BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Identifkasi Desa2.1.1 Lokasi dan Cara Mencapai Desa Polling Anak-anak
Desa Polling Anak-anak yang menjadi lokasi penelitian saya merupakan
salah satu dari 16(enam belas) desa yang berada di Kecamatan Silima
Pungga-pungga16. Desa Polling Anak-anak terdiri dari 3(tiga) dusun yaitu; Dusun Polling,
Dusun Impres dan Dusun Huta Ginjang. Desa Polling Anak-anak memiliki luas
wilayah ±220 Ha atau 2,2 Km2
Berdasarkan Data Potensi Desa Polling Anak-anak tahun 2009, bentang
wilayah desa ini umumnya berbukit, dengan ketinggian sekitar 1000 mdpl dan
ketinggian wilayah desa tidak begitu merata di ketiga dusun yang ada. Oleh
karena wilayah yang berbukit, sehingga ada wilayah yang tinggi namun juga ada
yang rendah namun tidak terlalu jauh perbedaan ketinggiannya,serta suhu udara
yang ada di ketiga dusun desa ini sama, yaitu sekitar 28
. Batas desa ini yaitu; Sebelah Utara dengan
Kecamatan Siempat Nempu, Sebelah Selatan dengan Desa Longkotan, Sebelah
Timur dengan Kecamatan Lae Parira, dan Sebelah Barat dengan Kelurahan
Parongil.
0
C,kedalaman tanah jenis
ini berkisar antara 60 hingga 80 meter17
16
. Kecamatan Silima Pungga terdiri dari 16 desa yaitu; Lae Rambong, Lae Ambat, Lae Panginuman, Sumbari, Bakal Gajah, Uruk Belin, Siboras, Bonian, Bongkaras, Tungtung Batu, Longkotan, Parongil, Siratah, Polling Anak-anak, Palipi dan Lae Pangaroan.
17
. Data Potensi Desa Polling Anak-anak 2009
. Jenis tanah yang terdapat di wilayah
ketiga dusun yang termasuk dalam wilayah desa ini.Menurut warga desa tanah
jenis ini umumnya cocok sebagai lahan pertanian, hal ini terlihat jelas dari sumber
mata pencaharian masyarakat yang mayoritas merupakan petani. Tanah jenis ini
umumnya layak digunakan untuk menanam tanaman pangan seperti jagung dan
padi ladang namun penduduk hanya menanam jagung dan padi ladang dengan
luas lahan yang sangat kecil, karena jenis tanaman yang tetap menjadi pilihan
utama para penduduk desa sampai saat ini adalah tanamantua seperti; durian,
cokelat (kakao), salak, dan kopi robusta.
Kecamatan Silima Pungga-pungga berada di Provinsi Sumatera
Utara.Kecamatan tersebut merupakan salah satu dari 8(delapan) kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Dairi. Kecamatan ini memiliki luas kurang lebih 83,40 km2
dan berada pada ketinggian berkisar antara 700 - 1.100 meter di atas permukaan
laut dan kemiringan lahan daerahnya berkisar antara 0 -25 . Batas wilayah
Kecamatan Silima Pungga-Pungga yaitu; sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Siempat Nempuh, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lae
Parira, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Bharat dan sebelah
barat berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Kata “Silima Pungga-pungga” berasal dari Bahasa Pakpak, yaitu “Mpung”
yang artinya lima marga. Dulunya yang menempati wilayah Silima
Pungga-pungga ada 5(lima) marga yaitu; Marga Angkat, Marga Saing, Marga Padang,
Marga Saraan dan Marga Sambo. Sejalan dengan perkembangan jaman, dimana
percampuran etnis dan bahasa (toba) tersebut, maka terjadilah perobahan
penyebutan dari “Silima Mpung-Epung” menjadi “Silima Pungga-pungga” dan
berlaku sampai sekarang18
Jika terlambat untuk menaiki angkutan langsung diatas, dapat
menggunakan alternatif jalur kedua, yaitu dengan menaiki ketiga angkutan diatas
tetapi yang rutenya hanya sampai Sidikalang saja. Kemudian, dari Sidikalang
melanjutkan perjalanan lagi dengan mengunakan angkutan umum nomor 21 yang
stasiunnya berada di pasar sidikkalang(tepatnya lewat galon pertamina yang
berada di jalan Sidikalang-Parongil). Untuk biaya dengan menggunakan jalur
yang kedua ini, dari Medan-Sidikalang ongkosnya Rp.30.000, kemudian dari
Sidikalang ke Desa Polling Anak-anak ongkosnya Rp. 10.000.Angkutan umum .
Cara mencapai Desa Polling anak-anak dapat ditempuh dengan tiga
alternatif cara, yaitu; pertama dengan menggunakan angkutan umum dari medan
langsung menuju Desa Polling Anak-anak dengan menaiki mobil angkutan datra,
Sampri dan PAS. Ketiga stasiun angkutan tersebut berada di jalan padang bulan
(didepan Citra Garden) hanya saja, untuk rute yang langsung tersebut memilii
waktu-waktu tertentu, yaitu pagi antara pukul 08.00-09.00 WIB dan siang antara
pukul 13.00-14.00 WIB. Ketiga mobil angkutan tersebut bentuknya hampir sama
hanya warna yang berbeda, untuk jenis mobi ketiga angkutan tersebut adalah jenis
L-300. Biaya yang keluarkan dari medan menuju Desa Polling Anak-anak yaitu
untuk Datra dan PAS adalah Rp.35.000 sedangkan untuk Sampri Rp.30.000.
18
dari Sidikalang menuju Desa Polling Anak-anak dalam sehari hanya ada tiga,
tetapi ketika ada pekan di Sidikalang bisa hingga 5 kali sehari.Apabila kita sampai
di Sidikalang dan angkutan umum menuju Desa Polling Anak-anak sudah tidak
ada lagi, dapat menggunakan jasa angkutan becak motor dengan biaya antara
Rp.35.000 – Rp.50.000 tergantung negosiasi harga antara tukang becak motor
dengan penumpang.
Untuk jalur ketiga dapat menggunakan kendaraan pribadi dari medan
menuju Desa Polling Anak-anak dengan rute yang sama dengan angkutan umum
yang menuju Desa Polling Anak-anak. Adapun ketiga rute jalur diatas harus
melalui Medan-Sibolangit-Berastagi-Kaban Jahe- Merek- Sumbul-
Sidikalang-Kecamatan Lae parira-Desa Polling Anak-anak. Jalur yang dapat digunakan untuk
sampai ke Desa Polling Anak-anak hanya menggunakan jalan darat saja, karena
tidak ada alternatif jalur laut maupun jalur udara.Dari Medan menuju Desa Polling
Anak-anak membutuhkan waktu kisaran 5-6 jam, tergantung apakah jalanan
macet atau lancar serta kondisi jalan yang tidak menentu19
2.1.2 Sejarah Desa Polling Anak-anak
.
Sebelum menjadi Desa Polling Anak-anak, sebelum tahun 1940, daerah ini
disebut dengan Pamotongan20
19
Saat ini, ada beberapa titik jalan dari Medan menuju Desa Polling Anak-anak yang rusak dan dapat menghambat jalur trasportai, seperti di Kec. Tiga Panah, Kec, Merek, Kec. Sumbul dan di Kec. Lae Parira.
20
. Pamotongan dalam bahasa indonesia disebut Pemotongan.
dan saat itu daerah ini belum dihuni banyak
penduduk, hanya ada 2 warga Pak-pak yaitu marga Sambo. Ada 2 versi tentang
nama pamotongan dipakai karena daerah ini dahulu merupakan jalan potong yang
menghubungkan Longkotan dan Sirata. Versi lain mengatakan bahwa nama
pamotongan sendiri dipakai karena berdasarkan cerita masyarakat, di wilayah ini
dahulu pernah menjadi tempat pembunuhan dan korbannya dipotong-potong dan
dibuang di ke tombak21
Untuk membuang kesan menyeramkan dari wilayah tersebut, maka warga
bersama Camat dan Bupati berinisiatif untuk merubah nama desa ini agar warga
tidak menjadi takut untuk lewat. Maka pada sekitar tahun 1958, nama desa ini
diganti oleh Camat dan Bupati menjadi Desa Huta Ginjang, dan kemudian
diangkat kepala desa pertama yaitu Kostan Panjaitan. Nama Huta Ginjang sendiri yang ada di desa ini. Karena itu nama pamotongandipakai
untuk menandai sebagai wilayah yang menyeramkan. Dikarenakan nama yang
seram itu, wilayah ini takut untuk dilewati warga sekitar.
Tanah desa ini awalnya merupakan tanah orang Pak-pak, namun lama
kelamaan suku Batak Toba menguasai seluruh wilayah desa ini dan pada sekitar
tahun 1947, warga Pakpak yang terakhir pindah dari desa ini ke wilayah Sopo
Komil / Longkotan. Warga Batak Toba menguasai seluruh tanah ini sesuai dengan
perumpamaan yang mereka pegang teguh, yaitu siat mamiding, naeng mamolak
yang artinya pertama-tama menyesuaikan diri dengan yang sempit tetapi
lama-kelamaan kemudian berusaha memperluas. Satu perumpamaan lain lagi adalah
siat jari-jari, siat botohon yang artinya pertama-tama hanya seukuran jari, tetapi
lama kelamaan berusaha mendapatkan seukuran lengan.
21
dalam bahasa Batak Toba memiliki arti kampung yang tinggi, karena desa ini
merupakan desa yang lebih tinggi dibanding Lae Parira maupun Parongil.
Dengan penggantian nama tersebut, kesan menyeramkan dari wilayah desa
tersebut mulai menghilang dan warga mulai banyak menempati atau tinggal di
desa tersebut dan desa tersebut pun mulai berkembang22
Nama Desa Polling Anak-anak berdasarkan cerita dari Bapak Togar
Sitorus, berasal dari sebuah tanaman semak yang jika tanaman itu tersentuh oleh
anak-anak, maka anak-anak itu akan menderita gatal-gatal. Sedangkan jika
terkena orang dewasa, maka tidak akan apa-apa. Bersama Bapak Togar Sitorus,
peneliti juga mencari kata Polding dalam kamus Bahasa Batak Toba, namun tidak
ditemukan artinya, sehingga warga desa berpendapat bahwa kata tersebut
merupakan bahasa Pak-pak. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Bapak
Cibro, nama Polling Anak-anak ini juga berasal dari bahasa Pakpak yaitu
“Polding” yaitu kumpulan. Dulunya desa ini merupakan daerah tujuan pendatang
orang-orang dari wilayah Tapanuli. Sehingga nama Polding Anak-anak diartikan
sebagai tempat berkumpulnya anak-anak perantau dari daerah lain. Oleh karena
mayoritas anak perantau dari Tapanuli sehingga nama polding lama . Nama Huta Ginjang
tetap bertahan hingga T. Butar-butar menjadi kepala desa. Saat itu, nama desa
dirubah menjadi Polling Anak-anak karena warga Pak-pak kurang setuju dengan
nama desa sebelumnya, alasannya karena wilayah desa itu merupakan tanah orang
Pak-pak.
22
kelamaandiubah menjadi Polling dan nama Desa Polling Anak-anak terus
digunakan sampai saat ini23
1. K.K. Panjaitan (sekitar tahun 1958-1963) .
Sejarah jabatan Kepala Desa :
2. T. Butarbutar (mulai sekitar tahun 1963)
3. Bistok Sitorus (masa jabatan 8 tahun)
4. Charles Panjaitan (masa jabatan 5 tahun)
5. Manahan Sinurat (masa jabatan 1 tahun)
6. Marles Tambun (2010-sekarang)
Penduduk awal yang menempati wilayah desa ini adalah Suku Pakpak
bermarga Sambo. Mereka menetap di wilayah ini sejak lama karena wilayah
Kabupaten Dairi sebenarnya merupakan wilayah orang Pakpak. Sekitar tahun
1940-an mulai datang suku Batak Toba dari daerah Kabupaten Tapanuli Utara,
seperti dari wilayah Porsea yang bekerja sebagai pemborong untuk pembangunan
jalan. Orang Batak Toba yang bekerja sebagi pemborong tersebut melihat, bahwa
lahan di daerah ini bisa dikelola, sehingga ketika dia pulang ke Porsea dia
mengajak teman dan keluarganya yang lain untuk merantau ke Desa Polling
Anak-anak ini. Pertambahan penduduk di desa inipun semakin meningkat dan
tidak hanya orang dari daerah Tapanuli saja yang datang ke desa ini, ada juga
23
yang datang dari Kecaman yang lain di Kabupaten Dairi ini, misalnya dari
Kecamatan Lae Parira dan Kecamatan Siempat Nemphu.
Orang Toba, sebagai warga perantau dari daerah lain umumnya
merupakan tipe orang yang pekerja keras dan berkat usaha keras, mereka dapat
berkembang di desa ini. Orang Batak Toba yang datang ke desa ini meminta lahan
kepada orang Pakpak yang ada di desa ini sebelumnya sebidang tanah untuk
dikelola. Kesepakatan pemakaian lahan secara adat pada waktu itu adalah orang
batak harus menyediakan 4 lembar Ulos, 2 ekor ayam, 3 ekor babi, dan 1 cangkul
dan memberikannya kepada orang Pakpak sebagai izin penggunaan tanah
tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak orang Batak Toba
yang datang dan semakin banyak juga lahan yang dikelola orang Batak Toba.
Tanah yang awalnya hanya dipinjamkan oleh orang Pakpak kepada orang Batak
yang tidak memiliki batas waktu, lama kelamaan menjadi hak milik orang batak
yang telah lama mengelola tanah tersebut. Hal ini dipertegas oleh Bapak M.
Tambun ( Kepala Desa Polling Anak-anak) yang mengatakan sampai saat ini
sudah hampir 70% tanah yang ada di desa ini sudah memiliki sertifikat hak milik
warga-warga yang ada disini. Akhirnya, orang Batak Toba memenuhi wilayah
desa ini dan hidup mengolah lahan yang ada di desa ini. Untuk lebih jelas,
pergeseran penduduk mayoritas dari pakpak menjadi batak toba dapat dilihat pada
Tabel 2.1: Pergeseran penduduk dari Pak-pak ke Toba di Desa Polling Anak-anak
Sumber : Hasil wawancara dengan Kepala Desa dan Sekdes Polling Anak-anak
Keterangan: KK : jumlah kepala keluarga
P : orang Pakpak
T : orang Toba
2.1.3 Keadaan Penduduk Desa Polling Anak-anak
a. Kependudukan
Dari data tahun 2010, tercatat jumlah penduduk Desa Polling Anak-anak
sebanyak 822 jiwa dan terdiri dari 204 kepala keluarga. Dari 822 jiwa warga
terdapat 386 jiwa laki-laki dan 436 jiwa perempuan serta kepadatan penduduk di
desa ini adalah 373,63 jiwa/Km. Selain itu pembagian penduduk tiap dusun adalah
sebagai berikut; dusun I(Polling) terdapat 388 jiwa, dusun II(Huta Ginjang)
terdapat 228 jiwa dan dusun III(Impres) terdapat 206 jiwa.
Tahun 1940-an Tahun 1958-an Tahun 1968-an Tahun 1978-an
KK Etnik KK Etnik KK Etnik KK Etnik
P T P T P T P T
5 2 3 28 - 26 47 1 46 76 1 75
Tahun 1988-an Tahun 1998-an Tahun 2008-an Sekarang
KK Etnik KK Etnik KK Etnik KK Etnik
P T P p T P T
b. Mata Pencaharian
Desa Polling Anak-anak adalah merupakan desa pertanian, hal ini dapat
dilihat dari mata pencaharian warga terbesar adalah dari sektor pertanian. Dari
jumlah 204 KK, ada lebih kurang 195 KK (95,58%) adalah petani. Selebihnya ada
9(sembilan) KK terdiri dari PNS, pensiunan PNS dan pedagang24
Penjualan hasil-hasil bumi umumnya tidak dilakukan warga desa ini,
mereka hanya fokus pada pertanian saja. Salah satu contoh adalah durian, dimana
saat panen durian para toke dari luar yang datang dan membeli kemudian
membawanya ke Medan atau di luar wilayah desa. Ada juga warga yang bekerja . Selanjutnya
dilihat dari kepemikikan lahan, terdapat kurang lebih 169 KK memiliki lahan
pertanian rata-rata 0,5 Ha.
Selain itu, warga juga mempunyai mata pencaharian tambahan yaitu
dengan hewan peliharaan. Hewan-hewan peliharaan warga antara lain adalah babi,
ayam, dan anjing. Peternakan ini dimaksudkan warga sebagai kebutuhan subsisten
saja, yaitu untuk kebutuhan rumah tangga saja. Warga juga membibitkan ikan
yang dilepaskan masing-masing warga di sawahnya. Saat ikan tersebut sudah
besar, baru kemudian sawah dikeringkan dan ikannya diambil. Meskipun ikan
dibiarkan hidup di sawah, namun tidak diperbolehkan sembarangan mengambil
tanpa izin pemilik ikan atau sawah. Ada aturan yang melarang yang disebut
“patik” yang mengatur aktifitas warga. Jika ketahuan mencuri ikan, maka yang
tertangkap akan dikenakan ganti rugi.
24
sebagai pengumpul durian dari warga-warga sekitar dan kemudian baru
menjualnya ke toke. Namun jenis pekerjaan ini umumnya hanya dilakukan saat
musim panen durian saja.
c. Suku dan Agama
Secara garis besar Desa Polling Anak terdiri dari Suku Batak Toba,
Pakpak dan Simalungun.Tetapi persentasi terbanyak yaitu Suku Batak Toba yang
mencapai ± 94% dari seluruh jumlah penduduk yang ada di desa. Dari segi agama,
mayoritas penduduk adalah beragama Kristen Protestan = 806 jiwa, Katolik = 8
jiwa dan Islam = 8 jiwa.
Desa Polling Anak-anak yang penduduknya mayoritas beragama Kristen
dan bersuku batak, merka banyak melakukan aktivitas keagamaan secara
bersamaan. Kegiatan agama selain dari kebaktian di gereja, mereka juga
melakukan kebaktian antara marga-maga yang dalam bahasa setempat disebut
“partamiangan” yang dilakukan di rumah warga setiapa bulannya secara
berganti-gantian. Ada banyak partangiangan marga di Desa Polling Anak-anak
antara lain; partanmiangan silahi sabungan, partamiangan tuan dibangarna,
partamiangan tambunan, partamiangan manurung, partamiangan siraja sonang dan
ada beberapa partangiangan marga-marga lainnya.
2.2 Pola Pemukiman Desa Polling Anak-anak
Pola pemukiman warga di desa ini tergolong tidak padat, rumah-rumah
yang lain tidak teratur letaknya dan cukup berjauhan. Keteraturan rumah hanya
terdapat di sepanjang jalan utama desa dan saling berhadapan dengan dipisahkan
oleh jalan. Sepanjang jalan desa di sisi kiri dan kanan rumah-rumah warga berjejer
rapi. Namun pada bagian belakang, jarak dengan rumah warga yang lain cukup
berjauhan. Lampu jalan yang ada hanya di sepanjang jalan utama saja, sehingga
jika menuju rumah warga di belakang biasanya warga menggunakan senter
maupun mengandalkan lampu dari sepeda motor jika menggunakan sepeda motor.
Ditinjau dari segi kesehatan, desa ini juga cukup baik karena rumah
penduduk yang tidak padat sehingga udara bisa mengalir lancar. Selain itu juga
karena masih hijaunya wilayah ini sebagai lahan pertanian. Permasalahan sampah
tidak ada di daerah ini, karena masing-masing rumah masih memiliki pekarangan
yang luas dan membakar sampahnya sendiri-sendiri. Kondisi jenis bangunan
rumah di desa ini sudah cukup baik di bagian sisi jalan utama. Bangunan rumah
warga di sepanjang jalan ini terdiri dari bangunan permanen dan semi-permanen.
Sedangkan di bagian belakang, rumah-rumah warga permanen, semi-permanen
dan non-permanen.
Gambar 2.1: Foto transek / gambaran keadaan Desa Polling Anak-anak
Tingkat ekonomi yang warga yang berbeda membuat fasilitas
masing-masing rumah berbeda-beda. Di sepanjang pinggir jalan utama boleh dikatakan
lebih maju daripada wilayah di belakang, karena kondisi bangunan yang sudah
rapi. Hampir semua warga memiliki parabola untuk menangkap sinyal televisi,
dan tentunya juga televisi dan juga kendaraan pribadi seperti sepeda motor.
Sehingga warga desa ini dapat dikatakan sudah cukup maju, meskipun ada juga
warga yang tergolong kaya dan memiliki mobil. Meskipun ada warga yang
tergolong kaya di desa ini, namun rumahnya tidak bertingkat dan cenderung sama
dengan bangunan rumah warga lain, tetapi bangunan rumahnya sudah dibuat
permanen dari batu.
Gambar 2.2: Foto pemukiman di Dusun I.
Gambar 2.3: Foto pemukiman di Dusun II
Gambar 2.4: Foto pemukiman di Dusun III
2.3 Sampah dan Drainase
Masalah kebersihan di Desa Polling Anak-anak cukur terjaga. Dimana
setiap warga mempunyai tempat pembuangan sampah masing-masing, baik di
halaman depan maupun halaman belakang rumah. Biasanya warga
mengumpulkan sampah di halaman lalu ketika sore mereka membakar sampah
dilakukan seluruh warga di desa ini, karena samapi saat ini belum ada mobil
pengangkut sampah dari Dinas Kebersihan yang lewat dari desa ini.
Untuk masalah drainase, Desa Polling Anak-anak memiliki saluran parit
jalan yang cukup baik pada saat ini.Untuk parit jalan utama sudah sangat
memadai, hal ini disebabkan adanya bangtuan perbaikan jalan perbaikan parit
jalan yang dilakukan oleh pihak DPM (Dairi Prima Mineral) pada tahun 2009.
Karena Desa Polling Anak-anak merupakan salah satu desa yang harus dilalui
oleh pihak DPM dalam aktivitas keluar masuk kantor pertabangan.
Berbeda halnya dengan parit jalan utama, parit pembuangan rumah tangga
di desa kurang lancar, karena saluran pembuangan limbah rumah tangga biasanya
disalurkan ke halaman belakang rumah. Begitu juga untuk masalah parit gang,
kondisinya hamper tertutup sehingga apabila hujan deras maka jalan gang akan
menjadi berlumpur. Padahal cukup banyak warga yang harus melalui jalan gang
tersebut.
2.4 Sarana dan Prasarana Desa Polling Anak-anak
Desa Polling Anak-anak memiliki satu balai desa sekaligus kantor kepala
desa, satu sekolah dasar, dua bangunan gereja, satu Pustu (Puskesmas Pembantu)
dan terdapat satu pancuran(mata air) yang dimanfaatkan oleh warga sebagai
kamar mandi umum yang berada di Dusun Huta Ginjang. Akan tetapi, untuk
menuju pancuran ini warga harus menempuh jarak sekitar 1 km untuk mandi
maupun mengambil air untuk dimasak menjadi air minum.Masalah sarana jalan di
Sarana air bersih di Desa Polling Anak-anak cudah cukup memadai karena
perusahaan air bersih sudah masuk di desa, walaupun ada sebagian warga desa
yaitu yang berada di dusun Inpres masih belum mendapatkan pasokan air bersih.
Akan tetapi, belakangan ini penyaluran air bersih agak terhambat, karena air
terkadang hanya jalan 1-2 hari dalam 1 minggu.Untuk itu, hampir seluruh warga
membuat bak penampungan air yang cukup besar untuk menampung air pada saat
air hidup untuk persediaan air bersih.
Untuk mengatasi kurangnya air, warga membuat talang air sebagai
penampung air hujan dan dialirkan ke bak penampungan air tersebut. Akan tetapi,
hal ini juga bergantung kepada hujan, sedangkan di daerah ini hujan sangat jarang
terjadi. Jika hujan terjadi, juga biasanya tidak terlalu deras dan tidak terlalu lama
waktunya, sehingga tidak terlalu mencukupi. Di beberapa tempat juga dibuat bak
penampungan air bersama yang dapat dipakai semua warga untuk mengambil air.
Namun karena keterbatasan penyaluran air, bak ini juga tidak terisi air sehingga
ditinggalkan warga dan hanya dipakai sekali-sekali saja.
Untuk sarana penerangan, seluruh warga di Desa Polling Anak-anak telah
menggunakan pasokan listrik dari PLN. Sehingga untuk masalah listrik ataupun
penerangan tidak terjadi di desa ini.Hanya saja, terkadang listrik masih sering
mati, tetapi hanya sebentar saja.
2.5 Tata Ruang Pertanian dan Hutan Desa Polling Anak-anak
Kecamatan Silima Pungga-pungga terdiri dari 11 desa swasembada dan 5
desa swakarya. Desa Polling Anak-anak merupakan salah satu dari 11 desa
swasembada yang 95,58% penduduk menggantungkan hidupnya pada pertanian.
Luas wilayah Desa Polling Anak-anak adalah 220 Ha dengan pembagian lahan
sebagai berikut; perladangan = 80,00Ha(36,36%), perkebunan/ campuran =
93,44Ha(42,47%), perumahan/ pemukiman = 10,50Ha(4,77%), hutan rakyat =
30Ha(13,63%), sawah = 1 Ha(0,45%), perkantoran/ sarana sosial =
4,52Ha(2,77%).
Desa Polling Anak-anak menghasilkan banyak jenis hasil pertanian.
Adapun hasil pertanian yang terdapat dari Desa Polling Anak-anak yaitu; kopi,
coklat, durian, salak, padi, manggis, jagung, jengkol, tuak25
2.5.2 HutanDesa
, cabai dan tanaman
palawija lainnya. Untuk hasil pertanian yang cukup dominan saat ini di Desa
Polling Anak-anak adalah; kopi robusta, coklat,durian dan salak.
Kondisi tanah yang tidak cocok untuk tanaman pertanian seperti padi
sawah membuat warga tidak banyak menanam padi sawah. Padi sawah hanya
ditanam pada lahan yang dekat dengan sumber air karena kurangnya air di daerah
ini. Dengan memanfaatkan air dari pancuran yang juga digunakan oleh warga
untuk mandi, air buangan dari pancuran itu mengalir ke sawah warga.
Desa Polling Anak-anak memiliki luas lahan yang cukup luas untuk hutan.Ada ±
13,63% dari luas wilayah desa atau ±30Ha merupakan hutan, dan seluruhnya dikelola
25
oleh rakyat. Letak hutan di desa ini berada di kawasan perbukitan desa yang berada di
dekat perladangan masyarakat.
Jenis-jenis tanaman yang ada di hutan cukup bervariasi antara lain; pinus, kulit
manis, bambu, jati, aren (dalam bahasa setempat disebut “bargot”), durian dan tumbuhan
keras lainnya. Hutan ini menjadi milik warga karena untuk tumbuhan yang ada di hutan
ini sudah banyak yang ditanami oleh warga, walaupun ada juga tanaman yang memang
tumbuh sendiri.
Untuk hasil hutan, sebagian warga ada yang memanfaatkan hutan dengan baik
seperti halnya pak Panjaitan, dia menanam kulit manis ± 1Ha, yang sekali panennya dia
bisa mendaatkan hasil hingga Rp.15.000.000 . Tetapi ada pula warga yang memiliki lahan
di hutan tidak memanfaatkan lahan tersebut, karena warga tersebut berharap mugkin di
waktu yang akan datang akan ada yang mau membeli lahan miliknya tersebut.
2.6 Kelembagaan Desa Polling Anak-anak
Lembaga di Desa Polling Anak-anak dibagi atas dua yaitu lembaga formal
dan lembaga non formal. Lembaga formal meliputi; lembaga pemerintahan desa,
BPD(Badan Perwakilan Desa), LPM ( Lembaga Pertahanan Masyarakat), PKK,
Koperasi, NICE(Lembaga Gizi) dll. Sedangkan untuk Lembaga non-formal Gambar 2.5: Foto bentuk hutan yang ada di
meliputi; Punguan marga, STM, Arisan dll. Hubungan antara lembaga-lembaga
yang ada di Desa Polling Anak-anak dapat dilihat pada diagram venn dibawah ini:
Gambar 2.6: Diagram Venn ( Hubungan Kelembagaan yang ada di Desa Polling Anak-anak
Sumber: Hasil FGD Agustus 2011
Dari gambar diatas terlihat jelas hubungan antara tiap-tiap lebaga yang ada
di Desa Polling Anak-anak.Dimana pemerintahan desa menjadi pusat hubungan
antara lembaga-lembaga yang ada di desa, baik lembaga formal maupun lembaga
non-formal.
2.7 Kegiatan Sosial dan Agama Masyarakat Desa Polling Anak-anak
2.7.1 Kegiatan Sosial
Kegiatan sosial masyarakat Desa Poling Anak-anak sudah cukup banyak,
misalnya kegiatan siskamling masih sering dijalankan. Kegiatan PKK juga
berperan aktif misalnya mengundang dari dinas kesehatan untuk memberi Pemerintahan Desa Polling Anak-anak
penyuluhan tetang kesehatan kepada para ibu-ibu PKK. Selain itu, PKK juga
bekerja sama dengan NICE26
Di Desa Polling Anak-anak juga terdapat STM(Serikat Tolong Menolong)
yang cukup kuat sehingga setiap ada kegiatan pesta, baik ada warga yang menikah
ataupun ada warga yang meninggal maka warga akan saling membantu dalam
kegiatan tersebut. Bantuan biasanya dalam bentuk materi dan tenaga yaitu ada
iuran rutin tiap bulan dari warga dan warga akan membantu dalam
mempersiapkan pesta atau dalam bahasa setempat disebut “marhobas
untuk mengontrol gizi masyarakat desa. Adapun
kegiatan ibu-ibu PKK dengan NICE adalah setiap 1 minggu sekali memasak
makanan yang cukup bergizi kemudian diberikan kepada masyarakat desa.
27
Selain STM, ada juga punguan-punguan marga yang menjadi aktivitas
kegiatan sosial masyarakat Desa Polling Anak-anak. Punguan marga ini biasanya
dibentuk menjadi sebuah arisan - arisan dari ikatan marga. Arisan ini juga cukup
membantu bagi masyarakat, karena anggota dari arisan-arisan akan memberi ”. STM
yang ada di dusun Huta Ginjang ada 3 dan di dusun Polling ada 5.
Ada juga karang taruna yang cukup aktif, karang taruna ini diikuti oleh
pemuda-pemuda desa Polling Anak-anak. Kegiatan karang taruna misalnya adalah
mengkoordinir perlombaan-perlombaan seperti pada perayaan 17 Agustus,
maupun juga membantu saat ada warga yang kemalangan. Karang taruna di desa
ini cukup aktif dalam kegiatan-kegiatan adat di desa ini juga.
26
. NICE merupakan suatu lembaga bantuan dari dinas kesehatan untuk masalah Gizi Masyarakat. 27
bantuan kepada setiap anggota yang akan mengadakan pesta. Bantuan biasanya
dalam bentuk uang, beras dan bantuan tenaga.
2.7.2 Kegiatan Agama
Aktivitas keagamaan di Desa Polling Anak-anak cukup banyak, karena
masyarakat Desa Polling anak beribadah tidak hanya di Desa Polling
Anak-anak saja.Tetapi banyak yang pergi ke Kelurahan Parongil untuk beribadah.
Adapun kegiatan keagamaan disamping kegiatan ibadah mingguan, masyarakat
juga mengadakan “Partamiangan” atau dalam Bahasa Indonesia disebut
persekutuan doa, yang dilakukan setiap hari kamis pukul 20.00 WIB.
Di wilayah desa Polling Anak-anak hanya ada 2 gereja, yaitu gereja
Siloam dan GPdI (Gereja Pantekosta di Indonesia). Sementara untuk warga
muslim, mesjid ada di luar wilayah desa Polling Anak-anak yaitu di Kelurahan
Parongil. Selain kegiatan keagamaan yang dilakukan gereja, sering juga dilakukan
perlombaan untuk warga jemaatnya untuk menyambut perayaan-perayaan
tertentu, seperti pesta Jubileum 150 tahun HKBP (Huria Kristen Batak Protestan).
Selain dari partangiangan ada juga kumpulan ibu-ibu untuk paduan suara
gereja atau dalam bahasa setempat disebut “Punguan Ina Parari Jumat” yang
kegiatannya dilakukan setiap hari jumat di gereja HKBP Parongil. Ada juga
kumpulan muda-mudi gereja yang disebut “Naposo Bulung HKBP Parongil” yang
berkumpul setiap hari sabtu jam 20.00 di gereja HKBP Parongil.
Sumber daya alam yang ada pada Desa Pollng Anak-anak umumnya dari
hasil pertanian dan peternakan. Adapun yang menjadi sumber daya alam Desa
Polling Anak-anak adalah sebagai berikut:
a. Hasil Pertanian
Hasil pertanian di Desa Polling Anak-anak adalah ; kopi, jagung, coklat,
salak, durian, padi, kacang tanah, kemiri, cabai, jengkol, manggis dan tanaman
palawija. Dari hasil pertanian tersebut, masyarakat desa juga mengklasifikasikan
musim-musim panen untuk hasil pertanian tersebut yang dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
b. Hasil Peternakan
Selain bertani, warga Desa Polling Anak-anak ± 80%
berternak.Peternakan warga umumnya berada di halaman belakang rumah
masing-masing dan ada juga yang memiliki kandang ternak di ladang
mereka.Umumnya masyarakat Desa Polling Anak-anak beternak babi dan
ayam.Masyarakat memilih memelihara babi dan ayam karena perawatannya
mudah dan hasilnya juga menguntungkan.Apalagi di Desa Polling Anak-anak
Gambar 2.7: Foto kalender musim yang ada di Desa Polling Anak-anak
mayoritas beragama Kristen, sehingga tidak ada kendala dalam pemeliharaan
ternak tersebut.
c. Sungai
Terdapat dua sungai yang melintasi Desa Polling Anak-anak yaitu; Sungai
Lae Simbelin dan Sungai Panoco. Pemanfaatan sungai oleh masyarat antara lain
untuk mencuci, mandi dan pengairan ke sawah. Masyarakat pergi mandi dan
mencuci ke sungai apabila air leding tidak hidup.Karena di desa sering air leding
tidak berjalan.
BAB III
Gambar 2.8 : Foto Potensi Desa Polling Anak-anak, dilihat dari segi pertanian, peternakan maupun dari
mata pencaharian.