• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MURABAHAH DI LEMBAGA KEUANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI MURABAHAH DI LEMBAGA KEUANG"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MURABAHAH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (DALAM PERSPEKTIF FIQIH)

Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Mata kuliah: Fiqih Kontemporer

Dosen Pengampu :Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.

Disusun oleh:

Evi Nurmayanti (141263110) Kelas A

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

(2)

A. PENDAHULUAN

Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi islam mulai dilakukan. Akan tetapi prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank islam di indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang.

Perkembangan perbankan syari’ah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya UU No. 10 Tahun 1998. Dalam Undang-Undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syari’ah. Undang -undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah.

Saat ini bukan hanya lembaga keuangan syariah bersekala besar yang mampu berkembang seperti Bank Syariah namun lembaga keuangan syariah berskala kecil pun mulai menunjukan perkembangan seperti halnya Baitul Mal wa at-Tamwil (BMT).

Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) adalah salah satu Lembaga Keuangan Syariah yang memiliki perkembangan cukup pesat pada saat ini. Secara bahasa Baitul Maal berarti rumah usaha. Baitul Maal pada masa Nabi Muhammad dahulu berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus menyalurkan dana sosial. Sedangkan Baitul Tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba.

B. Aplikasi Murabahah dalam Baitul Mal wa at-Tamwil (BMT)

Berdirinya lembaga keuangan sejenis Baitul Mal wa Tamwil (BMT) di Indonesia merupakan jawaban terhadap tuntutan dan kebutuhan kalangan umat Muslim. Kehadiran BMT muncul disaat umat Islam mengharapkan adanya lembaga keuangan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah dan bersih dari unsure riba’ yang diasumsikan haram.1

(3)

Di Indonesia sendiri, belakangan ini Baitul Mal wat tamwil (BMT) mulai popular diperbincangkan oleh insan perekonomian terutamadalam perekonomian Islam. Sejak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1997, BMT telah mulai tumbuh menjadi altrenatif pemulihan kondisi perekonomian di Indonesia. Istilah-istilah itu biasanya dipakai oleh sebuah lembaga khusus(dalam sebuah perusahaan atau instansi) yang bertugas menghimpun dan menyalurkan ZIS(zakat, infaq, shadaqah) dari para pegawai atau karyawannya. Kadang istilah tersebut dipakai pula untuk sebuah lembaga ekonomi berbentuk koperasi serba usaha yang bergerak di berbagai lini kegiatan ekonomi umat, yakni dalam kegiatan sosial, keuangan (simpan-pinjam), dan usaha pada sektor riil.2

Baitul maal wattamwi (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baituu tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti; zakat, infaq dan shadaqoh. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil .dengan berlandaskan syariah.3

Dari sekian banyak produk dan jasa yang ditawarkan oleh BMT, dikenal salah satu produk yang sangat diminati dan dipakai oleh masyarakat, yaitu produk murabahah. Yang merupakan sebuah jasa pembiayaan jual beli yang pembayarannya dapat dilakukan dengan cara diangsur atau satu kali lunas (jatuh tempo), dimana jumlah kewajiban yang harus dibayar oleh anggota sebesar jumlah harga barang beserta mark up nya (laba) yang telah disepakati bersama.

Murabahah merupakan salah satu bentuk menghimpun dana yang dilakukan oleh perbankansyariah, baik untuk kegiatan usaha yang bersifat produktif, maupun yang bersifat konsumtif.4

2 Abdianul Haikal, et.al., “BMT: Sejarah & Masa depannya”, http://zarchisme.wordpress.com /tag/sejarah-perkembangan bmt.

3 Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, op.cit.,

h.96

(4)

Murabahah adalah transaksi jual beli dimana Bank Syari‟ah (dalam hal ini BMT) bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, dengan harga jual dari BMT adalah harga beli pemasok ditambah keuntungan dalam persentase tertentu bagi sesuai dengan kesepakatan. Kepemilikan akan berpindah kepada nasabah segera setelah perjanjian jual beli ditandatangani dan nasabah akan membayar barang tersebut dengan cicilan tetapi yang besarnya sesuai kesepakatan sampai dengan pelunasan.

Bagi BMT yang memiliki sektor ril, penyediaan barang modal dapat dipenuhi secara langsung, namun bagi yang tidak mampu memenuhi kebutuhan, maka BMT dapat bekerja sama dengan suplier atau agent penyedia. Mekanisme jual ini meliputi:

1. Anggota atau nasabah mengajukan secara rinci kebutuhan barang yang akan dibeli. Rincian barang-barang tersebut dapat berupa jenis, merk, tahun pembuatan, warna, ukuran bentuk sampai pada tempat pembelian. Semakin terinci akan semakin baik.

2. BMT bersama-sama anggota atau nasabah yang membutuhkan akan melihat dengan pasti tentang barang yang dimaksut.

3. BMT akan membeli barang tersebut ke suplier dengan harga pokok yang diketahui dedua belah pihak.

4. BMT kemudian akan menjual kembali brang tersebut anggota atau nasabah yang membutuhkan seharga pembelian pokok ditambah keuntungan (margin) yang disepakati.

Jika kondisi tidak memungkinkan bagi BMT membeli terlebih dahulu barang tersebut, maka BMT akan memberikan kuasa kepada anggota untuk membeli sendiri kemudian nota pembeliannya diberitahukan kepada BMT. 5

Murabahah mempunyai empat metode dalam pembayarannya, yaitu: 1. Metode Margin Keuntungan Menurun (sliding), adalah perhitungan

margin keuntungan yang semakin menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan/angsuran

5Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press,

(5)

harga pokok, jumlah angsuran (harga pokok dan margin keuntungan) yang dibayar nasabah setiap bulan semakin menurun.

2. Metode Keuntungan Rata-rata, yaitu margin keuntungan menurun yang perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok margin keuntungan) dibayar nasabah setiap bulan.

3. Margin Keuntungan Flat, adalah perhitungan margin keuntungan terhadap nilai hargapokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya, walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran harga pokok.

4. Margin Keuntungan Anuitas, adalah margin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola angsuran harga pokok yang semakin membasar dan margin.6

C. Ketentuan Umum Murabahah 1. Jaminan

Pada dasarnya jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang mutlak dipenuhi dalam ba’i al-murabahah. Jaminan ini dimaksutkan untuk menjaga agar si pemesan tidak main-main dengan pesanan. 7 2. Utang dalam Murabahah

Secara prinsip penyelesaian utang murabahah , si pemesan dalam transaksi murabahah KPP tidak ada kaitanya dengan transaksi lain yang dilakukan sipemesan kepada pihak ketiga atas barang pesanan tersebut. Jika pemesan menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsuran. Seandainya sipenjual asset tersebut merugi, contohnya kalau nasabah tersebut adalah pedagang juga, pemesan tetap harus menyellesaikan pinjamannya sesuai kesepakatan awal.hal ini karena transaksi penjualan kepada pihak ketiga yang dilakukan nasabah

6Muhammad Noval.”Penentuan Angsuran Murabahah” dalam

Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2015,(93-106).h.94.

7Dr. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta:

(6)

merupakan akad yang benar-benar terpisah dari akad al-murabahah pertama dengan bank.8

3. Penundaan pembayaran pada debitur mampu

Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomis dilarang menunda penyelesaian utangnya dalam al-murabahah ini. Bila seorang pemesan menunda penyelesaian utang tersebut, pembeli dapat mengambil tindakan: mengambil prosedur hukum untuk mendapatkan kembali utang itu dan mengklaim kerugian financial yang terjadi akibat penundaan.

Rosulullah saw.pernah mengingatkan pengutang yang mampu tetapi lalai dalam salah satu haditsnya, “yang melalaikan pembayaran utang ( padahal ia mampu) maka dapat dikenakan sanksi dan dicemarkan nama baiknya (semacam black list-pen).9

Prosedur dabn mekanisme penyelesaian sengketa antara pihak Bank syriah dengan nasabah telah diatur melalui Badan Arbitrasi Muamalah Indonesia (BAMUI), suatu lembaga yang didirikan bersama antara Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan MUI.10 4. Bangkrut

Jika pemesan dianggap pailit dan gagal menyelesaikan utangnya karena benar-benar tidak mampu secara ekonomi dan bukan karena lalai sedangkan ia mampu, kreditor harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali.11

Praktik Transaksi Murabahah BMT biasanya menetapkan prosedur dan kelengkapan yang harus dijalani dan dipenuhi nasabah yang mengajukan pembiayaan. Hal tersebut dilakukan bukan untuk memberatkan nasabah, namun itu dilakukan agar memudahkan pihak BMT untuk mengenali nasabah dan bisa digunakan untuk mengukur kelayakan dan kemampuan nasabah untuk melakukan transaksi. Selain itu, penandatanganan dokumen kontrak dilakukan agar kedua belah pihak

8 Ibid.

9 Ibid., h.105-106.

10 Penjelasan lebih lanjut tentang BAMUI, rujuk buku karya penulis dan rekan rekaneditorial lainnya, Abritase Islam di Indonesia (1994).

(7)

menjadi jelas apa yang ditransaksikan, seperti jatuh tempo pembayaran, jatuh tempo masa kontrak, dan lain sebagainya. Hal ini untuk menghindari terjadinya penipuan dan saling merugikan antara pihak BMTdan nasabah.12

Demikian halnya dengan pembiayaan murabahah yang pelunasan pembayarannya dengan metode angsuran. Tentunya ada persyaratan-persyaratan yang harus dilengkapi nasabah sebelum pihak BMT memberikan pembiayaan. Hal itu dimaksudkan untuk memudahkan kedua belah pihak dalam bertransaksi serta menghindari resiko-resiko yang bisa terjadi akibat tidak lengkapnya pencatatan transaksi ataupun administrasinya.13

Jenis pembiayaan murabahah pada BMT biasanya adalah konsumtif, yang memberikan pembiayaan pada barang-barang seperti mobil, sepeda motor, furniture, bahan bangunan, sampai dengan barang elektronik. Jaminan dalam setiap pembiayaan murabahah adalah sertifikat atau surat berharga dari barang itu sendiri. Begitu halnya pada BMT, menggunakan jaminan yang ditujukan untuk mengurangi resiko macet oleh nasabah. Kemudian berkenaan dengan sanksi yang diterapkan. Pada BMT tidak mengenakan sanksi kepada nasabah apabila nasabah terlambat membayar ataupun menunda-nunda pembayaran. Akan tetapi apabila pembayaran nasabah macet selama 3 bulan, maka tindakan tegas yang diambil oleh pihak BMT adalah penarikan jaminan yang telah diberikan nasabah.14

Praktik murabahah yang terdapat pada BMT adalah murabahah berdasarkan pesanan, yang mana nasabah datang untuk meminta barang yang diinginkannya kemudian pihak BMT membelikan barang yang diminta setelah harga barang dan harga perolehan disepakati terlebih dahulu oleh pihak BMT dan nasabah. Pembiayaan murabahah ini bersifat konsumtif, yang mana menyentuh aspek -aspek konsumsidalam masyarakat dan memerlukan jaminan dalam setiap transaksinya, yang ditujukan untuk mendisiplinkan nasabah dan menghindari resiko kredit macet oleh nasabah.

12Muhammad Noval.”Penentuan Angsuran Murabahah”,h.102

(8)

D. Metode Angsuran Murabahah di Baitul Mal wa at-Tamwil

Pembiayaan murabahah pada BMT memakai metode angsuran dalam pelunasannya, dan dalam pelunasannya tidak terpengaruh oleh perubahan harga di pasar, sehingga akumulasi pembayaran yang harus dipenuhi oleh nasabah adalah tetap sesuai dengan kesepakatan awal. Keadaan demikian sesuai dengan prinsip Islam tidak memberatkan dan memberikan kemudahan kepada nasabah yang tidak memiliki kemampuan, atau dengan kata lain memberikan kemudahan kepada nasabah yang memiliki ekonomi lemah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 280 yang artinya: “dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.15

Dan bahkan dalam sebuah hadits Nabi SAW menyatakan bahwa perilaku jual beli seperti ini termasuk prilaku jual beli yang diberkahi:

“Dari Shalih bin Shuhayb dari ayahnya, ia berkata:“Rasulullah SAW

bersabda: “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara

tangguh, muqâradha’ (mudhâraba’) dan mencampur gandum dengan

tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (HR. Ibn Mâja’). Metode yang biasa digunakan BMT

1. Metode fleksibel yaitu perpaduan antara Metode Keuntungan Rata-rata dengan Margin Keuntungan Menurun (sliding) terhadap satu pembiayaan, prosesnya terjadi ketika pada akad awal ditetapkan Metode Keuntungan Rata-Rata, tetapi pada saat pembayaran angsuran berlangsung beberapa bulan nasabah mengalami masalah dan pembayaran angsuran terjadi kemacetan dan bahkan nasabah mengalami kesusahan dalam pembayaran. Saat itulah terjadi negosiasi antaranasabah dengan pihak BMT untuk mengatasi keadaan tersebut dan pada saat itulah dicapai suatu kesepakatan untuk melakukan akad baru dengan Margin Keuntungan Menurun (sliding) terhadap sisa angsuran yang belum dibayar

(9)

2. Metode kedua yang dikembangkan oleh pihak BMT adalah Matode suka rela,Metode ini merupakan metode yang sangat tepat diterapkan dalam rangka membantu kesulitan nasabah dalam pelunasan angsuran. Dengan penerapan metode ini BMT dapat terhindar dari kerugian akibat kredit macet, sementara pihak nasabah terlepas dari beban tagihan angsuran pembiyaan.16

Kedua metode yang dikembangkan pada BMT tersebut, yaitu metode fleksibel dan sukarela sangat sesuai dengan prinsip ta’awun, firman Allah dala surah al Ma’idah ayat 2 yang artinya: “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong

dalam berbuat dosa”.17

Senada dengan kaidah ushul yang bertujuan untuk menghilangkan kesusahan, kaidah tersebut berbunyi “Kesulitan harus dihilangkan.18 Dalam sebuah hadits nabi SAW. melarang umat Islam untuk mempersulit orang lain dan mempersulit dirinya sendiri: “Tidak (boleh) menyulitkan orang lain dan dipersulit (oleh orang lain).

Kedua metode angsuran dengan fleksibel dan metode sukarela tersebut diatas juga sangat relevan dengan salah satu prinsip dari pembentukan hukum Islam yaitu menghilangkan kesusahan (‘adamul haraj) dan hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 280 seperi tersebut diatas, Allah memerintahkan bahwa jika ada orang yang berhutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan.19

Dalam salah satu fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 bagian Keenam menjelaskan bahwa: “Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.”

16Muhammad Noval.”Penentuan Angsuran Murabahah”,..., h. 103

17Al-Quran Al-Maidah (5) 2

18 Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh Sejaran Dan Kaidah Asasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 147

(10)

E. Resiko Dalam Murabahah

Risiko dalam pembiayaan murabahah diantaranya adalah : 1. Risiko yang terkait dengan barang

2. Risiko yang terkait dengan klien (nasabah) 3. Risiko yang terkait dengan pembayaran

Pada BMT sering menghadapi risiko penyalahgunaan dana, risiko yang sering dihadapi adalah jika tidak dapat membelikan barang yang dibutuhkan oleh anggota sehingga harus mewakilkan kepada anggota tersebut untuk membeli barangnya sendiri. Dan apabila pembelian tersebut diwakilkan kepada anggota, BMT tidak dapat melakukan pengecekan secara detail terhadap barang tersebut.

Berkaitan dengan risiko pembayaran BMT pernah mengalami pembayaran angsuran yang kurang lancar (realisasi pembayaran tidak sesuai dengan yang telah direncanakan) sehingga akan berpotensi tidak bisa melunasi angsuran.20

F. Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah

Upaya penanganan merupakan hal yang penting dalam mengatasi pembiayaan yang bermasalah yang menyangkut harta sebuah perusahaan, oleh karena itu ada beberapa usaha dalam menangani pembiayaan murabahah yang dilakukan KJKS BMT Mandiri Sejahtera Kara ngcangkring Gresik Jawa Timur diantaranya adalah:

1. Teguran Hal ini dilakukan pada saat nasabah masuk dalam kategori diragukan, pihak BMT mengirim surat teguran pada nasabah untuk segera melakukan pembayaran.

2. Rescheduling (penjadwalan ulang) anggota diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu pembiayaan maupun jangka waktu angsuran dengan porsi nasabah mengalami kategori macet dan masih terdapat tunggakan setelah jatuh tempo pembayaran serta usaha yang dijalankan oleh nasabah masih memungkinkan untuk memenuhi kewajiban dalam pembayaran pembiayaan.

20As i Nur “iwi Kus iyati. Resiko Akad Dala Pe biayaa Murabahah dala Jur al

(11)

3. Restructuring pihak BMT memberikan tambahan pembiayaan untuk memperbaiki usahanya ketika nasabah mengalami bencana alam dannasabah membutuhkan biaya untuk menghidupkan usahannya. Seperti pada saat adanya kebakaran pada sebuah toko sembako yang mengakibatkan usaha nasabah merugi dan tidak bisa membayar kewajiban sehingga pihak BMTmemberikan penambahan plafon untuk membangkitkan usahanya kembali dan kewajiban yang sempat tidak terbayarkan dapat terpenuhi kembali.

Proses pemberian teguran yang dilakukan BMT Mandiri Sejahtera kurang bagus karena mengabaikan kategori kurang lancar, rescheduling dan restructuring pembiayaan murabahah bermasalah telah sesuai dengan standart dan peraturan yang berlaku. BMT Mandiri Sejahteratidak pernah melakukan penyitaan jaminan sesuai dengan teori yang ada karena pihak BMT menganggap penerapan syariah dan tindakan manusiawi akan tetap dipertahankan oleh pihak BMT meskipun tidak efisien.21

G. Skema Murabahah

(12)

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli murabahah KPP(Kepada Pemesanan Pembelian) ini terdiri dari:

1. Ada tiga pihak yang terkait yaitu:

a. Pemesan(nasabah)

b. Penjual barang

c. Lembaga keuangan

2. Ada dua akad transaksi yaitu:

a. Akad dari penjual barang kepada lembaga keuangan.

b. Akad dari lembaga keuangan kepada pemesan.

3. Ada tiga janji yaitu:

a. Janji dari lembaga keuangan untuk membeli barang.

b. Janji mengikat dari lembaga keuangan untuk membeli barang untuk nasabah.

c. Janji mengikat dari pemohon (nasabah) untuk membeli barang tersebut dari lembaga keuangan.22

Contoh kasus Murabahah

Andi membeli sebuah leptop seharga Rp. 4.750.000 kemudian ia menjual kembali leptop tersebut kepada Ali seharga Rp.5.000.000; Andi memberitahu kepada Ali mengenai Harga awal leptop itu, yaitu Rp. 4.750.000.23

22Dr. Muhamamad Syfi’i Antonio, Bank Syariah..., h.107

23Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Jakarta: PT Grafindo

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Suhendi Hendi, et.al., BMT & Bank Islam Instrumen Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 47.

Haikal Abdianul, et.al., “BMT: Sejarah & Masa depannya”, http://zarchisme.wordpress.com /tag/sejarah-perkembangan bmt. Sudarsono Heri, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, op.cit., h.96

Ali Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah. (Jakarta: Sinar Graha, 2008), h. 26.

Ridwan Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 161-162

Noval Muhammad. ”Penentuan Angsuran Murabahah” dalam Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2015,(93-106).h.94.

Al-Quran Al-Maidah (5) 2

Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh Sejaran Dan Kaidah Asasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.147

Asmi Nur Siwi Kusmiyati. “ Resiko Akad Dalam Pembiayaan Murabahah” dalam Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1,No. 1, Juli 2017, (27-41), h. 33. Daniatu Listanti. “Upaya Penanganan Pembiayaan Murabahah

Bermasalah” dalam jurnal Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 1No. 1 Januari 2015, (1-9). h. 7.

Dr. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 105.

Penjelasan lebih lanjut tentang BAMUI, rujuk buku karya penulis dan rekan rekaneditorial lainnya, Abritase Islam di Indonesia (1994)

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada

Menggabungkan metode transformasi untuk pendeteksian pilihan jawaban otomatis pada lembar jawaban komputer sehingga data yang digunakan untuk deteksi pilihan tidak

Jika pesan peringatan tetap ditampilkan, jenis media mungkin tidak terdeteksi oleh sensor gerak maju media, sehingga Anda harus menonaktifkan sensor tersebut (pada jendela

Apabila pihak yang terlanggar haknya akibat dikeluarkannya keputusan itu kemudian menggugat keputusan-keputusan tersebut ke pengadilan, maka pengadilan dapat

Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan memiliki 8 (delapan) kegiatan yaitu: (1)

Material Requirement Planning (MRP) dan menentukan penjadwalan produksi dengan metode Dannenbring agar tidak terjadi keterlambatan pengiriman produk kepada konsumen..

melalui pendirian suatu badan usaha milik desa berupa LPD yang bergerak dalam usaha simpan pinjam. LPD adalah suatu nama bagi usaha simpan pinjam milik masyarakat desa pakraman yang

Definisi dari Time Impact Analysis (TIA) adalah suatu bentuk analisa keterlambatan yang digunakan pada proyek konstruksi, untuk menentukan durasi keterlambatan yang bukan