• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Metode Tutor Sebaya Dipadu dengan Metode Inkuiri pada Siswa Kelas V SD Negeri Kauman Kidul Tahun 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Metode Tutor Sebaya Dipadu dengan Metode Inkuiri pada Siswa Kelas V SD Negeri Kauman Kidul Tahun 2016/2017"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

10

Definisi dari matematika sangatlah beragam. Banyak ahli yang memiliki pandangan beragam mengenai hakikat matematika. Sehingga tak heran bahwa ketika kita bertanya kepada seseorang maka jawaban orang tersebut tergantung dari seberapa tahu dirinya tentang matematika (Ibrahim dan Suparni, 2012:02). Contohnya jika kita bertanya dengan seorang penjual di warung tentang apa itu sebenarnya matematika pasti akan memiliki jawaban yang berbeda dengan jawaban dari seorang professor yang mendalami tentang ilmu matematika (Ibrahim dan Suparni, 2012:02). Diantaranya ada yang memandang matematika sebagai ilmu deduktif, matematika sebagi ilmu tentang pola, matematika sebagai bahasa, matematika sebagai struktur yang terorganisasikan, matematika sebagai aktivitas manusia (Ibrahim dan Suparni, 2012:02).

(2)

memiliki keterkaitan pada setiap konsepnya. Sehingga pemahanan awal haruslah benar-benar dimengerti oleh siswa.

Belajar matematika merupakan belajar mengenai konsep dan sturktur yang ada dalam bahan pelajaran yang sedang dipelajari, juga mencari hubungan antar konsep dan struktur tersebut (Karso, 2007:1.40). Untuk itu guru sebagai pendidik akan lebih baik menyiapkan kondisi siswa agar siswa mampu memahami konsep-konsep matematika dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks (Karso, 2007:1.40). Namun terkadang seorang guru SD juga mengalami kendala dan kesulitan dalam mengajarkan matapelajaran matematika, inilah yang menjadi tantangan bagi setiap guru SD (Karso, 2007:1.43). Untuk itu, guru perlu memerhatikan strategi dan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai dengan baik. Strategi dan metode yang tepat untuk matapelajaran matematika perlu memerhatikan jenis-jenis konsep dalam pembelajaran. Jenis-jenis konsep dalam pembelajaran teridiri dari tiga, yaitu: 1) konsep dasar, 2) konsep yang berkembang dari konsep dasar, dan 3) konsep yang harus dibina ketrampilannya (Karso, 2007:1.43-1.44).

Dari ketiga jenis-jenis konsep ini, perlu dilakukan secara bertahap dan urut ketika kita akan mengajarkan konsep matematika. Seperti yang diungkapkan Karso (2007:1.43) bahwa belajar langsung matematika pada hakikatnya adalah belajar dengan pemahaman, penalajaran, dan pembinaan ketrampilan dari konsep, yaitu ide-ide atau gagasan-gagasan yang terbentuk dari sifat-sifat yang sama. Untuk itu keterkaitan diantara ketiganya perlu diperhatikan dengan baik agar ilmu yang dipelajari siswa dapat terkonsep dengan baik pula. Dalam mengajarkan matapelajaran matematika kepada siswa hal yang harus diperhatikan selanjutnya adalah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Tujuan pembelajaran itu diungkapkan oleh Ibrahim dan Suparni (2012:36) dalam beberapa kemampuan, yaitu:

1) Memahami konsep dan keterkaitan antar konsep

2) Menggunakan penalaran sifat, pola, manipulasi matematika ketika menyusun konsep

3) Memecahkan permasalahan matematika

(3)

5) Memiliki sikap menghargai matematika.

Tujuan pembelajaran yang selanjutnya juga diungkapkan dalam standar kompetensi lulusan untuk tingaktan Sekolah Dasar yang terdapat dalam Permendiknas No 23 tahun 2006, yaitu:

1. Memahami konsep operasi hitung dan sifat-sifatnya, bilangan bulat dan pecahan, serta penerapannya ketika memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Paham terhadap konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, kecepatan, waktu, debit, serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pemahaman tentang konsep koordinat guna menentukan letak benda dan penggunaannya dalam memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari.

4. Pemahaman terhadap konsep pengumpulan data, penyajian data dengan menggunakan table, grafik (diagram) dan gambar, urutan data, rentang data, rarata hitung, modus, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Mempunyai sikap untuk menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan sehari.

6. Mempunyai kemampuan dalam berfikir kritis, logis, dan kreatif.

Dari tujuan pembelajaran yang diungkapkan oleh Ibrahim dan Suparni (2012:36) dan Permendiknas no 23 tahun 2006 maka dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika, yaitu: 1) siswa mampu memahami konsep dari materi matematika, 2) pemahaman konsep guna memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari, 3) memiliki rasa senang dalam belajar matematika, dan 4) mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematika.

(4)

psikomotor, ditandai dengan penggunaan kata operasional seperti mengidentifikasi, menceriterakan dan menunjukkan. (Wardani, Naniek Sulistya dan Slameto, 2012:20).

2.1.2 Belajar

Menurut Racmawati dan Daryanto (2015:36), belajar adalah suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan dan ketrampilan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam Permendiknas No 41 tahun 2007 mengungkapkan bahwa belajar adalah perubahan yang relative permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperoleh dan praktik yang dilakukan. Sedangkan Hamdani (2011: 20) menjelaskan bahwa: Belajar tidak hanya memelajari mata pelajaran, tetapi juga penyesuaian, kebiasaan, presepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian social, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan, pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

Dari ketiga definisi yang diungkapkan oleh Racmawati dan Daryanto (2015:36), Permendiknas No 41 tahun 2007, dan Hamdani (2011:2), maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah perubahan permanen yang dialami seseorang dimana hal tersebut mempengaruhi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Sikap dapat berwujud penyesuaian, kebiasaan, kensenangan dan minat. Sedangkan, ketrampilan dapat berwujud penyesuaian sosial dan pengetahuan dapat berwujud presepsi. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi siswa dalam pelaksanaan belajarnya. Faktor-faktor yang dialami siswa satu dengan siswa yang lainnyapun belum tentu sama. Faktor tersebut berasal dari dalam diri siswa dan dapat berasal dari luar diri siswa. Dari dalam diri siswa dapat berupa jasmaniah, psikolongi, dan kelelahan. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa adalah lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat (Slameto 2010:54-73).

(5)

1) perbuahan yang disadari

2) perubahan yang berkesinambungan 3) perbuahan yang bersifat fungsional 4) perubahan yang bersifat positif

5) perubahan yang selalu bertambah dan semakin berbeda dengan keadaan sebelumnnya

6) perubahan yang bersifat aktif, yang tidak terjadi dengan sendirinya

7) perubahan yang bersifat permanen

8) perubahan yang memiliki arah dan tujuan Racmawati dan Daryanto (2015:36)

Berdasarkan prinsip belajar, Rachmawati dan Daryanto (2015:47-54) mengungkapkan bahwa terdapat tujuh prinsip belajar, yaitu:

1) Prinsip perhatian dalam motivasi, perhatian untuk konsentrasi diri dan motivasi untuk menumbuhkan semangat belajar. 2) Prinsip keaktifan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

melakukan kegiatan yang menekankan kepada keaktifan siswa. 3) Prinsip keterlibatan langusung, dalam hal ini siswa bukan hanya belajar namun juga melakukan secara langsung sehingga mengetahui makna dari pembelajaran tersebut.

4) Prinsip pengulangan, melatih daya berpikir, mengingat, mengamati, menghafal, menanggapi, dan sebagainya pada diri siswa dengan menggunakan latihan-latihan untuk mengembangkan daya-daya tersebut.

5) Prinsip tantangan, pembelajaran yang menantang dapat membuat siswa mengabaikan aktivitas lain yang menggangu kegiatatan belajarnya.

6) Prinsip balikan dan penguatan, balikan berupa hasil belajar yang baik mampu memberikan pengaruh positif bagi upaya-upaya belajar berikutnya. Sedangkan penguatan positif dan negatif dapat mendorong siswa dalam memperkuat belajarnya. 7) Prinsip perbedaan individual, guru harus memahami bahasa

setiap siswa memiliki kemampuan, sikap, dan skill yang berbeda-beda.

(6)

sehingga akan lebih tersimpan lama didalam ingatan siswa. Selain itu, prinsip belajar tantangan juga mampu meningkatkan rasa penasaran yang terdapat dalam diri siswa sehingga siswa akan mengabaikan aktivitas lain yang menggangu kegiatan pembelajaran. Sedangkan untuk prinsip pengulangan, prinsip balikan dan penguatan, prinsip perbedaan individu akan sangat dipengaruhi oleh guru. dari pengulangan siswa nantinya akan diajarkan dengan menggunakan beberapa latihan yang mungkin memerlukan kesabaran lebih bagi guru. prinsip balikan dan penguatan akan memberikan kekuatan bagi siswa dalam pembelajaran selanjutnya, untuk itu guru perlu menempatkan bagaimana penguatan yang tepat pada setiap siswa. terakhir adalah prinsip perbedaan individu, dimana perlu adanya kesadaran dari seorang guru bahwa setiap siswa tidak sama dan memiliki karakter, keahlian, dan pola asuh yang berbeda sehingga dalam penangananya juga perlu untuk dibedakan ketika didalam kegiatan belajar.

Untuk tujuan belajar, Agus Suprijono (2012:5) mengungkapkan bahwa “tujuan belajar untuk mencapai intruksional yang berbentuk pengetahuan dan ketrampilan dan sebagai hasil yang menyertai tujuan instruksional yaitu berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratif, menerima orang lain, dan sebagainya”. Definisi dari tujuan belajar itu adalah deskripsi tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah proses pembelajaran usai (Hamalik, 2008)

Dari definisi yang dikemukakan Agus Suprijono (2012:5) dan Hamalik, dapat dikatakan bahwa tujuan belajar adalah suatu harapan yang ingin dicapai berupa adanya perubahan tingkah laku setelah selesainya proses pembelajaran. Bentuk dari hasil belajar tersebut dapat berupa pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan dan ketrampilan inilah yang akan diarahkan kepada siswa untuk lebih berfikir kritis, kreatif, terbuka, demokratif, toleran dan sebagainya.

2.1.3 Pembelajaran

(7)

belajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya, Suyono dan Hariyanto (2015:183) mengungkapkan bahwa pembelajaran memiliki kesamaan dengan pengajaran dimana guru mengajar atau mengarahkan siswa menuju proses pendewasaan diri.

Dari definisi pembelajaran yang dikemukakan Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Racmawati dan Daryanto (2015:141), dan Suyono dan Hariyanto (2015:183), dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang menghubungkan guru sebagai pengajar dengan siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang salah satunya adalah mengarahkan siswa menuju proses pendewasaan. Dalam pembelajaran guru memberikan bantuan dan fasilitas agar siswa mampu belajar (Suyono dan Hariyanto, 2015:184). Sehingga diharapkan siswa mampu membentuk pengetahuannya sendiri (Suyono dan Hariyanto, 2015:184).

Hamdani (2011:47) mengungkapkan bahwa pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Pembelajaran terjadi secara sadar dan dilakukan secara sistematis.

2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi dalam belajar.

3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan ajar yang menarik perhatian dan menantang siswa.

4) Pembelajaran dapat menciptakan suasana yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

5) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis.

6) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa. 7) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.

(8)

setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini diungkapkan oleh Rachmawati dan Daryanto (2015:39) bahwa tujuan pembelajaran merupakan tercapainya perubahan tingkah laku atau kompetensi pada siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran. Sedangkan Hamdani (2011:47) berpendapat bahwa tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memeroleh berbagai pengalaman, dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan proses yang melibatkan guru, siswa dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tersebut adalah serangkaian perubahan tingkah laku yang diharapkan setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Setelah terlaksananya proses pembelajaran, diharapkan tingkah laku siswa bertambah melalui pengalaman belajar yang dia dapatkan.

2.1.4 Metode Tutor Sebaya

Metode tutor sebaya adalah metode pemberdayaan siswa yang memiliki kemampuan menyerap pelajaran lebih tinggi untuk dijadikan seorang pengajar kepada teman-teman seusianya dalam memahami materi dan tugas yang diberikan. Metode ini memiliki dampak yang positif tidak hanya dari siswa yang diajari melainkan dari siswa yang mengajar pula. Peran guru dalam hal ini adalah sebagai seorang pengawas dan memberikan arahan kepada siswa (Ulfah, 2012:20).

(9)

Menurut Ulfah (2012:20) dan Suparno (2013:148) mengenai metode tutor sebaya maka dapat dikatakan bahwa metode tutor sebaya adalah cara yang dilakukan kepada siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan siswa yang lebih pandai sebagai seorang pembimbing pada teman-teman satu kelasnya. Dengan adanya tutor sebaya siswa akan lebih mudah memahami konsep yang akan dipelajari karena yang menjadi tutor adalah seorang teman sebaya yang nantinya memberikan penjelasan dengan bahasa yang lebih santai. Sehingga hal ini akan mampu menjembatani siswa untuk lebih mudah memahami materi selanjutnya apabila materi sebelumnya dan materi selanjutnya memiliki kaitan yang teratur seperti dalam matapelajaran matematika. Keuntungan dari metode ini tidak hanya didapatkan oleh siswa yang dibimbing saja, namun tutor yang membimbing juga akan mendapatkan keuntungan.

Anggorowati (2011:105) mengemukakan bahwa seorang tutor memiliki kriteria yang harus dipenuhi dan memiliki tanggung jawab yang harus diemban. Berikut ini adalah kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang tutor dalam tutor sebaya:

1) Kemampuan siswa dalam hal akademis diatas rata-rata satu kelas.

2) Memiliki kemampuan menjalin kerjasama dalam kelompok.

3) mempunyai motivasi yang tinggi dalam meraih nilai yang baik.

4) Memiliki toleransi dan tenggang rasa kepada sesama temannya.

5) Mempunyai motivasi tinggi untuk membuat kelompoknya menjadi yang terbaik.

6) Memiliki sikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab.

7) Suka membantu temannya yang mengalami kesulitan.

(10)

Kemampuan menjalin kerjasama dalam kelompok juga sangat penting karena seorang tutor sebaya inilah yang akan memiliki peran penting dalam membangun suasana pada kelompoknya dengan memperhatikan apakah kelompok tersebut mampu bekerja sama ataukah hanya memilih untuk bekerja sendiri. Mempunyai motivasi yang tinggi dalam meraih nilai yang baik serta membuat kelompok menjadi yang terbaik juga secara tidak langsung mampu membawa siswa yang dibimbing tutor terbawa untuk memiliki motivasi yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran.

Toleransi dan tenggang rasa juga perlu dimililiki oleh seorang tutor sebaya karena seorang tutor akan membimbing teman sebayanya yang memiliki perbedaan kemampuan dengannya sehingga jika ego saja yang dimiliki tutor maka proses pembelajaran dengan tutor sebaya akan sulit untuk berhasil. Selanjutnya, seorang tutor juga harus rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab sehingga siswa yang dibimbing merasa tidak sungkan untuk bertanya kepada tutor dan tutor haruslah berani serta bertanggung jawab karena seorang tutor dalam satu kelompok bukan hanya sorang pebimbing namun juga seorang ketua dalam kelompoknya yang nantinya akan mengarahkan teman-temannya untuk harus bagaimana dan bertanggung jawab penuh dengan apa yang ditugaskan padanya. Selain itu, seorang tutor juga harus memiliki ketulusan dalam membantu temannya sehingga tidak ada rasa berat hati dari tutor yang dapat berpengaruh pada hubungan dalam satu kelompok.

Sedangkan untuk tanggung jawab, Anggorowati (2012:105) mengungkapan terdapat tiga tanggung jawab yang akan diemban oleh seorang tutor sebaya, antara lain:

1) Membantu memberikan tutorial kepada rekan kelompoknya terhadap materi yang sedang mereka pelajari.

2) Mengatur proses kerja kelompok agar tercipta situasi yang dinamis dan kreatif.

3) Sebagai perwakilan kelompok apabila terdapat masalah atau materi yang belum dikuasai kepada guru pembimbing.

(11)

bertanggung jawab pada teman kelompok yang dibimbing terhadap materi yang mereka pelajari apakah temannya sudah paham atau belum jika belum maka tutor akan mencoba menjelaskan kembali dengan cara yang berbeda. Selayaknya sebagai ketua dan pembimbing, tutor sebaya pelu menciptakan situasi dalam kelompok yang dinamis dan kreatif agar pada tahap ini kegiatan berkelompok menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Selanjutnya, tutor juga bertanggung jawab sebagai perwakilan kelompok untuk bertanya apabila terdapat materi yang belum mereka pahami bersama sehingga akan mendapat pemahaman setelah bertanya dengan guru.

Sumadi dan priyogo (2011:79-80) mengemukakan rencana tindakan metode tutor sebaya dalam lima tahap, yaitu sebagai berikut:

1) Dialog Awal

Dialog awal ini dilakukan oleh peneliti, guru dan kepada sekolah untuk mengetahui penyebab dari kurangnya hasil belajar siswa pada matapelajaran matematika.

2) Perencanaan

a. Identifikasi masalah dan penyebabnya

Merumuskan permasalahan siswa yang berhubungan dengan hasil belajar siswa dan mencari penyebabnya. b. Identifikasi siswa

Mengumpulkan data untuk mengetahui mana siswa yang aktif dan pasif serta mengetahui nilai matematika siswa. c. Perencanaan solusi masalah

Setelah masalah diketahui langkah-langkah akan dibuat untuk mengatasi masalah tersebut. Langkah-langkah pembelajaran tersebut dapat berupa sebagai berikut:

 Beberapa siswa yang pandai diminta untuk mempelajari suatu topik.

 guru memberikan penjelasan umum terhadap topik yang dibahas.

 Membagi kelompok pada seluruh kelas. Kelompok yang dibentuk sebisa mungkin heterogen.

 Setiap kelompok terdapat siswa yang pandai.

 Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus.

(12)

3) Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran dilaksanaan sesuai dengan skenario yang dibuat namun tetap menyesuaikan situasi apabila terdapat kendala.

4) Pengamatan (observasi)

Dalam pelaksanaan pembelajaran observer bertugas mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi, baik yang terjadi pada guru, siswa, atau pada situasi kelasnya.

5) Refleksi

Refleksi yang dilakukan adalah mengoreksi kegiatan yang telah dikalukan dan mendiskusikan rencana tindakan selanjutnya.

Dari apa yang telah disampaikan Sumadi dan Priyogo (2011:79-80) tentang rencana tindakan metode tutor sebaya, maka dapat dikatakan bahwa rencana metode tutor sebaya terdiri dari lima tahapan. Pertama adalah dialog awal untuk mencari informasi pada guru dan kepala sekolah tentang masalah apa yang terjadi pada siswa sehingga hasil belajar matematika mereka rendah. Dari dialog awal ini juga akan dicari informasi tentang siapa saja siswa yang aktif dan pasif pada matapelajaran matematika. Kemudian yang kedua adalah perencanaan, dalam perencanaan akan dirumuskan masalah yang akan dicari tahu apa penyebabnya dan siswa akan dikelompokkan mana saja siswa yang aktif dan pasif. Selanjutnya, setelah dirumuskan masalah dan dicari penyebabnya, maka akan dicari sulisi yang tepat untuk masalah tersebut. Solusi yang diberikan nantinya akan termuat dalam langkah-langkah pembelajaran yang terkait dengan tutor sebaya.

(13)

ini guru akan memantau siswa yang memiliki hasil belajar rendah tanpa mengambil hak menjelaskan tutor sebaya. Guru akan bekeliling untuk mengawasi jalannya tutorial dan memastikan apakah ada tutor sebaya yang ingin bertanya tentang apa yang belum dimengerti.

Ketiga, adalah pelaksanaan dari langkah-langkah yang telah disusun. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pelaksananya adalah seorang guru. Apabila terjadi kendala, maka keadaan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada namun dengan catatan pelaksanaan pembelajaran tetaplah pada tujuan untuk melakukan perbaikan. Keempat, adalah pengamatan atau observasi. Pengamatan akan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini, pemangamatan dilakukan oleh seorang observer. Dalam kegiatan pengamatan, pengamat atau observer akan mengamati proses pembelajaran yang didalamnya terdapat guru, siswa, dan bagaimana suasana pembelajaran dalam kelas tersebut.

Kelima yaitu refleksi. Tahap refleksi dilakukan setelah selesainya pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini akan dicari apa saja yang masih kurang atau yang masih perlu diperbaiki sehingga pada rencana tindakan selanjutnya tidak terjadi lagi dan dapat memberikan solusinya.

Berdasarkan langkah-langkah yang terdapat pada tahap perencanaan, maka dapat dikatakan bahwa metode tutor sebaya adalah metode yang akan membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar dengan kegitan tutorial. Dengan gaya bahasa yang lebih santai dari tutor sebaya akan membantu siswa yang meresa tidak suka dengan matapelajaran matematika tanpa sadar akan terbawa untuk mempelajarinya sehingga akan menimbulkan rasa terbiasa dan tidak terbebani. Maka dari itu, siswa akan lebih menerima matapelajaran dengan baik dan akan lebih mudah memahami materi yang dipelajari. Dengan begitu, satu per satu tujuan pembelajaran matematika akan lebih mudah tercapai tanpa ada keterpaksaan dari siswa.

2.1.5 Metode Inkuiri

(14)

berupa pengumpulan data dan tes hipotesis (Suparno, 2013:71). Kusmana (2010:48) berpendapat bahwa metode inkuiri merupakan proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan ekperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Metode inkuiri melibatkan mental dan fisik siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan guru. Sehingga siswa akan bersikap layaknya ilmuwan sains yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.

Dari apa yang dikemukakan oleh Suparno (2013:71) dan Kusmana (2010:48) dapat dikatakan bahwa metode inkuiri adalah metode yang berbentuk penyelidikan guna memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Penyelidikan ini akan dilaksanakan siswa dalam beberapa tahapan guna memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Untuk itu siswa akan banyak berperan aktif, baik dalam berfikir ataupun bertindak.

Langkah-langkah dalam metode inkuri menekankan pada prinsip metode ilmiah atau scientific dalam menemukan prinsip, hukum, ataupun teori (Suparno,2013:72). Dibawah ini Kindsvatter, Willen, dan Ishler (Suparno, 2013:72) mengungkapkan langkah-langkah yang terdapat di dalam metode inkuiri, antara lain:

1) Identifikasi dan klarifikasi Persoalan

Menentukan persolan terlebih dahulu untuk dipecahkan siswa. sebaiknya persolan tidak terlalu rumit dan tidak terlalu mudah agar siswa memiliki minat lebih. Jika terlalu rumit maka siswa akan bosan dan jika terlalu mudah maka siswa tidak akan tertarik.

2) Membuat hipotesis

Hipotesis atau jawaban sementara dari siswa sangat penting untuk guru apakah jelas atau tidak. Jika belum jelas sebaiknya guru membantu memerjelas maksudnya namun bukan berarti guru memperbaiki jawaban siswa yang salah. Hipotesis yang salah ini nantinya akan tampak jelas ketika pengambilan data dan analisis data yang diperoleh.

3) Mengumpulkan data

(15)

4) Menganalisis data

Kegiatan analisi ini adalah untuk mengetahui apakah data yang siswa kumpulkan dapat mebuktikan kebenaran hipotesis mereka. Pada kegiatan analisi ini akan lebih baik dikelompokkan data apa saja yang menguatkan hipotesis, data apa saja yang melemahkan hipotesis, dan apa saja yang netral. Dari sini guru perlu memiliki campur tangan karena terkadang siswa bingung untuk melakukan langkah selanjutnya.

5) Mengambil kesimpulan

Setelah data dianalisis, selanjutnya dibuatlah kesimpulan dengan menggunakan generalisasi. Dari kesimpulan maka akan diketahui apakah hipotesis siswa diterima atau ditolak. Selanjutnya penambahan catatan dari guru untuk menyatukan seluruh penelitian juga diperlukan. Keterlibatan siswa dalam mengambil keputusan akan semakin membuat siswa mantap dalam mengetahui kebenaran. Bila hipotesis tidak diterima maka siswa diminta untuk menjelaskan mengapa demikian. Guru dapat memberikan beberapa pertanyaan penolong untuk membantu siswa.

(16)

Dari langkah-langkah yang dijelaskan diatas, metode inkuiri akan membuat siswa lebih belajar untuk menemukan pengetahuan yang ingin mereka ketahui setelah diberikannya masalah untuk dipecahkan. Ketika siswa telah mempelajari dan berhasil menemukan jawaban dari masalah yang diberikan, siswa akan lebih menyimpan pengetahaun tersebut dalam jangka waktu yang lebih lama. Masalah yang diberikan kepada siswa selalu memiliki kaitan dengan materi yang telah dipelajari sehingga akan berdampak pada hasil belajar siswa. untuk itu metode ini dinilai tepat untuk membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar terutama pada matapelajaran matematika yang dinilai rumit.

Metode inkuri memiliki banyak keuntungan yang nantinya akan didapatkan oleh siswa, beberapa diantaranya adalah:

1) meningkatkan inteletual siswa karena siswa diberikan kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang dihadapi.

2) siswa dapat belajar melakukan penemuan.

3) mampu memerpanjang proses ingatan atau konsep pemahaman siswa.

4) dapat lebih baik dalam memahami konsep dan ide-idenya dengan lebih baik.

5) meningkatkan harapan bahwa siswa mampu menyelesaikan tugas tanpa bergantung dengan orang lain. 6) menghindari siswa belajar hafalan. (Kusmana,

2010:50-51)

(17)

dengan materi yang telah dipelajari sehingga memberikan kemantapan pada diri siswa untuk mengerjakan tugasnya sendiri.

Berdasarkan langkah-langkah yang terdapat dalam metode tutor sebaya dan metode inkuiri, maka berikut ini adalah perpaduan dari kedua metode tersebut:

a. Langkah-langkah sebelum pelaksanaan penelitian

1) Mempersiapkan tutor sebaya untuk mempelajari materi yang terkait.

2) Guru memberikan penjelasan terhadap meteri yang dibahas. 3) Guru mempersiapkan pengelompokkan.

b. Langkah-langkah saat pelaksanaan penelitian 1) Siswa menyimak tujuan pembelajaran.

2) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 5-6 orang. Setiap kelompok memiliki satu tutor sebaya.

3) Siswa menyimak materi pelajaran.

4) Siswa menyimak masalah yang akan dipecahkan. 5) Siswa merumuskan hipotesis.

6) Siswa menghitung data. 7) Siswa menganalisis data. 8) Siswa menyimpulkan hasil. 9) Siswa mempresentasikan hasil. 10)Siswa lain memberikan komentar. 11)Siswa menerima apresiasi.

12)Siswa melakukan refleksi pembelajaran.

Dalam Permendiknas No 41 tahun 2007 yaitu standar proses pelaksanaan pembelajaran, mengungkapkan terdapat 3 tahapan yang perlu dilaksanakan pada proses pelaksanaan pembelajaran. Proses pelaksanaan pembelajaran tersebut terdiri dari Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Berikut ini adalah penjelasannya:

1) Pendahuluan

(18)

2) Inti

Merupakan inti dari suatu proses pembelajaran tersebut. Dari kegiatan inilah kompetensi dasar akan diwujudkan. Dari kegiatan inti ini, akan ditambahkan metode yang menarik siswa agar dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik. Dalam kegiatan inti terdapat tahapan materi yang meliputi ekspolrasi, elaborasi, dan konfirmasi.

3) Penutup

Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang menandai akan berakhirnya proses pembelajaran. Dalam kegiatan penutup ini terdapat kegiatan seperti memberikan kesimpulan, refleksi, umpan balik, penilaian, dan tindak lanjut.

Sesuai dengan langkah-langkah yang telah dibuat dari metode tutor sebaya dipadu metode inkuiri, serta standar proses pelaksanaan pembelajaran yang terdapat dalam Permendiknas No 41 tahun 2007, maka peneliti akan melakukan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Kegiatan Pendahuluan

a. Guru mengucapkan salam dan mengondisikan siswa.* b. Guru melakukan presensi.

c. Guru melakukan apersepsi kepada siswa dengan bertanya jawab.*

d. Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.* 2) Kegiatan Inti

Eksplorasi

a. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok 5-6 orang dan disetiap kelompok akan ditempatkan satu tutor sebaya.* b. Guru mengaitkan apersepsi kedalam pembelajaran untuk

menggali pengetahuan awal siswa dengan bertanya jawab.* c. Guru menjelaskan materi dengan media-media yang

menunjang.*

d. Siswa menyimak penjelasan guru.

(19)

f. Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk mengidentifikasi suatu masalah.*

g. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) berbentuk bagan kepada setiap kelompok sebagai acuan pemecahan masalah.

h. Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Elaborasi

a. Dengan bimbingan tutor sebaya, siswa menuliskan hipotesis pada lembar kerja siswa (LKS) sesuai masalah yang telah dibeirikan.*

b. Tutor sebaya mengarakan seluruh siswa dalam kelompoknya untuk melakukan penghitungan.

c. Guru berkeliling mengamati kemajuan kelompok dan membantu kelompok apabila tutor sebaya mengalami kesulitan.

d. Seluruh siswa dalam satu kelompok mendiskusikan dan menganalisis penghitungan untuk dibandingkan dengan hipotesis.*

e. Setiap kelompok menuliskan kesimpulan apakah hipotesis mereka diterima atau ditolak pada lembar kerja siswa (LKS).*

f. Salah satu siswa dari beberapa kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan hasil dari kelompoknya.*

g. Siswa dari kelompok lain yang tidak presentasi memberikan komentar pada siswa yang presentasi.*

h. Setiap kelompok bertugas untuk memberikan nilai pada kelompok yang presentasi dan kelompok yang memberikan komentar.*

(20)

j. Guru dan siswa membahas bersama hasil presentasi yang telah dilakukan.

Konfirmasi

a. Guru memberikan apresiasi bagi siswa yang maju kedepan dan siswa yang berkomentar berupa tepuk tangan dan hadiah untuk kelompok yang mendapatkan nilai terbanyak.*

b. Guru memberikan umpan balik dan penguatan pada siswa. 3) Kegiatan Penutup

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.*

b. Guru bersama siswa melakukan refleksi.* c. Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.*

d. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.*

e. Guru menutup pelajaran dengan salam.

Pemberian tanda flag (*) menunjukkan kesesuaian dengan standar proses dan sintaks pembelajaran metode tutor sebaya dan metode inkuiri.

2.1.6 Hasil Belajar

Menurut Widiyoko, Eko Putro (2009) hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berpikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. (Arikunto, 2003:114-115).

(21)

kognitif teridiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Afektif berupa minat, sikap, dan nilai-nilai yang diberikan ketika berlangsungnya proses belajar. Dan psikomotor teridiri dari fisik dan motorik. Hasil belajar tersebut akan tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.

Agus Suprijono (2012:05) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan. Hasil belajar adalah kemampuan siswa dari proses belajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan, bukan pada satu aspek saja. Selanjutnya, Wardani, Slameto, dan Winanto (2014:111) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan pengukuran penguasaan materi dan aspek perilaku yang dapat diukur dari teknik tes dan nontes, sedangkan aspek perilaku terdiri dari tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

(22)

nontes, berikut ini adalah penjelasan yang lebih lengkap mengenai teknik tes dan teknik nontes.

1) Teknik Tes

Tes merupakan cara yang digunakan dalam kegiatan evaluasi yang didalamnya terdapat tugas untuk dikerjakan atau dijawab oleh siswa yang memiliki jawaban benar atau salah (Nurhadi dan Suwardi, 2011:29). Jawaban benar dan salah dari setiap siswa iniliah yang nantinya akan digunakan untuk melihat sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan. Perbedaan hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. teknik tes terdiri dari beberapa jenis, salah satunya adalah jenis yang berdasarkan cara pengerjaannya. Dalam jenis ini terdapat beberapa jenis tes yang dapat digunakan untuk dikerjakan siswa, jenis tes tersebut adalah jenis tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis adalah tes yang membutuhkan jawaban secara tertulis, tes ini memiliki dua jenis tes yaitu tes subjektif atau esay (uraian bebas dan uraian terikat) dan tes objektif (pilihan ganda, benar-salah,tes menjodohkan, tes jawaban singkat) (Nurhadi dan Suwardi, 2011:32-38) . selanjutnya adalah tes lisan, tes lisan adalah tes dengan pertanyaan dan jawaban yang menggunakan lisan oleh siswa, tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berbahasa siswa (Nurhadi dan Suwardi, 2011:33). Sehingga siswa akan berbicara dengan gaya bahasa mereka sendiri dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Yang terakhir adalah tes perbuatan, tes perbuatan adalah tes berupa penugasan yang disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk perbuatan atau unjuk kerja (Nurhadi dan Suwardi, 2011:33). Dalam tes ini siswa melakukan sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan dan selanjutnya guru akan menilai siswa sesuai dengan opsi-opsi yang telah ditetapkan.

(23)

pilihan ganda (tes objektif) dan tes uraian (tes submatif). Pada penelitian ini, tujuan pembelajaran matematika yang digunakan memiliki cakupan proses berfikir dari tingkat kognitif yang rendah sampai kognitif tinggi sehingga tes yang digunakan adalah gabungan dari tes objektif dan tes submatif yaitu tes pilihan ganda dan tes uraian.

2) Teknik Nontes

Teknik nontes merupakan teknik yang digunakan untuk mengukur hasil belajar selain menggunakan teknik tes (Nurhadi dan Suwardi, 2011:53). Hal ini dikarenakan hasil belajar memiliki Beragam bentuk. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan toeritis, ketrampilan, dan sikap, baik pengetahuan teoritis dan ketrampilan keduannya dapat diukur dengan teknik tes, sedangkan untuk sikap dan perkembangan psikologi perlu diukur menggunakan teknik nontes (Nurhadi dan Suwardi, 2011:53). teknik nontes ini terdiri dari beberapa macam, ada yang observasi, wawancara, skala sikap, skala minat dan lain sebagainya (Nurhadi dan Suwardi, 2011:53). Sehingga dapat dikatan bahwa setiap hasil belajar yang berbeda akan berbeda juga dalam pengukurannya.

Dari penjelasan diatas, baik teknik tes maupun teknik nontes, keduanya sangat penting dalam pengukuran hasil belajar. teknik tes, dapat membantu untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif dari yang rendah sampai yang tinggi dan psikomotor siswa. Sedangkan, teknik nontes dapat diketahui hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor melalui lembar observasi,skala sikap, skala minat dll.

2.1.7 Keterkaitan Metode Tutor Sebaya dipadu Metode Inkuiri dengan Hasil Belajar Matematika

(24)

Untuk tutor sebaya, nantinya para siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Sehingga dalam kegiatan ini siswa akan memiliki rasa tanggung jawab karena siswa nantinya akan berlatih bagaimana caranya bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan yang menuntut siswa untuk mempunyai semangat dan kesediaan dalam berbuat bersama orang lain secara kompak (Anggorowati, 2011:104). Tuntutan untuk kompak inilah yang akan dimanfaatkan peneliti agar siswa yang masih rendah nilainya dibawah kkm untuk berusaha menyesuikan diri dalam bimbingan yang nantinya akan diberikan oleh tutor sebaya. Sehingga dengan begitu, diharapkan motivasi siswa ketika mempelajari konsep matematika dapat meningkat.

Suparno (2013:148) berpendapat bahwa tutor sebaya dinilai lebih efektif dimbandingkan dengan tutor guru diakibatkan pengaruh kedekatan tutor sebaya dengan temannya. Sehingga hal inilah yang menjadi salah satu kelemahan guru ketika mengajarkan matapelajaran matematika. Untuk itu tutor sebaya dapat dimanfaatkan guru sebagai pembimbing sebaya pada teman-teman satu kelasnya agar seluruh siswa lebih mudah memahami konsep matematika dengan baik dan kedepannya mampu untuk menyesuaikan materi yang berkaitan dengan pemahaman sebelumnnya. Dengan begitu guru akan lebih mudah dalam memberikan penjelasan untuk menyampaikan materi matapelajaran matematika selanjutnya karena siswa lebih memiliki kesiapan pada materi sebelumnya yang memiliki kaitan dengan materi yang akan diajarkan saat itu. Peran guru dalam metode ini hanyalah sebagai seorang fasilitator sedangkan hak menjelaskan secara penuh diberikan oleh tutor sebaya ketika kegiatan diskusi telah dimulai. jika tutor sebaya memiliki pertanyaan yang ingin ditanyakan maka tutor dapat bertanya kepada guru tanpa mengambil kewenangan tutor sebagai pembimbing.

(25)

Matematika menerapkan konsep deduktif, karena baik isi maupun metode dalam pencarian kebenaran berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial (Karso, 2007:1.40). Hal ini berbeda dengan metode inkuiri yang merupakan metode dalam pembelajaran Ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial yang menggunakan pendekatan induktif dalam tahapan pembelajarannya. Meskipun begitu Karso (2007:1.40) mengungkapkan bahawa ketika mencari kebenaran matematika dapat diawali dengan cara induktif, namun untuk seterusnya generalisasi yang tepat dalam pembuktian adalah secara deduktif. Sehingga peneliti akan menggunakan metode inkuiri yang nantinya ketika dalam tahapan menganalisis akan dibuktikan secara deduktif.

Langkah-langkah dalam metode inkuri menekankan pada prinsip metode ilmiah atau scientific dalam menemukan prinsip, hukum, ataupun teori (Suparno, 2013:72). Dimana siswa nantinya akan belajar bagaimana bersikap layaknya ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun, objektif, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain (Kusmana, 2010:48). hal ini cukup peting untuk siswa dalam belajar matematika karena dengan belajar secara ilmiah siswa akan lebih belajar bersabar dan menikmati proses dalam pembelajaran dan ketika siswa mampu memecahkan masalah maka akan timbul rasa puas dan senang sehingga konsep matematika yang dipelajari akan lebih membekas dalam ingatan.

Metode inkuri adalah metode yang mendorong siswa untuk tidak belajar secara hafalan karena siswa sendirilah yang mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang disodorkan (Kusmana, 2010:48). Sehingga hal ini akan lebih memudahkan siswa dalam memahami konsep yang dipelajari. Hal ini sejalan dengan tujuan akhir dari belajar matematika bahwa yang ditekankan pada siswa adalah pemahaman terhadap konsep-konsep matematika yang relatif abstrak (Karso, 2007:1.42).

(26)

mudah meningkatkan pemahanan siswa karena siswa tidak merasa terpaksa dalam memahami materi matematika yang dipelajari. Selanjutnya, ditemukannya jawaban dari masalah yang siswa selidiki akan membuat siswa lebih paham akan materi yang dipelajari sehingga konsep-konsep matematika yang abstrak akan lebih mudah diserap oleh siswa. Dimana hal ini juga sesuai dengan tujuan akhir dalam belajar matematika yaitu siswa mampu memahami konsep-konsep matematika yang relatif abstrak. Selain itu, hal ini akan memudahkan guru untuk masuk pada materi konsep selanjutnya yang memiliki kaitan dengan konsep sebelumnya. Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan mampu mencapai tujuan pembelajaran.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Afifah (2011:73) meneliti lima siswa berkeselulitan belajar untuk matapelajaran matematika dikelas III SDN Kepatihan Surakarta Tahun 2010/2011. lima siswa tersebut adalah siswa yang belum tuntas nilai KKM matapelajaran matematika yaitu 63. Kemudian dilakukanlah penelitian selama tiga siklus. Disiklus pertama , nilai rata-rata yang diperoleh lima siswa terbut adalah 55,5. Kemudian pada siklus kedua, rata-rata nilai lima siswa tersebut naik menjadi 61. Selanjutnya pada siklus ketiga, lima siswa tersebut berhasil memeroleh nilai rata-rata diatas KKM sebesar 69,6. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini penggunaan metode tutor sebaya guna meningkatkan hasil belajar telah tercapai. Namun dalam pelaksanaannya terdapat salah satu kekurangan dimana komunikasi dan kerjasama postif antar teman masih perlu ditingkatkan. Untuk itu perlu adanya sebuah kegiatan penelusuran sebuah masalah yang mampu membuat siswa terfokus dan mampu bekerjasama dengan baik untuk memecahkan masalah tersebut.

(27)

seluruh siswa adalah 68. Selanjutnya pada siklus kedua, dari tes yang dikerjakan, seluruh siswa memeroleh nilai rata-rata sebesar 70 hampir seluruh siswa mencapai KKM dengan perolehan sebanyak 94,73%. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini penggunaan metode tutor sebaya guna meningkatkan hasil belajar telah tercapai. Dalam penelitian ini hampir tidak ada kekurangan yang didapati, namun dalam pemberian saran peneliti berkata kepada siswa salah satunya untuk selalu berusaha aktif dan kreatif dalam pembelajaran Ulfah (2012:24). Sehingga dalam pembelajaran perlu selalu ada kegiatan yang mampu meningkatkan keaktifan dan kekreatifitasan siswa.

(28)
(29)

memenuhi kriteria layaknya tutor sebaya. sehingga tutor sebaya diyakini dapat membawa siswa dalam kondisi belajar yang lebih kondusif.

Untuk itu menarik jadinya jika metode tutor sebaya dipadukan dengan metode inkuri karena kedua metode ini mampu mengisi masing-masing kekurang yang dimiliki pada setiap metodenya. Dalam penelitian ini akan dipadukan metode tutor sebaya dan metode inkuiri dengan memperhatikan langkah-langkah pembelajarannya. Langkah-langkah yang dipadukan dalam metode ini adalah metode tutor sebaya menurut Sumadi dan Priyogo (2011:79-80) dan metode inkuiri menurut Kindsvatter, Willen, dan Ishler (Suparno, 2013:72) dengan modifikasi sesuai standar proses yang terdiri dari pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), dan penutup.

Selain kekurangan yang disampaikan dalam paragraf sebelumnya, Afifah (2011:80) mengatakan bahwa terdapat satu kelemahan lain yang terjadi pada siklus II yaitu tutor sebaya belum dapat membimbing siswa lainnya, untuk itu pada siklus III dilakukan bimbingan terlebih dahulu sehingga hasilnya tutor sebaya lebih percaya diri dalam membimbing teman-teman sebaya. Belajar dari hal tersebut, peneliti berencana akan melakukan bimbingan terlebih dahulu kepada seluruh anggota tutor sebaya sebelum siklus I dan siklus II dilaksanakan. Sehingga kekhawatiran bahwa tutor sebaya belum mampu membimbing siswa yang lain dapat sedikit teratasi.

(30)

2.3 Kerangka Pikir

Pelasanaan pembelajaran menggunakan metode tutor sebaya dipadu metode inkuri, peneliti akan menggunakan tes pra-siklus untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa dan sebagai pertimbangan untuk menentukan tutor sebaya. Tutor sebaya yang dipilih akan dibimbing terlebih dahulu dan nantinya akan bertugas membimbing teman-teman sekelasnya. Setelah itu peneliti akan membuat kelompok yang nantinya akan disesuaikan dengan karakter siswa dan bukanlah teman karib siswa. Saat penelitian dilaksanakan, awalnya tujuan pembelajaran akan dijelaskan. Selanjutnya guru akan membagi siswa menjadi 5-6 orang dab guru akan mulai menjelaskan materi sedangkan siswa menyimak dengan baik tentang mengubah pecahan kebentuk persen dan desimal serta sebaliknya. selanjutnya siswa menyimak masalah yang diberikan guru dan selanjutnya akab dipecahkan secara berkelompok sesuai dengan tahapan metode inkuiri. Setiap kelompok akan berdiskusi terlebih dahulu dalam membuat hipotesis dengan bimbingan tutor sebaya. Setelah itu, siswa akan mengumpulkan data dengan cara menghitung pecahan yang berasal dari masalah yang diberikan. Selanjutnya menganalisis data dengan cara membandingkan hasil dengan hipotesis. Setelah selesai, setiap kelompok akan membuat kesimpulannya apakah hipotesis setiap kelompok diterima atau ditolak. Tahap terakhir akan dilaksanakan presentasi dari beberapa kelompok dan pemberian komentar dari kelompok lain. Setelah presentasi berakhir guru akan memberikan apresisasi kepada siswa yang presentasi dan yang berkomentar berupa tepuk tangan dan memberikan hadiah bagi kelompok yang memiliki nilai tertinggi.

(31)

Gambar 2.1

Skema Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode tutur sebaya dipadu metode inkuiri

4. Menyimak masalah yang akan dipecahkan Metode tutor sebaya dan metode

(32)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berikut adalah hipotesis dari penelitian tindakan kelas yang terdapat dalam penelitian ini.

1. Metode tutor sebaya dipadu metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Kauman Kidul tahun 2016/2017.

Gambar

 Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;.. Peraturan Menteri Pendidikan dan

14. Agus Sarifudin, S.P.d., MM Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat 15. Made Saputra, S.Pd., M.Si Dinas Pendidikan Propinsi Bali.. Cabang

formulation, the proximate composition of feed ingredi- ents (Table 1) and amino acid analysis of unprocessed, water soaked and autoclaved PJ seed meals along with fish meal

PKD PMII Komisariat Ratu Kalinyamat INISNU Jepara 2008 ini mengusung tema “ Rethinking Islam sebagai Gerakan Progresif Masa Depan”.. Upaya kembali memikirkan Islam secara serius

Berdasarkan Tabel 2 maka dapat dilihat bahwa responden menjawab material atau perlengkapan bahan yang digunakan untuk pembuatan tracer tidak ada sebanyak 8 orang (53%),

Peserta tidak fokus pada gagasan sendiri Peserta melihat semua dimensi secara seimbang “Sebelum pembicara baru, saya akan rumuskan dulu pokok-pokok penting diskusi tadi…”

Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat.. membentuk kista untuk mempertahankan hidupn

Hasil penelitian ini adalah produk Sosftware / Aplikasi pelayanan kemoterapi di rumah sakit ini terdiri dari data master meliputi: data pasien, data obat, data ICD10 dan data