dadan
g-s
olihin
.blogspot.com
dadang-solihin.blogspot.com
Materi
Amanat Konstitusi
Perspektif Teori
Perspektif Kebijakan
dadang-solihin.blogspot.com 5
Otonomi Daerah di Indonesia
Teori
Praktek
Kebijakan
1
2
3
4
Praktek
Teori
Kebijakan
Praktek
Teori
Kebijakan
Praktek
dadang-solihin.blogspot.com
Pasal 18 UUD
7 1) Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
3) Pemerintahan daerah provinsi,
daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
4) Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.
5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
6) Pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
7) Susunan dan tata cara
penyelenggaraan pemerintahan
daerah diatur dalam undang-undang.
1) Hubungan wewenang antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan Undang-undang dengan memperhatikan
kekhususan dan keragaman daerah.
2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
Pasal 18A UUD
Hubungan wewenang
dadang-solihin.blogspot.com 9 1) Negara mengakui dan menghormati
satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan
Undang-undang.
2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat serta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang.
Pasal 18B UUD
Daerah Khusus
dadang-solihin.blogspot.com
dadang-solihin.blogspot.com 11
Pemisahan dan Pembagian Kekuasaan
Teori pemisahan kekuasaan (separation of power) oleh Montesquieu.
Kekuasaan negara dipisahkan secara horizontal melalui fungsi legislatif, eksekutif, dan judikatif.
Konsep pembagian kekuasaan (distribution of power atau
division of power).
Kekuasaan negara dibagikan secara vertikal dalam hubungan ‘atas-bawah’.
Alasan Dianutnya Desentralisasi
(The Liang Gie, 1968)
Dari sudut politik:
• Untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang akhirnya dapat menimbulkan tirani;
• Untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi;
Dari sudut teknis organisatoris pemerintahan: Efisiensi
• Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat, pengurusannya diserahkan kepada daerah.
• Hal-hal yang lebih tepat di tangan pusat tetap diurus oleh pemerintah pusat.
Dari sudut kultural:
• Supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpahkan kepada kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya;
Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi:
14 Manfaat Otonomi Daerah
(Shabbir Cheema dan Rondinelli, 1983)
13
1. Perencanaan dapat dilakukan sesuai dengan kepentingan masyarakat di daerah yang bersifat heterogen.
2. Memotong jalur birokrasi yang rumit serta prosedur yang sangat terstruktur dari
pemerintah pusat.
3. Perumusan kebijaksanaan dari pemerintah akan lebih realistik.
4. Desentralisasi akan mengakibatkan
terjadinya "penetrasi" yang lebih baik dari Pemerintah Pusat bagi Daerah-Daerah yang terpencil atau sangat jauh dari pusat, di mana seringkali rencana pemerintah tidak dipahami oleh
masyarakat setempat atau dihambat oleh elite lokal, dan di mana dukungan
terhadap program pemerintah sangat terbatas.
5. Representasi yang lebih luas dari berbagai kelompok politik, etnis, keagamaan di dalam perencanaan pembangunan yang kemudian dapat memperluas kesamaan dalam
mengalokasikan sumber daya dan investasi pemerintah.
6. Peluang bagi pemerintahan serta lembaga privat dan masyarakat di
Daerah untuk meningkatkan kapasitas teknis dan managerial.
7. Dapat meningkatkan efisiensi
pemerintahan di Pusat dengan tidak lagi pejabat puncak di Pusat menjalankan tugas rutin karena hal itu dapat
diserahkan kepada pejabat Daerah.
14 Manfaat Otonomi Daerah
(Shabbir Cheema dan Rondinelli, 1983)
8. Dapat menyediakan struktur di mana berbagai departemen di pusat dapat dikoordinasi secara efektif bersama dengan pejabat Daerah dan sejumlah NGOs di berbagai Daerah. Propinsi,
Kabupaten, dan Kota dapat menyediakan basis wilayah koordinasi bagi program pemerintah.
9. Struktur pemerintahan yang
didesentralisasikan diperlukan guna melembagakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan implementasi program.
10.Dapat meningkatkan pengawasan atas berbagai aktivitas yang dilakukan oleh elite lokal, yang seringkali tidak simpatik dengan program pembangunan nasional dan tidak sensitif terhadap kebutuhan kalangan miskin di pedesaan.
11. Administrasi pemerintahan menjadi mudah disesuaikan, inovatif, dan kreatif. Kalau mereka berhasil maka dapat dicontoh oleh Daerah yang lainnya.
12. Memungkinkan pemimpin di Daerah
menetapkan pelayanan dan fasilitas secara efektif, mengintegrasikan daerah-daerah yang terisolasi, memonitor dan melakukan evaluasi implementasi proyek pembangunan dengan lebih baik dari pada yang dilakukan oleh pejabat di Pusat.
13. Memantapkan stabilitas politik dan kesatuan nasional dengan memberikan peluang kepada berbagai kelompok masyarakat di Daerah untuk berpartisipasi secara langsung dalam
pembuatan kebijaksanaan, sehingga dengan demikian akan meningkatkan kepentingan mereka di dalam memelihara sistem politik. 14. Meningkatkan penyediaan barang dan jasa di
tingkat lokal dengan biaya yang lebih rendah, karena hal itu tidak lagi menjadi beban
dadang-solihin.blogspot.com 15
Mengapa Otonomi Daerah?
1. Indonesia masih belum memungkinkan menganut federasi.
• Harus mempersiapkan UUD baru untuk sebuah Negara Federasi
Indonesia
• Harus menetapkan mekanisme "Checks and Balances" antara
Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif yang mencakup Pemerintah Nasional serta Propinsi atau Negara Bagian.
• Setiap propinsi atau negara bagian harus memiliki semacam
"Konstitusi Negara Bagian ".
2. Pilihan otonomi luas merupakan pilihan yang sangat strategis dalam rangka memelihara nation state (negara bangsa).
• Mengembalikan "Hak-Hak Dasar" masyarakat di Daerah
dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen politik lokal.
• Memberikan supervisi agar Daerah tidak melakukan tindakan
yang menyimpang dari kepentingan nasional.
• Daerah yang kuat di dalam membangun masyarakatnya,
dadang-solihin.blogspot.com 17
3. Sentralisasi telah terbukti gagal mengatasi krisis nasional.
• Tugas Pemerintah tidak lagi mengurus dan memikirkan
masalah-masalah Daerah, diserahkan saja sepenuhnya kepada Daerah.
• Ketika sumber daya kekuasaan sepenuhnya dikontrol oleh
Presiden, ternyata sama sekali tidak mampu menghadapi krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997.
4. Untuk memantapkan kehidupan demokrasi di masa-masa yang akan datang
• Demokrasi tanpa ada penguatan politik lokal akan menjadi sangat
rapuh.
• Politik tidak seharusnya menjadi dominasi orang-orang di Jakarta
5. Aspek keadilan
• Desentralisasi/otonomi daerah akan mencegah terjadinya
kepincangan di dalam menguasai sumber daya yang dimiliki dalam sebuah negara.
• Kebijakan desentralisasi/otonomi daerah diberlakukan untuk
menghentikan segala bentuk kebijakan yang mengalienasikan kepentingan masyarakat setempat yang berkaitan dengan
dadang-solihin.blogspot.com
Tujuan Otonomi Daerah
Mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat.
Meningkatkan daya saing daerah
dengan memperhatikan
prinsip demokrasi,
pemerataan,
keadilan,
keistimewaan dan kekhususan serta
potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem NKRI.
dadang-solihin.blogspot.com 21
Sasaran Otoda
1. Tercapainya sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan pusat dan daerah.
2. Meningkatnya kerjasama antar pemerintah daerah;
3. Terbentuknya kelembagaan pemerintah daerah yang efektif, efisien, dan akuntabel;
4. Meningkatnya kapasitas pengelolaan sumberdaya aparatur pemerintah daerah yang profesional dan kompeten;
5. Terkelolanya sumber dana dan pembiayaan pembangunan secara transparan, akuntabel, dan profesional; dan
6. Tertatanya daerah otonom baru.
Pembagian Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintah:
1. Politik Luar Negeri. 2. Pertahanan.
3. Keamanan. 4. Yustisi.
5. Moneter dan Fiskal Nasional. 6. Agama.
Urusan Pemerintahan Daerah:
• Menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan
dadang-solihin.blogspot.com 23
Beberapa Pengertian
Prinsip otonomi seluas-luasnya:
• Daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah.
Asas otonomi:
• Pelaksanaan urusan pemerintahan secara langsung oleh pemerintahan daerah itu sendiri,
Asas tugas pembantuan:
• Penugasan oleh pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota dan desa,
Kriteria Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
1. Kriteria Eksternalitas
• Pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan dampak/akibat yang ditimbulkan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut.
• Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan
pemerintahan tersebut menjadi kewenangan kabupaten/kota, apabila regional menjadi kewenangan provinsi, dan apabila nasional menjadi kewenangan Pemerintah.
2. Kriteria Akuntabilitas
• Pertimbangan bahwa yang menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat dari urusan yang ditangani tersebut.
3. Kriteria Efisiensi
dadang-solihin.blogspot.com 25
Hubungan antar Pemerintahan
Antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
• Hubungan dalam bidang keuangan
• Hubungan dalam bidang pelayanan umum
• Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
Antar Pemerintahan Daerah
• Hubungan dalam bidang keuangan
• Hubungan dalam bidang pelayanan umum
Arah Kebijakan Pembentukan DOB
Pembentukan daerah secara umum adalah untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat melalui:
• Peningkatan Pelayanan kepada Masyarakat;
• Percepatan Pertumbuhan Kehidupan Demokrasi;
• Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Perekonomian Daerah; • Percepatan Pengelolaan Potensi Daerah;
• Peningkatan Keamanan dan Ketertiban;
dadang-solihin.blogspot.com
Kewenangan yang Tumpang Tindih
• Pelaksanaan otonomi daerah masih kental
diwarnai oleh kewenangan yang tumpang tindih antar institusi pemerintahan dan aturan yang berlaku, baik antara aturan yang lebih tinggi atau aturan yang lebih rendah.
Anggaran
• Dalam otonomi daerah, paradigma anggaran telah bergeser ke arah apa yang disebut
dengan anggaran partisipatif.
• Dalam prakteknya, keinginan masyarakat akan selalu bertabrakan dengan kepentingan elit,
sehingga dalam penetapan anggaran belanja daerah, lebih cenderung mencerminkan
dadang-solihin.blogspot.com 29
Elit Lokal
• Otonomi daerah diwarnai oleh kepentingan elit lokal yang mencoba memanfaatkan otonomi daerah sebagai momentum untuk mencapai kepentingan politiknya, dengan cara
memobilisasi massa dan mengembangkan sentimen kedaerahan, seperti “putra daerah” dalam pemilihan kepala daerah.
Politik Identitas Diri
• Menguatnya politik identitas diri selama
pelaksanaan otonomi daerah yang mendorong satu daerah berusaha melepaskan diri dari
induknya yang sebelumnya menyatu.
Orientasi Kekuasaan
• Otonomi daerah masih menjadi isu pergeseran kekuasaan di kalangan elit daripada isu untuk melayani masyarakat secara lebih efektif.
• Langkah-langkah desentralisasi belumlah dirasakan langsung manfaatnya oleh
masyarakat.
• Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang diharapkan menjadi pintu masuk bagi
dadang-solihin.blogspot.com 31
Dimana Posisi Otoda?
Visi Otoda
Strategi Otoda
Dimana Posisi Otoda?
Sasaran Otoda
Strategi Otoda
dadang-solihin.blogspot.com 33
Permasalahan Otonomi Daerah
1. Penyelenggaraan otonomi daerah oleh Pemerintah Pusat selama ini cenderung tidak dianggap sebagai amanat konstitusi sehingga proses desentralisasi menjadi tersumbat.
2. Kuatnya kebijakan sentralisasi membuat semakin tingginya ketergantungan daerah-daerah kepada pusat yang nyaris mematikan kreatifitas masyarakat beserta seluruh perangkat pemerintahan di daerah.
3. Adanya kesenjangan yang lebar antara daerah dan pusat dan
antar-daerah sendiri dalam kepemilikan sumber daya alam, sumber daya budaya, infrastruktur ekonomi, dan tingkat kualitas sumber
daya manusia.
4. Adanya kepentingan melekat pada berbagai pihak yang menghambat penyelenggaraan otonomi daerah.
Permasalahan Otonomi Daerah . . .
1. Belum Jelasnya Pembagian Kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
2. Berbedanya Persepsi Para Pelaku Pembangunan terhadap Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah.
3. Masih Rendahnya Kerjasama antar Pemerintah Daerah.
4. Belum Terbentuknya Kelembagaan Pemerintah Daerah yang Efektif dan Efisien.
5. Terbatasnya dan Rendahnya Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah.
6. Masih Terbatasnya Kapasitas Keuangan Daerah.
7. Pembentukan Daerah Otonom Baru (Pemekaran Wilayah) yang Masih Belum Sesuai dengan Tujuannya.
dadang-solihin.blogspot.com 35
Urusan Pemerintahan
• Terjadi tumpang tindih antar tingkatan pemerintahan dalam
pelaksanaan urusan pemerintahan, karena belum sinkronnya antara UU Otoda dengan UU Sektor.
• Terjadi tarik menarik urusan, khususnya urusan yang mempunyai
potensi pendapatan (revenue).
• Adanya gejala keengganan dari K/L untuk mendesentralisasikan
Kelembagaan Daerah
• Adanya kecenderungan daerah untuk menerapkan struktur gemuk
akibat tekanan birokrasi dan politisi
• Adanya nomenklatur struktur yang berbeda-beda sehingga
menyulitkan kordinasi dan pembinaan
• Struktur yg gemuk membutuhkan PNS yg banyak sehingga untuk
gaji dan insentif PNS menelan sebagian besar alokasi APBD dibandingkan untuk pelayanan publik.
• Struktur organisasi yang ada belum sepenuhnya
dadang-solihin.blogspot.com 37
Kepegawaian
• Banyak Pemda mengalami kelebihan PNS dengan kompetensi
rendah dan kekurangan PNS dengan kompetensi yg memadai.
• Adanya gejala pengedepanan “Putera Asli Daerah” untuk
menduduki jabatan-jabatan strategis dengan mengabaikan kompetensi/profesionalisme.
• Adanya gejala politisasi PNS (terutama dalam event Pilkada). • Tidak terdapat kejelasan dalam career planning dan career
development akibat tidak adanya manpower planning di daerah.
• Penilaian kinerja yang sudah obselete (out of date); tidak ada
reward atau punishment terkait dengan kinerja.
• Kesejahteraan yg belum memadai sehingga PNS cenderung
Keuangan Daerah
1. Keuangan daerah yang kurang mencukupi (Financial
Insufficiency).
2. Overhead cost pemda yang tinggi.
3. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan APBD.
4. Kurangnya kejelasan sistem pembiayaan melalui dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
5. Kurangnya manajemen aset Pemda.
dadang-solihin.blogspot.com 39
Perwakilan
1. Ekses dari meningkatnya kewenangan DPRD.
2. Kurang terserapnya aspirasi masyarakat oleh DPRD.
3. Campur tangan DPRD dalam penentuan penunjukan pejabat karir. 4. Masih kurangnya pemahaman DPRD terhadap peraturan
perundangan.
Pelayanan Publik
1. Masih rendahnya kualitas pelayanan
2. Masih besarnya peranan Pemda dalam penyediaan pelayanan. 3. Tidak jelasnya standar pelayanan.
Daerah Otonom Baru
• Pada tahun 2000: 80% daerah otonomi baru telah gagal dalam
upaya mensejahterakan rakyat. Kebijakan pemekaran daerah justru memunculkan beragam persoalan baru antara lain pecahnya konflik horizontal, meluasnya praktek korupsi hingga bertambahnya beban keuangan negara. Kecenderungan semacam ini jika dibiarkan akan kontraproduktif terhadap ide awal pemekaran.
• Hanya 22,80% daerah otonomi baru yang mengalami
perkembangan yang baik. Sisanya, 77,80% daerah pemekaran belum menunjukkan ketidaksiapannya untuk menjadi daerah otonom dan mandiri.
dadang-solihin.blogspot.com 41
Daerah Otonom Baru
• Hasil evaluasi terhadap 205 DOB yang meliputi 7 Provinsi, 164 Kabupaten dan 34 Kota dari Faktor Good Governance, Pelayanan Publik, Daya Saing Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat, secara umum menunjukkan Pemda baru hasil pemekaran belum
sepenuhnya berjalan secara efektif. Bahkan kontribusinya terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di masing-masing daerah masih rendah.
• Masih banyak kendala bagi DOB untuk meningkatkan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, Perbaikan Kualitas Pelayanan Publik,
Perbaikan Tata Pemerintahan, dan Peningkatan Daya Saing.
Daerah Otonom Baru
Implikasi penambahan daerah otonom baru, antara lain:
• Mengurangi kesempatan daerah lama untuk mendapat kenaikan dana perimbangan (DAU, DAK, DBH);
• Kenaikan jumlah belanja gaji PNSD juga mengalami peningkatan secara fluktuatif;
• Kenaikan anggaran instansi vertikal untuk kantor baru di daerah otonom baru;
• Menambah jumlah daerah tertinggal akibat semakin semakin
terbaginya sumber pendapatan daerah, baik daerah induk maupun daerah otonom baru;
dadang-solihin.blogspot.com 43
44
45
Materi
• Latar Belakang
• Maksud dan Tujuan • Metodologi Kajian • Kerangka Kajian
• Temuan dan Rekomendasi • Kesimpulan
Latar Belakang
• Pembentukan Daerah Otonomi Baru (Pemekaran Daerah) bertujuan: – Membentuk pemerintahan daerah yang mandiri dan otonom (UU
32/2004)
– Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (PP 78/2007). • Secara teoritik:
– Pemekaran daerah merupakan bagian dari proses penataan daerah dan territorial reform atau administrative reform.
– Penataan daerah merupakan manajemen pemekaran,
penggabungan dan hirarki unit pemerintahah daerah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan politik dan administrasi
pemerintahan (management of the size, shape, and hierarchy of
local government units for the purpose of achieving political and administrative goals).
Latar Belakang
• Dalam kurun waktu 2000-2010 telah terjadi pemekaran daerah secara
massif, yang tidak pernah terjadi pada era-era sebelumnya.
• Saat ini Indonesia memiliki 530 daerah otonom, terdiri atas 33 provinsi, 398
kabupaten, 93 kota, 5 kota administratif, dan 1 kabupaten administratif.
• Selama 1999-2009, terbentuk 205 daerah otonom baru dari berbagai
tingkatan, atau bertambah lebih dari 63 % dibandingkan dengan jumlah daerah otonom di akhir masa orde baru.
49 Wantimpres
Maksud dan Tujuan
Maksud Kajian:
• Mengkaji dan menganalisis regulasi dan aturan perundangan-undangan tentang kebijakan Penataan Daerah
• Mengkaji dan menganalisis implementasi dan penerapan Penataan Daerah dari aspek Pelayanan Publik, Ekonomi dan Keuangan, Manajemen Pemerintahan Daerah, Perencanaan Pembangunan, Politik dan Demokrasi, serta Aspek Strategis Nasional.
Tujuan Kajian:
• Merumuskan Saran dan Masukan kepada Bapak Presiden RI melalui Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang
Metodologi dan Lokasi Kajian
• Tinjauan peraturan perundang-undangan dan literatur terkait penataan daerah
• Analisis terhadap kajian terdahulu
• Diskusi dan rapat terbatas dengan tim ahli • Kunjungan ke 6 daerah terpilih:
1. Provinsi Gorontalo
2. Provinsi Kepulauan Riau 3. Kota Cimahi
4. Kota Batu
5. Kabupaten Lombok Utara 6. Kabupaten Kubu Raya
Kerangka Kajian
Kebijakan Penataan Daerah
Pelayanan Publik Ekonomi dan Keuangan Manajemen
Pemerintahan Daerah
Kesejahteraan Rakyat dan Keutuhan NKRI
Perencanaan
Pembangunan Politik dan Demokrasi Strategis Nasional
W
antimpres
Temuan dan Rekomendasi
Masih terdapat kebutuhan/ permintaan untuk pemekaran daerah otonom baru, baik
pada tingkat daerah provinsi maupun kabupaten/kota.
Desain Besar Penataan
Daerah (DESERTADA) perlu segera ditetapkan dalam
regulasi yang jelas.
Perlu penegasan
pembentukan daerah otonom baru yang disesuaikan
dengan kemampuan keuangan negara.
Temuan dan Rekomendasi
Proses pembentukan daerah
otonom baru selama ini, terdapat 2 jalur mekanisme pengusulan yaitu melalui pemerintah dan DPR.
Terdapat kecenderungan yang kuat bahwa proses pembentukan daerah otonom baru diproses melalui jalur politik yakni melalui mekanisme pengusulan RUU oleh DPR.
Kondisi ini berimplikasi terhadap berbagai persyaratan pembentukan daerah otonom baru sebagaimana yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan terabaikan
DPR dan Pemerintah harus mengacu secara konsisten terhadap DESERTADA yang sudah ditetapkan.
Sebelum DESERTADA ditetapkan, DPR dan Pemerintah harus
melaksanakan Parameter tentang pemekaran daerah sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang ada (UU dan PP-nya).
55 Wantimpres
Temuan dan Rekomendasi
Parameter dan Pembobotan Pembentukan Daerah
Otonom berdasarkan PP 78/2007 dalam kenyataan belum mencerminkan
kebutuhan obyektif dari suatu daerah yang akan
dimekarkan.
Perlu peninjauan kembali paramater dan pembobotan pembentukan daerah otonom sebagaimana diatur dalam
PP 78/2007
Parameter dan pembobotan ini sebaiknya dimasukan di dalam substansi materi
kebijakan DESERTADA.
Temuan dan Rekomendasi
Adanya bagian desa atau kecamatan yang mempunyai aspirasi untuk bergabung
masuk kewilayah daerah otonom kab/kota tetangga, baik dalam satu provinsi maupun antar provinsi tetangga (kasus Sulteng-Gorontalo dan Bandung Barat-Cimahi)
Harus ada kejelasan tentang batas wilayah daerah
otonomi baru sebelum
ditetapkan sebagai daerah otonom baru.
57 Wantimpres
Temuan dan Rekomendasi
Terdapat permasalahan penentuan batas wilayah pasca pemekaran daerah otonom provinsi dan
kabupaten /kota yang berimplikasi terhadap ketidakefektifan
penyelenggaraan
pemerintahan daerah otonom baru.
Harus ada kejelasan tentang batas wilayah daerah
otonomi baru sebelum ditetapkan UU tentang
pembentukan daerah otonom baru.
Temuan dan Rekomendasi
Terdapat permasalahan pengalihan aset pasca
pemekaran daerah otonom provinsi dan kab/kota yang berimplikasi terhadap
terganggunya sistem pencatatan aset pada
pemerintah daerah otonom baru yang masih ditangani oleh daerah induk atau K/L.
Harus ada kejelasan tentang penataan dan pengalihan aset sebelum dilakukan pemekaran daerah.
Harus segera disusun manajemen aset daerah.
59 Wantimpres
Temuan dan Rekomendasi
Terdapat permasalahan pasca pemekaran daerah otonom baru terkait
pengalihan status SDM
Aparatur (PNS) yang berasal dari daerah induk yang
dialihkan kepada daerah otonom baru
Pembentukan daerah otonom perlu
mempertimbangkan
ketersediaan SDM Aparatur
Kebijakan manajemen SDM Aparatur sebaiknya diatur secara terpusat satu NIP oleh pemerintah pusat sehingga memudahkan
distribusi kepegawaian pada setiap daerah otonom.
Temuan dan Rekomendasi
Daerah otonomi baru masih mengandalkan sumber
pembiayaan
penyelenggaraan
pemerintahan dari alokasi anggaran yang bersumber dari pemerintah pusat.
Rata2 PAD hanya 18,33% dari APBD.
Daerah otonom baru perlu memiliki kemampuan
finansial (PAD) minimal
sebagai dasar pembentukan daerah otonom.
61 Wantimpres
Temuan dan Rekomendasi
Sebagian besar daerah otonom baru dalam
pembentukan organisasi pemerintah daerah masih menggambarkan:
- Sosok organisasi yang cenderung membesar
- Dengan kebutuhan jumlah aparatur yang banyak
- Dalam keterbatasan belanja pegawai.
Perlu kebijakan yang
mengatur parameter minimal: - besaran organisasi,
- jumlah aparatur, dan
- besaran anggaran untuk belanja pegawai
daerah otonom baru yang diprakarsai oleh daerah induk dengan memberdayakan
secara optimal aparat
pemerintah dari daerah induk
Temuan dan Rekomendasi
Terdapat daerah otonom
baru yang secara nyata tidak memiliki kemampuan
sebagai daerah otonom dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Untuk daerah otonom baru yang dinilai tidak mampu
mencapai parameter standar, harus secara konsisten
diterapkan kebijakan penggabungan kembali dengan daerah induk.
63 Wantimpres
Temuan dan Rekomendasi
Pembentukan daerah
otonom baru yang marak dewasa ini juga dipicu oleh adanya insentif fiskal yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom baru.
Kebijakan insentif fiskal diberikan setelah calon
daerah otonom baru dinilai telah mencapai kemampuan standar sebagai daerah
otonom berdasarkan
parameter penilaiain fiskal.
Sebelum mencapai
kemampuan standar, daerah tersebut difasilitasi anggaran dari daerah induknya.
Temuan dan Rekomendasi
Daerah otonom baru banyak yang kurang sesuai dengan standar penyelenggaraan pemerintah yang efektif. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya pembinaan, pengawasan, supervisi,
asistensi, dan evaluasi dari pemerintah pusat.
Perlu mengefektifkan pembinaan, pengawasan supervisi, asistensi, dan evaluasi kepada daerah
otonom baru yang dilakukan oleh pemerintah pusat.
Perlu tindak lanjut hasil
Monev daerah otonom baru yang dilakukan pemerintah pusat.
65 Wantimpres
Kesimpulan
Belum adanya kebijakan
nasional yang dirumuskan oleh Pemerintah dan DPR terkait dengan DESERTADA dalam bentuk Undang-Undang.
Pengaturan ini dimaksudkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan pembentukan daerah otonom yang secara
komprehensif sebagaimana
yang dihasilkan dalam kajian ini.
Kesimpulan
a. Aspirasi Masyarakat (Bottom-up).
Pembentukan daerah otonom baru merupakan aspirasi murni masyarakat sesuai dengan kondisi obyektif daerah dan menghindari pertimbangan yang bersifat politis.
b. Kepentingan Strategis Nasional (Top Down). Pembentukan daerah otonom
baru merupakan kewenangan
pemerintah dengan mempertimbangkan kepentingan strategis nasional dalam rangka penguatan NKRI dan percepatan pemerataan kesejahteraan masyarakat secara nasional.
Wantimpres 67
Kesimpulan
Sebelum pembentukan daerah otonom baru perlu melalui
tahapan-tahapan persiapan suatu daerah yang bakal
menjadi daerah otonom baru.
Kebijakan persiapan calon daerah otonom baru
dimaksudkan untuk memberikan proses pembelajaran
berpemerintahan bagi calon daerah otonom baru.
Kesimpulan
Perlu komitmen Pemerintah Pusat (DPR & Pemerintah) untuk
melakukan tindakan kebijakan penggabungan daerah otonom baru yang berdasarkan hasil penilaian tidak memiliki
kemampuan untuk
menyelenggarakan pemerintahan daerah yang memiliki kemampuan berotonomi.
Perlu kebijakan insentif bagi daerah otonom yang terkena kebijakan
penggabungan daerah otonom.
Wantimpres 69
70
W