• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wiwik Kajian Awal Biji Buah Kepayang seb (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Wiwik Kajian Awal Biji Buah Kepayang seb (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM ISBN 978-602-99680-0-2

Kajian Awal Biji Buah Kepayang sebagai Bahan Baku Minyak Nabati Kasar

Cokorda Prapti Mahandari, Rossy Septi Wahyuni, Anwar Fatoni dan Wiwik

Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma J1. Margonda Raya No.100, Depok 16424

E-mail : coki@staff.gunadarma.ac.id

Intisari

Minyak nabati kasar adalah minyak yang diperoleh dari pengolahan tanaman antara lain dari bagian batang, daun, buah, biji, kulit buah maupun bunga melalui proses ekstraksi. Penelitian tentang minyak nabati dari berbagai jenis dan bagian tanaman telah banyak dilakukan. Salah satu jenis tanaman yang belum banyak diteliti kandungan minyaknya adalah pohon kepayang atau Pangium edule Reinw. Kajian awal untuk mengetahui potensi biji buah kepayang sebagai sumber bahan baku minyak nabati dilakukan dengan mengesktraksi buah kapayang yang sudah menjadi kluwek. Sebelum dikeringkan kluwek dipilih yang telah masak, tidak berjamur dan tidak busuk, kemudian dikeringkan dengan cara dijemur selama 36 jam sehingga terjadi penurunan berat sekitar 40 %.. Kluwek kemudian dikecilkan ukurannya dengan cara dibelah dan diekstraksi dengan metode pengepresan hidraulik. Dari 12 gram kluwek kering diperoleh minyak 3,8 ml dengan berat 2,53 g. Hasil uji pembakaran minyak kepayang kasar dengan sumbu dari benang menunjukkan timbulnya letupan-letupan api kecil sebagai tanda masih terdapat sisa air pada minyak.

Kata kunci: minyak nabati, kepayang , kluwek, ekstraksi, pengepresan

Pendahuluan

Minyak nabati mempunyai fungsi sebagai bahan makanan, bahan baku industri serta bahan bakar atau campuran bahan bakar. Bahan baku minyak nabati utamanya adalah dari biji-bijian yakni kelapa, kelapa sawit, jagung, jarak, olive (zaitun), kacang tanah, biji kapuk, biji kapas, alpokat, kacang makadam, kanola, biji nyamplung, dll. Semua minyak nabati dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar namun dengan proses-proses pengolahan tertentu (Choo, 1994).

Sumber minyak nabati yang paling dominan dewasa ini adalah kelapa sawit. Demikian pula proses pengolahan dan pemanfaatannya telah banyak diteliti dan terdokumentasi dengan baik. Bahkan berbagai produk dari pohon kelapa sawit menjadi sumber devisa yang sangat potensial bagi sebuah negara seperti Malaysia dan Indonesia. Potensi kelapa sawit di dunia sangat besar dengan perolehan dapat mencapai 5000 kg per hektar pertahun seperti tampak pada Tabel I (Soerawijaya, 2006)

Tabel I. Tanaman penghasil minyak nabati serta produktifitasnya

Nama Indo Nama Inggris Nama Latin kg/ha/thn

Sawit Palm Elaeis guineensis 5000

Kelapa Coconut Cocos Nucifera 2260

Alpokat Avocado Persea americana 2217

Kacang brazil Brazil nut Bertholletia excelsa 2010 Kacang makadam Macademia nut Macademia ternif. 1887

Jarak pagar Physic nut Jatropha curcas 1590

Jojoba Jojoba Simmondsia Califor. 1528

Kacang pekan Pecan nut Carya pecan 1505

Jarak kaliki Castor Ricinus communis 1188

Zaitun olive Olea europea 1019

Kanola Rapeseed Brassica napus 1000

(2)

Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM ISBN 978-602-99680-0-2

Kajian pustaka mengenai pemanfaatan buah kepayang sebagai sumber minyak nabati sampai saat ini belum ada. Buah kepayang saat ini pemanfaatannya selain sebagai bumbu masak yang disebut kluwek seperti tampak pada Gambar 1 juga dapat digunakan sebagai pengawet ikan segar (Elidahanum, et al, 2007). Senyawa polifenol dari buah kepayang yang telah diekstraksi dicampur dengan garam ternyata dapat mengawetkan ikan segar sampai 1 minggu.

Gambar 1. Kluwek

Pohon kepayang tersebar di seluruh nusantara dengan berbagai macam nama. Di daerah Sunda pohon kepayang dikenal sebagai pohon picung, di daerah Batak dan Bali dikenal sebagai pangi, di Jawa disebut pakem atau pucung dan di Sumbawa dan Makasar disebut kalowa. Pohon kepayang tumbuh pada daerah ketinggian 1.000 m dpl dengan tinggi pohonnya dapat mencapai 40 m serta besar batangnya sampai 2,5 m. Biji buah kepayang mengandung asam sianida sehingga dalam pengolahannya menjadi bumbu masak asam ini harus dihilangkan dengan proses penyimpanan selama 10 -14 hari kemudian direbus dan dikubur dalam tanah selama 40 hari. Cara tradisional untuk memperoleh minyak dari buah kepayang jaman dahulu adalah dengan merebus buah yang matang selama 2-3 jam kemudian dikupas, dan dikeringkan sampai minyaknya keluar kemudian dikempa dengan papan. Hal ini dilakukan oleh masyarakat di pedalaman Jawa Barat dan minyaknya adalah untuk penerangan atau pengganti lilin.

Proses ekstraksi minyak dari buah kepayang sampai saat ini belum terdokumentasi karena belum banyak diteliti. Kapasitas minyak yang dapat diperoleh untuk setiap kg buah juga belum diketahui. Mengacu pada penelitian sumber minyak nabati yang lain, seperti minyak sawit, minyak jarak dan lainnya maka dilakukan penelitian awal buah kepayang sebagai sumber minyak nabati kasar.

Metode Penelitian

Bahan yang digunakan adalah daging dari biji buah kepayang yang telah masak yang diperoleh dari proses penimbunan biji mentah selama 40 hari. Buah yang masak ini memiliki ciri–ciri kulit berwarna hitam gelap, memiliki aroma yang khas, lebih lunak dan daging buah berwarna hitam kecoklatan seperti tampak pada Gambar 2.

(3)

Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM ISBN 978-602-99680-0-2

Peralatan yang dipakai adalah mesin pres ulir hidraulik kapasitas rendah untuk mengeluarkan minyak, timbangan digital untuk menimbang buah kepayang sebelum dan setelah dikeringkan serta untuk menimbang minyak hasil ekstraksi dan gelas ukur untuk mengukur volume minyak. Proses ekstraksi diawali dengan pengupasan kulit, secara manual dengan memecahkan cangkang bagian luar dari biji buah kepayang. Pemilahan atau sortasi dilakukan untuk memperoleh buah kluwek yang tidak berjamur, tidak busuk, belum terlalu kering dan memiliki berat yang cukup dan telah masak. Penjemuran selama 36 jam atau 4 hari, dilakukan untuk memperoleh biji yang lebih padat dan memiliki nilai kekerasan tertentu. Kandungan air juga menurun sehingga randemen minyak yang dihasilkan lebih besar. Penjemuran juga menaikkan temperatur sesaat dari biji kepayang sehingga minyak lebih mudah terpisah dan biji lebih mudah dipress. Pengecilan ukuran bertujuan untuk memperluas bidang pengeluaran minyak agar diperoleh hasil ekstraksi yang lebih banyak dan dilakukan dengan membelah manual. Ekstraksi dilakukan kemudian minyak yang diperoleh diukur volumenya dan ditimbang beratnya seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Penelitian dilakukan masih pada skala laboratorium, untuk membuktikan terlebih dahulu ditemukannya minyak pada biji kepayang. Langkah terakhir adalah menguji minyak dengan membakarnya menggunakan sumbu.

a) Menimbang bahan b)ekstraksi

c) Menimbang minyak hasil ekstraksi

(4)

Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM ISBN 978-602-99680-0-2

Hasil dan Pembahasan

Berat awal kluwek sebelum dijemur adalah 20 g dan setelah dijemur menjadi sekitar 12 g. Proses penjemuran menurunkan berat sekitar 40 %. Kluwek yang telah dijemur bertekstur lebih padat seperti tampak pada Gambar 4.

Gambar 4. Kluwek saat proses penjemuran

Adapun minyak yang dihasilkan adalah 3,8 ml. Kesetaraan produksi minyak misalkan 1 l membutuhkan sekitar 3 kg biji kluwek kering atau dengan asumsi penurunan berat yang sama membutuhkan sekitar 7,5 kg biji kluwek.

Penurunan berat biji kluwek setelah dijemur ternyata lebih kecil dari pada penurunan berat biji nyamplung yang merupakan salah satu sumber minyak nabati yang baru. Biji nyamplung membutuhkan 2,5 kg biji nyamplung kering yang dapat diperoleh dari 6 kg buah nyamplung yg sudah tua atau mengalami penurunan berat sekitar 58 % setelah dijemur untuk menghasilkan 1 liter minyak nyamplung (Desrial, 2011). Namun demikian rendemen biji nyamplung relatif lebih tinggi dibandingkan dengan minyak kepayang.karena untuk menghasilkan 1 l minyak dibutuhkan 6 kg buah nyamplung, sedangkan biji kepayang sekitar 7,5 kg.

Jika dibandingkan dengan biji jarak yang ditemukan mengandung 50-60 % minyak (Rahman, 2007, Devanesan, 2007, Hanumantha, 2009) maka kandungan minyak biji kepayang masih jauh lebih rendah. Namun dengan metode ekstraksi yang lebih efektif kemungkinan kandungan minyak pada biji buah kepayang lebih tinggi dari rendemen yang diperoleh pada penelitian ini. Karakteristik dari minyak kepayang perlu diteliti lebih lanjut seperti halnya karakteristik minyak jarak yang telah diteliti secara intensif (Antony, 2011, Krishna, 2010, Sayyar, 2009) dan karakteristik minyak kemiri serta pengaruh beberapa parameter terhadap ekstraksi dan transesterifikasi minyak kemiri (Daniel, 2005, Sulistyo, 2008, Arlene, 2010).

Minyak kepayang kasar yang diperoleh juga diuji bakar dengan menggunakan sumbu kering dari benang. Api yang timbul berwarna kemerahan dan terdengar bunyi letupan-letupan kecil saat terbakar. Letupan menandakan masih terdapat kandungan air pada minyak kepayang kasar tersebut. Pengujian untuk menentukan nilai kalor dari minyak kepayang akan dilakukan setelah minyak diproses lebih lanjut menjadi minyak murni.

(5)

Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM ISBN 978-602-99680-0-2

Kesimpulan

Biji kluwek yang diperoleh dari biji kepayang segar mengandung minyak nabati kasar dengan rendemen sekitar 20 % dari berat kluwek kering. Nilai ini masih dapat ditingkatkan dengan perbaikan proses ekstraksi. Minyak yang diperoleh perlu diproses lebih lanjut untuk memperoleh minyak kepayang murni serta uji karakterisasinya. Minyak nabati kasar juga dapat diperoleh dari biji kepayang segar namun tentunya dengan proses ekstraksi dan proses lanjutan yang lebih kompleks. Penelitian awal ini perlu dilanjutkan untuk menambah keberagaman sumber minyak nabati serta peningkatan pemanfaatan buah kepayang.

Daftar Pustaka

Antony Raja, S, Robinson smart D.S, Lindon Robert Lee C, 2011, Biodiesel Production from jatropha Oil and its Characterization, Research Journal of Chemical Sciences, Vol 1 (1) hal 81-88

Basiron , Yusuf, 2007, “Palm Oil Production through Sustainable plantation”, Eur. Journal Lipid Sci. Technol. 109 hal. 289-295

Choo, Yuen May,: Basiron Yusuf, 1994 “Production of Palm Oil Metil Esters and Its Use as Diesel Substitute” Palm Oil Research Institute of Malaysia

Daniel, 2005, Pembuatan surfaktan dari Minyak kemiri Melalui Reaksi Interesterifikasi Diikuti Reaksi Amidasi, Jurnal Sains Kimia, Volume 9 Nomor 1 hal 1-7

Desrial, 2011, Minyak Nyamplung sebagai Bahan Bakar Alternatif Mesin Diesel, Insiprasi, vol 2 No 22, PT Bina Insani, Jakarta

Devanesan M.G, Viruthagiri T dan Sugumar N, 2007, Transesterification of Jatropha Oil using Immobilized psedumonas Fluorescens, African Journal of Biotechnology Vol 6 (21) hal 2497-2501 Elidahanum Husni, Asmaedy Samah, Kiki Apriliza, 2007, “Pengawetan Ikan Segar dengan menggunakan Biji Buah Kepayang (Pangium edule Reinw dan Analisa Secara Kuantitatif, Jurnal Sains Teknologi Farmasi 12 (1) hal 45-49

Hanumantha Rao. Y.V., Ram Sudher Voleti, Hariharan V.S., Sitaram Raju A.V., Nageswara Redd P., 2009, use of Jatropha Oil methyl Ester and Its Blend as An alternative Fuel in Diesel Engine, Journal of the Brazilian Society of Mechanical Science and Engineering, Vol XXXI no 3 hal 253-260

Harry Sulistyo, Suprihatin S Rahayu, Gatot Wioto, I. M Suardjaja, 2008, Biodiesel Production from High Iodine Number Candlenut Oil, World Academy of Science and Technology, vol 48, hal 485-469 Hary Sulistyo, dkk, 2008, Proses Penyiapan bahan baku pembuatan Biodiesel dari Minyak Kemiri, Media Teknik No 3 Tahun XXX hal 341-346

Rahman, Kazi Mostafijur, Mohammmad Mashud, Md. Roknuzzaman dan Asadullah Al Ghalib, 2008, Biodiesel From Jatropha Oil as An Alternatif Fuel for Diesel Engine, International Journal of Mechanical & Mechatronics IJMME-IJENS Vol 10 No 3

Krishna Bama, G dan Ramachandran K, 2010, A Photoacoustic and Ultrasonic Study on Jatropha Oil,

Journal of Engineering Physic and Thermophysic, Vol 83, No 1, hal 213-219

Sayyar, Sepidar., Abidin, Zurina Zainal., Yunus, Robiah dan Azhari Muhammad, (2009) Extraction of Oil from Jatropha Seeds_Optimiszation and Kinetics, American Journal of Applied Sciences 6 (&), hal. 1390-1395

Setiawan, D, 2008, Proses hydrocrecking Minyak Kelapa Sawit dengan katalis Ni/Zeollit”, Thesis Teknik Kimia, ITS, Surabaya

Gambar

Tabel I. Tanaman penghasil minyak nabati serta produktifitasnya
Gambar 2. Biji buah kluwek masak
Gambar 3. Pengukuran berat awal kluwek  dan minyak hasil ekstraksi
Gambar 4. Kluwek saat proses penjemuran

Referensi

Dokumen terkait

Pada keenam desa tersebut memiliki kategori kerentanan ekonomi, fisik dan lingkungan rendah, hal ini akan mengurangi tingkat kerugian wilayah tersebut terhadap

Sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima dimana memiliki arti bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan anatara variabel

Kecilnya kontribusi kecerdasan emosional dalam kecemasan individu dapat dipengaruhi oleh perbedaan fokus antara kecerdasan emosional dengan kecemasan.Herdiani

Simpanan ini mendapat prioritas atau penghargaan yang lebih dari Sisa Hasil Usaha (SHU). Di samping itu, para pendiri itu juga mendapat porsi SHU lainnya sesuai dengan

Untuk mengetahui adanya pengaruh antara budaya organisasi (X1), komitmen organisasi, dan akuntabilitas publik terhadap kinerja rumah sakit di Kabupaten Sumenep (Y)

Mahkamah Agung Republik Indonesia ( Judex Yuris ) dalam beberapa kasus juga telah membuat putusan-putusan dengan kaidah hukum : “Aset milik pihak ketiga yang menjadi jaminan

Yang mereka maksudkan dengan kelompok terakhir ini adalah mereka yang secara getol berusaha untuk menerapkan syari’at Islam sebagai hukum positif dalam

Namun dibalik keinginan tersebut banyak terdapat hambatan-hambatan atau masalah- masalah yang sering dihadapi oleh karyawan dalam bertransaksi dengan konsumen, sehingga