• Tidak ada hasil yang ditemukan

Health Community MAKALAH KASUS 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Health Community MAKALAH KASUS 1"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Health Community

MAKALAH KASUS 1

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah CNP IV Dosen Pendamping Tutor

Bapak Iqbal Pramukti, S.Kep.Ners. MSc.

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEPERAWATAN

JATINANGOR 2015

Ira Tuti 220110120005

Nurmawanty 220110120045

Qanita Syakiratin (Chair) Umi Annisa Furi (Scriber 1)

220110120052 220110120068

Sundari Rakhman 220110120071

Dwi Ratna Sari 220110120079

Hana Nur Anifah (Scriber 2) 220110120080

Siwi Kurnia Putri 220110120090

Annisa Rizqona Hanifah 220110120103

Redi Saputra AK 220110120136

Lovi Meilina 220110120141

Zakiah Puteri Rachamwati 220110120145

(2)

Bismillahirahmanannirrahim, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, kemudahan, dan segala karuniaNya sehingga kami tutor 7 dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik, demi memenuhi tugas mata kuliah CNP IV tanpa suatu halangan yang berarti.

Terselesainya penulisan makalah ini adalah berkat dukungan dari semua pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Ibu Desy Indra Yani, MNS selaku dosen koordinator dan juga

pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis

2. Bapak Iqbal Pramukti, S.Kep.Ners. MSc. Dosen pendamping tutor 3. Mahasiswa-mahasiswi jurusan Ilmu Keperawatan 2012 terutama tutor

7 dan seluruh pihak yang telah bekerja sama dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa tulisan dalam proses penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari segala kekurangan maupun kelebihannya. Oleh karena itulah, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

Jatinangor, 07 November 2015

(3)

Kata Pengantar... i

Daftar Isi... ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 3

1.2 Tujuan ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Konsep dan pencapaian MDGs di Indonesia dan di Luar Negeri.... 5

2.2Konsep Sustainable Developmental Goals... 11

2.3Konsep Healthy People... 13

2.4Konsep Indonesia Sehat... 15

2.5Konsep Kesehatan Komunitas (Community Health)... 17

2.6Konsep Komunitas Sehat (Healthy Community)... 19

2.7Masalah Kesehatan di Indonesia... 21

2.8Profil Kesehatan Indonesia... 24

BAB 3 ANALISA KASUS 3.1 Hambatan MDGs dan Analisa SDGs ……… 26

3.2 Analisa masalah kesehatan di Indonesia dan progam Indonesia Sehat 29 3.3Peran perawat dalam pencapaian MDGs tahun 2015... 30

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………..………... 33

5.2 Saran………... 33

Daftar Pustaka... 34

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Millennium Development Goals adalah hasil kesepakatan negara-negara PBB yang dijalankan sejak tahun 2000 hingga 2015. Tujuannya adalah untuk mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan manusia. Untuk mencapai hal tersebut, kesehatan manusia merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh. Sebelum tahun 1990 terdapat lebih dari 1 Milyar orang yang mengalami kelaparan. Pada tahun 1990 juga, di Asia diperkirakan kejadian stunting/anak pendek sebanyak 192 juta (United Nation, 2015). Selain itu juga banyak terjadi kematian ibu hamil di Asia dan Afrika. Masalah lain sepeti HV/AIDS, Malaria juga menjadi perhatian. Diperkirakan terdapat 35 juta orang dengan HIV pada tahun 2013 dan 9 juta kasus TB baru. Masalah-masalah tersebut terjadi diberbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Indonesiapun turut menerapkan MDGs dalam program-program kesehatan yang dicanangkannya.

(5)

Dengan tingginya kasus penyakit infeksi dan penyakit kronis serta adanya bencana asap yang kini melanda di Indonesia, perlu adanya pengkajian mengenai program kesehatan yang ada di indonesia. Pengkajian mengenai program seperti apakah yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat di Indonesia dan mengapa program yang diterapkan sebelumnya belum dapat berhasil. Oleh karena itu, kami kelompok tujuh akan mengemukakan analisa kami mengenai program kesehatan masyarakat menuju masyarakat sehat di Indonesia

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah;

1. Mengetahui konsep MDGs, SDGs, Healthy People dan Indonesia Sehat 2. Mengetahui konsep kesehatan komunitas dan komunitas sehat

(6)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep dan pencapaian MDGs di Indonesia dan di Luar Negeri

Millennium Development Goals (MDGs) adalah sebuah komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan. Keikutsertaan Indonesia dalam menyepakati Deklarasi Milenium bersama dengan 189 negara lain pada tahun 2000 bukan semata-mata untuk memenuhi tujuan dan sasaran Millenium Development Goals (MDGs), namun keikutsertaan itu ditetapkan dengan pertimbangan bahwa tujuan dan sasaran MDGs sejalan dengan tujuan dan sasaran pembangunan Indonesia.

Delapan tujuan MDGs yang harus di laksanakan oleh setiap negara yang mendeklarasikannya yaitu;

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

Upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia menunjukkan kemajuan yang berarti dan ini sudah sesuai dengan target MDGs yang ditunjukkan dengan menurunnya proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional dari 15,10 persen (tahun 1990) menjadi 12,49 persen (2011) dan Indeks Kedalaman Kemiskinan dari 2,70 menjadi 2,08 pada periode yang sama. Di samping itu, terjadi penurunan proporsi penduduk yang menderita kelaparan dari tahun 1989 ke tahun 2010 yang ditunjukkan dengan prevalensi balita dengan berat badan rendah dari 31,00 persen menjadi 17,91 persen, serta proporsi penduduk dengan asupan kalori kurang dari 1400 Kkal/kapita/hari dari 17,00 persen (tahun 1990) menjadi 14,65 persen (tahun 2011).

2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua

Upaya pencapaian pendidikan dasar untuk semua telah sejalan dengan sasaran MDGs, hal ini ditunjukkan dengan sudah diterapkannya pendidikan dasar 9 tahun di Indonesia.

(7)

Upaya untuk mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sebagian besar telah mencapai sasaran MDGs tahun 2015. Diliha dari rasio APM perempuan/laki-laki di tingkat SD, di tingkat pendidikan tinggi dan adanya peningkatan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian pada tahun 2011.

4. Menurunkan angka kematian anak

Upaya untuk menurunkan angka kematian anak sudah sejalan dengan sasaran MDGs. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan angka kematian balita dari 97 (tahun 1991) menjadi 44 per seribu kelahiran hidup (tahun 2007); penurunan angka kematian bayi dari 68 menjadi 34 per seribu kelahiran; dan neonatal dari 32 menjadi 19 per seribu kelahiran. Sedangkan proporsi anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak meningkat dari 44,50 persen (tahun 1991) menjadi 87,30 persen

(tahun 2011).

5. Meningkatkan kesehatan ibu

Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih telah berhasil ditingkatkan dari 40,70 persen (tahun 1992) menjadi 81,25 persen (tahun 2011), namun di sisi lain angka kematian ibu baru dapat ditekan dari 390 (tahun 1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2007). Sementara itu angka pemakaian kontrasepsi bagi perempuan menikah usia 15-49 tahun dengan cara modern meningkat dari 47,10 persen (tahun 1991) menjadi 60,42 persen (tahun 2011).

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya

(8)

mencapai target MDGs 2015 pada tahun 2011 yaitu dari 343 (1990) menjadi 189 kasus per 100.000 penduduk/tahun.

7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup

Sebagian besar sasaran untuk memastikan kelestarian lingkungan hidup masih memerlukan upaya keras untuk mencapainya. Rasio luas kawasan tertutup pepohonan terhadap luas daratan menurun dari 59,97 persen pada tahun 1990 menjadi 52,52 persen pada 2010, sedangkan jumlah emisi CO2 meningkat dari 1.377.983 Gg CO2e (2000) menjadi 1.791.372 GgCO2e (2005). Lebih lanjut, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak meningkat dari 37,73 persen (1993) menjadi 42,76 persen (2011), sedangkan untuk fasilitasi sanitasi dasar layak dari 24,81 persen (1993) menjadi 55,60 persen (2011).

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut dalam mendeglarasikan tujuan MDGs memiliki kewajiban untuk melaksanakan upaya untuk mencapai target MDGs dan memonitor perkembangan kemajuan pencapaian.

Sistem keuangan dan perdagangan Indonesia kini semakin terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi dan tidak diskriminatif. Hal ini diukur dari indikator keterbukaan ekonomi yang ditunjukkan dengan peningkatan rasio ekspor dan impor terhadap PDB dari 41,60 persen tahun 1990 menjadi 45,00 persen tahun 2011. Sedangkan rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB menurun dari 24,59 persen pada tahun 1996 menjadi 8,28 persen pada tahun 2011. Proporsi penduduk yang memiliki telepon seluler meningkat dari 14,79 persen pada tahun 2004 menjadi 103,90 persen pada tahun 2010. Namun pada tahun 2011 proporsi rumah tangga dengan akses internet baru mencapai 26,21 persen dan proporsi rumah tangga yang memiliki computer pribadi baru mencapai 12,30 persen pada tahun 2011.

(9)

2015. Ketiga, tujuan yang masih memerlukan upaya keras untuk mencapainya.

a. Tujuan-tujuan MDGs yang telah tercapai adalah:

1. MDG 1, yaitu proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP) per kapita perhari.

2. MDG 3, yaitu rasio APM perempuan terhadap laki-laki SMA/MA/Paket C dan rasio angka melekhuruf perempuan terhadap laki-laki umur 15-24 tahun.

3. MDG 6, yaitu pengendalian penyebaran dan penurunan jumlah kasus baru tuberkulosis (TB). Pencapaian ini diindikasikan oleh angka kejadian dan tingkat kematian, serta proporsituberkulosis yang ditemukan, diobati dan disembuhkan dalam program DOTS.

b. Tujuan-tujuan MDGs yang telah menunjukkan kemajuan signifikan dan diharapkan dapat tercapaipada tahun 2015 (on-track) adalah:

1. MDG 1, yaitu terdapat kemajuan yang sangat besar dari indeks kedalaman kemiskinan, proporsitenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja,dan prevalensi balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi

2. MDG 2, yaitu APM SD, proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasar, sertaangka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun, perempuan dan laki-laki yang semuanya sudahmendekati 100 persen.

3. MDG 3, yaitu rasio APM perempuan/laki-laki di tingkat SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B, danpendidikan tinggi yang hampir mendekati 100 persen serta kontribusi perempuan dalampekerjaan upahan di sektor nonpertanian, dan proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPR yang meningkat.

4. MDG 4, yaitu penurunan yang sudah mendekati dua pertiga angka kematian neonatal, bayi, danbalita serta proporsi anak usia 1 tahun yang mendapat imunisasi campak yang meningkat pesat.

(10)

angka kelahiran remaja perempuan umur 15-19tahun, peningkatan cakupan pelayanan antenatal baik 1 maupun 4 kali kunjungan, danpenurunan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need). 6. MDG 6, yaitu mengendalikan penyebaran dan penurunan jumlah

kasus baru HIV dan AIDS berupapeningkatan proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatanAntiretroviral (ARV). Selain itu, pengendalian penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasusbaru malaria yang diindikasikan oleh peningkatan proporsi anak balita yang tidur dengan kelambuberinsektisida belum memadai dalam rangka menurunkan jumlah kasus baru malaria.

7. MDG 7, yaitu berupa penurunan konsumsi bahan perusak ozon, proporsi tangkapan ikan yangtidak melebihi batas biologis yang aman, serta rasio luas kawasan lindung untuk menjagakelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan dan rasio rasio kawasanlindung perairan terhadap total luas perairan teritorial yang keduanya meningkat.

8. MDG 8, yaitu berupa keberhasilan pengembangan sistem keuangan dan perdagangan yangterbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi dan tidak diskriminatif yang diindikasikan oleh rasioekspor dan impor terhadap PDB, rasio pinjaman terhadap simpanan di bank umum, dan rasiopinjaman terhadap simpanan di BPR yang semuanya meningkat pesat. Selain itu jugakeberhasilan dalam menangani utang untuk dapat mengelola utang dalam jangka panjang yangdiindikasikan oleh rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB dan rasio pembayaran pokok utangdan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan hasil ekspor yang menurun tajam.Keberhasilan selanjutnya adalah dalam hal pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi,yang diindikasikan oleh peningkatan proporsi penduduk yang memiliki jaringan telepon tetap dantelepon seluler.

(11)

1. MDG 1, yaitu berupa penurunan hingga setengahnya persentase penduduk yang hidup di bawahgaris kemiskinan nasional.

2. MDG 5, yaitu berupa penurunan hingga tiga perempatnya angka kematian ibu per 100.000kelahiran hidup.

3. MDG 6, yaitu mengendalikan penyebaran dan penurunan jumlah kasus baru HIV dan AIDS berupapenurunan prevalensi HIV dan AIDS, penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi,dan peningkatan proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensiftentang HIV dan AIDS, baik laki-laki maupun perempuan menikah dan belum menikah.

4. MDG 7, yaitu berupa rasio luas kawasan tertutup pepohonan, jumlah emisi CO2, konsumsi energy primer per kapita, elastisitas energi, serta proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutanterhadap sumber air minum layak dan fasilitasi sanitasi dasar layak di perkotaan dan perdesaan.

5. MDG 8, yaitu berupa peningkatan proporsi rumah tangga dengan akses internet dan kepemilikan komputer pribadi yang belum memadai. Prestasi pembangunan kesejahteraan yang dicapai oleh Indonesia telah berhasil memperolehberbagai penghargaan global. Indonesia telah masuk pada forum G-20, yaitu kelompok 20 negara yang menguasai 85 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) dunia, peran serta Indonesia dalam penetapan kebijakan global menjadi sangat penting (Bappenas, 2011)

2.2 Konsep Sustainable Developmental Goals

(12)

Proposal SDGs yang telah diusulkan mengandung 17 tujuan dengan 169 target yang melingkupi hal-hal terkait isu pembangunan berkelanjutan atau sustainable development. Isu-isu ini berupa penghapusan kemiskinan dan kelaparan, peningkatan kesehatan dan pendidikan, pemberdayaan kota yang berkelanjutan, perang melawan perubahan iklim, dan perlindungan laut dan kemaritiman.

SDGs lahir karena adanya berbagai permasalahan dalam MDGs. Semenjak pertama dicanangkan, pencapaian atas sejumlah target secara global MDGs dirasa masih sangat lamban bahkan di beberapa kawasan tertentu seperti Sub Sahara Afrika dikhawatirkan beberapa target tidak akan pernah tercapai. Banyak pihak menilai bahwa KTT Rio+22 dapat dijadikan momentum politis untuk menyepakati perlunya SDGs ditetapkan sebagai agenda global paska MDGs. Lebih dari itu diusulkan pula agar SDGs sebaiknya mencakup seluruh negara bukan hanya untuk negara berkembang saja sebagaimana MDGs.

Tujuan dari SDGs tersebut antara lain : 1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan

2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi, dan mempromosikan agrikultur berkelanjutan

3. Memastikan kehidupan yang sehat dan sejahtera untuk semua

4. Memastikan pendidikan yang inklusif, adil, dan berkualitas, serta kesempatan belajar seumur hidup untuk semua

5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua wanita dan perempuan

6. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan

7. Memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, terpercaya, berkelanjutan, dan modern

8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil, inklusif, dan berkelanjutan, serta memastikan tersedianya lapangan kerja yang layak dan produktif 9. Membangun infrastruktur yang kuat, mendorong industrialisasi yang

(13)

10. Mengurangi ketimpangan di dalam dan antar negara

11. Membangun kota dan pemukiman yang inklusif, aman, dan berkelanjutan 12. Memastikan pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan

13. Segera bertindak dalam menangani dampak perubahan iklim (berdasarkan persetujuan yang dibuat di forum UNFCCC, United Nation Framework Convention on Climate Change)

14. Melestarikan dan menggunakan sumber daya laut secara bertanggung jawab

15. Mendorong pemanfaatan ekosistem terrestrial secara bertanggung jawab, mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan desertifikasi, dan mencegah terjadinya degradasi dan menurunnya biodiversitas

16. Mendorong kehidupan yang damai dan inklusif untuk masyarakat, memberikan akses terhadap keadilan untuk semua, dan membangun lembaga efektif, akuntabel, dan inklusif di setiap tingkat pemerintahan 17. Memperkuat sarana pelaksanaan, dan merevitalisasi kemitraan global

2.3 Konsep Healthy People

Healthy people adalah seperangkat tujuan dan ojektif denga target 10 tahunan yang didesain sebagai pedoman promosi kesehatan dan pencegahan penyakit untuk meningkatkan derajat kesehatan semua orang di United States. Healthy people dirilis oleh Departemen Kesehatan Amerika serikat (U.S. Department of Health and Human). Healthy people digunakan sebagai alat manajemen strategi oleh pemerintah federal, pemerintah pusat, komunitas, dan seluruh sektor masyarakat. Objektif dari healthy people digunakan untuk megukur perkembangan isu kesehatan pada populasi yang spesifik.

Beberapa hal yang baru dari healthy people 2020:

 Menekankan gagasan keadilan sosial pada sektor kesehatan dan meningkatkan kesehatan pada seluruh tahap kehidupan.

 Mengganti publikasi secara tertulis dengan website interaktif

(14)

Visi healthy people 2020: masyarakat dengan kehidupan yang panjang dan sehat. Misi healthy people 2020:

 Mengidentifikasi prioritas pembangunan kesehatan nasional

 Meningkatkan kesadaran publik dan pemahaman terhadap determinan kesehatan, penyakit, kecacatan dan kemungkinan untuk berkembang.

 Menyediakan tujuan dan target yang dapat diukur dan diaplikasikan di skala nasional dan local

 Melibatkan semua sektor untuk mengambil tindakan untuk memperkuat kebijakan dan meningkatkan praktek yang didorong oleh bukti dan pengetahuan terbaik yang tersedia.

 Mengidentifikasi penelitian, evaluasim dan kebutuhan pengumpulan data.

 Masyarakat dengan penyedia perawatan atau pelayanan kesehatan primer

Pelayanan

pencegahan klinis

 Orang dewasa yang menenrima screening kanker kolorektal berdasarkan pedoman terbaru

 Orang dewasa dengan hipertensi dengan tekanan darah yang tidka terkontrol

 Orang dewasa dengan diabetes dengan nilai A1c lebih besar dari 9%

 Anak-anak usia 19-35 bulan yang menerima imunisasi DTaP, polio, MMR, Hib, hepatitis B, varicella dan PCV

Kualitas lingkunagn  Indeks kualitas udara 100

(15)

 Orangd ewasa dengan onesitas

 Anak-anak dan remaja dengan obesitas

 Total intake sayuran untuk orang usia lebih dari dua tahun

 Aktifitas seksual perempuan usia 15-44 tahun dengan penerimaan pelayanan kesehatan resproduksi pada 12 bulan terakhir

 Orang dengan HIV yang mengetahui serostatusnya

Determinan sosial  Mahasiswa yang lulus dengan diploma regular selama 4 tahun setelah memulai kels 9 Penyalahgunaan

obat-obatan

 Remaja dengan konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang dalam 30 hari terakhir

 Dewasa dengan meminum alkohol dalam 30 hari terakhir

Rokok  Dewasa dengan merokok

 Remaja dengan merokok dalam 30 hari terakhir

2.4 Konsep Indonesia Sehat

Program Indonesia Sehat bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Program Indonesia Sehat terdiri atas; 1. Paradigma Sehat

Sasaran program paradigma sehat ini yaitu;

a. Penentu kebijakan pada lintas sektor, untuk memperhatikan dampak kesehatan dari kebijakan yang diambil baik di hulu maupun di hilir b. Tenaga kesehatan, yang mengupayakan agar orang sehat tetap sehat

atau tidak menjadi sakit, orang sakit menjadi sehat dan orang sakit tidak menjadi lebih sakit;

(16)

d. Masyarakat, yang merasa kesehatan adalah harta berharga yang harus dijaga.

2. Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer;

Kementerian Kesehatan akan melakukan penguatan pelayanan kesehatan untuk tahun 2015-2019. Penguatan dilakukan meliputi

a. Kesiapan 6.000 Puskesmas di 6 regional b. Terbentuknya 14 RS Rujukan Nasional; c. serta Terbentuknya 184 RS Rujukan regional.

Khusus untuk daerah terpencil dan sangat terpencil, di bangun RS kelas D Pratama dengan kapasitas 50 Tempat Tidur untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan rujukan. Pada regional Papua akan didirikan 13 Rumah Sakit Pratama. Sementara pada Regional Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi akan didirikan 55 Rumah Sakit Pratama.

Menkes menjelaskan, Kementerian Kesehatan telah melakukan implmentasi e-catalogue pada pengadaan obat dan alat kesehatan di lingkup Satuan Kerja Pemerintah. Hal ini telah dimulai sejak tahun 2013 untuk obat, dan awal tahun 2014 untuk alkes. Ini merupakan wujud nyata tindak lanjut arahan Presiden RI agar pengadaan barang/jasa di lingkup Pemerintah dilakukan secara elektronik.

3. Jaminan Kesehatan Nasional. Ketiganya akan dilakukan dengan menerapkan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko (health risk).

Untuk menunjang JKN ini dibuatlah Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk menjamin dan memastikan masyarakat kurang mampu untuk mendapat manfaat pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, memperluas cakupan PBI termasuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Bayi Baru Lahir dari peserta Penerima PBI; serta memberikan tambahan Manfaat berupa layanan preventif, promotif dan deteksi dini dilaksanakan lebih intensif dan terintegrasi.

(17)

yang akan ditempatkan di daerah untuk menyeimbangkan pelayanan promotif-preventif dan kuratif-rehabilitatif, memperbanyak Puskesmas Bergerak untuk pelayanan kesehatan di daerah terpencil, prioritas pembangunan Puskesmas di 50 wilayah, membuat surat edaran kepada kepala daerah untuk mendukung peraturan pemerintah terkait Standar Pelayanan Mutu (SPM) bidang kesehatan, dan Integrasi data administrasi kependudukan.

2.5 Konsep Kesehatan Komunitas (Community Health) 1. Pengertian

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatundkk, 2006 dalam Harnilawati, 2013). Misalnyadi dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).

Komunitas adalah sekumpulan orang yang berada di suatu area yang spesifik dengan berbagai ikatan dan saling berinteraksi satu sama lainnya. Komunitas ini memiliki banayak makna dapat dimaknai sebagai sebuah kelompok dari suatu masyarakat atau sebagai kelompok orang yang hidup hidup pada suatu area yang khusus yang memiliki karakteristik budaya yang sama. Apapun definisinya komunitas harus memiliki sifat interaksi. Interaksi lebih ditekankan kepada interaksi informal tetapi memiliki orientasi yang jelas. Ciri utama sebuah komunitas adalah dengan adanya keharmonisan serta sikap saling berbagi nilai dan kehidupannya. 2. Komponen

(18)

2. Tempat

3. Interkasi social 4. Identifikasi psikologi 3. Fungsi

Fungsi komunitas terdiri dari 5 bagian yaitu : 1. Fungsi ekonomi,

2. Fungsi sosialisasi,

3. Fungsi pelayanan kesehatan yang baik, 4. Fungsi control social dan

5. Fungsi interpartisipasi social serta dukungan mutualistis. 4. Bentuk dan karakteristik

Menurut Etienne Wenger (2002:24) komunitas mempunyai berbagai bentuk dan karakteristik diantaranya :

1. Besar atau kecil dimana keanggotaannya terdiri dari beberapa anggota saja dan ada yang mencapai 1000 orang. Besar atau kecilnya anggota pada suatu komunitas tidak menjadi masalah, meskipun demikian komunitas yang memiliki banyak anggota biasanya dibagi menjadi sub divisi berdasarkan wilayah sub tertentu.

2. Terpusat atau tersebar

Awalnya sebuah komunitas terbentuk dari sekelompok orang yang tinggal dan bekerja pada suatu tempat yang sama dan saling berinterkasi dengan anggotanya sampai komunitas ini bias tersebar di berbagai wilayah.

3. Berumur panjang atau berumur pendek

Suatu komunitas biasanya memerlukan waktu yang lama untuk mengembangkannya, keadaan suatu komunitas beragam tergantung pada komunitas itu dan para anggotanya.

4. Internal atau eksternal

Sebuah komunitas dapat bertahan sepenuhnya dalam unit bisnis atau bekerjasama dengan organisasi yang berbeda.

(19)

Sebagaian besar dari komunitas dari latar belakang yang sama dan ada juga dari latar belakang yang berbeda. Pada umumnya komunitas dengan latarbelakang yang sama mempunyai komunikasi yang lebih baik dari pada dengan latarbelakang yang berbeda tetapi mereka semua mempunyai suatu tujuan atau keinginan yang hendak dicapainya. 6. Spontan atau disengaja

Beberapa komunitas berdiri tanpa adanya intervensi atau usaha pengembangan dari suatu organisasi. Anggota secara spontan bergabung karena kebutuhan berbagai informasi dan memiliki minat yang sama.

7. Tidak dikenal atau dibawahi sebuah institusi

Sebuah komunitas memiliki berbagai macam hubungan dengan organisai baik itu komunitas yang tidak dikenali maupun komunitas yang berdiri disebuah institusi.

Suatu komunitas pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal (wilayah) tertentu. Komunitas yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen, biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya. Secara garis besar, komunitas berfungsi sebagai ukuran untuk menggaris bawahi hubungan antara hubungan-hubungan social dengan suatu wilayah geografis tertentu

5. Tipe – tipe komunitas

Tipe komunitas ini berdasarkan sesuai dengan kebutuhan para anggotanya, tetapi secara garis besar dapat dibagi menjadi :

1. Local society (strukturdankultur) 2. Local ecolgy (polaadaptasiekologi)

3. Collective action (aksibersamakelembagaan)

2.6 Konsep Komunitas Sehat (Healthy Community)

(20)

yang sama, misalnya insiden mortalitas atau tuberkolosis bayi yang tinggi, infeksi HIV, atau penyakit menular lain. Keperawatan komunitas berfokus pada promosi dan pemeliharaan kelompok populasi.

Menurut kamus,community adalah masyarakat yaitu sekumpulan orang yang hidup bersama disuatu tempat dangan ikatan-ikatan aturan tertentu (Poerwadarminta, 1991). Menurut Effendy N. (1997), unit-unit masyarakat adalah komuniti, keluarga, kelompok yang mempunyai tujuan dan nilai yang sama. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990), komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh rasa identitas suatu komunitas.

Dalam kozier dkk (1997) dikatakan bahwa komunitas adalah sekumpulan orang, tempat mereka dapat berbagi atribut dalam kehidupannya. Dapat disebabkan karena mereka tinggal dalam satu lokasi, mempunyai tempat ibadah yang sama, atau adanya kesamaan minat seperti pekerjaan. Komunitas juga dapat diartikan sebagai sistem sosial yang setiap anggotanya baik formal maupun informal saling berinteraksi dan bekerja sama untuk suatu keuntungan bagi seluruh anggotanya. Juga dikatakan bahwa ada lima fungsi komunitas, yaitu: produksi, distribusi, konsumsi dan pelayanan yang baik,sosialisasi, kontrol sosial, interpartisipasi sosial serta dukungan mutualistis.

Dalam kesehatan komunitas, komunitas dapat mempunyai pandangan yang sama terhadap masalah kesehatan yang ada di lingkungannya, contohnya adalah tingginya insiden kematian bayi atau penyakit menular yang meresahkan seperti tuberkulosis atau infeksi HIV. Stanhope dan Lancaster (1996), mendefinisikan perawatan dan praktik kesehatan umum yang diaplikasikan untuk promosi dan melindungi kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan bersifat umum dan komprehensif dengan menitik beratkan pada pertanggung jawaban kepada masyarakat secara keseluruhan.

Sepuluh Karakteristik Komunitas Sehat

(21)

2. Menggunakan sumber daya alam sambil melakukan langkah untuk menghematnya demi generaasi mendatang.

3. Secara terbuka mengenali adanya sub kelompok dan menerima partisipasinya dalam kegiatan komunitas.

4. Siap menghadapi kritis.

5. Merupakan kominitas penyelesai masalah, dapat mengidentifikasi, menganalisis, atau mengatur untuk memenuhi kebutuhannya.

6. Mempunyai saluran komunikasi yang terbuka yang memungkinkan aliran komunikasi diantara semua sub kelompok warga komunitas di semua arah. 7. Selalu berusaha untuk membuat sumber daya sistem selalu tersedia bagi

semua anggota komunitas.

8. Memiliki cara yang sah dsan efektif untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi didalam komunitas.

9. Mendorong partisipasi maksimal dari warga komunitas dalam pengambilan keputusan.

10.Meningkatkan derajat kesejahteraan diantara anggota komunitas.

2.7 Masalah Kesehatan di Indonesia 2.7.1 Penyakit Kronis

Penyakit tidak menular (PTM) yang merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan. Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menjadi pembunuh terbanyak adalah penyakit tidak menular. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan dan bersamaan penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia menjadi meningkat . berikut penyakit tidak menular yang menjadi masalah di Indonesia adalah (Riset Kesehatan Dasar tahun,2013):

a. Jantung Koroner

(22)

Penyehatan Lingkungan (P2PL) dari tahun 2009-2010 penyakit jantung merupakan kasus terbesae yang menjalani rawat inap.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2

Penyakit gangguan metabolisme karena terganggunya produksi Insulin dan tingginya kandungan gula darah. Diabetes dapat menyebabkan kematian dengan berbagai komplikasi yang dibutuhkan. c. Hipertensi

Penyakit ini disebabkan oleh konsumsi makanan berlemak/berkolesterol tinggi berlebihan serta kurangnya aktivitas fisik/olahraga. Hipertensi membahayakan karena menyebabkan stroke, gagal jantung, serangan jantung.

d. Stroke

Di Indonesia diperkirakan ada 300.000 kasus Stroke setiap tahunnya. Sayangnya, pasien sering datang ke rumah sakit sudah dengan tingkat keparahan tinggi sehingga terlambat ditangani. Menurut Riskesdas 2007 dan 2013 dalam Priofil Prevalensi stroke pada umur lebih dari 15 tahun.

e. Kanker

Beberapa dekade yang lalu, jumlah penderita kanker tidaklah sebanyak pada dekade ini. Penyakit ini semakin menggejala karena faktor meningkatnya konsumsi makanan cepat saji, polusi udara, tingkat stres tinggi.

f. Penyakit Paru Kronis

Tingginya angka penderita penyakit ini terjadi karena kondisi lingkungan yang buruk terutama di kawasan industri/perkotaan padat penduduk serta kebiasaan merokok masyarakat Indonesia.

g. Hepatitis

(23)

2.7.2 Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian di Negara berkembang. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Namun, perkembangan penyakit infeksi di Indonesia ini kurang mendapat perhatian jika dibandingkan dengan perkembangan penyakit kronis. Berikut ini beberapa penyaki tinfeksi yang sering terjadi di Indonesia :

a. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir dan yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Meningkatnya angka demam berdarah di berbagai kota di Indonesia disebabkan oleh sulitnya pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Indonesia merupakan salah satu Negara endemic Demam Dengue yang setiap tahun selalu terjadi KLB di berbagai kota dan setiap 5 tahun sekali terjadi KLB besar (e.g. Nainggolan, 2007); Depkes, 2007)

b. TBC, hamper sebanyak 250 orang meninggal akibat tuberkulosis (TB) setiap harinya, dengan lebih dari setengah juta kasus baru diperkirakan terjadi setiap tahun (WHO GTB 2009). Prevalensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk) adalah 289 lebih tinggi dari rata-rata regional (278) Rata-rata Dan dunia (178) (WHO, 2012).

c. Infeksi saluran nafas atas (ISPA), selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita serta masih menjadi masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di Indonesia. Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2012 di Indonesia telah mencapai 25% dengan rentang kejadian yaitu sekitar 17,5 % - 41,4 % dengan 16 provinsi diantaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit.

(24)

0.21-0.6/1000 penduduk dan cenderung meningkat. Malaria masih menjadi penyakit vector-borne besar di sebagian besar Indonesia.

e. Diare, merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang sebagian besar penduduk Indonesia. Diare pada anak menjadi penyebab kematian ketiga di Indonesia

f. Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Indonesia dan menjadi penyebab kematian infeksi gastrointestinal kedua setelah gastroenteritis. Insidensi penyakit ini sulit ditentukan karena banyak penderita rawat jalan dan insidensi di Indonesia diperkirakan 300-810 per 100.000 penduduk yang berarti jumlah kasus pertahun sebanyak 600.000 – 1.500.000 kasus dengan kematian diperkirakan sebanyak 50.000/tahun.

g. HIV/AIDS, merupakan masalah penting di Indonesia karena hamper setiap tahun jumlah kasus baru terjadi peningkatan. Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan tahun 2004 diketahui bahwa tercatat 2746 kasus HIV dan 1413 kasus AIDS, 493 diantaranya meninggal. Distribusi penderita HIV/AIDS hamper diseluruh provinsi di Indonesia kecuali Sulawesi Tenggara

h. Infeksi Saluran Pernafasan/Pneumonia

Iklim tropis dengan kelembaban tinggi diduga menjadi penyebab banyaknya penyakit ini di Indonesia yang banyak menyerang anak dan balita di daerah dataran tinggi/pegunungan.

2.8 Profil Kesehatan Indonesia

(25)

gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sedangkan untuk mengukur dimensi kehidupan yang layak, digunakan indikator kemampuan daya beli ( purchasing power parity) masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita. Berdasarkan skala internasional, capaian/nilai IPM dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu kategori tinggi (IPM ≥80), kategori menengah atas (65≤IPM<80), kategori menen gah bawah (50≤IPM<66) dan kategori rendah (IPM<50).

Pembangunan manusia Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selama periode 2009-2013, nilai IPM Indonesia telah meningkat 2,05 poin, yaitu dari 71,76 menjadi 73,81. Peningkatan ini masih menempatkan Indonesia pada level pembangunan manusia menengah atas. Peningkatan nilai dari indikator pembentuk IPM akan meningkatkan nilai IPM, peningkatan terbesar terjadi pada indikator angka melek huruf dan indicator kemampuan daya beli (rata-rata pengeluaran riil per kapita).

(26)
(27)

BAB III

ANALISA KASUS

Kasus 1 :

Profil kesehatan di Indonesia belum mencapai target yang diharapkan karena belum semua indikator kesehatan terpenuhi. Sebelumnya pemerintah menggalakkan program indonesia sehat 2010, tetapi hal itu tidak berhasil dan belum ada kelanjutannya. Pemerintah masih menggunakan indikator kesehatan MDGs untuk pencapaian kesehatan. MDGs akan di evaluasi tahun ini dan dilanjutkan dengan SDGs sampai tahun 2030. Setiap negara memiliki indikator kesehatan untuk mengukur derajat kesehatan masyarakatnya seperti Amerika dengan masyarakat sehat (healthy people) 2020. Profil kesehatan indonesia cukup unik karena tingginya kasus penyakit infeksi yang menjadi kekhasan negara miskin dan berkembang dan juga kasus penyakit kronik yang signifikan yang menjadi kekhasan negara maju. Ditambah lagi indonesia dilanda bencana asap dalam tiga bulan terakhir ini. Walau bencana ini bukan bencana nasional, bencana ini mempengaruhi banyak wilayah di indonesia dan bahkan negara-negara tetangga. Bencana ini memiliki berbagai dampak termasuk dampak kesehatan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa sediktinya ada lima orang meninggal. Indeks standar pencemaran udara pada beberapa kota di Sumatera dan Kalimantan dalam kategori berbahaya. Keadaan-keadaan ini akan menyulitkan kita untuk mencapai komunitas sehat dan Indonesia sehat.

3.1 Hambatan MDGs dan Analisa SDGs

Profil kesehatan di Indonesia belum mencapai target yang diharapkan karena belum semua indikator kesehatan terpenuhi (apa aja kenapa). Indikator yang belum terpenuhi ini yaitu penurunan angka kematian ibu dan pemberantasan HIV Aids, malaria dan penyakit lainnya.

(28)

dengan cara modern meningkat dari 47,10 persen (tahun 1991) menjadi 60,42 persen (tahun 2011). Akan tetapi, angka kematian ibu baru dapat ditekan dari 390 (tahun 1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2007). Hal ini menandakan belum dapat terpenuhinya indikator sehat MDGs point lima sebab penurunan yang terjadi kurang dari tiga per empatnya.

Hasil diskusi kami bahwa penurunan yang kurang signifikan ini terjadi akibar belum meyeluruhnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan meski sudah terjadi peningkatan. Selain itu, belum ada hasil evaluasi mengenai kemampuan tenaga kesehatan dalam membantu persalinan apakah sudah sesuai prosedur, apakah jarak dengan rumah sakit dapat terjangkau jika terjadi gangguan kelahiran dan apakah masyarakat sudah mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan optimal dengan memanfaatkan posyandu atau bidan setempat.

Selain itu juga Indonesia belum berhasil memerangi HIV Aids, Malaria dan penyakit lainnya. Angka kejadian HIV Aids bukannya menurun melainkan meningkat akan tetapi Malaria dan TBC menurun. Prevalensi HIV dan AIDS masih cukup tinggi yaitu 0,30 persen pada tahun 2011, selain itu akses terhadap ARV sudah mencapai 84,10 persen dari penduduk terinfeksi HIV dan AIDs lanjut. Angka kejadian malaria menurun pesat dari 4,68 (tahun 1990) menjadi 1,75 per 1.000 penduduk (tahun 2011). Sementara itu, angka kejadian Tuberkulosis sudah berhasil mencapai target MDGs 2015 pada tahun 2011 yaitu dari 343 (1990) menjadi 189 kasus per 100.000 penduduk/tahun.

Hal ini dapat terjadi akibat kurang efektifnya program pencegahan penularan HIV. Pemerintah sudah dapat meningkatkan akses penderita HIV menuju tenga kesehatan dan pengobatan. Akan tetapi program pencegahan kurang efektif sebab seks bebas, penggunaan narkoba dan penularan lainnya masih banyak terjadi bahkan meningkat. Perlu adanya optimalisasi peran pemerintah, tenaga kesehatan, pendidik, tokoh agama dan masyarakat untuk mencegah HIV ini bersama-sama.

Hambatan MDGs ini secara keseluruhan dapat terjadi akibat

(29)

kebijakan serta program yang dibuat dapat menunjang tujuan-tujuan MDGs. Masyarakat juga perlu menjadi sasaran sosialisasi MDGs agar masyarakat turut mendukung program-program yang ada

2. Kurangnya penguatan surveilans serta pegendalian risiko

3. Kurangnya pelayanan kesehatan dan tatalaksana kasus juga perlu dilakukan

Dengan berakhirnya MDGs pada tahun 2015 dibuatlah kesepakatan SDGs 2030 yang berupa kelanjutan dalam pembangunan untuk kesejahteraan manusia. SDGs ini terdiri dari 17 point. Prinsip SDGs sendiri yaitu

1. Tidak melemahkan MDGs

2. Mempertimbangkan kapasitas dan prioritas masing-masing negara 3. Fokus pencapaian ke tiga dimensi pembangunan,

4. Serta koheren dan terintegrasi dengan pembangunan 2014

Hal ini merupakan pembaharuan dari MDGs dengan melihat evaluasi MGDs. Bahwa peran tiap negara sangatlah penting dalam pelaksanaan SDGs sendiri. Selain itu terjadi perluasan bidang pembangunan, sebagai evaluasi dari MDGs bahwa pembangunan untuk kesejahteraan manusia perlu lebih komprehensif dan melewati barier-barier sistem agar dapat menghasilkan hasil yang optimal.

Bulir-bulir yang ditambahkan dari MDGs menjadi SDGs yaitu 1. Memastikan terjangkaunya askes terhadap energi

2. Membangun Membangun infrastruktur yang kuat, mendorong industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong timbulnya inovasi

3. Mengurangi ketimpangan antar negara

4. Membangun kota dan pemukiman yang inklusif, aman, dan berkelanjutan 5. Memastikan pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan

6. Melestarikan dan menggunakan sumber daya laut secara bertanggung jawab 7. Mendorong kehidupan yang damai dan inklusif untuk masyarakat,

memberikan akses terhadap keadilan untuk semua, dan membangun lembaga efektif, akuntabel, dan inklusif di setiap tingkat pemerintahan

(30)

Penambahan bulir ini memperlihatkan bahwa negara-negara di dunia telah menyadari bahwa dalam membangun kesejahteraan manusia perlu keterlibatan berbagai bidang yang saling berkesinambungan. Selain itu juga perlu adanya pendalaman bulir-bulir seperti dalam masalah lingkungan yang semakin lama semakin mengahawatirkan. Hanya saja menurut International Science Council, indikator-indikator dari SDGs ini tidak seluruhnya dapat diukur secara jelas. Terdapat beberapa bulir yang isinya lebih fokus terhadap program-program pencegahan seperti masalah polusi air atau polusi di laut yang sulit untuk diukur, akan tetapi bisa dilakukan banyak program untuk mencegah dan menanggulanginya.

Di indonesia sendiri, penerapan SDGs dalam berbagai program kerja perlu segera dilaksanakan dan disosialisasikan. Hal ini dikarenakan banyak pihak yang terlibat baik dari pemerintah pusat, daerah, pemimpin instansi, tenaga kesehatan serta masyarakat yang haruslah terpapar SDGs sehingga bisa medukung terlaksananya tujuan-tujuan pembangunan.

3.2 Analisa masalah kesehatan di Indonesia dan progam Indonesia Sehat Program Indonesia Sehat 2010 belum berhasil dan digantikan oleh program indonesia sehat 2020. Pada program ini pemerintah menyadari bahwa untuk mencapai masyarakat sehat diperlukan peran dari semua pihak dapat dilihat dari sasaran paradigma sehat. Akan tetapi belum ada evaluasi dari hal ini. Selain itu penguatan fasilitas pelayanan kesehatan primer juga dilakukan oleh pemerintah baik penambahan puskesmas, rumah sakit rujukan nasional dan rujukan regional. Hal ini sangat baik, hanya saja yang perlu ditekankan dan di evaluasi adalah kualitas peayanan dari pelayanan kesehatan primer ini dan pemerataan tenaga kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini sebab belum ada evaluasi yang jelas dari kualitas pelayanan kesehatan primer ini apakah dalam pelaksanaannya sudah sesuai prosedur atau belum.

(31)

sistem baru yaitu sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang diterapkan pada tahun 2014. Sistem baru ini memperjelas alur pelayanan kesehatan dan membuat pemerintah fokus pada pelayanan kesehatan primer. Selain itu juga terdapat pemerataan pelayanan dengan adanya penerima bantuian iuran. Hal ini dapat meningkatkan askes keterjangkauan masyarakat terhadap fasilitas kesehatan. Tantang terbesar adalah bagaimana kita bisa meningkatkan pelayanan kesehatan primer ini agar fungsi preventif dan promotifnya dapat optimal sehingga mengurangi angka kesakitan. Selain itu juga tantangan lainnya adalah bagaimana cara agar menyatukan seluruh elemen untuk dapat menyadari dan mendukung SDGs dan JKN ini agar terlaksana dengan baik sebab program yang dilaksanakan sudah dirancang dengan sebaik-baiknya. Pelaksanaannya lah yang perlu diperhatikan serta perancangan evaluasi yang jelas sehingga hasil yang didapatkan dapat mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Adapun perwujudan dari beberapa strategi dalam rangka mencapai setiap tujuan, dibuat langkah operasional dalam bentuk program. Hal tersebut mencakup program generik, program teknis bencana nasional, program pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Negara, dan program penanggulangan bencana nasional

Akan tetapi, dampak yang ditimbulkan akibat asap ini tidak hanya menjadi tanggung jawab BNPB. Pemerintah perlu turun tangan dalam menangani penyebab asap, sedangkan pelayanan kesehatan primer juga turur menbantu mengatasi dampak-dampak dari asap sendiri sehingga tidak jatuh korban dan kesakitan berupa ISPA dapat ditangani dan dicegah. Sebab masyarakat yang sehat juga merupakan salah satu tujuan dari peayanan kesehatan primer.

3.3Peran perawat dalam pencapaian MDGs tahun 2015.

(32)

Peran berikutnya adalah Advokat Klien yaitu memberikan penguatan pada kemampuan klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien sehingga mampu berperan mempertahankan dan melindungi hak-haknya yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

Perawat juga berperan sebagai Edukator yang memberikan penguatan pada klien untuk meningkatkan pengetahuan kesehatannya, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan hingga terjadi perubahan perilakunya. Peran perawat selanjutnya adalah Koordinator yang diterapkan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

Peran perawat sebagai Kolaborator dijalankan karena perawat bekerja dalam tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya. Berikutnya peran perawat sebagai Konsultan dengan memberikan layanan konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan pada klien. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

(33)

melaksanakan atau memberikan asuhan keperawatan di komunitas atau masyarakat pertama, berbasis institusi pendidikan ketika sedang menempuh program diploma, pada saat menempuh program sarjana (tahap akademik dan profesi), pada tahap menempuh pascasarjana baik aplikasi maupun spesialis, dan ketika berada di tatanan tempat kerja yaitu didinkes dan puskesmas

(34)

BAB V PENUTUP

1.1 Simpulan

Profil kesehatan di Indonesia belum mencapai target yang diharapkan. Terdapat beberapa indikator kesehatan MDGs yang belum tercapai. Hambatan MDGs ini secara keseluruhan dapat terjadi akibat kurangnya sosialisasi dan pemahaman akan MDGs, kurangnya penguatan surveilans serta pegendalian risiko peyakit, dan kurangnya pelayanan kesehatan dan tatalaksana kasus. Dengan berakhirnya MDGs pada tahun 2015 dibuatlah kesepakatan SDGs 2030 yang berupa kelanjutan dalam pembangunan untuk kesejahteraan manusia

Tingginya kasus infeksi dan kasus kronis ini menandakan kurang optimalnya program pencegahan yang ada dan kurang berhasilnya program Indonesia Sehat 2010. Program Indonesia Sehat 2020 perlu dilaksanakan dengan mengoptimalkan peran seluruh pemegang kebijakan, tenaga kesehatan dan masyarakat. Selain itu, dibutuhkan penerapan SDGs dalam berbagai program kerja sehingga dapat mendukung terlaksananya tujuan-tujuan pembangunan.

1.2 Saran

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. 2008. Sistem Kesehatan. Jakarta; PT Rajagrafindo Persada Ayuningtyas, D. 2014. Kebijakan Kesehatan:Prinsip dan Praktek, Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

BPPK Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS Depkes RI. 2015. Pengendalian Penyakit Infeksi di Indonesia untuk Hadapi Zona

Bebas Asia Tenggara. Melalui:(diakses 3 Nov 2015)

Depkes RI. 2011.Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyebab Kematian Terbanyak di Indonesia. Di akses dalam www.depkes.go.id pada tanggal 5 November 2015.

Dinkes kab lamongan 2014. 10 penyakit penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Melalui : http://lamongankab.go.id/instansi/dinkes/10-penyakit-penyebab-kematian-ter banyak-diindonesia/ ( diakses 3 November 2015) Effendy Nasrul, Drs. 1995. Perawatan Kesehatan Keluarga. Jakarta : EGC

Efendi,F dan Makhfludi.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas.Jakarta : Salemba Medika

Harnilawati. 2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Takalar Sulawesi Selatan :Pustaka As Salam

Kemenkes RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi :Demam Berdarah Dengue. Kementerian Kesehatan RI :Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI. 2013. Data dan Informasi Kesehatan: Penyakit Tidak Menular.

Kementrian Kesehatan RI: Jakarta

Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di Indonesia 2011.2012. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

McKenzie,dkk.2007.Kesehatan Masyarakat.Jakarta : EGC

(36)

Nainggolan, 2007. DemamBerdarah Dengue.Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam.Jilid III. Edisi IV. Jakarta :Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Undang-undangKesehatan RI No. 23 Tahun 1992, Depkes RI, Jakarta

Wenger, Etienne. 2002. Cultivating Communities of Practice Quick Start-up Guide. <URL : http://www.scribd.com/doc/293863/startup-guide-PDF> .Diakses4 November 2015

http://www.bappenas.go.id/files/1913/5229/9628/laporan-pencapaian-tujuan-

pembangunan-milenium-di-indonesia-2011__20130517105523__3790__0.pdf (diunduh pada 1 November 2015 jam 21.01 WIB)

Referensi

Dokumen terkait

Orang yang cerdas intelektual biasanya mempunyai daya ingat yang baik. Daya ingat atau kemampuan mengingat itu sangat penting, baik untuk kepentingan belajar, pengembangan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurikulum yang menghendaki pelaksanaan evaluasi hasil belajar secara komprehensif, baik pada ranah kognitif, afektif maupun

· TAPM yang betjudul Pengaruh Kompensasi dan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Indragiri Hilir adalah basil karya saya sendiri, dan

Hasil pengolahan data melalui SPSS.22, terkait Persamaan regresi berganda dan estimasinya, dapat diketahui persamaan regresi berganda dalam penelitian ini adalah:

Tahapan  rehabilitasi  dan rekonstruksi  harus dilaksanakan  secara lebih terarah  dan  terencana  dalam  upaya  normalisasi  prasarana  dan  fasilitas  sosial/ 

perawat dapat berkoordinasi dengan dokter yang merawat dan unit pelayanan terkait untuk pemberian jus tomat pada pasien diabetes, sehingga akan menurunkan risiko

Gambar 4 menunjukkan sebaran jumlah ulat api Blok Afdeling-D memiliki kebergantungan kuat antara observasi hari ini (t) dengan sebelumnya (t-1), dengan interval nilai ρ antara

1) Laporan tahunan Direksi Perseroan dan Laporan pengawasan Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019, serta