• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI RUANG RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI RUANG RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

563

HUBUNGAN GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI RUANG

RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Darma Yunita

1

, Hamzah Taza

2

,Junaidi

3

1STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2STIKES Nani Hasanuddin Makassar

3Poltekkes Kemenkes Makassar

ABSTRAK

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola makan dan merokok terhadap hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah semua pasien hipertensi yang ada Di RSUD Labuang baji Makassar. Sampelnya adalah semua pasien yang ada di RSUD Labuang baji Makassar pada tangga 03 Juli- 03 Agustus tahun 2013 sebanyak 32 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik. Hasil analisis bivariat didapatkan hubungan antara pola makan terhadap hipertensi (ρ < 0,035) dan hubungan antara merokok terhadap hipertensi (ρ < 0,011). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara pola makan terhadap hipertensi dan tidak ada hubungan antara merokok terhadap hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar. Disarankan kepada para peneliti yang akan mengadakan penelitian serupa hendaknya perlu mengkaji ulang dengan melibatkan sampel yang lebih banyak dan rancangan penelitian yang lebih baik agar dapat memperoleh kesimpulan yang lebih baik pula.

Kata Kunci : Pola makan, merokok, Hipertensi

PENDAHULUAN

Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding, yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi mengubah darah yang keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak yang tinggi dan lembah yang dalam (Sutanto, 2010).

World Hearlt Organization (WHO) adalah organisasi kesehatan dunia. Menurut WHO, Hipertensi adalah keadaan seseorang apabila mempunyai tekanan sistolik sama dengan atau lebih tinggi dari 160 mmHg dan tekanan diastolik sama dengan atau lebih tinggi dari 80 mmHg secara konsisten dalam beberapa waktu. Pada tahun 2005 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan data bahwa di seluruh dunia, sekitar 1,4 milyar orang atau 39,6 penghuni bumi mengidap hipertensi, jumlah ini terus meningkat sejak tahun 2000 dimana jumlah penderita hipertensi yang ditemukan sebanyak 972 juta

orang atau 26,4% dengan jumlah penderita terbanyak adalah pria yaitu sebesar 76,6% (Sutanto, 2010).

Hipertensi berpotensi menyebabkan berbagai gangguan jantung, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, hingga gangguan irama jantung. Hasil penelitian organisasi kesehatan dunia (WHO) menunjukkan hampir setengah dari kasus serangan jantung di picu oleh tekanan darah tinggi. Organisasi kesehatan dunia WHO menempatkan penyakit kardiovaskular sebagai pembunuh nomor satu di dunia penyakit ini terwujud dalam bentuk serangan jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi. WHO mengatakan merokok, kemalasan fisik,dan pola makan tidak sehat sebagai penyebab utama. Ketika organisasi-organisasi kesehatan terkemuka berbicara mengenai pola makan tidak sehat, maksud mereka adalah pola makan yang tinngi lemak dan sodiumya (Anonim, 2009).

(2)

Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

564

Jumlah ini akan di perkirakan akan melonjak menjadi 1,5 milliar pada 2025 (Depkes RI, 2010).

Di Indonesia dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi Hipertensi di Indonesia adalah 8.3% kemudian Pada tahun 2000 prevalensi penderita hipertensi di indonesia mencapai 21% (pengukuran standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal 139 / 89 mmHg). Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat menjadi 37 % pada tahun 2015 dan menjadi 42 % pada tahun 2025. Dari 33 Propinsi di Indonesia terdapat 8 propinsi yang kasus penderita hipertensi melebihi rata–rata nasional yaitu: Sulawesi Selatan (27%), Sumatera Barat (27%), Jawa Barat (26%), Jawa Timur (25%), Sumatera Utara 24%, Sumatera Selatan (24%), Riau (23%), dan Kalimantan timur (22%). Sedangkan dalam perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi cenderung tinggi pada daerah urban seperti: Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar yang mencapai 30 – 34%.

Di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat Hipertensi dan terdapat 450.000 kasus penyakit hipertensi dari kasus hipertensi tersebut diketahui bahwa 337.500 kasus (75%) merupakan usia produktif (15-50 tahun) yang didominasi oleh laki-laki, sisanya 112.500 kasus (25%) tidak terdiagnosis dan baru sebagian yang tercakup dalam program penanggulangan penyakit hipertensi sesuai dengan rekomendasi WHO (Anonim, 2012).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di Negara-negara maju. Di Indonesia, ancaman hipertensi tidak boleh diabaikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kian hari penderita hipertensi di Indonesia semakin meningkat. Namun sayangnya dari jumlah total penderita hipertensi tersebut, baru sekitar 50% terdeteksi. Dan diantara penderita tersebut hanya setengah yang berobat secara teratur. Bagi golongan masyarakat tingkat atas hipertensi benar-benar telah menjadi momok yang menakutkan (Sutanto, 2010).

Tekanan darah merupakan ukuran tekanan darah di dalam arteri yang di dalam arteri yang didapat dari setiap denyut jantung. Biasanya, seorang dokter atau perawat dapat

mendengar tekanan darah dengan

menempatkan stetoskop di arteri dan memompa sabuk yang dilingkarkan pada lengan (Adib, M., 2011).

Data dari Rumah Sakit Labuang Baji Makassar, pada tahun 2011 terdapat 158 pasien hipertensi, adapun pada tahun 2012 terdapat 177 pasien hipertensi. Berdasarkan hal tersebut diatas dimana angka kejadian

Hipertensi ditiap tahunnya mengalami peningkatan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Diruang Rawat Inap Rumah Sakit Labuang Baji Makassar”.

Tekanan darah tinggi adalah kondisi medis yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama) penderita yang mempunyai tekanan darah melebihi 140/90 mmHg, diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi merupakan salah satu resiko utama penyebab stroke, serangan jantung, dan gagal jantung (Adib, M., 2011).

Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia menunjukkan bahwa di daerah pedesaan masih banyak penderita hipertensi yang belum terjangkau oleh layanan kesehatan. Baik dari segi temuan kasus ( case-finding) maupun penatalaksananan pengobatan, jangkauannya masih sangat terbatas. Hal ini masih ditambah dengan tidaknya keluhan dari sebagian besar penderita yang hipertensi (Ardiansyah, Muhammad., 2012).

BAHAN DAN METODE

Lokasi, populasi, dan sampel

Penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan metode deskriptif Analitik

dengan rancangan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Juli 2013.Pada penelitian ini populasinya adalah 49 jiwa. Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Aziz, 2007, hal. 60).Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling yaitu merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada

Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel yang tersebut digunakan (Aziz, 2007, hal 60). 1) Kriteria inklusi :

a. Pasien yang di rawat inap di rumah sakit labuang baji makassar

(3)

Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

565

Pengumpulan Data

Mengumpulkan data dengan

menggunakan kuesioner dan sebagai subjek penelitian adalah seluruh penyakit hipertensi yang berada dirumah sakit labuang baji Makassar yang memenuhi inklusi. Cara pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini:

1. Variabel dependen yang terdiri dari, pola makan, merokok, dan hipertensi dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari: Data demografi responden meliputi nama, umur, pendidikan, suku, pekerjaan dan agama. Pola makan menggunakan skala likert, ini digunakan untuk mengukur penyakit hipertensi, dan merokok menggunakan guttman untuk mengetahui sejauh mana dia merokok sehingga terjadi hipertensi pasien tersebut. Dan hipertensi menggunakan skala likert untuk mengukur tingkat penyakit hipertensi yang terjadi. Selanjutnya kuesioner disebarkan kepada responden untuk diisi, setiap pertanyaan dijawab langsung oleh responden tanpa diwakili dengan cara memberi check list

(√) pada kolom yang telah disediakan. 2. Variabel Dependen yaitu sebagai data

yang digunakan untuk pelengkap variable dependen yang berhubungan masalah yang diteliti untuk mengetahui jumlah keseluruhan penyakit hipertensi.

Analisis data

a) Analisis Univariat

Dilakukan untuk mendapatkan

gambaran umum dengan cara

mendeskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian dengan melihat distribusi frekuensi, mean, median dan modus.

b) Analisis Bivariat

Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas secara sendiri dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square, SPSS 16,00.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Karkteristik demografi responden berdasarkan umur di ruang rawat inap Baji kamase Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

Umur n %

< 38 11 34,4

> 38 21 65,6

Total 32 100

Berdasarkan tabel terlihat bahwa umur yang terbanyak menjadi responden adalah umur > 38 tahun yaitu sebanyak 21 responden (65,6%), sedangkan yang paling sedikit adalah

umur < 38 tahun sebanyak 11 responden (34,4%).

Tabel 2. Karkteristik demografi responden berdasarkan Jenis Kelamin di ruang rawat inap Baji kamase Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

Umur n %

Laki-laki 12 37,5

Perempuan 20 62,5

Total 32 100

Berdasarkan table terlihat bahwa jenis kelamin yang terbanyak menjadi responden adalah jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 20 (62,5%), Sedangkan yang paling sedikit adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 12 (37,5%).

Tabel 3. Karkteristik demografi responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di ruang rawat inap Baji kamase Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

Tingkat Pendidikan n %

TS 4 12,5

SD 5 15,6

SMP 8 25,0

SMA 10 31,2

S1 5 15,6

Total 32 100

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa pendidikan terbanyak responden adalah SMA yaitu sebanyak 10 responden (31,2 %) sedangkan yang paling sedikit adalah SD yaitu sebanyak 5 responden (15,6 %).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hipertensi di ruang rawat inap Baji kamase Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

Hipertensi n %

Tidak 9 28,1

Ya 23 71,9

Total 32 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa hipertensi sebanyak 23 responden (71,9%), sedangkan yang tidah hipertensi sebanyak 9 responden (28,1%).

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Makan Di Ruang Rawat Inap Baji Kamase Di RSUD Labuang Baji Makassar

Pola Makan n %

Tidak Sehat 17 53,1

Sehat 15 46,9

Total 32 100

(4)

Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

566

hipertensi, sedangkan 15 responden (46,9%) memiliki pola makan yang sehat.

Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan Merokok di ruang rawat inap Baji kamase Di RSUD Labuang Baji Makassar.

Merokok n %

Tidak 19 59,4

Ya 13 40,6

Total 32 100

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sebanyak 13 responden (40,6%) yang merokok dalam hipertensi, sedangkan 19 responden (59,4%) yang tidak merokok.

Tabel 7. Hubungan Pola makan terhadap hipertensi Di ruang rawat inap Baji kamase Di RSUD labuang baji Makassar.

Pola kurang tidak sehat tetapi mengalami hipertensi adalah 2 (6,2%), sedangkan pola makan tidak sehat tetapi mengalami hipertensi 17 responden (53,1%), sedangkan pola makan yang sehat tetapi tidak mengalami hipertensi adalah 7 responden (21,9%), dan pola makan yang sehat tapi mengalami hipertensi 23 responden (71,9% . Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh nilai ρ = 0.035 < 0.05 yang berarti bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan hipertensi.

Tabel 8. Hubungan Merokok terhadap hipertensi di Ruang rawat inap Baji kamase RSUD Labuang baji Makassar.

Merokok tetapi tidak mengalami hipertensi 2 responden (6,2%) , sedangkan yang tidak merokok tapi mengalami hipertensi 17 responden (50,0%), dan yang merokok tetapi tidak mengalami hipertensi 7 responden (21,9%), sedangkan yang merokok dan mengalami hipertensi adalah 6 responden

(18,8%). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di peroleh nilai ρ = 0.011 < 0.05 yang berarti bahwa terdapat hubungan antara merokok terhadap hipertensi.

PEMBAHASAN

a. Hubungan pola makan terhadap hipertensi Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini, pola makan yang kurang sebanyak 7 (21,9%) dan pola makan yang cukup sebanyak 8 (25,0%) terhadap pasien yang tidak hipertensi. Sedangkan pola makan yang kurang sebanyak 2 (6,2%) dan pola makan yang cukup 23 (71,9%) sebanyak terhadap pasien yang hipertensi.

Pola makan adalah cara bagaimana kita mengatur asupan gizi yang seimbang serta yang di butuhkan oleh tubuh. Pola makan yang sehat dan seimbang bukan hanya menjaga tubuh tetap bugar dan sehat tapi juga bisa terhindar dari berbagai penyakit termasuk hipertensi, seperti diketahui orang yang mengalami hipertensi terkadang memiliki gejala tertentu sehingga hipertensi juga disebut

sillent killer (Anonim, 2012).

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahma di RSUD Pangkajenne dan Kepulauan yang di dapatkan nilai ρ =0,012, Dengan demikian pola makan sangat berpengaruh terhadap hipertensi. Menurut asumsi peneliti bahwa pola makan pasien sangat berpengaruh terhadap hipertensi. Dengan demikian, semakin kurang pola makan pasien maka pasien makin mengalami hipertensi dan semakin baik pola makan pasien maka tidak mengalami hipertensi.

b. Hubungan Merokok terhadap hipertensi

Berdasarkan hasil yang

didapatkan dalam penelitian ini, yang tidak merokok sebanyak 2 (6,2%) dan yang merokok sebanyak 17 (53,1%) terhadap pasien yang tidak hipertensi. Sedangkan yang tidak merokok sebanyak 7 (21,9%) dan yang merokok 6 (29,1%) sebanyak terhadap pasien yang hipertensi.

Merokok adalah salah satu kebiasaan yang harus mulai dihentikan. Dalam asap rokok yang membara karena dihisap, tembakau terbakar

kurang sempurna sehingga

(5)

Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

567

menyebabkan: Gelisah, tangan gemetar

(termor), cita rasa atau selera makan kurang, ibu-ibu hamil yang merokok

dapat megalami keguguran

kandungannya. Tar dan asap rokok dapat juga merangsang jalan napas, dan tertimbun di dalamnya sehingga menyebabkan: Batuk-batuk atau sesak napas, kanker jalan napas, lidah, dan bibir.

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusriani 2009 di RSUD Watampone didapatkan nilai ρ = 0,035

dengan demikian merokok sangat berpengaruh terhadap hipertensi.

Menurut asumsi peneliti bahwa merokok berpengaruh terhadap

hipertensi karena sangat

membahayakan tubuh nikotin

menyebabkan pengaruh pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar dapat disimpulkan bahwa :

1. Adapun hubungan pola makan terhadap hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar.

2. Adapun hubungannya merokok terhadap hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian saran yang diberikan adalah :

1. Sebaiknya pasien hiperetensi mengatur pola makan agar tekanan darahnya kembali normal.

2. Untuk peneliti selanjutnya agar lebih baik lagi, karena skripsi ini belum sempurna. 3. Untuk petugas rumah sakit agar lebih

menjaga pola makan pasien hipertensi jika berada di ruang rawat inap rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan Yang Paling Sering Menyerang Kita. Buku Biru: Jogjakarta.

Anonim. 2009. Hipertensi Dan Faktor-faktor Risiko. (online). (http://dokter-medis.blogspot/2009/08hipertensi-dan-faktor-faktor-risiko.html, akses pada 10 April 2013 di Makassar).

Anonim. 2011. Hipertensi Proposal Bahaya Rokok. (online). (http://hardi-sari.blogspot/2011/11proposal-bahaya-rokok-bagi-kesehatan.html, akses pada 10 April 2013 di Makassar).

Anonim. 2012. Judul Skripsi. (online). (http://lande-spun.blogspot/2012/03judul-skripsi.html, akses pada 11 April 2013 di Makassar).

Anonim. 2012. Pengertian Perilaku Merokok. (online). (http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-perilaku-merokok. html, akses pada 11 April 2013 di Makassar).

Anonim. 2012. Pre Proposal Hipertensi. (online). (http://www.preproposalhipertensi.com/2012/11/proposal-hipertensi.html, akses pada 12 April 2013 di Makassar).

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah: Untuk Mahasiswa. Diva Press: Jogjakarta.

Bustan, M., N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta.

Russel, Dorothy, M. 2011. Bebas Dari 6 Penyakit Paling Mematikan. Med Press: Jakarta.

Suiraoka, IP. 2012. Penyakit Degeneratif. Nuha Medika: Jogjakarta.

Gambar

Tabel  2. Karkteristik demografi responden berdasarkan Jenis Kelamin di ruang rawat inap Baji kamase Rumah Sakit Labuang Baji Makassar
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan Merokok di ruang rawat inap Baji kamase Di RSUD Labuang Baji Makassar

Referensi

Dokumen terkait

As the robot uses serial servo motor, it is easier to control these motor with CM-510 controller from Bioloid also.. The servo motors are connected serially and finally it

Hasilnya adalah pertama , atribut yang mendasari butir soal ada 47 yang terdiri atas empat atribut isi, 36 atribut proses, dan tujuh atribut keterampilan; kedua , kemampuan

Sekolah Berbasis Pesantren Sebagai model pendidikan Islam menyesuaikan dengan kurikulum yang diterapan dalam sekolah umum, dalam hal ini kurikulum 2013, yang mengintegrasikan

Pengadaan dan pemasangan instalasi air bekas, air kotor, air hujan, dan pipa ventilasinya dalam gedung berikut fixtures, fittings, aksesoris, hanger &amp; support dan

• Mempelajari sekilas aspek- aspek komunikasi visual yang diperlukan dalam pembuatan form, agar diperoleh form yang komunikatif • Dengan cermat memanfaatkan fitur-fitur

Berdasarkan observasi di SDN-4 Kasongan Lama, pada hari Selasa 31 Januari 2017, guru dalam pembelajaran hanya menerapkan model yang kurang menarik ketika

Bagian 1, merupakan pertanyaan mengenai tingkat kepentingan (importance) atau tingkat harapan yang diinginkan konsumen pada Rumah Makan Kangen Desa.. Setiap pertanyaan diberi

sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, penentu jenis kelamin bayi adalah air mani, yang berasal dari ayah. Pengetahuan tentang hal ini, yang tak mungkin dapat diketahui di masa