• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tradisi Manekat: Studi Sosiologis terhadap Perubahan Sosial dalam Manekat di Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tradisi Manekat: Studi Sosiologis terhadap Perubahan Sosial dalam Manekat di Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e

mengidentikkan segala hal dengan saling membantu sesama anggota keluarga. Sikap tolong

menolong ini dalam bahasa dawan dikenal dengan istilah “tok tabuah, tamolok tabuah” yang

berarti "duduk dan bicara bersama kita saling membuka diri dan saling membantu". Dalam

filosofi bahasa dawan, istilah ini memberi makna bahwa segala sesuatu bisa dicapai ketika

masyarakat berkumpul bersama dan saling bahu membahu untuk mencapai tujuan tertentu.2

Kegiatan berkumpul bersama dan saling menanggung baban ini bagi orang Timor disebut

“kumpul keluarga”, di mana tradisi kumpul keluarga ini tidak hanya dilakukan dalam

acara-acara sukacita seperti peminangan dan pesta pernikahan, tetapi juga dalam acara-acara dukacita

seperti kematian. Semua keluarga datang berkumpul dengan membawa manekat berupa uang,

barang, kain tenunan yang disebut “tais” maupun hewan ternak dengan maksud untuk

membantu meringankan beban keluarga yang akan menyelenggarakan pesta, maupun yang

sedang berduka.3

Manekat adalah istilah dalam bahasa Dawan yang berarti Kasih/Mengasihi, namun

dalam hubungannya dengan tradisi kumpul keluarga, manekat diartikan sebagai pemberian

tanda kasih atau ungkapan hati. Karena manekat ini merupakan tanda kasih dan ungkapan

1 Atoni Meto artinya orang dari tanah kering. Pemberian nama tersebut dimungkinkan karena tanah

Timor dikenal sebagai daerah yang kering, curah hujan yang rendah, struktur tanah yang berbukit-bukit, berbatu dan mengandung zat kapur. Lihat: H.G. Schulte Norholt, The Political System of Atoni of Timor, The Hague, Marthinus Nijhoff. 1971, hal. 19.

2

http://komunitaslopotimor.blogspot.co.id/2017/03/normal-0-false-false-false-in-zh-tw-x.html, diakses 15 Juli 2017

(2)

2 | P a g e

hati, apapun bentuk pemberian yang dibawa oleh keluarga, akan diterima dengan sukacita.

Tidak ada penentuan besar kecilnya manekat yang harus dibawa. Bagi orang Timor, yang

terpenting dari kumpul keluarga adalah bukan pada besar kecilnya pemberian yang

dikumpulkan, tetapi rasa solidaritas antar keluarga yang selalu diutamakan. Tradisi Manekat

ini dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat Timor, baik itu masyarakat Timor yang hidup

di pedesaan maupun masyarakat Timor yang hidup di perkotaan dan perantauan.4 Ketika ada

anggota keluarga yang hendak melakukan perhelatan, maka akan ada utusan keluarga yang

mendatangi seluruh rumpun keluarga dengan maksud untuk mengundang keluarga tersebut

hadir dalam acara kumpul keluarga. Dalam acara tersebut, keluarga yang melangsungkan

perhelatan akan menjamu keluarga yang diundang. Konsep acaranya tergantung dari „yang

mengundang‟, termasuk seberapa mewahnya acara tersebut.

Dalam tradisi manekat, anggota keluarga dan kerabat mempunyai rasa kebersamaan

dan kepentingan yang sama untuk menjaga hubungan persaudaraan dan kekerabatan.

Kehadiran dalam acara kumpul keluarga, menunjukan bahwa masyarakat mempunyai

kesadaran untuk terus membangun hubungan yang baik, apalagi dengan adanya manekat

tersebut. Masyarakat sangat memiliki kesadaran sosial untuk saling tolong-menolong dan

menanggung beban. Bagi masyarakat yang hidup di perkotaan, yang dimaksud keluarga,

tidak hanya terbatas pada mereka yang mempunyai hubungan darah, tetapi juga mereka yang

hidup berdampingan dalam lingkungan tempat tinggal atau yang biasa disebut tetangga, akan

diundang dan turut mengambil bagian dalam acara kumpul keluarga tersebut dan tentunya

juga akan membawa manekat. Sikap saling tolong menolong dan menanggung beban ini,

menekankan bahwa manekat dapat menjadi perekat sosial dalam masyarakat.

Jika dilihat dari sudut pandang agama, sikap saling tolong menolong adalah

kewajiban yang diajarkan dalam semua agama dan harus dilaksanakan oleh semua

(3)

3 | P a g e

pemeluknya. Masyarakat Soe, khususnya Desa Kesetnana yang mayoritas beragama Kristen

Protestan, sebenarnya melalui tradisi manekat ini, telah melakukan sebuah tindakan seperti

dikatakan Firman Tuhan sebagai tindakan memenuhi hukum Kristus. Dalam surat Galatia 6:2

mengatakan “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi

hukum Kristus”. Setiap uluran tangan dalam memberikan bantuan pasti sangat berharga dan

bermanfaat bagi yang mendapatkannya dan tentunya dengan tidak mengharapkan imbalan

atau balas jasa.

Pada pengamatan awal, penelitian ini melihat bahwa manekat sekarang ini mengalami

pergeseran makna dan nilai. Manekat yang pada awalnya adalah pemberian tanda kasih yang

harus diterima dengan sukacita tanpa melihat jenis dan besar kecilnya pemberian yang

dibawa, sekarang mulai mengalami pergeseran nilai tanda kasihnya. Setiap manekat yang

dibawa oleh keluarga akan dicatat oleh si penerima manekat, biasanya ada seseorang yang

ditunjuk sebagai pencatat buku, dan apabila si pembawa manekat tadi mengadakan acara

kumpul keluarga, maka si penerima manekat akan datang dengan membawa manekat yang

sama sesuai catatan atau bahkan lebih dan tidak boleh kurang. Hal ini tentulah

menghilangkan makna manekat yang awalnya sebagai tanda kasih dan ungkapan hati secara

sukarela, menjadi ajang balas utang atau balas jasa. Persoalannya yaitu si pembawa manekat

akan berusaha membalas utang untuk menjaga harga diri dan agar tidak dikucilkan dari

keluarga maupun masyarakat. Kumpul keluarga diadakan bukan lagi untuk membina dan

menjalin persaudaraan tapi dengan maksud agar mendapatkan manekat yang lebih besar dan

banyak. Semakin banyak keluarga dan kerabat yang berkumpul, diharapkan manekat yang

dibawa juga dalam jumlah yang besar. Kehadiran dalam kumpul keluarga dijadikan ajang

balas jasa “kalau saya datang pada acaranya, dia juga harus datang pada acara saya nantinya”.

Jika ada anggota keluarga dan kerabat yang tidak hadir pada acara kumpul keluarga, apalagi

(4)

4 | P a g e

Akibatnya anggota keluarga tersebut akan merasa dikucilkan, karena itu sebisa mungkin

anggota-anggota keluarga harus hadir dalam acara kumpul keluarga dan yang lebih utama

lagi harus membawa manekat. Sangat jelas terlihat bahwa hal ini dapat merusak solidaritas

dan nilai-nilai persaudaraan. Solidaritas yang dibangun hanya untuk kepentingan pribadi dan

mendapat upah. Ketika tradisi ini tidak dilakukan atau sengaja diabaikan, maka pihak yang

mengabaikan tradisi ini akan mendapat hukuman psikologi, ia akan menjadi bahan gunjingan

bahkan diasingkan dari tengah-tengah keluarga. Karena itu, mau tidak mau individu harus

berusaha untuk terlibat aktif dalam tradisi kumpul keluarga, dalam hal ini manekat.

Kenyataan tradisi kumpul keluarga khususnya bagi masyarakat sekarang ini, seolah-olah

menjadi tradisi pemaksaan. Individu dipaksa untuk memberikan manekat. Fakta sosial seperti

ini menurut Emile Durkheim adalah fakta sosial yang bersifat memaksa, artinya bahwa Fakta

ini memiliki kekuatan untuk menekan dan memaksa individu untuk menerima dan

melaksanakannya. Individu dipaksa untuk tunduk pada aturan-aturan, norma, nilai, dan tradisi

yang berlaku dan dijunjung tinggi di mana ia tinggal.5 Hal ini berarti seorang individu jika

ingin tetap hidup dalam lingkungannya serta berinteraksi baik dengan sesamanya, maka ia

tidak boleh mengabaikan apalagi melanggar aturan-aturan dan tradisi-tradisi yang berlaku.

Berdasarkan hasil penelitian sementara penulis, sebagian kecil orang Timor di Soe

menyebutkan bahwa adanya sistem catat buku ini sebagai pengingat bagi keluarga untuk

dapat membalas kebaikan keluarga yang membawa manekat.6 Namun, penulis melihat bahwa

adanya sistem catat buku justru menghilangkan esensi dari manekat itu sendiri. Karena itu,

dengan penjelasan permasalahan di atas, maka jelas bahwa penelitian ini sangat penting

dilakukan sebagai upaya untuk memahami dan memaknai kembali hakekat manekat sebagai

pemberian sukacita dan tanda ungkapan hati tanpa mengharapkan adanya imbalan.

5

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta: Gramedia, 2009), 177-178.

(5)

5 | P a g e

Penulis berasumsi bahwa terjadinya pergeseran nilai dan makna dalam manekat

dikarenakan adanya perubahan sosial dalam masyarakat. Karena itu, dalam penelitian ini

menggunakan pemikiran-pemikiran dari teori perubahan sosial, di mana perubahan sosial

merupakan fenomena kehidupan sosial yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu

maupun kelompok masyarakat manapun di dunia ini.7 Pertanyaan mendasar yang yang

seringkali muncul ke permukaan adalah mengapa perubahan itu muncul, dan jawaban yang

bisa diajukan adalah karena manusia pada dasarnya memiliki rasa bosan sehingga perubahan

itu terjadi.8 Selain itu, perubahan juga seringkali terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide

pembaruan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan.9 Sehingga

dapat dikatakan bahwa manusia pada dasarnya terus menerus mengalami perubahan.10 Selo

Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial meliputi segala perubahan pada suatu

masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamanya nilai-nilai, sikap dan

pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.11 Kenyataan bahwa hubungan

sosial yang terjalin hanya untuk mendapatkan balas jasa dan imbalan, hubungan keluarga

yang dibangun hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi, menunjukan bahwa adanya

perubahan perilaku maupun pemikiran dalam masyarakat. Masyarakat menjadi individualistis

dan materialisme.

Selain itu, penelitian ini akan menggunakan juga teori “The Gift” dari Marsel Mauss.

Penulis menggunakan teori ini karena menurut penulis, teori ini sangat sesuai untuk meninjau

dan menganalisa permasalahan yang terjadi dalam tradisi manekat. Marsel Mauss

mengemukakan bahwa “ pada dasarnya tidak ada pemberian yang Cuma-Cuma atau gratis.

7 Everett M. Rogers dkk, Sosial Change In Rural Societies: an introduction to rural sociology

(Englewood Cliffss: Prentice-Hall, 1988), 16.

8

Jacobus Ranjabar, Perubahan Sosial dalam Teori Makro: Pendekatan Realitas Sosial (Bandung: Alfabeta, 2008), 50

9

Ranjabar, Perubahan Sosial dalam Teori Makro...., 54

10

Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Prenada Media, 2010), 3

(6)

6 | P a g e

Segala bentuk pemberian, selalu diikuti oleh pemberian kembali atau imbalan. Menurut

Mauss, ada tiga macam kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia, yaitu: kewajiban

untuk memberi, menerima dan membayar kembali. Mauss melihat bahwa setiap pemberian

adalah bagian dari suatu sistem tukar menukar yang saling mengimbangi di mana kehormatan

dari si pemberi dan si penerima terlibat di dalamnya. Dalam sistem tukar menukar ini setiap

pemberian harus dikembalikan dalam suatu cara khusus yang menghasilkan suatu lingkran

kegiatan yang tidak ada habis-habisnya dari satu generasi ke generasi berikutnya.12

1.2Perumusan Masalah

Manekat pada dasarnya adalah falsafah hidup orang Timor yang sangat baik. Melalui

manekat, orang Timor hidup dalam rasa solidaritas, hidup saling mengasihi, saling

menanggung beban dan saling berbagi. Dengan adanya manekat, orang Timor dapat menjaga

persatuan dan kesatuan baik itu dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat. Tidak dapat

dipungkiri, adanya globalisasi dengan segala kemajuan dalam segala bidang kehidupan,

secara perlahan telah menggeser nila-nilai budaya yang terkandung dalam setiap tradisi

masyarakat, bahkan menciptakan masyarakat yang individualis dan materialistis. Terjadi

begitu banyak perubahan dalam kehidupan manusia sebagai dampak dari globalisasi. Ada

pengaruh yang bersifat positif seperti tersedianya informasi yang dapat diakses secara cepat

serta terjalinnya kehidupan manusia oleh jaringan komunikasi dan transaksi global, namun

adapula pengaruh yang bersifat negatif seperti persaingan sosial, budaya, agama, politik dan

bisnis.13 Apakah pergeseran makna yang terjadi dalam tradisi manekat merupakan salah satu

akibat dari perubahan sosial yang didukung oleh globalisasi?. Penelitian ini hendak mencari

12

Marsel Mauss, Pemberian (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992), 56.

13

(7)

7 | P a g e

penyebab permasalahan tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan,

pertanyaan penelitian ini adalah:

1) Apa Makna dan Nilai yang terkandung dalam tradisi Manekat?

2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perubahan dalam Manekat serta apa dampak

yang ditimbulkan dari adanya perubahan tersebut?

3) Bagaimana sikap gereja dalam melihat perubahan yang terjadi dalam Manekat?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna dan

nilai yang terkandung dalam tradisi manekat dan menganalisa faktor-faktor penyebab

terjadinya perubahan dalam manekat serta menganalisa dampak yang ditimbulkan

dari adanya perubahan dalam manekat. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk

melihat peran dan sikap gereja dalam menyikapi perubahan tersebut, apakah gereja

sebagai lembaga keagamaan sekaligus istitusi sosial yang mengajarkan nilai

kepedulian dan cinta kasih mampu menjadi penerang bagi masyarakat agar kembali

melaksanakan tradisi manekat sebagaimana mestinya ataukah justru gereja ikut

melegalkan praktek manekat dengan sistem catat buku.

1.4Urgensi Penelitian

Penulis merasa penelitian ini sangat penting untuk dilakukan, karena menurut

penulis masalah pergeseran makna dalam tradisi manekat orang Timor telah mencapai

tingkat yang serius yang dapat merusak hubungan kekerabatan dan persatuan hidup

orang Timor. Menurut penulis, orang Timor harus kembali memaknai tradisi manekat

ini sebagai sebuah falsafah hidup yang dapat mempersatukan, rasa memiliki dan

(8)

8 | P a g e

Melalui penelitian dan tulisan ini, penulis berharap orang Timor kembali sadar

akan pentingnya solidaritas dalam membangun kehidupan bersama serta orang Timor

akan kembali mempraktekan tradisi manekat sebagaimana mestinya.

1.5Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penilitian ini adalah metode penelitian

kualitatif yang didasarkan pada upaya memberi penekanan pada segi memahami

bukan mengukur.14 Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan metodologi penelitian

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa deskriptif

tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.15 Sedangkan

teknik pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi partisipatoris

wawancara mendalam, dengan tujuan agar memperoleh data yang dapat menjelaskan

dan atau menjawab permasalahan yang ingin diteliti.16 Wawancara merupakan suatu

proses interaksi dan komunikasi.17 Lokasi penelitian ini di Kabupaten Timor Tengah

Selatan, Desa Kesetnana, khususnya di Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana. Penulis

memilih lokasi tersebut, karena berdasarkan pengamatan awal penulis, wilayah ini

merupakan salah satu wilayah yang mempraktekan manekat dengan sistem catat buku

atau sistem balas utang. Informan penelitian ini adalah para tokoh masyarakat, tokoh

adat dan anggota jemaat Immanuel Kesetnana dan juga tercakup di dalamnya

Noeng Muhardjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), 3.

15

Moleong Leky J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: FT. Remaja Rosdakarya), 120.

16

Moleong Leky J, Metode Penelitian Kualitatif..., 139

(9)

9 | P a g e

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penulisan, urgensi penelitian, landasan teori, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II Kerangka Teoritik

Bab ini berisi tentang kerangka teoritik perubahan sosial. Di dalamnya menjelaskan

tentang pengertian perubahan sosial secara umum dan perubahan sosial menurut

Soerjono Seoekanto, faktor-faktor penyebab perubahan sosial, dampak-dampak dari

adanya suatu perubahan sosial serta penulis juga sedikit menjelaskan tentang

pengertian manekat sebagai sebuah pemberian/sumbangan.

BAB III Tradisi Manekat di Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana

Bab ini menguraikan tentang realita pelaksanaan tradisi manekat di jemaat GMIT

Immanuel Kesetnana. Di mana di dalamnya penulis membaginya dalam beberapa sub

judul yang membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian, pengertian manekat

serta pelaksanaan manekat di jemaat GMIT Immanuel Kesetnana.

BAB IV Kajian Perubahan Sosial Dalam Tradisi Manekat

Bab ini berisi tentang analisa penulis tentang perubahan sosial yang terjadi dalam

manekat yang berkesinambungan antara kerangka teoritik dan hasil penelitian.

BAB VPenutup

Bab akhir ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari penulis tentang apa yang harus

dilakukan masyarakat dan gereja dalam menyikapi perubahan sosial.

1.7Tinjauan Pustaka

Guna mendukung penelitian ini, penulis akan menggunakan beberapa buku,

jurnal ataupun data pendukung lainnya yang berasal dari dalam maupun luar negeri

(10)

10 | P a g e

Buku-buku yang digunakan yaitu buku atau jurnal yang berkaitan dengan budaya

Referensi

Dokumen terkait

Dari kutipan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa ruang menurut Kant merupakan satu gambaran yang berada dalam pemikiran manusia, pengalaman berada dalam

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia Perusahaan Jasa Konstruksi, Klasifikasi Kecil, yang dengan terlebih dahulu melakukan registrasi pada Layanan Pengadaan

15.Pada penyepuhan tembaga dengan perak, logam yang dipakai sebagai anode adalah

Analisis berganda pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu kepuasan kerja dan disiplin kerja terhadap variabel dependen yaitu

llelrJasarkan kesimpulan hasil evaluasi terhadap harga penawaran, evaluasi tehnis, tlm evaX6asi administrasi,. Ilejahat Pengadaan Barang/Jasa berkesirnpulan rnenetapkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah umpan balik tertulis secara tidak langsung dari guru dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam

skripsinya meneliti semantik verba “BAWA” dalam bahasa Batak Toba, Lumban. Gaol (2014) dalam skripsinya meneliti verba POTONG dalam bahasa

• Implikasi: Koperasi semakin dikerdilkan, tidak bisa memiliki banyak unit usaha seperti sebelumnya, dalam arti konversi modal sosial ke modal fnansial menjadi terhambat,