01/20/asidimetri-dan-alkalimetri/)

2.5.2.Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :

1. Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat

Contoh : Asam kuat : HCl, basa kuat : NaOH

Persamaan Reaksi : HCl + NaOH → NaCl + H2O Reaksi ionnya : H+ + OH- H

2O

2. Titrasi Asam Kuat - Basa Lemah

Contoh : Asam kuat : HCl, basa lemah : NH4OH

Persamaan Reaksi :HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O Reaksi ionnya : H+ + NH

(17)

3. Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat

Contoh : Asam lemah : CH3COOH, basa kuat : NaOH

Persamaan Reaksi : CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2O Reaksi ionnya : H+ + OH- H

2O

4. Titrasi Asam Kuat - Garam dari Asam Lemah Contoh : Asam kuat : HCl, garam dari asam lemah : NH4BO2

Persamaan Reaksi : HCl + NH4BO2 → HBO2 + NH4Cl Reaksi ionnya : H+ + BO

2- → HBO2

5. Titrasi Basa Kuat - Garam dari Basa Lemah

Contoh : Basa kuat : NaOH, garam dari basa lemah : CH3COONH4

Persamaan Reaksi : NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH

Reaksi ionnya :OH- + NH

4- → NH4OH (kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/.../materi.HTM)

Idikator asam – basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Misalnya biru bromtimol (bb): dalam larutan asam ia

berwarna kuning, tetapi dalam lingkugan basa warnanya biru. Warna dalam keadaan

asam dinamakan warna asam dari indikator (kuning untuk bb), sedangkan warna yang

(18)

2.6.Standart Mutu

Standat mutu telah di tetapkan untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada

beberapa faktor yang menentukan standart mutu yaitu: kandungan air dan kadar

kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida

(Ketaren, S.1986).

Tabel 2.3. Spesifikasi standart mutu CNO menurut MEOMA

Asam Lemak Bebas (Asam.Laurit) 4% maksimum

Kadar Air dan Kadar Kotoran 1 % maksimum

Bilangan Iodin (Wijs) 10.5 maksimum

Warna (5 1/

4 Lovibond cell) 15(merah) maksimum Sumber PT.PALMCOCO LABORATORIS

Tabel 2.4. Spesifikasi standart mutu CFAD menurut MEOMA

Asam Lemak Bebas (Asam.Laurit) 80% max

Kadar Air dan Kadar Kotoran 1,0-2,0% max

Bilangan Iodin (Wijs) 13,50 max

Warna (5 1/

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Daging Buah Kelapa Pada Berbagai Tingkat
Tabel 2.4. Spesifikasi standart mutu CFAD menurut MEOMA

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka meningkatan perekonomian dan pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah sepakat mengadakan kerjasama untuk

bahwa dalam rangka peningkatan akses dunia usaha khususnya Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) pada sumber pembiayaan, salah satu kebijakan

Menimbang : bahwa dengan telah diselenggarakannya Perlombaan Desa Kabupaten Bantul Tahun 2014 sebagai forum penilaian dan kompetisi sehat dalam pelaksanaan program

mengikuti persyaratan yang dicantumkan pada Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor : Kep.01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan

[r]

Telah mengikuti Sarasehan f'entang, peran LpTK Menyongsolg Kebijakan Sertifikasi Pendidikan elan Tenaga Keponditlikan dalam rangka. Dies Natalis

Aplikasi Penetapan Peserta Sertifikasi Guru (AP2SG). Daftar bakal calon peserta sertifikasi guru diumumkan oleh Ditjen GTK melalui laman kemdiknas.swin.net.id. Dinas

[r]