• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Media terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Negeri Munding Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 20

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Media terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Negeri Munding Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 20"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Langkah awal dari pelaksanaan penelitian di SD Negeri Munding dan SD Negeri Bergas Lor 01 dengan melakukan permohonan izin di sekolah. Setelah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah, kemudian menemui guru kelas V SD Negeri Munding dan guru kelas V SD Negeri Bergas Lor 01 sebagai pelaksana penerapan perlakuan (treatment) pada subjek penelitian. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan datang ke sekolah mengenai penelitian yang akan diterapkan dalam pembelajaran yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

berbantuan media terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V pada kelas kontrol.

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan melakukan observasi kepada siswa dan guru kelas V SD Negeri Munding serta siswa dan guru kelas V SD Negeri Bergas Lor 01. Setelah menemukan permasalahan pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPA antara lain, selama proses pembelajaran berlangsung, guru menjadi pusat pembelajaran. Artinya hanya guru yang berperan dalam proses pembelajaran tersebut. Guru menyampaikan materi dengan ceramah, guru kurang memperhatikan siswanya

dalam memahami materi yang disampaikan saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa hanya dituntut untuk mendengarkan dan menghafalkan isi bacaan tanpa

mampu membandingkannya dengan pengetahuan awal maupun pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh para siswa. Proses pembelajaran seperti ini dapat menyebabkan siswa kurang berminat untuk mempelajari materi yang disajikan. Pemilihan model dan media pembelajaran yang kurang variatif juga memicu antusias belajar siswa menjadi rendah.

(2)

dalam hal ini, peneliti mencoba untuk mengeksperimenkan model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match di SD terutama pada mata pelajaran IPA menjadi sangat tepat dikarenakan model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match, (Lie, 2007: 56) diantaranya: (1) Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana belajar aktif dan menyenangkan, (2) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, (3) Efektif sebagai sarana melatih

keberanian siswa untuk tampil presentasi, (4) Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match bisa digunakan dalam semua mata pelajaran, (5) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move), (6) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis, dan (7) Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyusun proposal penelitian, membuat instrumen penelitian, menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta melakukan uji coba terhadap instrumen soal penelitian yang akan digunakan.

Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengambilan data awal yaitu dengan memberikan pretest dengan materi tentang “Bahan dan Penyusunnya” untuk mengetahui hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam keadaan setara (homogen). Jika kedua kelas tersebut terbukti homogen, maka tahapan selanjutnya adalah memberi perlakuan (treatment) kepada kedua kelas tersebut. Dalam penelitian ini diberikan model pembelajaran yang berbeda terhadap kedua kelas tersebut, yaitu memberikan perlakuan (treatment) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media untuk siswa kelas V SD Negeri 1 Munding dan memberikan pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas

(3)

Pelaksanaan penelitian di SD Negeri Munding sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri Bergas Lor 01 sebagai kelas kontrol, dilakukan tiga kali pertemuan. Pemberian perlakuan (treatment) pada subjek penelitian dilakukan oleh guru kelas V dan mengikuti jadwal yang telah direncanakan. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian terhadap kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini:

Tabel 18

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Terhadap Kelas Eksperimen Tahun Pelajaran 2014/2015

Pertemuan Hari dan Tanggal Uraian Kegiatan

1 Sabtu, 18 Maret 2015 Memberikan pretest pada subjek penelitian yaitu kelas V SD Negeri Munding untuk menguji kesetaraan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

2 Jumat, 27 Maret 2015 Memberikan perlakuan (treatment) kepada kelas eksperimen dengan menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

berbantuan media dengan materi KD 1 tentang Gaya.

3 Sabtu, 28 Maret 2015 Memberikan perlakuan (treatment) kepada kelas eksperimen dengan menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

berbantuan media dengan materi KD 2 tentang Pesawat Sederhana dan memberikan

posttest untuk menguji pemahaman siswa terkait materi yang telah diajarkan.

(4)

Tabel 19

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Terhadap Kelas Kontrol Tahun Pelajaran 2014/2015

Pertemuan Hari dan Tanggal Uraian Kegiatan

1 Sabtu, 18 Maret 2015 Memberikan pretest pada subjek penelitian yaitu kelas V SD Negeri Bergas Lor 01 untuk menguji kesetaraan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

2 Senin, 30 Maret 2015 Memberikan perlakuan (treatment) kepada kelas kontrol dengan menggunaan pembelajaran konvensional dengan materi KD 1 tentang Gaya.

3 Selasa, 31 Maret 2015 Memberikan perlakuan (treatment) kepada kelas kontrol dengan menggunaan pembelajaran konvensional dengan materi KD 2 tentang Pesawat Sederhana dan memberikan posttest untuk menguji pemahaman siswa terkait materi yang telah diajarkan

Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui bahwa langkah awal sebelum dilakukan penelitian terhadap kelas eksperimen yaitu dengan memberikan pretest pada tanggal 18 Maret 2015, pemberian perlakuan (treatment) dengan materi KD 1 tentang Gaya pada tanggal 30 Maret 2015 serta pemberian perlakuan (treatment) dengan materi KD 2 tentang Pesawat Sederhana dan pemberian posttest terkait materi Gaya dan Penggunaannya pada Pesawat Sederhana pada tanggal 31 Maret 2015.

Sebelum dilaksanakannya penelitian, terlebih dahulu peneliti memberikan soal validitas guna untuk mengukur instrument yang akan digunakan valid atau tidak. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.

(5)

panduan dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran yang disesuaikan dengan langkah-langkah model pembelajaran baik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media maupun pembelajaran konvensional. Observasi ini digunakan untuk melihat pengaruh dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media terhadap hasil belajar siswa. Observasi ini meliputi observasi aktifitas guru dan observasi aktifitas siswa.

Pemberian nilai pada setiap aktifitas siswa dinamakan sebagai penilaian proses belajar oleh peneliti, sedangkan penilaian hasil belajar diperoleh dari nilai tes

formatif. Untuk mengetahui adanya pengaruh pembelajaran dapat diketahui dengan melihat nilai proses dan nilai hasil yang dinamakan oleh peneliti dengan hasil belajar (hasil posttest).

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini terdiri dari deskripsi data dan analisis data. Deskripsi data meliputi data hasil belajar IPA dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sedangkan analisis data meliputi uji prasyarat yaitu uji homogenitas dan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji t-test.

4.2.1Hasil Observasi

4.2.1.1Hasil Observasi Implementasi RPP Untuk Aktifitas Guru

Hasil observasi implementasi RPP IPA materi Gaya dan Penggunaannya pada Pesawat Sederhana untuk aktifitas guru dibedakan menjadi dua yaitu hasil observasi implementasi RPP untuk aktifitas guru pada kelas eksperimen dan hasil observasi implementasi RPP untuk aktifitas guru pada kelas kontrol.

a. Hasil observasi implementasi RPP untuk aktifitas guru pada kelas eksperimen Observasi aktifitas guru digunakan untuk melihat implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media yang telah diterapkan

(6)

Sederhana menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

berbantuan media sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Make a Match. Hal ini dapat dilihat dari 22 aspek yang terdiri dari langkah-langkah pembelajaran Make a Match, yaitu 1) Pembagian kartu berupa pertanyaan dan jawaban, 2) Pembagian kelompok, 3) Siswa mendiskusikan kartu yang sudah didapat bersama kelompoknya, 4) Siswa mencari pasangan kartu berdasarkan kartu yang didapat, 5) Siswa presentasi dan menempel kartu, 6) Pembahasan dan 7) Kesimpulan telah dilaksanakan oleh guru. Tetapi ada 1 aspek yang tidak dilaksanakan oleh guru, yaitu pada aspek “Guru memberikan umpan balik dan penguatan”.

b. Hasil observasi implementasi RPP untuk aktifitas guru pada kelas kontrol

Observasi aktifitas guru digunakan untuk melihat implementasi pembelajaran konvensional yang telah diterapkan. Hal ini dapat dilihat di lampiran.

Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa guru telah melakukan penerapan pembelajaran IPA materi Gaya dan Penggunaannya pada Pesawat Sederhana dengan mengunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari 23 aspek yang dinilai dalam kegiatan awal hingga akhir pembelajaran telah dilaksanakn oleh guru. Tetapi ada 2 aspek yang tidak dilaksanakan oleh guru, yaitu pada aspek “Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif mengikuti pembelajaran” dan aspek “Guru memberikan umpan balik dan penguatan”.

4.2.1.2Hasil Observasi Implementasi RPP untuk Aktifitas Siswa

(7)

didapat bersama kelompoknya, 4) Siswa mencari pasangan kartu berdasarkan kartu yang didapat, 5) Siswa presentasi dan menempel kartu, 6) Pembahasan dan 7) Kesimpulan sudah diikuti oleh siswa.

Berdasarkan skor yang didapat yaitu dengan total skor 83, rata-rata 5,18 dan persentase 94%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua siswa yang terlibat dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match adalah sangat baik.

b. Hasil observasi implementasi RPP untuk aktifitas siswa pada kelas kontrol

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada saat melakukan penelitian di kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan konvensional, ada beberapa siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari 23 aspek yang dinilai yang terbagi dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir tidak diikuti semua siswa.

Berdasarkan skor yang didapat yaitu dengan total skor 72, rata-rata 4 dan persentase 78%. Hal ini menunjukkan hampir sebagian siswa terlibat dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match adalah sangat baik.

4.2.2 Deskripsi Data

Skor hasil belajar yang diperoleh dari hasil pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol masih berupa data mentah. Data menah yang diperoleh tersebut masih belum dapat ditarik kesimpulan yang berarti. Maka, untuk mendapatkan kesimpulan tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

berbantuan media dan pembelajaran konvensional maka data tersebut harus diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut..

Data skor hasil belajar IPA yang diperoleh dari kelas eksperimen yaitu 30 siswa

(8)

penyusunan data dalam bentuk tampilan yang mudah dibaca secara lengkap. Tabel destribusi frekuensi merupakan cara penyajian paling umum untuk deskripsi data, yang sering ditampilkan pula secara visual dalam bentuk diagram batang atau histogram. Sebelum dilakukan analisis deskriptif, terlebih dahulu dibuat tabel destribusi frekuensi skor hasil belajar IPA dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4.2.2.1 Data Hasil Belajar

Data hasil belajar diperoleh dari posttest pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol setelah diberikan perlakuan (treatment). Pada kelas eksperimen yaitu siswa kelas V SD Negeri Munding diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media. Sedangkan pada kelas kontrol yaitu siswa kelas V SD Negeri Bergas Lor 01 diterapkan pembelajaran konvensional. Skor yang diperoleh dari hasil posttest pada kelas ekperimen dan kelas kontrol adalah data mentah.

Berikut ini akan disajikan tabel destribusi frekuensi skor hasil belajar IPA kelas eksperimen. Untuk mempermudah membuat tabel destribusi frekuensi skor hasil belajar IPA, menurut Sugiyono (2011: 36) pertama menentukan banyaknya kelas (K), menghitung jangkauannya (Range), dan panjang interval kelasnya (I) dengan rumus seperti di bawah ini:

Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n

Jangkauan atau Range (R) = (Skor maksimal – Skor minimal) + 1

Panjang interval kelas =

Berikut ini akan disajikan destribusi frekuensi skor hasil belajar IPA pada kelas eksperimen seperti di bawah ini:

Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 30

= 1 + 3,3 . 1,47

= 1 + 4,851

(9)

Jangkauan atau Range (R) = (Skor maksimal – Skor minimal) + 1

= (95 – 60) + 1

= 35 + 1

= 36

Panjang interval kelas =

=

= 6 (dibuat menjadi 6)

Setelah diketahui banyaknya kelas (K), menentukan jangkauan atau range (R), dan panjang interval kelas (I), kemudian disusun tabel destribusi frekuensi skor hasil belajar IPA kelas Kelas eksperimen. Tabel destribusi frekuensi skor hasil belajar IPA kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini:

Tabel 20

Destribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Kelas Eksperimen

No Interval Frekuensi Persentase (100%)

1 90 - 95 10 33,3

2 84 - 89 5 16,7

3 78 - 83 5 16,7

4 72 - 77 4 13,3

5 66 - 71 3 10

6 60 - 65 3 10

Jumlah 30 100%

(10)

Untuk memperjelas gambaran data hasil belajar IPA kelas eksperimen, pada gambar 3 disajikan diagram destribusi frekuensi skor hasil belajar IPA dari hasil

posttest kelas eksperimen berikut ini:

Gambar 3

Diagram Destribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Kelas Eksperimen

Untuk selanjutnya akan disajikan destribusi frekuensi skor posttest hasil belajar

IPA kelas control seperti dibawah ini: Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 25

= 1 + 3,3 . 1,39

= 1 + 4,587

= 5,587 (dibulatkan menjadi 6 kelas) Jangkauan atau Range (R) = (Skor maksimal – Skor minimal) + 1

= (95 – 40) + 1

= 55 + 1

= 56

Panjang interval kelas =

=

= 9,33 (dibulatkan menjadi 10) 0

2 4 6 8 10 12

(11)

Setelah diketahui banyaknya kelas (K), menentukan jangkauan atau range (R), dan panjang interval kelas (I), kemudian disusun tabel destribusi frekuensi skor hasil belajar IPA kelas V SD Negeri Bergas Lor 01 seperti yang terlihat pada tabel 21 berikut ini:

Tabel 21

Destribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Kelas Kontrol

No Interval Frekuensi Persentase (100%)

1 86 - 95 4 16

2 76 - 85 4 16

3 66 - 75 9 36

4 56 - 65 6 24

5 46 - 55 1 4

6 36 - 45 1 4

Jumlah 25 100%

Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui bahwa skor hasil belajar IPA kelas eksperimen, dari seluruh siswa kelas V SD Negeri Munding siswa yang mendapat skor antara 86-95 terdiri dari 4 anak dengan persentase 16%, siswa yang mendapat skor antara 76-85 sebanyak 4 anak dengan persentase 16%, siswa yang mendapat skor antara 66-75 sebanyak 9 anak dengan persentase 36%, siswa yang mendapat skor antara 56-65 sebanyak 6 anak dengan persentase 24%, siswa yang mendapat

skor antara 46-55 sebanyak 1 anak dengan persentase 4%, dan siswa yang mendapat skor antara 36-45 sebanyak 1 anak dengan persentase 4%.

Untuk memperjelas gambaran data hasil belajar IPA kelas eksperimen, pada gambar 4 disajikan diagram destribusi frekuensi skor hasil belajar IPA dari hasil

(12)

Gambar 4

Diagram Destribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Kelas Kontrol

4.2.3 Analisis Data

4.2.3.1 Analisis Deskriptif

Setelah dilakukan destribusi frekuensi berupa tabel dan grafik, kemudian dilakukan analisis deskriptif. Data deskriptif statistik skor hasil belajar IPA dari kelas eksperimen yaitu siswa kelas V SD Negeri Munding dan kelas kontrol yaitu siswa kelas V SD Negeri Bergas Lor 01.

Data deskriptif disajikan pada tabel 22 yang memuat nilai maksimal, nilai minimal, nilai rata-rata dan standar deviasi skor hasil belajar IPA.

Tabel 22

Analisis Deskriptif Skor Hasil Belajar IPA Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kelas Kontrol 25 40.00 95.00 71.8000 13.06076

Kelas Eksperimen 30 60.00 95.00 81.1667 9.97266

Valid N (listwise) 25

Dari tabel 22 dapat dilihat bahwa hasil belajar IPA kelas kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 25 mempunyai nilai minimum 40,00 dan nilai maximum

95,00, serta rata-rata atau mean pada kelas kontrol yaitu 71,8 dan standar deviation

yaitu 13,06076. Sedangkan hasil belajar IPA kelas eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 30 mempunyai nilai minimum 60,00 dan nilai maximum 95,00, serta

0 2 4 6 8 10

(13)

rata-rata (mean) pada kelas eksperimen yaitu 81,1667 dan standar deviation yaitu 9,97266.

4.2.3.2 Uji Prasyarat

Sebelum dilakukan uji t-test (Independent Samples T-Test), dilakukan uji prasyarat atau yang sering disebut dengan uji asumsi terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi

normal atau tidak. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji Lilliefors dengan melihat nilai pada Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan bantuan SPSS for windows versi 22.0. Data dinyatakan berdestribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05 (Priyatno, 2010: 71). Berikut ini disajikan tabel 23 hasil uji normalitas

posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 23

Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Ekspeimen dan Kelas Kontrol

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

N 30 25

Normal Parametersa,b Mean 81.1667 71.8000

Std. Deviation 9.97266 13.06076

Most Extreme Differences Absolute .150 .125

Positive .088 .105

Negative -.150 -.125

Test Statistic .150 .125

Asymp. Sig. (2-tailed) .085c .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

(14)

dengan signifikansi > 0,05 (Priyatno, 2010: 20) yaitu kelas eksperimen sebesar 0,085 dan kelas kontrol sebesar 0,200. Jadi dari output tabel hasil uji normalitas dapat diambil kesimpulan bahwa data tersebut dinyatakan berdestribusi normal.

Grafik uji normalitas hasil belajar IPA (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada gambar 5 dan gambar 6 berikut ini.

Gambar 5

Grafik Uji Normalitas Skor Hasil Belajar IPA Kelas Eksperimen

Berdasarkan gambar 5 menunjukkan bahwa data berdestribusi normal terlihat dari kurva yang berbentuk lonceng simetris. Titik puncak kurva tepat pada rata-rata nilai kelas eksperimen yaitu sebesar 81,1667. Hal ini menunjukkan data hasil posttest

tersebar merata disekitar titik puncak dan berarti rentang antara nilai siswa dengan nilai rata-rata kelas tidak begitu jauh. Untuk uji normalitas hasil belajar IPA (posttest)

(15)

Gambar 6

Grafik Uji Normalitas Hasil Belajar IPA Kelas Kontrol

Berdasarkan gambar 6 menunjukkan bahwa data berdestribusi normal terlihat dari kurva yang berbentuk lonceng simetris. Titik puncak kurva tepat pada rata-rata nilai kelas kontrol yaitu sebesar 71,8. Hal ini menunjukkan data hasil posttest tersebar merata disekitar titik puncak dan berarti rentang antara nilai siswa dengan nilai rata-rata kelas tidak begitu jauh.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kelas kontrol dengan kelas eksperimen mempunyai varian yang sama atau tidak. Dalam uji homogenitas ini menggunakan bantuan SPSS for windows versi 22.0 yaitu dengan tabel F test

(Levenes Test).

Data dikatakan homogen jika diperoleh hasil signifikansi > 0,05 dan data dikatakan tidak homogen jika hasil signifikansi < 0,05 (Priyatno, 2010: 76). Output

dari uji homogenitas data hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Munding sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri Bergas Lor 01 sebagai kelas

(16)

Tabel 24

Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic

df1 df2 Sig.

,325 1 53 ,571

Berdasarkan tabel 24 dapat diketahui angka Levene Statistic menunjukkan 0,325, semakin kecil nilainya maka semakin besar homogenitasnya. Kemudian df1 = jumlah kelompok data – 1 atau 2 – 1 = 1, sedangkan df2 = jumlah data – jumlah kelompok data atau 65 – 2 = 53. Dari output tersebut dapat diketahui signifikansi sebesar 0,571 (0,571 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa kedua variansi adalah sama (varian kelas eksperimen dan kelas kontrol).

4.2.3.3 Uji t-test

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji t-test

(Independent Samples T-Test) dengan menggunakan bantuan SPSS for windows versi 22.0. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata skor

posttest hasil belajar IPA antara kedua kelas. Berikut ini disajikan tabel 25 rata-rata skor hasil belajar IPA kelas eksperimen dan kelas kontrol:

Tabel 25

Rata-rata Skor Hasil Belajar IPA Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Posttest Eksperimen 30 81.1667 9.97266 1.82075

Kontrol 25 71.8000 13.06076 2.61215

(17)

dari skor hasil belajar IPA kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada tabel 26 berikut ini:

Tabel 26

Hasil Uji T-Test Skor Hasil Belajar IPA Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Dalam menganalisis uji t-test menggunakan equal variance assumed

(diasumsikan varian sama). Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui nilai thitung sebesar

(18)

4.2.3.4 Hasil Uji Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis, jika nilai thitung < nilai ttabel dan signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, sedangkan jika nilai thitung > nilai ttabel dan signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 = tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SD Negeri

Munding Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015.

Ha = ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SD Negeri Munding Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015.

Berdasarkan hasil uji t-test (Independent Samples T-Test), nilai thitung > nilai ttabel yaitu 3,014 > 2,005746 dan hasil signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,004 < 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Itu menunjukkan bahwa perlakuan (treatment) yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media berpengaruh terhadap hasil belajar IPA.

Dengan demikian, rumusan hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SD Negeri Munding Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015 diterima.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan terlihat perbedaan rata-rata dari

(19)

belajar IPA kelas kontrol dengan jumlah siswa 25 mempunyai nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 95.

Pada tabel group statistic terlihat rata-rata (mean) untuk kelas eksperimen adalah 81,1667 untuk kelas kontrol adalah 71,8, artinya bahwa rata-rata skor hasil belajar IPA kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata skor hasil belajar kelas kontrol. Sedangkan perbedaan rata-rata (mean deference) sebesar 9,36667 (81,1667-71,8) dan perbedaan berkisar antara 3,13421 sampai 15,59912 terlihat pada lower dan

upper. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa thitung 3,014 dan signifikansi sebesar 0,004. Hal ini menunjukkan thitung > ttabel (3,014 > 2,005746) dan hasil signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,004 < 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SD Negeri Munding Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SD Negeri Munding dan SD Negeri Bergas Lor 01 tahun pelajaran 2014/2015. Terjadinya perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol ini dikarenakan adanya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media. Perpaduan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan media sangat tepat karena dapat memupuk kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas kelompok yang disajikan dengan menggunakan media (Lie, 2007: 56) dan (Sadiman, Raharja, Haryono dan Rahadjito, 1984: 17). Pembelajaran pada kelas eksperimen mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok. Di dalam kelompok tersebut siswa dapat menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang dibagikan oleh guru kepada

(20)

mendorong siswa untuk berani mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompoknya. Dari beberapa hal di atas menimbulkan dampak positif bagi siswa, hal ini dapat dilihat pada skor hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media.

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar IPA pada kelas eksperimen karena adanya kelebihan yang terdapat pada model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match, (Lie, 2007: 56) yaitu, (1) Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana belajar aktif dan menyenangkan, (2) Materi

pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, (3) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi, (4) Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match bisa digunakan dalam semua mata pelajaran, (5) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move), (6) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis, dan (7) Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media terbukti dalam penelitian ini, antara lain siswa dengan antusias dalam mencari pasangan soal dan jawaban, suasana belajar menjadi menyenangkan, siswa menjadi aktif dalam mengikuti pelajaran serta materi yang disampaikan menarik perhatian siswa. Sehingga pada waktu penelitian, peneliti melihat adanya suasana pembelajaran yang berbeda dibanding pembelajaran sebelum diberikan perlakuan (treatment) yaitu sebagian besar siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media.

Selain model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan media mempengaruhi hasil belajar IPA siswa, pemanfaatan media juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sadiman, Raharja, Haryono dan Rahadjito, 1984: 17), yang menyatakan bahwa ada beberapa manfaat media dalam

(21)

secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa, dan d) dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk semua siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nofiyanto (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Make a Match Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 5 SD Di Kecamatan Pagetan Kabupaten Banjarnegara Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013”, menyimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran Make a Match dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 SD Di Kecamatan Pagetan Kabupaten Banjarnegara Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013. Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa kelas 5 SD Negeri 2 Babadan dan SD Negeri 1 Babadan. Setelah diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan metode pembelajaran Make a Match dan metode konvensional diteemukan bahwa nilai t hitung 8,041 dengan signifikansi (0,000<0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan pwngaruh penggunaan metode pembelajaran Make a Match dengan metode konvensional terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 Babadan dan SD Negeri 1 Babadan.

Selain itu, penelitian ini juga relevan dengan penlitian yang dilakukan oleh Ika Hidayati (2013) yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Antara Penggunaan Make a Match Berbantuan Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 5 Gugus Wisanggeni Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”, menyimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh penggunaan Make a

Match berbantuan gambar dengan pembelajaran konvensional berbantuan gambar terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 Gugus Wisanggeni Kecamatan Susukan

Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarka tabel hasil analisis uji t Independent Samples Test diketahui bahwa nilai thitung adalah 2,478 pada

(22)

adalah 1,980. Mean dari kelompok eksperimen adalah 80,81 dengan standar deviasi

11,69. Sig.2-tailed sebesar 0,016. Untuk kelompok kontrol means adalah 72,92 dengan standar deviasi 14,01. Dengan taraf signifikansi sebesar 5% (0,05), apabila taraf signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan apabila taraf signifikansi > 0,05 maka Ha diterima. Karena terbukti sig.2-tailed sebesar 0,016 > 0,05 maka H0 dan Ha diterima. Jika mean kelompok eksperimen lebih tinggi maka perlakuan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar dibanding dengan kelompok kontrol. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara penggunaan Make

Gambar

Tabel 19
Tabel 20 Destribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Kelas Eksperimen
Gambar 3 Diagram Destribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Kelas Eksperimen
Tabel 21 Destribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Kelas Kontrol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, pajak adalah suatu pungutan yang merupakan hak progratif pemerintah, (b) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

Menurut Suparman (dalam Majid, 2013) dalam pembelajaran interaktif mempunyai karateristik dalam proses pembelajarannya yakni, (a) Adanya variasi dalam

Chapter Three : Sexual violence and the maternal image in American Horror Story: Murder.. House and Bates Motel

a) Akar Imajiner, dapat terjadi jika &#34; nilai diskriminannya kurang dari 0 (D &lt; 0), maka persamaan kuadrat, tidak mempunyai dua akar imajiner &#34;. b) Determinan, yang

Membuktikan bahwa adanya amilum pada daun sebagai hasil fotosintesis. - Menutup sebagian daun ubi kayu yang belum terkena sinar

melakukan penelitian yang membahas tentang “ Pengaruh Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, dan Harga terhadap Keputusan Pembelian sepatu Adidas di Surabaya”. 1.2

Untuk menganalisis pengaruh faktor produk, bagi hasil, promosi dan distribusi secara simultan terhadap persepsi masyarakat tentang perbankan syariah di Surabaya. 1.4

No Nama Penyedia Hasil Evaluasi Administrasi 1 KAP.. Kumalahadi,Kuncara,Sugen g Pamudji