• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Perilaku Diet Anak Dengan Early Childhood Caries (ECC) Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Medan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Perilaku Diet Anak Dengan Early Childhood Caries (ECC) Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Medan Barat"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Karies gigi merupakan suatu penyakit yang terjadi pada jaringan keras gigi,

yaitu email, dentin dan sementum.2 Karies adalah suatu proses kerusakan yang berlaku disebabkan oleh aktivitas jasad renik terutama bakteri yang ada dalam suatu

karbohidrat yang diragikan.2,7 Interaksi antara bakteri dan karbohidrat pada permukaan gigi menghasilkan keadaan yang bersifat asam di rongga mulut sehingga

menyebabkan terjadinya demineralisasi email dan mengakibatkan terjadinya karies.12 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi,

diikuti dengan kerusakan pada bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan

terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi

ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.2 Demineralisasi email merupakan suatu proses patologis yang merusak struktur jaringan keras gigi yang kemudian

diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.10

Karies dapat mengenai gigi sulung dan gigi permanen, tetapi gigi sulung lebih

rentan terhadap karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari

gigi permanen, meliputi bentuk anatomis dan juga komposisinya.2 Karies khusus yang terjadi di kalangan bayi dan anak usia pra-sekolah lebih dikenal sebagai Early

Childhood Caries (ECC) dan Severe Early Childhood Caries (S-ECC). Kemunculan

ECC dan S-ECC seringkali dihubungkan dengan konsumsi nutrisi yang inadekuat,

namun mekanisme awal terjadi dan perkembangan penyakit ini adalah sangat

kompleks.6

2.1 Pengertian ECC dan S-ECC

ECC dan S-ECC merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan

tentang suatu pola lesi karies yang unik pada bayi, balita dan anak usia pra-sekolah.

Istilah ini menggantikan istilah karies botol atau Nursing Bottle Caries yang

(2)

sulung yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya termasuk

karbohidrat dalam jangka waktu yang panjang.1,5

American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) mendefinisikan ECC

sebagai kerusakan yang terjadi pada satu atau lebih gigi berupa lesi kavitas atau

non-kavitas, gigi yang dicabut karena karies atau tambalan pada permukaan gigi sulung

pada anak di bawah usia 71 bulan.1,3-6 Sedangkan S-ECC didefinisikan sebagai pola kerusakan pada permukaan gigi berupa lesi kavitas atau non-kavitas pada anak di

bawah usia 3 tahun.1,3-5 Seorang anak di antara usia 3-5 tahun juga dikatakan mengalami S-ECC jika skor dmf-t (decayed, missed, and filled teeth index) > 4 untuk

anak usia 3 tahun, > 5 untuk anak usia 4 tahun dan > 6 untuk anak usia 5 tahun pada

gigi sulung anterior maksila.3,5,13,14 Lesi S-ECC biasanya muncul secara tiba-tiba, menyebar dengan luas dan cepat mengenai pulpa.13,14

Menurut Drury et al (cit. Cvetkovic), banyak ahli menerima definisi ECC dan

S-ECC sebagai jenis karies gigi sulung yang paling sering terjadi pada bayi dan anak

usia pra-sekolah.6 ECC dan S-ECC dikenal juga sebagai gabungan penyakit dan kebiasaan, karena sering terjadi pada anak kecil yang menggunakan botol berisi

cairan yang mengandung gula agar bayi menjadi tenang dan mudah tidur.15

2.2 Gambaran Klinis

ECC dapat berkembang dengan cepat dan biasanya terjadi segera setelah gigi

erupsi.6,16 ECC sering dimulai pada gigi insisivus maksila dan menyebar dengan cepat ke gigi sulung maksila yang lain, sebelum berlanjut ke gigi mandibula.6 Gambaran klinis ECC terdiri dari 4 tahap, yaitu:

1. Tahap satu/inisial

Tahap inisial terjadi pada anak usia antara 10-20 bulan atau lebih muda.

Gambaran klinisnya berupa lesi berbentuk garis berwarna putih seperti kapur, opak

(white spot) pada permukaan gigi insisivus maksila, yaitu gigi yang pertama erupsi di

(3)

maksila. Biasanya pada tahap ini, orang tua tidak menyadarinya karena tiadanya

keluhan dari anak.14 Jika tidak dirawat, area putih tersebut akan berubah dengan cepat menjadi kavitas kuning-coklat dan menyebar ke gigi posterior.16

 

Gambar 1. Gambaran tahap inisial ECC16

2. Tahap dua

Tahap dua terjadi ketika anak berusia 16-24 bulan. Lesi putih pada gigi

insisivus berkembang dengan cepat dan menyebabkan demineralisasi email sehingga

mengenai dan terbukanya dentin. Ketika lesi berkembang, lesi putih pada email

tersebut berpigmentasi menjadi kuning terang, coklat kemudian hitam, dan pada

kasus yang lebih parah, lesi juga dapat mengenai tepi insisal.14 Perubahan warna email disebabkan oleh pigmen yang berasal dari saliva (coklat dan hitam), makanan

serta akibat penetrasi dari bakteri.6 Gigi molar pertama maksila pula mulai terkena tahap inisial pada regio servikal, proksimal dan oklusal. Pada tahap ini, anak mulai

mengeluh karena sensitif terhadap rasa dingin dan orang tua juga sudah mulai

menyadari perubahan warna pada gigi anaknya.14

 

(4)

3. Tahap tiga

Tahap tiga terjadi ketika anak berusia 20-36 bulan. Pada tahap ini, lesi sudah

meluas hingga terjadi iritasi pulpa. Lesi pada gigi molar pertama maksila sudah

berada pada tahap dua, sedangkan pada gigi molar pertama mandibula dan kaninus

mandibula berada pada tahap inisial. Gejala yang timbul pada tahap tiga ini adalah

anak mengeluh sakit ketika mengunyah makanan dan ketika menyikat gigi, serta sakit

spontan pada waktu malam.14

  Gambar 3. Gambaran tahap ketiga ECC16

        

4. Tahap empat

Tahap empat terjadi ketika anak berusia 30-48 bulan. Tahap ini ditandai

dengan lesi yang meluas dengan cepat ke seluruh permukaan email, mengelilingi

regio servikal dan mengenai dentin dalam waktu yang singkat, serta terjadi kerusakan

yang parah di seluruh mahkota gigi hingga terjadi fraktur dan hanya akar yang

tersisa.6,14 Pada tahap ini gigi insisivus maksila biasanya mengalami nekrosis dan gigi molar pertama maksila berada pada tahap tiga, sedang gigi molar dua maksila, gigi

kaninus maksila dan molar pertama mandibula berada pada tahap dua. Biasanya

anak-anak menderita namun tidak dapat mengekspresikan rasa sakitnya, selain

(5)

 

Gambar 4. Gambaran tahap keempat ECC16  

 

ECC memiliki pola yang khas.17 Proses ECC selalu dimulai pada gigi insisivus lateral maksila, menyebar dengan cepat ke gigi lain di rahang atas sebelum

menyebar ke gigi geligi di rahang bawah.6,17 ECC jarang mengenai gigi insisivus sentral dan lateral serta kaninus mandibula, karena pada saat pemberian susu ibu atau

susu botol, puting susu akan bersandar pada palatum selama waktu penghisapan,

sedangkan gigi anterior mandibula akan terlindung oleh lidah. Susu ataupun cairan

lainnya kemudian akan tergenang di sekitar gigi insisivus maksila, mengalir ke

sekitar bagian tengah lidah dan membasahi permukaan oklusal dan lingual gigi

posterior.15

ECC yang tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan dini gigi sulung dan

mempengaruhi pertumbuhan serta pematangan gigi permanen, di samping

mempengaruhi artikulasi berbicara, praktek diet dan pertumbuhan. Pada kasus yang

lebih ekstrim, ECC dapat menyebabkan rampant decay, infeksi, nyeri, abses, masalah

pengunyahan, malnutrisi, gangguan pencernaan dan mempengaruhi rasa rendah diri

anak. Selain itu, anak-anak dengan ECC juga memiliki peningkatan risiko untuk

mendapat lesi baru ketika usia mereka bertambah, baik ketika fase gigi sulung

maupun gigi permanen.5,14,15

2.3 Faktor Etiologi

Etiologi karies adalah kompleks dan bersifat multifaktorial.18 Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak, diantaranya adalah faktor di dalam

(6)

adalah sama seperti etiologi karies lainnya secara umum. ECC terjadi bukan

disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi

disebabkan oleh serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Pada

tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan (cit. Pintauli), karies dinyatakan sebagai

penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab

terbentuknya karies.2

Ada empat faktor utama yang saling mempengaruhi untuk terjadinya karies,

yang digambarkan sebagai empat lingkaran yang bertumpang-tindih dan saling

berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Untuk terjadinya karies, maka kondisi

setiap faktor tersebut harus saling mendukung dan berinteraksi yang digambarkan

sebagai lingkaran pertama yaitu tuan rumah atau host yang rentan meliputi gigi dan

saliva, lingkaran kedua yaitu substrat yang bersifat kariogenik, lingkaran ketiga yaitu

mikroorganisme penyebab karies dan lingkaran keempat yaitu waktu yang lama.2,7

2.3.1 Host (Gigi dan Saliva)

Komposisi gigi sulung terdiri dari email di bagian luar dan dentin di bagian

dalam. Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding lapisan di bawahnya,

karena lebih keras dan lebih padat. Struktur email gigi terdiri dari susunan kimia

kompleks dengan gugusan kristal, yang terpenting adalah hidroksil apatit dengan

rumus kimia Ca10 (PO4)6 (OH)2 dan struktur ini sangat menentukan dalam proses terjadinya karies.7 Kepadatan kristal email sangat menentukan kelarutan email. Semakin banyak email mengandung mineral maka kristal email semakin padat dan

email akan menjadi semakin resisten terhadap karies. Namun bagi email gigi sulung,

komposisinya lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih

sedikit daripada gigi permanen. Selain itu, secara kristalografisnya, susunan

kristal-kristal gigi sulung tidak sepadat gigi permanen. Hal inilah yang menyebabkan gigi

sulung lebih rentan karies dibandingkan gigi permanen.2

Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies.

Struktur pit dan fisur yang dalam pada gigi dapat menjadi tempat penumpukan

(7)

Saliva sangat penting dalam menjaga kesehatan rongga mulut dan merupakan

sistem pertahanan utama terhadap karies.4 Kapasitas aliran, pengenceran, buffering dan remineralisasi saliva diakui menjadi faktor penting yang mempengaruhi, dan

dalam beberapa hal mengatur perkembangan dan regresi karies.1 Saliva membentuk sistem buffer dengan bertindak mengimbangi keasaman plak di rongga mulut yang

disebabkan oleh fermentasi karbohidrat oleh bakteri dan mempertahankan pH supaya

tetap konstan pada pH 6-7.4,19 Jika lingkungan rongga mulut seimbang dan menguntungkan, saliva dapat berkontribusi pada proses remineralisasi gigi dengan

menyediakan beberapa komponen untuk membantu membangunkan struktur apatit

yang kuat.1 Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan rongga mulut dari debris-debris dan sisa makanan sehingga bakteri tidak dapat

berkembang biak. Pada anak yang berkurang kuantitas dan fungsi salivanya akibat

kelainan pada kelenjar saliva atau disebabkan faktor lainnya, maka aktivitas karies

akan meningkat secara signifikan.2

2.3.2 Substrat Bersifat Kariogenik

Karies gigi telah dijelaskan sebagai akibat adanya interaksi antara substrat dan

bakteri.20 Faktor substrat atau diet ini dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu pembiakan dan kolonisasi bakteri yang ada pada permukaan email gigi.

Selain itu, substrat juga dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan

menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan

lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies.2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi

makanan berkarbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi,

sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein

hanya sedikit atau tidak sama sekali mempunyai karies gigi. Nutrisi yang kaya

dengan karbohidrat memungkinkan pengembangan plak dalam jumlah yang besar

pada permukaan gigi serta merendahkan pH saliva.6 Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat sebagai substrat yang memegang peranan penting

(8)

2.3.3 Mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.

Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang

berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada

permukaan gigi yang tidak dibersihkan dengan baik.2 Penelitian menunjukkan bahwa komposisi plak didominasi oleh Streptococcus mutans yang merupakan salah satu

mikroorganisme penyebab karies yang paling virulen di kalangan anak-anak.1,14 Streptococcus mutans ini menguraikan gula yang terdapat dalam makanan

terutamanya monosakarida dan disakarida untuk menghasilkan tenaga, dan

lingkungan rongga mulut yang asam sehingga menyebabkan demineralisasi email

gigi yang menjadi penyebab utama karies.12,16

Diet dengan kandungan karbohidrat yang tinggi pada anak membantu

kolonisasi Streptococcus mutans, yang mengarah pada perkembangan awal dari plak

pada permukaan gigi.6 Plak akan terbentuk apabila adanya karbohidrat, sedangkan karies akan terbentuk apabila terdapat plak dan karbohidrat.2

2.3.4 Waktu

Karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang

dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Waktu mempengaruhi kecepatan

terbentuknya karies serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi.

Secara umum, lamanya waktu yang dibutuhkan untuk karies berkembang menjadi

suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan sekitar 6-48 bulan.2

(9)

Gambar 5. Model lingkaran faktor etiologi karies21     

 

2.4 Perilaku Diet Sebagai Faktor Predisposisi ECC

Selain faktor langsung di dalam mulut yang berhubungan dengan karies gigi,

terdapat juga faktor-faktor tidak langsung yang disebut sebagai faktor risiko luar,

yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies.7 Faktor luar tersebut antara lain adalah usia, jenis kelamin, keadaan penduduk dan

lingkungan, genetik, tingkat pengetahuan, kesadaran dan perilaku yang berhubungan

dengan penjagaan kesehatan gigi; yang mempengaruhi pemilihan makanan dan

kebiasaan makan makanan yang berisiko menyebabkan terjadinya karies.7,19

Pola diet merupakan salah satu faktor predisposisi utama terjadinya karies gigi

pada anak. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan konsumsi makanan akibat

globalisasi pada makanan tersebut ditandai dengan adanya bermacam-macam jenis

makanan dan minuman yang menjadi substrat bagi mikroflora plak.10 Diet meliputi makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari.22 Pola diet pula mencakup dari bahan makanan dan juga kebiasaan makan.10

2.4.1 Bentuk dan Kariogenitas Makanan

Diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu pembiakan

dan kolonisasi mikroorganisme terutamanya bakteri yang ada pada permukaan email

gigi. Kecepatan pembentukan plak ini tergantung dari konsistensi dan jenis makanan

(10)

Makanan yang siap untuk diurai oleh bakteri dalam plak dental disebut

sebagai makanan kariogenik. Dalam hal ini, karbohidrat merupakan satu-satunya

makanan yang bersifat kariogenik. Maupun protein dan juga lemak, kedua-duanya

tidak menjadi substrat kepada bakteri di rongga mulut.24

Dari hasil penelitian diketahui bahwa makanan yang bersifat manis dan

lengket lebih mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak-anak.10 Hal ini dihubungkan dengan sifat gula yang terdapat dalam makanan yang berfungsi sebagai

pemanis dan bahan pengawet serta memberikan aroma yang harum; hal ini akan

menimbulkan daya tarik baik rasa, bau maupun bentuk makanan itu sendiri, sehingga

ada kecenderungan anak-anak untuk memilih makanan yang tinggi kandungan

gulanya.7

Sifat fisik makanan yang mengandung karbohidrat memainkan peranan yang

penting dalam pembentukan karies. Makanan yang keras dan lengket lebih bersifat

kariogenik dibanding makanan yang lunak dan cair.24 Hal ini karena semakin lama sesuatu makanan yang mengandung karbohidrat itu berkontak dengan permukaan

email gigi, semakin besar pula kemungkinan untuk waktu lamanya produksi asam di

rongga mulut. Akibatnya, tingkat demineralisasi asam dari email dapat langsung

berhubungan dengan jumlah waktu makanan tersebut melekat pada permukaan

gigi.19,24 Sebagai contoh, konsumsi biskuit dan permen lainnya yang diketahui mempunyai sifat fisik yang keras dan lengket terkait dengan prevalensi karies yang

tinggi pada anak-anak.25

Selain sifat fisik, level kariogenitas makanan berkarbohidrat juga turut

berperan penting dalam terjadinya karies. Level kariogenitas suatu jenis karbohidrat

tidak sama dengan karbohidrat yang lain.24 Karbohidrat sederhana yang kadang-kadang disebut juga sebagai karbohidrat difermentasi, adalah lebih kariogenik

dibandingkan karbohidrat yang lebih kompleks. Hal ini karena karbohidrat yang

sederhana adalah lebih mudah difermentasi oleh plak dental dibandingkan

karbohidrat kompleks yang harus diurai terlebih dahulu menjadi bentuk yang lebih

(11)

Berdasarkan level kariogenitasnya, gula dapat dibagi atas beberapa kelompok

(Tabel 1).

Tabel 1. Level kariogenitas bermacam jenis gula24

Tipe gula Level kariogenitas

Sukrosa Tinggi Laktosa Sederhana Glukosa Sederhana Maltosa Sederhana/rendah Fruktosa Sederhana Sorbitol Rendah Mannitol Rendah

Xylitol Rendah

Starch Rendah

Berdasarkan potensi penyebab karies, makanan dapat dibedakan atas makanan

yang berpotensi tinggi, sedang, rendah, tidak berpotensi menyebabkan karies dan

makanan yang mampu menghambat karies (Tabel 2).

Tabel 2. Jenis makanan berdasarkan potensi menyebabkan karies26

Potensi Jenis makanan

Tinggi Buah kering, permen, coklat, kek, kue, biskut (crackers) dan kerupuk (chips)

Sedang Jus buah, sirup buah, manisan, buah kalengan, minuman ringan dan roti Rendah Sayur, buah dan susu

Tidak berpotensi Daging, ikan, lemak dan minyak Mampu menghambat Keju, xylitol dan kacang

Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti di Eastman Dental Center (EDC),

New York membagikan beberapa jenis makanan berdasarkan tingkat kariogenitasnya

(12)

Tabel 3. Tingkat kariogenitas beberapa jenis makanan24

Tingkat kariogenitas

Jenis makanan

Tinggi Cakes, kentang goreng, donut, cupcakes, manisan dan kismis

Sedang Biskut asin, keripik kentang, tepung jagung, pretzel, kerupuk, coklat, kerupuk gandum dan roti.

Rendah Kacang, gelatin, keripik jagung, yoghurt dan bologna.

2.4.2 Frekuensi Konsumsi Makanan Tinggi Karbohidrat

Terdapat hubungan erat antara frekuensi makan makanan yang mengandung

karbohidrat terutamanya sukrosa dengan pengalaman karies.5 Frekuensi mengonsumsi sukrosa yang tinggi meningkatkan keasaman plak dan mempertinggi

potensi pembentukan plak serta pertumbuhan bakteri di rongga mulut.16 Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat,

maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi

asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-40 menit setelah

makan.2,12,16

Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan

membantu proses remineralisasi gigi melalui sistem buffer. Namun apabila makanan

dan minuman berkarbohidrat terlalu sering dikonsumsi, maka rongga mulut akan

sentiasa berada dalam kondisi asam, sehingga email gigi tidak mempunyai

kesempatan untuk melakukan proses remineralisasi dengan sempurna, yang akhirnya

menyebabkan terjadinya karies pada gigi.2

Sejumlah penelitian membuktikan bahwa adanya hubungan antara risiko

karies dengan frekuensi makan pada anak yang terbiasa mengonsumsi banyak gula.

Frekuensi asupan gula yang lebih sering terbukti menimbulkan karies lebih cepat

dibandingkan dengan asupan gula yang lebih banyak tetapi jarang karena dengan

semakin seringnya asupan gula akan menyebabkan semakin sering terjadinya kondisi

(13)

Menurut studi Vipeholm (cit. Naylor), individu yang makan makanan yang

tinggi kandungan gula pada waktu makan utama dan diikuti dengan mengemil di

antara jam makan utama mempunyai potensi yang tinggi untuk mendapat karies gigi

dibandingkan individu yang hanya makan makanan yang tinggi kandungan gula

hanya pada waktu makan utama tanpa mengemil di antara jam makan.9,27 Henkin et al (cit. Moynihan) pula melaporkan bahwa adanya korelasi positif antara

pola diet dan prevalensi karies pada anak-anak di Hawaii apabila frekuensi konsumsi

makanan adalah antara 3-8 kali per hari.19

Penjelasan tentang korelasi positif antara peningkatan karies dan frekuensi

makan per hari juga dijelaskan oleh studi pH plak yang dilakukan oleh Stephen

(cit. Moynihan).19 Studi ini menunjukkan bahwa setelah mengonsumsi sukrosa, pH plak dental akan menurun dari 6,5 kepada 5,0 yaitu pH kritikal yang mengakibatkan

terjadinya demineralisasi email dan berlangsung selama 20-30 menit, oleh karena itu

salah satu penyebab terjadinya karies adalah karena kontak yang berulang-ulang oleh

plak dental terhadap gula pada periode waktu 30 menit, yang mengakibatkan email

gigi terpapar kepada lingkungan asam dalam waktu yang lama disebabkan oleh pola

diet dengan frekuensi yang tinggi.19.27 Jadi, jika gula dikonsumsi dengan frekuensi yang tinggi per hari, maka potensi gigi untuk mengalami demineralisasi semakin

tinggi, dan potensi untuk terjadinya karies juga semakin besar.1,16

Gambar 6. Kurva Stephan menunjukkan penurunan pH menjadi 5,5 ketika berkumur dengan larutan 10% glukosa yang

(14)

Seperti yang disarankan oleh Graf (cit Moynihan), gigi memerlukan kira-kira

3 jam untuk pulih dari setiap paparan kariogenik. Jika interval waktu antara makan

diperpendek dengan paparan cuma sekali mengemil, maka karies sudah dapat

berkembang secara signifikan. Jadi, konsumsi gula antara waktu makan utama dapat

menyebabkan pH plak dental berada di bawah tingkat kritikal selama 8 jam yang

akan mengganggu proses remineralisasi gigi.19

Penelitian menunjukkan jika seseorang makan cuma 3 kali sehari, tanpa

mengemil di antara waktu makan kecuali minum air putih, gigi-geliginya hanya

terpapar kepada risiko serangan karies selama 20 menit setiap kali makan. Walau

bagaimanapun, mengemil tidak berbahaya bagi gigi jika makanan yang dimakan saat

mengemil merupakan makanan yang tidak bersifat kariogenik.24

2.4.3 Durasi Makan

Ketika mempertimbangkan kariogenitas dari suatu makanan atau minuman,

penting untuk turut mempertimbangkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk

makan makanan atau minuman tersebut.24 Hal ini karena salah satu penyebab utama terjadinya karies adalah berhubungan dengan lamanya waktu pemaparan gula

terhadap gigi. Telah diketahui bahwa asam yang dihasilkan oleh bakteri setelah

asupan gula bertahan selama 20 sampai 40 menit di dalam rongga mulut.12 Email gigi sangat rentan terhadap asam dan akan terjadinya demineralisasi dari gigi yang akan

mengakibatkan karies jika gigi terpapar dengan lingkungan asam untuk tempoh yang

lama.17

2.4.4 Konsentrasi dan Jumlah Gula Tambahan dalam Makanan dan Minuman

Konsentrasi dan jumlah gula tambahan yang digunakan di dalam makanan

dan minuman turut memiliki hubungan yang signifikan dalam proses terjadinya

karies pada gigi anak. Makanan yang mengandung lebih banyak gula tidak berarti

(15)

adalah konsentrasi gula di dalam makanan tersebut; semakin tinggi konsentrasi gula,

semakin besar kemungkinan gula tersebut dapat menembus masuk ke dalam plak

dental secara cepat dan dimetabolisme oleh bakteri dalam plak dental untuk

menghasilkan asam laktat yang menjadi faktor utama penyebab karies pada gigi

sebelum dapat dinetralisir secara efektif oleh saliva melalui sistem buffer.19

2.4.5 Pemberian Susu yang Inadekuat

Susu mengandung hampir semua unsur gizi yang dibutuhkan oleh manusia,

seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan hampir semua vitamin. Anak yang

mendapat diet yang seimbang, meskipun tidak mengonsumsi susu, akan mendapat

gizi yang cukup baik, kecuali kalsium atau zat kapur. Susu merupakan satu-satunya

nutrisi yang mengandung kalsium dalam jumlah yang besar. Itulah sebabnya

mengapa anak dianjurkan untuk minum paling minimal dua gelas susu setiap hari.29 Pertukaran susu dari ASI menuju botol (dengan susu formula) sering

menimbulkan kendala tersendiri, karena anak enggan minum susu dengan

menggunakan botol. Salah satu cara orang tua untuk mengatasi kendala ini adalah

dengan menambahkan gula ke dalam susu formula sebagai pengganti rasa manis

laktosa yang terdapat di dalam ASI dan susu sapi. Penambahan gula akan

menyebabkan anak-anak mulai tertarik untuk meminum susu botolnya.29 Walau bagaimanapun, tindakan ini menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan mulut

anak karena pemaparan gigi terhadap gula yang ditambahkan ke dalam susu dapat

meningkatkan risiko karies jika dikonsumsi dalam waktu yang lama dan frekuensi

yang tinggi.

Pendapat terdahulu mengatakan bahwa pemberian susu botol yang inadekuat

dianggap sebagai penyebab yang paling berperan untuk terjadinya ECC, namun

kenyataannya tidak semua anak yang minum dengan menggunakan botol

mendapatkan ECC. Pendapat sekarang mengatakan bahwa pemberian makanan atau

minuman yang banyak mengandung gula pada bayi dan balita adalah sebagai

(16)

Tingkat pengetahuan orang tua yang rendah menyebabkan mereka

membiarkan anak mengonsumsi susu botol atau minuman yang ditambah bahan

pemanis selain air putih, tanpa membersihkan atau menyikat gigi anak mereka setelah

itu, turut menjadi penyebab terjadinya ECC pada anak.17 Hal ini karena, sewaktu anak tidur, aliran saliva menjadi perlahan, frekuensi penelanan berkurang dan pembersihan

sisa cairan susu di rongga mulut akan menjadi perlahan sehingga memudahkan

terjadinya karies pada gigi. Di samping itu, selama anak tidur, pH saliva akan

menurun sehingga mengakibatkan daya buffer saliva dalam menetralkan asam

berkurang menyebabkan proses terjadinya karies dapat berlaku.1,12,17

Pada anak yang menyusu dengan menggunakan botol, biasanya akan terdapat

karies pada gigi rahang atas depan dan umumnya terjadi infeksi bakteri terutama

Streptococcus mutans. Dot botol yang letaknya menempel pada langit-langit mulut

menyebabkan cairan susu membasahi semua gigi di rahang atas kecuali gigi depan

bawah. Bila anak-anak tertidur dengan dot botol di dalam mulut, cairan susu akan

memenuhi dan bergenang sampai ke gigi depan di rahang atas. Pada saat demikian,

bakteri pada permukaan gigi akan memfermentasikan substrat yaitu gula di dalam

susu. Bila susu mengandung sukrosa selain daripada laktosa, maka kolonisasi

Streptococcus mutans akan bertambah banyak.7

Selain daripada susu, pemberian minuman lain yang ditambah bahan pemanis

seperti jus buah, teh manis dan minuman bersoda di dalam botol juga dapat

meningkatkan risiko karies pada anak.1,5,15,16 Hal ini karena, gula yang terkandung dalam minuman tersebut yang terdiri dari sukrosa, glukosa dan fruktosa akan

dihidrolisa oleh enzim amilase yang terdapat dalam saliva menjadi bentuk yang lebih

ringkas. Seterusnya gula tersebut akan difermentasi oleh bakteri yang terdapat pada

permukaan gigi dan menghasilkan produk yang bersifat asam menyebabkan

penurunan pH di rongga mulut. Lingkungan rongga mulut yang bersifat asam ini

mendorong terjadinya demineralisasi gigi sehingga akhirnya meningkatkan risiko

(17)

di rongga mulut. Walau bagaimanapun, bukti bahwa kariogenitas dari susu sapi, ASI

dan susu formula masih bervariasi dan belum dapat dipastikan.15

2.4.6 Konsumsi Makanan Sehat

Makanan empat sehat lima sempurna merupakan makanan yang tepat untuk

anak. Makanan alamiah merupakan pilihan utama untuk memperoleh gigi yang sehat.

Makanan alamiah yang diolah sendiri akan lebih mudah diawasi, terutama dalam

penambahan bahan-bahan kimia. Zat-zat kimia ini termasuk didalamnya zat pewarna,

pengawet dan zat perasa yang secara umum dapat merusak fungsi saliva yang sangat

berperan dalam melindungi gigi dan mulut. Apabila menyikat gigi tidak dapat

dilakukan pada anak dengan sempurna, protein dalam saliva yang akan berfungsi

melawan bakteri. Saliva juga dapat menetralkan asam dengan kemampuan

dasarnya.29

Apabila anak menolak untuk makan sayur, maka buah-buahan dapat dijadikan

sebagai pengganti, sehingga serat dan vitaminnya dapat memenuhi kebutuhan anak.

Makanan yang kaya dengan serat dapat membantu merangsang dan mempercepatkan

keluarnya saliva serta mempercepat aliran saliva di rongga mulut melalui proses

pengunyahan.29 Aliran saliva yang baik membantu dalam proses self cleansing di rongga mulut sehingga sisa-sisa makanan yang lengket di permukaan gigi sewaktu

makan dapat dibersihkan dan mengurangi risiko terjadinya karies pada anak.

Makanan yang baik lainnya untuk kesehatan gigi anak adalah keju. Keju yang

merupakan bentukan lain dari susu, banyak mengandung kalsium dan fosfat yang

mampu mengurangi kelarutan email. Keju ini jika dikunyah setelah makan makanan

yang mengandung karbohidrat, dapat membentuk senyawa yang bersifat basa,

sehingga dapat menghentikan terjadinya suasana asam di rongga mulut yang dapat

mengakibatkan terjadinya proses penghancuran email (demineralisasi) sebagai proses

awal dari karies gigi, oleh karena itu keju juga disebut sebagai makanan yang

mempunyai efek kariostatik, yang artinya mampu mengurangi atau menghambat

(18)

2.5 Kerangka Teori

Early Childhood Caries (ECC)

Pencegahan

Anjuran dan Analisis Diet Pola Diet Anak :

 Pola makan utama

 Pola makan selingan

 Pola minum minuman manis

 Pola minum susu

(19)

2.6 Kerangka Konsep

Analisis Perilaku Pola Diet Anak:

 Pola makan utama  Pola makan selingan  Pola minum minuman

manis

 Pola minum susu

Pengalaman Early Childhood Caries

Gambar

Gambar 1. Gambaran tahap inisial ECC16
Gambar 5. Model lingkaran faktor etiologi karies21
Gambar 6. Kurva Stephan menunjukkan penurunan pH menjadi 5,5

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior Pegawai Perwakilan BPKP Provinsi Lampung dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel

20.Silahkan kamu sebutkan nama tarian, alat musik dan baju adat yang ada di

Jika selama Perjalanan, Anda harus menghadiri pernikahan, pemakaman, konferensi atau acara olahraga yang sudah diatur sebelumnya dan tidak dapat ditunda karena

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.. Pemerintah dan

Jika Perusahaan tidak menerima asuransi dengan dasar pekerjaan baru baik dengan syarat-syarat terbatas yang lebih banyak maupun dengan premi yang lebih

Perencanaan dalam Peningkatan Mutu dan Daya Saing Lembaga di MTs Darul- Hikmah dan SMPK Santa Maria …. Pelaksanaan dalam Peningkatan Mutu dan daya Saiang Lembaga di MTs Darul-Hikmah

Menguasan materi, struktur, konsep dan pola pikir Menganalisis aspek-aspek perencanaan usaha Mengidentifikasikan aspek organisasi dalam usaha. keilmuan yang mendukung mata

BBA, dimana pada sampel BBA intensitas puncak semakin tinggi yang belum teridentifikasi fasanya. Kemungkinan yang terjadi adalah zat pengotor tersebut tidak larut dalam