• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelompokan Kabupaten Kota di Sumatera Utara Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Miskin dengan Menggunakan Analisis Cluster

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelompokan Kabupaten Kota di Sumatera Utara Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Miskin dengan Menggunakan Analisis Cluster"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kemiskinan

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Sosial kemiskinan adalah

ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup

layak (baik makanan maupun nonmakanan. Garis kemiskinan yang ditetapkan

oleh BPS adalah jumlah pengeluaran yang dibutuhkan oleh setiap individu untuk

dapat memenuhi kebutuhan makanan setara dengan 2100 kalori per orang per hari

dan kebutuhan nonmakanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan,

pendidikan, transfortasi serta aneka barang dan jasa lainnya.

Kemiskinan dipandang sebagai kondisi seseorang ata sekelompok orang

yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan

mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Dengan demikian, kemiskinan

tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi dalam memenuhi

kebutuhan standar hidup akan tetapi juga kegagalan dalam pemenuhan hak-hak

dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang.

Menurut Badan Pusat Statistik (2014) terdapat dua kondisi yang

menyebabkan terjadinya kemiskinan, yaitu:

a. Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh adanya

faktor-faktor adat atau budaya suatu daerah tertentu yang membelenggu

seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu sehingga membuatnya

tetap melekat dengan kemiskinan. Kemiskinan seperti ini bisa dihilangkan

atau sedikitnya bisa dikurangi dengan mengabaikan factor-faktor yang

menghalangi untuk melakukan perubahan kearah tingkat kehidupan yang

lebih baik.

b. Kemiskinan struktural yaitu kemiskinan yang terjadi sebgai akibat

ketidakberdayaan seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu terhadap

(2)

posisi tawar yang sangat lemah dan tidak memiliki akses untuk

mengembangkan dan membebaskan diri mereka sendiri dari perangkap.

Sedangkan bentuk kemiskinan secara konseptual menurut Badan Pusat

Statistik (2014) dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Kemiskinan relative merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan

pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan mesyarakat

sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar

penilaian relative merupakan standar kehidupan yang ditentukan dan

ditetapkan secara subjektif oleh masyarakat setempat dan bersifat local

serta mereka yang berada dibawah standar penilaian tersebut dikategorikan

sebagai miskin secara relative.

b. Kemiskinan absolute ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk

mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang,

kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bias hidup

dan bekerja. Standar penilaian kemiskinan secara absolute merupakan

standar kehidupan minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

dasar yang diperlukan, baik makanan maupun non makanan.

2.2 Rumah Tangga Miskin

Rumah tangga miskin didefenisikan sebagai rumah tangga yang pendapatannya

(didekati dengan pengeluaran) lebih kecil dari pendapatan yang dibutuhkan untuk

hidup secara layak di wilayah tempat tinggalnya. Kebutuhan hidup layak diartikan

sebagai suatu jumlah rupiah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi makanan

setara dengan 2100 kalori sehari, perumahan, pakaian, kesehatan dan pendidikan

(BPS, 2009).

Ukuran kemiskinan pada tingkat makro dapat memberikan gambaran

kemiskinan rumah tangga menurut wilayah regional, provinsi, dan kota-desa.

Namun untuk menetapkan rumah tangga sebagai kelompok sasaran program

(3)

diperhatikan. Barbagai faktor seperti perbedaan ketersediaan infrastruktur,

pelayanan pemerintah dan fasilitas umum lainnya menurut karakteristik wilayah

dan rumah tangga sangat penting untuk diperhatikan. Beberapa indicator untuk

mengidentifikasi rumah tangga miskin dapat dikembangkan berdasarkan

karakteristik rumah tangga, termasuk indicator demografi, social, ekonomi dan

indicator lainnya. Indicator-indikator ini pada umumnya cocok untuk digunakan

tetapi beberapa diamtaranya hanya sesuai untuk kota atau desa.

Pada tahun 2000 BPS melakukan Studi Penentuan Kriteria Penduduk

Miskin (SPKM 2000) sebagai penyempurnaan untuk mengukur jumlah rumah

tangga miskin. Studi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik-karakteristik

rumah tangga yang mencirikan kemiskinan secara konseptual (pendekatan dasar/

garis kemiskinan). Hal ini menjadi sangat penting karena pengukuran makro

(pendekatan Basic needs) tidak cocok digunakan untik mengidentifikasi rumah tangga/ penduduk miskin di lapangan. Cakupan wilayah studi meliputi 7 provinsi,

yaitu Sumatera Selatan, DKI Jakarta, DIY Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Kalimantan Barat serta Sulawesi Selatan. Berdasarkan Studi

tersebut diperoleh 8 variabel yang digunakan dalam penentuan kriteria penduduk/

rumah tangga miskin yaitu:

1. Luas lantai perkapita

2. Jenis lantai

3. Fasilitas air minum/ air bersih

4. Fasilitas jamban/WC

5. Kepemilikan asset produktif maupun non produktif

6. Variasi dalam mengkonsumsi lauk pauk dalam seminggu

7. Pengeluaran total perbulan

8. Persentase pengeluaran untuk makanan

Karakteristik rumah tangga lain yang berkaitan erat dengan tingkat

kemiskinan adalah jumlah anggota rumah tangga. Makin besar jumlah anggota

rumah tangga akan makin besarpula resiko untuk menjadi iskin apabila

(4)

Dalam buku Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia

(BPS, 2014) diuraikan karakteristik rumah tangga dan individu yang berkaitan

dengan kemiskinan yang digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Karakteristik Demografi

Karakteristik sosial demografi berkaitan dengan jumlah anggota rumah

tangga. Rumah tangga miskin cenderung mempunyai anggota rumah

tangga yang lebih banyak. Tingkat kematian anak pada rumah tangga

miskin juga relative tinggi akibat pendapatan yang rendah dan akses

terhadap sarana-prasarana kesehatan yang masih terbatas. Salah satu

dampak jumlah anggota rumah tangga yang besar adalah

terhambatnya peningkatan sumber daya manusia masa depan.

Rata-rata jumlah anggota rumah tangga miskin lebih tinggi dibandingkan

dengan rumah tangga tidak miskin.

2. Karakteristik Pendidikan

Tingkat pendidikan juga berperan dalam mempengaruhi angka

kemiskinan. Orang yang berpendidikan lebih baik biasanya akan

mempunyai peluang lebih rendah menjadi miskin. Karakteristik

pendidikan yang diuraikan disini adalah kepala rumah tangga yang pendidikannya ≤ SD.

3. Karakteristik Ketenagakerjaan

Sumber penghasilan rumah tangga menjadi salah satu indikator tingkat

kesejahteraan yang diharapkan dapat mencerminkan kondisi social

ekonomi suatu rumah tangga. Karakteristik ketenagakerjaan yang

dapat menggambarkan adanya perbedaan antara rumah tangga miskin

dan tidak miskin adalah lapangan usaha atau sektor yang menjadi

sumber penghasilan utama rumah tangga. Profil orang miskin

seringkali melekat dengan mereka yang bekerja disektor pertanian,

seperti petani gurem, nelayan, buruh tani dan perkebunan.

4. Karakteristik Tempat Tinggal

(5)

Salah satu indikator perumahan yang digunakan untuk

menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga adalah

keleluasaan pribadi (Privacy) dalam tempat tinggal. Keleluasaan pribadi tercermin dari luas lantai rumah perkapita (m2). Menurut

kementrian kesehatan salah satu syarat rumah dikatakan sehat

adalah luas lantai rumah perkapitanya minimal 20m2 (BPS, 2001).

b. Jenis lantai

Rumah tangga dengan jenis lantai rumahnya tanah cenderung lebih

miskin dibandingkan dengan rumah yang jenis lantainya bukan

tanah.

c. Jenis Atap

Salah satu profil rumah tangga miskin adalah jenis atap rumahnya

ijuk/rumbia.

d. Jenis Dinding

Rumah tangga miskin umumnya menggunakan kayu/ bambu

sebagai dinding rumahnya.

e. Jenis Penerangan

Indikator perumahan lainnya adalah jenis penerangan rumah yang

dibedakan atas listrik dan bukan listrik. Rumah tangga miskin

umumnya menggunakan sumber penerangan bukan listrik seperti

petromak/ aladin, pelita/sentir/obor dan lainnya.

f. Sumber Air

Ketersediaan fasilitas air bersih sebagai sumber air minum untuk

kebutuhan sehari-hari rumah tangga merupakan indikator

perumahan yang juga dapat mencirikan sehat atau tidaknya suatu

rumah. Ketidaktersediaan air bersih dirumah tangga adalah salah

satu indikasi dari kemiskinan.

g. Fasilitas Jamban

Ketersediaan jamban menjadi salah satu fasilitas rumah sehat yang

sangat penting dalam mendukung pola hidup sehat. Disamping ada

tidaknya jamban, indikator penggunaan fasilitas jamban juga

(6)

jamban umum/tidak ada. Rumah tangga miskin memiliki

keterbatasan dalam penyediaan fasilitas jamban sendiri sebagai

salah satu fasilitas penting untuk dapat dikategorikan sebagai

rumah sehat.

h. Status Pemilikan Rumah Tempat Tinggal

Status pemilikan rumah tempat tinggal akan dibedakan atas tiga

kelompok, yaitu rumah sendiri, kontrak/sewa dan lainnya (rumah

dinas, family, bebas sewa, dan lain-lain). Rumah tangga miskin

umumnya status pemilikan rumahnya adalah kontrak/sewa karena

rendahnya kemampuan ekonominya.

i. Pendapatan perkapita

Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata

penduduk disuatu daerah. Pendapatan perkapita didapatkan dari

hasil pembagian pendapatan total suatu daerah dibagi dengan

jumlah penduduk daerah tersebut. Semakin tinggi pendapatan

perkapita suatu daerah maka semakin rendah angka kemiskinan

dan sebaliknya semakin rendah pendapatan perkapita suatu daerah

maka semakin tinggi angka kemiskinan daerah tersebut. Hal inilah

yang menjadikan pendapatan perkapita dimasukkan sebagai salah

satu karakteristik rumah tangga miskin pada penelitian ini.

2.3Matriks

2.3.1 Defenisi Matriks

Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka (sering disebut elemen-elemen) yang

disusun menurut baris dan kolom sehingga berbentuk empat persegi panjang,

dimana panjang dan lebarnya ditunjukkan oleh banyaknya kolom-kolom dan

baris-baris.

Apabila suatu matriks A terdiri dari m baris dan n kolom, maka matriks A

(7)

� = 11 21

12 … 1

22 … 2

1 2

1

1

2 …

2 …

Dimana: i = 1, 2, …, m j = 1, 2, …, n

2.3.2 Matriks Baris dan Matriks Kolom

Matriks baris adalah matriks yang terdiri dari satu baris matriks ini sering disebut

dengan vector baris. Matriks kolom adalah matriks yang terdiri dari satu kolom

matriks ini sering disebut dengan vector kolom.

2.3.3 Jenis – Jenis Matriks 1. Matriks Bujur Sangkar

Matriks bujur sangkar adalah matriks yang banyak barisnya sama dengan

banyak kolomnya. Dalam matriks bujur sangkar ini dikenal diagonal

utama yaitu entri-entri yang mempunyai nomor baris yang sama dengan

nomor kolom. Sebagai contoh:

� =

11 12 13

21 22 23

31 32 33

3. Matrisk Diagonal

Matriks diagonal adalah suatu matriks dimana semua elemen diluar

(8)

�= disebut matriks simetris (symmetric matrix).

�=

Matriks identitas ialah suatu matriks dimana elemen-elemennya

mempunyai nilai satu pada diagonal pokok dan 0 pada diluar diagonal

pokok (diagonal dari kiri atas ke kanan bawah).

Jadi jika matriks A = aij ; i = j= 1, 2, …, n maka:

Maka matriks A disebut identity matriks dan biasanya diberi symbol In.

6. Matriks Nol

Matriks nol adalah matriks yang semua entrinya adalah bilangan nol.

Matriks ini dilambangkan dengan 0. Jika ordo dipentingkan matriks

nol ini dapat ditulis beserta jumlah baris dan kolomnya.

7. Matriks Segitiga Atas

Matriks Segitiga Atas atas adalah matriks bujur sangkar yang

(9)

dengan nol adalah elemen-elemen pada segitiga atasnya dan paling

tidak satu elemen pada diagonal utama tidak sama dengan nol. Contoh:

=

Matriks segitiga bawah adalah matriks bujur sangkar yang

elemen-elemen diatas diagonal utama bernilai nol. Jadi yang tidak sama

dengan nol adalah elemen-elemen pada segitiga bawahnya, dan paling

tidak satu elemen pada diagonal utama tidak sama dengan nol. Contoh:

=

Matriks bujur sangkar �= dikatakan singular jika semua elemen

pada salah satu baris atau kolom adalah nol. Untuk melihat

kesingularan suatu matriks adalah dengan menghitung determinan

matriks tersebut. Apabila determinanya sama dengan nol, maka

matriks tersebut singular.

10.Matriks Orthogonal

Matriks Orthogonal adalah matriks bujur sangkar yang inversnya sama

dengan transposnya. sehingga:

(10)

2.3.4 Operasi Matriks

1. Perkalian Matriks dengan Skalar

Apabila matriks A dikalikan dengan suatu skalar k, ini berarti bahwa semua elemen dari matriks A harus dikalikan dengan k. jadi apabila A = (aij) maka kA = k(aij) = (aij)k = Ak.

2. Perkalian Matriks dengan Matriks

Apabila Amxn = (aij) yaitu matriks dengan m baris dan n kolom, Bnxp = (bij) matriks dengan n baris dan p kolom, kemudian dengan perkalian matriks A X B = A.B = AB (tanpa tanda hasil kali), kita maksudkan suatu matriks

Cmxp ; (AB=C), yaitu matriks dengan m baris dan p kolom dimana elemen C dari baris ke-i dan kolom ke-j diperoleh dengan rumus:

cij = ai1b1j + ai2b2j+ … + ainbnj

cij = =1 � � dimana: i= 1, 2, …, m j= 1, 2, …, p

3. Penjumlahan Matriks

Jika matriks A = (aij), dengan m baris dan n kolom, dan matriks B = (bij) juga dengan m baris dan n kolom, dijumlahkan (dikurangkan) maka diperoleh matriks yang ketiga yaitu matriks C=(cij) dengan m baris dan n kolom dimana elemen-elemennya diperoleh dengan menjumlahkan

(mengurangkan) elemen-elemen matriks A dengan elemen-elemen matriks

B yaitu: cij=aij + bij, untuk semua i dan j, dimana cij merupakan elemen dari baris ke-i dan kolom ke-j.

4. Transpose Suatu Matriks

Transpose suatu matriks A = (aij) ialah suatu matriks baru yang mana elemen-elemennya diperoleh dari elemen-elemen matriks A dengan syarat bahwa baris-baris dan kolom matriks menjadi

(11)

ke-i dari matriks A menjadi kolom ke-i dari matriks baru. Biasanya transpose matriks A diberi symbol AT (baca A transpose) dan ditulis:

AT = (aTij = aij)

5. Determinan Matriks

Determinan dari matriks bujur sangkar Anxn, ditulis � , didefenisikan sebagai bilangan yang dihitung dari penjumlahan:

� = ± 1 2

Dimana penjumlahannya meliputi semua permutasi dari (i, j, …, r). Tandanya

adalah positif jika (i, j, …, r) adalah permutasi genap dan negative jika

permutasinya ganjil. Karena banyaknya permutasi (i, j, …, r) dari

bilangan-bilangan (1, 2, 3, …, n) adalah n! maka dalam penjumlahan diatas terdapat n!

suku.

6. Invers Matriks

Misalkan A merupakan suatu matriks bujur sangkar dengan n baris dan k

kolom dan In suatu identity matriks. Apabila ada matriks bujur sangkar A-1 sedemikian rupa sehingga berlaku hubungan sebagai berikut:

AA-1=A-1A = I, maka ini disebut invers matriks A.

Secara umum invers matriks A adalah:

�−1 = 1

det⁡(�)� (�)

(12)

� � = =

2.3.5 Nilai Eigen dan Vektor Eigen

Jika A adalah matriks n x n, maka vektor tak nol X di dalam � dinamakan

vektor eigen (eigen vektor) dari A jika AX adalah kelipatan scalar dari X, yakni:

�� =�� (2.1)

Untuk suatu skalar λ. Skalar λ ini dinamakan nilai eigen (eigen value) dari A dan X dinamakan vektor eigen yang bersesuaian dengan λ.

Untuk mencari nilai eigen matriks A yang berukuran n x n, dari persamaan (2.1)

dapat ditulis kembali sebagai suatu persamaan homogen:

� − �� � = 0 (2.2)

Dengan I adalah matriks Identitas yang berordo sama dengan matriks A. Jika :

(13)

�� − ���= 0

(� − ��)�= 0

� ≠0→ � − �� = 0

Untuk memperoleh nilai λ,

� − �� = 0 (2.3)

Jika nilai eigen � disubstitusi pada persamaan (� − ��)�= 0, maka solusi dari

vektor eigen � adalah:

(� − � �)� = 0 . (2.4)

Jadi apabila matriks � mempunyai akar karakteristik �1,�2,…,� dan

ada kemungkinan bahwa diantaranya mempunyai nilai yang sama, bersesuaian

dengan akar-akar karakteristik ini adalah himpunan vektor-vektor karakteristik

yang ortogonal (artinya masing-masing nilai akar karakteristik akan memberikan

nilai vektor karakteristik yaitu �1,�2,…,� ).

2.3.6 Matriks Korelasi

Matriks korelasi adalah matriks yang di dalamnya terdapat korelasi-korelasi.

� =

� �

� � �

� … … ⋱ …

� �

Dimana:

rik = Korelasi antara peubah ke-i dan ke-k

(14)

2.4 Analisis Komponen Utama

Analisis komponen utama merupakan suatu teknik analisis statistik untuk

mentransformasi peubah-peubah asli yang masih saling berkorelasi satu dengan

yang lain menjadi satu set peubah baru yang tidak berkorelasi lagi (Johnson dan

Wichern, 2002).

Analisis komponen utama adalah teknik penyusun data (data reduction)

dimana tujuan utamanya untuk mengurangi banyaknya dimensi peubah yang

saling berkorelasi menjadi peubah-peubah baru yang tidak berkorelasi dengan

mempertahankan sebanyak mungkin keragaman dalam himpunan data tersebut

(Dillon dan Goldstein, 1984). Dengan kata lain, melalui analisis komponen utama

diharapkan banyaknya dimensi dapat disusutkan, sehingga dengan dimensi yang

lebih kecil diharapkan lebih mudah melakukan penafsiran tanpa kehilangan

banyak informasi tentang data, bahkan informasi yang didapat lebih padat dan

bermakna. Peubah-peubah baru itu disebut sebagai komponen utama (principal component).

Secara aljabar komponen utama adalah kombinasi linear khusus dari p

variabel acak X1, X2,…,XP. Secara geometris, kombinasi linear ini menggambarkan pemilihan dari system koordinat yang diperoleh dengan

merotasikan sistem awal dengan X1, X2,…,XP sebagai sumbu koordinat. Komponen utama hanya bergantung pada matriks kovarians Σ (atau matriks

korelasi р) dari X1, X2,…,XP.. dalam perkembangannya tidak membutuhkan asumsi multivariate normal.

Misalkan vektor acak X’= [X1, X2,…,Xp] memiliki matriks kovarians Σ dengan nilai eigen λ1 ≥ λ2 ≥…≥ λp ≥ 0.

Perhatikan kombinasi linear

Y1 = 1 �′ = 11 �1 + 12 �2 +... + 1� �� Y2 = 2 �′ = 21 �1 + 22 �2 +... + 2� ��

(15)

Besarnya proporsi dari keragaman total populasi yang dapat diterangkan oleh

komponen utama ke- j adalah:

�1+�2+ +� ; k = 1,2,...,p

Sehingga nilai proporsi dari keragaman total yang dapat diterangkan oleh

komponen utama pertama, kedua, atau sampai sejumlah komponen utama secara

bersama-sama adalah semaksimal mungkin dengan meminimalkan informasi yang

hilang. Meskipun jumlah komponen utama berkurang dari peubah asal tetapi

informasi yang diberikan tidak berubah.

Banyaknya komponen utama yang dipilih sudah cukup memadai jika

komponen-komponen tersebut memiliki persentase keragaman kumulatif tidak

kurang dari 75% dari total keragaman data (Morrison, 1990). Prosedur lain adalah

pendekatan yang diberikan oleh Kaiser (1958) yaitu pengambilan komponen

utama yang mempunyai akar ciri yang lebih besar dari satu.

Adapun urutan langkah-langkah dalam analisis komponen utama adalah:

1. Pembakuan data

Analisis komponen utama sangat bergantung pada data asal yang

digunakan. Jika satuan peubah yang digunakan tidak sama, maka peubah

asal perlu dibakukan terlebih dahulu kedalam bentuk baku. Pembakuan

digunakan dengan menggunakan rumus:

Pembakuan dilakukan dengan rumus:

=

−x

s (2.10)

Dimana:

Zjk = nilai peubah baku untuk pengamatan baris ke-j dan kolom ke-k = pengamatan baris ke- j dan kolom ke-k

x = nilai rata-rata peubah ke-k s = simpangan baku peubah ke-k

(16)

2. Menyusun matriks korelasi

Sebelum analisis komponen utama dilakukan, terlebih dahulu dilihat

hubungan antar peubah. Jika terdapat korelasi yang kuat antar peubah,

maka dilakukan transformasi terhadap data awal dengan menggunakan

analisis komponen utama. Korelasi antar peubah ke-i dan peubah ke-j

dinotasikan dengan rij dan didefenisikan sebagai berikut:

=

S

s Sjj

(2.11)

Dimana:

rij = korelasi antara peubah ke-i dan peubah ke-j

Sij = kovariansi sampel peubah ke-i dengan peubah ke-j Sii = variansi peubah ke-i

Sjj = variansi peubah ke-j

Priyanto (2008) menyatakan bahwa “nilai koefisien korelasi antar peubah ke-i dan peubah ke-j dikatakan memiliki hubungan yang kuat apabila nilai koefiien korelasi mendekati +1 dan -1. Sebaliknya apabila

nilai koefisien korelasi mendekati 0, maka kedua peubah memiliki hubungan yang lemah”. Selain itu Supranto (2004) menyatakan bahwa hubungan antar variabel dikatakan cukup kuat ditunjukkan dengan

angka koefiien korelasi yang umumnya lebih besar dari 0,5.

3. Melalui matriks korelasi diperoleh nilai akar ciri (eigen values)

sebanyak jumlah peubah (p peubah), dengan perhitungan:

� − �� = 0 (2.12)

Dimana:

R= matriks korelasi λ= akar ciri

I = matriks identitas

Jumlah seluruh akar ciri sama dengan banyaknya peubah yang

(17)

� = �1+ �2+ +�� =�

=1

Persentase keragaman yang diterangkan oleh masing-masing

komponen adalah:

=1� x 100% = �

� x 100%, (2.13)

Sehingga jika jumlah komponen yang diambil sebagai m komponen,

m≤ p, maka persentase keragaman kumulativ yang diterangkan oleh m

komponen adalah:

�1+ �2+�3+ +�

=1� x 100% (2.14)

Karakteristik dari akar cirinya adalah beberapa komponen utama

pertama adalah: λ1≥ λ2≥ ... ≥ λp≥ 0, sehingga komponen utama yang

diambil adalah beberapa komponen utama pertama karena mampu

menerangkan keragaman data lebih banyak.

4. Mencari vektor ciri (eigen vector)

Vector ciri (eij) diperoleh dari persamaan ciri:

� − λ� = 0 (2.15)

Dimana:

R= matriks korelasi λ= akar ciri

I = matriks identitas

eij = vector eigen observasi ke-i dan peubah ke-j

Masing-masing akar ciri mempunyai vektor ciri sebanyak p akar ciri.

5. Vektor ciri tersebut merupakan koefisien dari kombinasi linear atau

disebut juga sebagai koefisien dari persamaan komponen utama, yaitu:

(18)

Jika data yang digunakan adalah data yang sudah dibakukan maka

persamaan komponen utamanya menjadi:

Yi = = 1 1 + 2 2 +... + (2.16)

2.5 Analisis Cluster

Menurut Dillon dan Goldstein (1984) analisis cluster adalah analisis statistik

peubah ganda yang digunakan apabila ada n buah individu atau objek yang mempunyai p peubah dan n objek tersebut ingin dikelompokkan kedalam k

kelompok berdasarkan sifat-sifat yang diamati, sehingga individu atau objek yang

terletak dalam satu cluster memiliki kemiripan sifat yang lebih besar

dibandingkan dengan indvidu yang terletak dalam cluster lain.

Analisis cluster bertujuan untuk memisahkan objek menjadi beberapa

kelompok yang mempunyai sifat berbeda antar kelompok yang satu dengan yang

lain. Pada awalnya individu-individu atau objek penelitian belum dikelompokkan,

kemudian dikelompokkan kedalam cluster-cluster yang bersifat homogeny

berdasarkan pengukuran peubah-peubah yang diamati.

Pengclusteran didasarkan pada ukuran kedekatan masing-masing individu

yang disebut jarak. Dalam penghitungan jarak diperlukan adanya kesamaan satuan

untuk semua peubah, jika tidak maka akan dilakukan transformasi menjadi skor

baru yang berfungsi untuk menghilangkan pengaruh keragaman data atau dengan

kata lain semua peubah memberikan kontribusi yang sama untuk jarak.

Ukuran jarak yang digunakan dalam penelitian ini adalah jarak Euclidean.

Jarak Euclid antara dua pengamatan dituliskan dengan persamaan:

dij = − 2

=1 ; i,j = 1,2,3, … n (2.17)

Dimana:

dij adalah jarak euclidan dari individu i dan j xik adalah nilai observasi ke-i pada variabel ke-k

(19)

Metode yang digunakan untuk melakukan pengclusteran adalah sebagai

berikut:

1. Berhierarki

Metode ini digunakan untuk individu yang tidak terlalu banyak dan

jumlah cluster yang hendak dibentuk belum diketahui. Dalam metode

ini terdapat dua teknik yaitu:

a. Teknik Penggabungan (Agglomerative)

Pada awalnya masing-masing objek merupakan satu cluster tersendiri,

lalu dua cluster yang mempunyai kesamaan terdekat digabungkan dan

begitu seterusnya sehingga akhirnya diperoleh satu cluster yang

berunsur semua objek. Objek yang telah diclusterkan pada suatu

cluster tidak dapat pindah lagi ke cluster lainnya.

Untuk menggabungkan dua cluster diperlkan ukuran ketidakmiripan

(dissimilarity) antar cluster yang dinyatakan dalam fungsi jarak (distance), misalnya jarak euclidan. jarak antar cluster tersebut disajikan dalam matriks proximity. Jarak euclidan digunakan jika

tidak ada korelasi antar peubah yang diamati. Jika terdapat korelasi

yang nyata antar peubah maka data awal perlu ditransformasi terlebih

dahulu melalui Analisis Komponen Utama (AKU). Cluster-cluster

dengan ukuran ketidakmiripan terkecil yang nantinya akan

digabungkan nenjadi cluster baru. Dengan teknik ini kita dapat

menelusuri kenapa objek yang bersangkutan menyatu kesuatu

kelompok.

Dalam teknik penggabungan ini, ukuran ketidakmirian antar cluster

adalah sebagai berikut:

1. Pautan tunggal (Single linkage/furthest nighbour)

Metode ini didasarkan pada jarak minimum. Dimulai dengan

dua objek yang dipisahkan dengan jarak paling pendek maka

keduanya akan ditempatkan pada cluster pertama, dan

seterusnya. Metode ini dikenal pula dengan nama pendekatan

(20)

dk(ij) = min (dki.dkj) Dimana:

dki adalah jarak antara cluster k dan cluster i dkj adalah jarak antara cluster k dan cluster j

dk(ij) adalah jarak antara cluster k dengan cluster ij (2.18)

2. Pautan lengkap (complete linkage/furthest neighbor)

Disebut juga pendekatan tetangga terjauh. Dasarnya adalah

jarak maksimum. Dalam metode ini seluruh objek dalam suatu

cluster dikaitkan satu sama lain pada suatu jarak maksimum

atau dengan kesamaan minimum. Dituliskan dengan

persamaan:

dk(ij) = max (dki.dkj) Dimana:

dki adalah jarak antara cluster k dan cluster i dkj adalah jarak antara cluster k dan cluster j

dk(ij) adalah jarak antara cluster k dengan cluster ij (2.19)

3. Rataan group (group average)

Dasarnya adalah jarak rata-rata antar observasi.

pengelompokan dimulai dari tengan atau pasangan observasi

dengan jarak paling mendekati jarak rata-rata. Dituliskan dengan persamaan:

= + + + (2.20)

Dimana:

(21)

4. Metode Wards

Dalam metode ini jarak antara dua cluster adalah jumlah

kuadrat antara dua cluster untuk seluruh variabel. Metode ini

cenderung digunakan untuk mengkombinasi cluster-cluster

dengan jumlah kecil. Dituliskan dengan persamaan:

= + ++ ++ − (2.21)

5. Centroid

Jarak antara dua kelompok merupakan jarak centroids (rata-rata

seluruh variabel dalam suatu kelompok) yang dihitung dengan

rumus:

= + + ++ (2.22)

b. Teknik pembagian (divisive)

Bermula dari satu cluster yang berunsur semua objek yang ada.

Cluster ini kemudian dibagi lagi menjadi dua cluster, dan

seterusnya. Bila ada n objek maka pembagian menjadi dua cluster

ini juga dapat dilakukan berdasarkan peubah biner, yaitu peubah

yang hanya mempunyai dua kategori.

2. Tidak berhierarki

Teknik ini dimulai dengan menentukan terlebih dahulu jumlah cluster

yang diinginkan. Setelah jumlah cluster diketahui, beberapa proses

pengclusteran dilakukan tanpa mengikuti proses hirarki. Yang

termasuk dalam teknik ini antara lain teknik penyekatan (partitioning) dan penggunaan grafik. Metode yang sering digunakan adalah

K-Means yang bertujuan mengelompokkan data sedemikian sehingga

jarak tiap-tiap data kepusat kelompok dalam satu kelompok minimum.

(22)

Prosedur pengelompokan sangat sederhana yaitu dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan banyaknya kelompok yang akan dibentuk, misal

sebanyak k kelompok.

2. Tentukan pusat cluster (dapat ditentukan secara sembarang). Hal

ini merupakan salah satu kelemahan metode non Hierarki.

3. Mengalokasikan individu ke kelompok yang terdekat dengan pusat

cluster.

4. Pusat cluster dihitung kembali, yang merupakan rata-rata dari

individu didalam kelompok itu sendiri.

5. Alokasikan kembali individu.

6. Proses ini dilakukan terus – menerus hingga tidak ada lagi individu yang berpindah kelompok.

Dalam penelitian ini analisis cluster yang digunakan adalah metode

Referensi

Dokumen terkait

kesehatan dan seringkali diidentikkan dengan kegagalan upaya penyembuhan yang dilakukan dokter dan tenaga medis lain, sehingga profesi tenaga medis sangat rentan

Angka 7 diisi dengan nama Kabupaten/Kota tempat penerbitan, dilanjutkan dengan tanggal (2 digit) dan bulan ditulis dengan menggunakan huruf (tidak boleh disingkat) sesuai

“ Apakah terdapat perbedaan Intercultural Sensitivity siswa pada sekolah yang homogen (monokultural) dengan sekolah yang heterogen (multikultural) di.

Untuk anda yang tidak suka menggunakan blender, ada cara mudah untuk mengolah kulit buah berwarna merah tua ini menjadi minuman kesehatan7. Yaitu dengan merebus lalu meminum air

The growth of social actors (vertices) and the relationships (edges) between a seed and other actors caused by increasing the number of documents on Web, and indirectly it

Data kualitas pengembangan diperoleh melalui: (a) peneliti membagikan lembar validasi kepada tim validator (ahli di bidang pembelajaran dan kebahasaan), (b) lembar

Tenaga Kependidikan Bidang Akademik Kepala Bagian Pengelola Program Studi Sekretaris Bidang Akademik dan Pengembangan Kepala Departemen Menyiapkan daftar kuliah semester

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan pembelajaran reciprocal teaching