• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI ANALIS PERKE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PERILAKU ORGANISASI ANALIS PERKE"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERILAKU ORGANISASI

ANALIS PERKEMBANGAN ORGANISASI MELALUI PENDEKATAN PERILAKU ORGANISASI

(Studi Kasus di Kantor Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah)

NAMA : TUTIK KHOIRIYAH NIM : 017951793

UPBJJ : PALANGKARAYA

UNIVERSITAS TERBUKA

(2)

ABSTRAK

Organisasi distrik sebagai organisasi lokal yang sangat dekat dengan komunitas, keberadaannya ditentukan oleh penerimaan. Tingkat komunitas penerimaan ditentukan oleh seberapa jauh tingkat layanan yang diberikan kepada masyarakat. Pemilihan Kantor Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur berdasarkan dengan asumsi bahwa organisasi berada dalam ruang lingkup atau area yang dimiliki karakteristik dan kebetulan penulis tinggal di lokasi tersebut. Berdasarkan uraian dan analisa diatas ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, perilaku sangat berpengaruh dan kepemimpinan pada iklim organisasi di Kantor Kecamatan Mentaya Hilir Selatan; Kedua, Itu kejelasan peran di Kantor menentukan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan oleh kepemimpinan. Dalam jangka panjang, itu akan mempengaruhi iklim organisasi, dan Ketiga, iklim organisasi yang memiliki korelasi sangat nyata dengan aspek peran dan

kepribadian setiap karyawan, baik karyawan pada level yang lebih rendah atau atas. Di sisi lain kepribadian juga memiliki korelasi dengan pembentukan mendukung iklim organisasi.

Kata Kunci: Perilaku Organisasi dan Pendekatan Analisi

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah mata kuliah Perilaku Organisasi ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran saya dalam penulisan ilmiah.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kotawaringin Timur, April 2018

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B Rumusan Masalah ... 9

BAB II PEMBAHASAN ... 10

A. Landasan Teori... 10

B Konsep Perilaku Organisasi... 12

BAB III KESIMPULAN ... 18

A. Kesimpulan... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Empat Dimensi Yang Berpengaruh Terhadap Proses Penyuluhan Administrasi

Gambar 2. Diagram Pendekatan Perilaku

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi kecamatan sebagai organisasi lokal yang sangat dekat dengan lingkungan masyarakat, keberadaaannya sangat ditentukan oleh penerimaan masyarakat. Tingkat penerimaan masyarakat tersebut sangatlah ditentukan oleh sejauhmana tingkat pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Pelayanan yang dimaksudkan di sini adalah sejauhmana organisasi kecamatan tersebut memberikan kemudahan di dalam mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP), perijinan-perijinan, surat keterangan dan lain sebagainya. Pemberian pelayanan kepada masyarakat tersebut sangatlah bergantung sejauhmana efektivitas dan efisiensi dari organisasi kecamatan tersebut. Sebuah organisasi kecamatan yang efektif dan efisiensi dapat memberikan kemudahan-kemudahan kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan. Organisasi kecamatan yang efektif dan efisien memiliki ciri-ciri antara lain memiliki transparansi dalam pelayanan, kecepatan dalam pelayanan, prosedur pelayanan yang sederhana, biaya pelayanan yang sangat murah, tidak terdapat diskriminasi dalam pelayanan serta yang paling penting adalah adanya kepercayaan dan citra yang baik dari kantor kecamatan tersebut yang diberikan oleh masyarakat.

(7)

administratif, organisasi kecamatan bertanggung jawab untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Dipilihnya Kecamatan Mentaya Hilir Selatan didasarkan kepada asumsi bahwa organisasi tersebut berada dalam lingkup atau wilayah yang mempunyai karakteristik yang membedakan dengan daerah yang lain selain itu karena penulis tinggal di kecamatan tersebut. Secara administratif organisatoris, Kecamatan Mentaya Hilir membawahi beberapa organisasi yang berada pada tingkat terendah yaitu organisasi kelurahan dan desa yaitu terdiri dari 1 kelurahan dan 9 desa. Kedudukan Kecamatan Mentaya Hilir Selatan beserta perangkat organisasinya sebagai pamong merupakan organisasi pemerintah yang sangat vital, dimana organisasi ini secara langsung akan bersentuhan dengan permasalahan sosial masyarakat seperti bidang pemerintahan, bidang pembangunan, bidang kemasyarakatan dan bidangbidang lainnya. Berdasarkan kondisi di atas menunjukkan bahwa kinerja dari organisasi ini sebenarnya bergantung kepada bagaimana memberikan pelayanan yang efektif terhadap bidang-bidang tersebut yaitu dengan memberikan kemudahan-kemudahan kepada masyarakat. Di samping memberikan pelayanan tersebut, organisasi kecamatan juga harus dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat guna menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakatnya. Berkenaan dengan persoalan kinerja organisasi Kantor Kecamatan Mentaya Hilir, hasil pengamatan penulis menunjukkan terdapat beberapa identifikasi permasalahan yang terkait dengan budaya organisasi antara lain:

Pertama, mekanisme pengambilan keputusan yang cenderung memusat (senteralistik). Hal ini ditunjukkan dengan adanya dominasi pimpinan (camat) dalam setiap pengambilan keputusan terutama yang berhubungan dengan perencanaan program kerja. Permasalahan

(8)

yang diinginkan oleh pimpinan, terlepas apakah keinginan tersebut sesuai atau tidak dengan kepentingan organisasi. Permasalahan .

Ketiga adalah adanya pendelegasian wewenang yang kabur dari pimpinan. Setiap

unit yang ada di bawah lingkungan Kecamatan.

Kecamatan Mentaya Hilir Selatan sebenarnya memiliki tingkat kewenangan yang luas terhadap tugas yang dibebankan, tetapi dalam kesempatan tertentu kewenangan tersebut dapat dikalahkan oleh kewenangan organisasi kecamatan dalam hal ini Camat sebagai pimpinan yang memiliki intervanci kewenangan yang tidak terbatas. Hal tersebut menyebabkan terjadinya konflik kepentingan antara organisasi kelurahan atau desa dengan organisasi kecamatan. Contoh konkritnya dalah setiap pengalokasian dana yang telah ditentukan dalam Rakor Musbang (Rapat Koordinasi Musyawarah Pembangunan) tingkat kelurahan mengalami perubahan sampai dengan kurang lebih 50% setelah diproses di tingkat kecamatan. Dengan adanya perubahan tersebut program-program kerja yang telah terseusun tidak dapat dilaksanakan secara efektif. Dari beberapa contoh beberapa permasalahan yang ada di atas menunjukkan bahwa terdapat suatu bentuk karakter organisasi yang kurang kondusif dalam organisasi pemerintahan kecamatan tersebut.

Kondisi dan situasi seperti yang ada di atas berdampak kurang menguntungkan bagi kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan. Permasalahan-permasahan tersebut di atas, dikategorikan oleh penulis sebagai sebuah persoalan Perilaku Organisasi. Dari beberapa uraian di atas, maka yang menjadi kajian utama dalam

menganalisis beberapa permasalahan yang terkait dengan perilaku organisasi Kecamatan Mentaya Hilir adalah mencari suatu bentuk pendekatan administratif yang sesuai. Menurut penulis, dengan melihat beberapa model pendekatan organisasi yang sesuai

(9)

untuk menkaji permasalahan perilaku organisasi di Kecamatan Mentaya Hilir Selatanadalah melalui model pendekatan perilaku.

B. Rumusan Masalah

(10)

BAB II PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

Dalam beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, terdapat konsep-konsep yang dikemukakan oleh Richard Lumintang (2006) antara lain: Empat Dimensi yang berpengaruh terhadap proses penyuluhan/administrasi;

1) Micro Emphasis ; 2) Macro Emphasis;

3) Environment Structure and Process; dan

4) Social Modernization.

Penjelasan dari beberapa konsep tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Empat Dimensi Yang Berpengaruh Terhadap Proses Penyuluhan Administrasi

10 LEMBAGA

PRESISTENCE

EKOLOGI

EKONOMI SOSIAL

Kesadaran Diri Sendiri

Untuk mempertahankan daya Hidupnya dengan kondisi Sekitar yang tertentu

Menerapkan Sendiri

(11)

Empat Dimensi Yang Berpengaruh Terhadap Proses Penyuluhan/Administrasi: 1) Micro Emphases (penekanan) :

Posisi

Prioritas dan kecondongan parokial

Tujuan dan minat

Stakes dan stands

Tenggat waktu dan wajah masalah

Motivasi

2) Macro Emphasis (penekanan)

 Ideologi historis, organisasi, perubahan ideologi manajemen juga mempengaruhi sentralisasi.

 Sumber daya yang terkumpul oleh pusat, kontrol unit konstituen sumber daya dengan otonomi.

 Persyaratan tugas mendorong berbagai tingkat sentralisasi atau desentralisasi - yang berlawanan cendrung dipengaruhio desentralisasi.

 Jumlah daya organisasi memiliki sistem tenaga jika jumlahnya sedikit dimobilisasi pengaruh pimpinan.

3) Struktur Lingkungan Dan Proses:

 Karakteristik faktor "Pasar" (tenaga kerja, modal, dll).

 Bahan baku "persediaan.

 Karakteristik permintaan dan pelanggan unit berbeda. 4) Modernisasi Sosial

(12)

masyarakat. Namun, modernisasi dapat pula terjadi sebagai dampak dari perubahan sosial budaya. Menurut Selo Soemardjan dalam Soerjono Soekanto (2002) perubahan sosial adalah perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilainilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Sementara William Ogburn dalam Elly M. Setiadi (2011) berpendapat bahwa batasan ruang lingkup perubahan sosial, mencakup unsur-unsur kebudayaan, baik yang bersifat materiil maupun yang tidak bersifat materiil (imateriil) dengan menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan yang materiel terhadap unsur imateriil. B. Konsep Perilaku Organisasi

Pendekatan perilaku dalam organisasi merupakan suatu usaha melihat manusia sebagai suatu unsur yang kompleks. Di dalam beberapa kajian dijelaskan bahwa pendekatan perilaku (behavioral approach) dilakukan untuk menjawab terhadap adanya krisis yang ditimbulkan dengan menempatkan prinsip-prinsip mekanis pada diri manusia . Secara traisional, manajer atau pimpinan atau birokrat dituntut untuk memahami dimensi manusia dalam organisasi didekati dari segala aspek misalnya ekonomi, skutiti, emosional dan suasana kerja dan sebagainya. Oleh karena itu pendekatan behavioral dipergunakan sebagai salah satu pendekatan untuk memahami dimensi manusia dalam organisasi. Perilaku organisasi merupakan suatu studi yang menyangkut aspekaspek laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Ia meliputi aspek yang ditimbulkan oleh pengaruh terhadap manusia, demikian pula aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi. Tujuan praktis dari penelaahan dalam penulisan ini adalah untuk mendeterminnasi bagaimanakah perilaku manusia itu mempengaruhi usaha pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Luthans (1981;6) menekankan bahwa Perilaku organisasi lebih menekankan kepada pemahaman, prediksi dan kontrol terhadap perilaku

(13)

manusia dalam organisasi. Secara lebih spesifik, perilaku organisasi memberikan landasan pemikiran yang spesifik dan kemampuan terhadap para manajer/pimpinan baik pada saat sekarang maupun yang akan datang, agar secara efektif mamahami dan menerapkan konsep-konsep dan dimensi manusia dalam suatu organisasi. Di dalam membahas tentang masalah perilaku organisasi yang ada pada Kecamatan Mentaya Hilir Selatanini, penulis menggunakan analisis dengan melalui pendekatan perilaku. Diagram dalam pendekatan perilaku adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Diagram Pendekatan Perilaku

Berdasarkan diagram di atas, terdapat tiga tahapan di dalam menjelaskan perilaku organisasi di Kecamatan Mentaya Hilir yakni sebagai berikut:

Pertama, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan sebagai organisasi formal, pada dasarnya

harus memiliki kejelasan peran dari tiap-tiap anggota organisasi (pegawai) baik pegawai pada top manajemen (Camat); middle manajemen (Wakil Camat dan Sekretaris Camat) dan lower manajemen (Kaur). Kejelasan peranan yang ada pada tiap-tiap unit dalam Kecamatan Mentaya Hilir Selatan tersebut dimaksudkan untuk menghindari adanya overlaping peran dari tiap-tiap orang ataupun unit. Pada sisi lain Kecamatan Mentaya Hilir Selatan sebagai organisasi formal juga sangat ditentukan oleh sejauhmana persepsi dari pribadi-pribadi (kepribadian dari tiap-tiap pegawai). Persepsi dari pribadi tiap-tiap

(14)

pegawai terkait dengan pandangan dan motivasi tiap-tiap pegawai terhadap organisasi Kantor Kecamatan Mentaya Hilir. Secara riil, pada dasarnya tiap-tiap pegawai memiliki keinginan pribadi di dalam bekerja yaitu pertama, untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dan kedua bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan organisasi secara umum. Hal terpenting terkait dengan masalah kepribadian ini adalah berkaitan dengan persepsi atau sikap pemimpin terhadap Kantor Kecamatan Mentaya Hilir. Sebagai pegawai dalam kantor tersebut, pimpinan juga memiliki keinginan yang sama seperti pegawai yang lain yaitu keinginan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya serta keinginan untuk memenuhi tujuan organisasi. Kesemua hal tersebut, kemudian terlihat dalam Personality dari pimpinan itu sendiri. Adanya persepsi atau pandangan pribadi (personality) dalam diri pimpinan akan manampilkan suatu gaya kepemimpinan (leadership style) tertentu. Apakah ia akan menampilkan gaya kepemimpinan otoriter atau demokratis. Di sisi lain gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas atau justru berorientasi pada manusia (Margono Slamet, 2006). Dengan demikian, dengan adanya ketepatan peran yang ditampilkan oleh tiap-tiap anggota organisasi serta persepsi pribadi (kepribadian) yang melekat pada tiaptiap anggota baik atasan dan bawahan akan sangat menentukan gaya kepemimpinan dalam Kantor Kecamatan Mentaya Hilir.

Kedua, gaya kepemimpinan yang diperankan oleh pemimpin sangat menentukan

atau menggiring seorang pemimpin dalam berperilaku. Menurut Mintberg dalam Gannon (1979 : 202-206) yang menyatakan bahwa “pola perilaku pemimpin tersebut pada dasarnya terkait dengan fungsi pemimpin sebagai fungsi interpersonal, fungsi informasional dan fungsi pengambilan keputusan”.

Di dalam fungsi interpersonal merupakan kegiatan hubungan antara manajer (pimpinan) dengan orang lain, baik yang ada di dalam organisasi atau di luar organisasi. Dalam hal ini pimpinan harus memainkan tiga peranan yang sebagai figur (figurehead), pemimpin

(15)

INPUT/MASUKAN pemimpim akan sangat menentukan dan mempengaruhi terhadap iklim organisasi Kantor Kecamatan Mentaya Hilir, apakan iklim organisasi yang kondusif atau tidak kondusif. Efektivitas pengaruh perilaku kepemimpinan terhadap pembentukan iklim organisasi pada Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dapat diperjelas dengan menggunakan Pendekatan sistem.

Berdasarkan pendekatan sistem tersebut proses pengaruh perilaku kepemimpinan terhadap iklim organisasi adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Prose perilaku kepemimpinan terhadap iklim organisasi

Proses di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

(16)

2. Tahap proses. Dalam tahap ini (proses komunikasi dan interaksi), pimpinan mulai menyebarkan pengaruhnya dalam organisasi yaitu dengan melakukan proses komunikasi dan interaksi. Proses tersebut menyangkut antara lain melakukan sosialisasi nilai-nilai politik, terutama menyangkut nilai-nilai politik pemerintahan serta sosialisasi nilai pribadi yang melakat dalam diri pimpinan tersebut. Berdasarkan kegiatan sosialisasi tersebut diharapkan terdapat “saling pengertian” antara pimpinan dengan bawahannya sesuai dengan prinsip keserasian dan kongruensi yang dikembangkan oleh pimpinan.

3. Tahap Output/keluaran. Dalam tahap ini sudah terbentu iklim organisasi . Dalam hal ini telah menunjukkan adanya penerimaan atau internalisasi dari karakteristik-karakteristik perilaku kepemimpinan untuk dapat diimplementasikan dalam kegiatan organisasi Kantor Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur. Pada tahap ini semua anggota organisasi sudah memiliki komitmen yang sama terhadap nilai-nilai organisasi yang dibawa oleh pimpinannya.

4. Tahap Outcome/Manfaat. Pada tahap ini sudah terbentuk iklim organisasi yang sesuai dengan harapan-hrapan dari semua elemen yang terlibat dalam organisasi Kecamatan Mentaya Hilir Selatan tersebut, baik pelaksana dari organisasi itu sendiri ataupun masyarakat sebagai pihak yang mendapatkan pelayanan dari organisasi tersebut. Wujud dari outcome tersebut adalah suatu bentuk pelayanan yang baik dari organisasi Kantor Kecamatan Mentaya Hilir.

Ketiga, Pada akhirnya iklim organisasi Kecamatan Mentaya Hilir Selatanmemiliki

korelasi yang nyata terhadap peran dan keperibadian dari masing-masing pegawai. Di dalam peran tersebut pada dasarnya terdapat tekanan sosial. Tekanan sosial yang dimaksudkan tersebut adalah berasal dari organisasi itu sendiri ataupun bersumber dari luar organisasi. Tekanan sosial yang berasal dari internal organisasi berupa

(17)
(18)

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis di atas terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan antara lain:

1. Bahwa perilaku kepemimpinan sangatlah berpengaruh dan penentukan terhadap iklim dari organisasi di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan

2. Bahwa kejelasan peran dalam organisasi Kecamatan Mentaya Hilir Selatanakan sangat menentukan

terhadap gaya kepemimpinan yang akan diterapkan oleh pimpinan . Dalam jangka panjang, hal tersebut akan berpengaruh terhadap iklim organisasi.

3. Bahwa iklim organisasi memiliki korelasi yang sangat nyata dengan aspek peran serta kepribadian dari tiap-tiap pegawai, baik pegawai pada level bawah ataupun pimpinan. Disisi lain peran dan kepribadian juga memiliki korelasi terhadap terbentuknya iklim organisasi yang kondusif.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Gannon, Martin J. 1979. Organizational Behavior: A Managerial and Organizational Perspective, Boston-Toronto, Boston-Toronto: Little Brown and Company

Luthans, Fred. 1981. Perilaku Organisasi, Kogakusha, Mc.Graw-Hill

Margono Slamet. 2006. Manajemen, Kelompok dan Organisasi . Bogor: PPN IPB.

Richard Lumintang. 2006. Administrasi Dan Supervisi Penyuluhan. Bogor: PPN IPB.

Setiadi, Elly M.& Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gambar

Gambar  1.  Empat  Dimensi  Yang  Berpengaruh  Terhadap  Proses  Penyuluhan
Gambar 2. Diagram Pendekatan Perilaku
Gambar 3. Prose perilaku kepemimpinan terhadap iklim organisasi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian membuktikan bahwa kepemimpinan etis berpengaruh terhadap perilaku penyimpangan di tempat kerja pada karyawan, kepemimpinan etis mempunyai pengaruh terhadap

Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Efektivitas Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Depok. Disetujui dan

Dari hasil analisis data diatas, dapat disimpulkan hasil-hasil berikut berdasarkan hipotesis penelitian ini: Hipotesis 1: Kepemimpinan dan Iklim Keselamatan Penerbangan

Setelah dilakukan analisa data, didapatkan bahwa hipotesa pertama dalam penelitian ini diterima dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif iklim organisasi

Berdasarkan uji korelasi dan regresi pada variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X 1 ) terhadap sekolah efektif (Y) dapat disimpulkan bahwa hipotesis

Dari uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku remajasebagai usaha untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok dengan

Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa anak Tuna Grahita memang memiliki kemampuan yang sangat terbatas, namun masih memiliki secercah harapan bahwa dia masih

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah suatu perilaku sosial positif yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan