• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desentralisasi dan Otonomi daerah di IND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Desentralisasi dan Otonomi daerah di IND"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

dadan

g-s

olihin

.blogspot.com

(3)

dadang-solihin.blogspot.com

(4)

Materi

Amanat Konstitusi

Perspektif Teori

Perspektif Kebijakan

(5)

dadang-solihin.blogspot.com 5

Otonomi Daerah di Indonesia

Teori

Praktek

Kebijakan

1

2

3

4

Praktek

Teori

Kebijakan

Praktek

Teori

Kebijakan

Praktek

(6)

dadang-solihin.blogspot.com

(7)

Pasal 18 UUD

7 1) Negara Kesatuan Republik

Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu

dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai

pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

3) Pemerintahan daerah provinsi,

daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

4) Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi,

Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.

5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

6) Pemerintahan daerah berhak

menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk

melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

7) Susunan dan tata cara

penyelenggaraan pemerintahan

daerah diatur dalam undang-undang.

(8)

1) Hubungan wewenang antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan Undang-undang dengan memperhatikan

kekhususan dan keragaman daerah.

2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan

dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Pasal 18A UUD

Hubungan wewenang

(9)

dadang-solihin.blogspot.com 9 1) Negara mengakui dan menghormati

satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan

Undang-undang.

2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

hukum adat serta hak-hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam

undang-undang.

Pasal 18B UUD

Daerah Khusus

(10)

dadang-solihin.blogspot.com

(11)

dadang-solihin.blogspot.com 11

Pemisahan dan Pembagian Kekuasaan

Teori pemisahan kekuasaan (separation of power) oleh Montesquieu.

 Kekuasaan negara dipisahkan secara horizontal melalui fungsi legislatif, eksekutif, dan judikatif.

Konsep pembagian kekuasaan (distribution of power atau

division of power).

 Kekuasaan negara dibagikan secara vertikal dalam hubungan ‘atas-bawah’.

(12)

Alasan Dianutnya Desentralisasi

(The Liang Gie, 1968)

Dari sudut politik:

• Untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang akhirnya dapat menimbulkan tirani;

• Untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi;

Dari sudut teknis organisatoris pemerintahan: Efisiensi

• Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat, pengurusannya diserahkan kepada daerah.

• Hal-hal yang lebih tepat di tangan pusat tetap diurus oleh pemerintah pusat.

Dari sudut kultural:

• Supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpahkan kepada kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya;

Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi:

(13)

14 Manfaat Otonomi Daerah

(Shabbir Cheema dan Rondinelli, 1983)

13

1. Perencanaan dapat dilakukan sesuai dengan kepentingan masyarakat di daerah yang bersifat heterogen.

2. Memotong jalur birokrasi yang rumit serta prosedur yang sangat terstruktur dari

pemerintah pusat.

3. Perumusan kebijaksanaan dari pemerintah akan lebih realistik.

4. Desentralisasi akan mengakibatkan

terjadinya "penetrasi" yang lebih baik dari Pemerintah Pusat bagi Daerah-Daerah yang terpencil atau sangat jauh dari pusat, di mana seringkali rencana pemerintah tidak dipahami oleh

masyarakat setempat atau dihambat oleh elite lokal, dan di mana dukungan

terhadap program pemerintah sangat terbatas.

5. Representasi yang lebih luas dari berbagai kelompok politik, etnis, keagamaan di dalam perencanaan pembangunan yang kemudian dapat memperluas kesamaan dalam

mengalokasikan sumber daya dan investasi pemerintah.

6. Peluang bagi pemerintahan serta lembaga privat dan masyarakat di

Daerah untuk meningkatkan kapasitas teknis dan managerial.

7. Dapat meningkatkan efisiensi

pemerintahan di Pusat dengan tidak lagi pejabat puncak di Pusat menjalankan tugas rutin karena hal itu dapat

diserahkan kepada pejabat Daerah.

(14)

14 Manfaat Otonomi Daerah

(Shabbir Cheema dan Rondinelli, 1983)

8. Dapat menyediakan struktur di mana berbagai departemen di pusat dapat dikoordinasi secara efektif bersama dengan pejabat Daerah dan sejumlah NGOs di berbagai Daerah. Propinsi,

Kabupaten, dan Kota dapat menyediakan basis wilayah koordinasi bagi program pemerintah.

9. Struktur pemerintahan yang

didesentralisasikan diperlukan guna melembagakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan implementasi program.

10.Dapat meningkatkan pengawasan atas berbagai aktivitas yang dilakukan oleh elite lokal, yang seringkali tidak simpatik dengan program pembangunan nasional dan tidak sensitif terhadap kebutuhan kalangan miskin di pedesaan.

11. Administrasi pemerintahan menjadi mudah disesuaikan, inovatif, dan kreatif. Kalau mereka berhasil maka dapat dicontoh oleh Daerah yang lainnya.

12. Memungkinkan pemimpin di Daerah

menetapkan pelayanan dan fasilitas secara efektif, mengintegrasikan daerah-daerah yang terisolasi, memonitor dan melakukan evaluasi implementasi proyek pembangunan dengan lebih baik dari pada yang dilakukan oleh pejabat di Pusat.

13. Memantapkan stabilitas politik dan kesatuan nasional dengan memberikan peluang kepada berbagai kelompok masyarakat di Daerah untuk berpartisipasi secara langsung dalam

pembuatan kebijaksanaan, sehingga dengan demikian akan meningkatkan kepentingan mereka di dalam memelihara sistem politik. 14. Meningkatkan penyediaan barang dan jasa di

tingkat lokal dengan biaya yang lebih rendah, karena hal itu tidak lagi menjadi beban

(15)

dadang-solihin.blogspot.com 15

Mengapa Otonomi Daerah?

1. Indonesia masih belum memungkinkan menganut federasi.

• Harus mempersiapkan UUD baru untuk sebuah Negara Federasi

Indonesia

Harus menetapkan mekanisme "Checks and Balances" antara

Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif yang mencakup Pemerintah Nasional serta Propinsi atau Negara Bagian.

• Setiap propinsi atau negara bagian harus memiliki semacam

"Konstitusi Negara Bagian ".

(16)

2. Pilihan otonomi luas merupakan pilihan yang sangat strategis dalam rangka memelihara nation state (negara bangsa).

• Mengembalikan "Hak-Hak Dasar" masyarakat di Daerah

dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen politik lokal.

• Memberikan supervisi agar Daerah tidak melakukan tindakan

yang menyimpang dari kepentingan nasional.

• Daerah yang kuat di dalam membangun masyarakatnya,

(17)

dadang-solihin.blogspot.com 17

3. Sentralisasi telah terbukti gagal mengatasi krisis nasional.

• Tugas Pemerintah tidak lagi mengurus dan memikirkan

masalah-masalah Daerah, diserahkan saja sepenuhnya kepada Daerah.

• Ketika sumber daya kekuasaan sepenuhnya dikontrol oleh

Presiden, ternyata sama sekali tidak mampu menghadapi krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997.

4. Untuk memantapkan kehidupan demokrasi di masa-masa yang akan datang

• Demokrasi tanpa ada penguatan politik lokal akan menjadi sangat

rapuh.

• Politik tidak seharusnya menjadi dominasi orang-orang di Jakarta

(18)

5. Aspek keadilan

• Desentralisasi/otonomi daerah akan mencegah terjadinya

kepincangan di dalam menguasai sumber daya yang dimiliki dalam sebuah negara.

• Kebijakan desentralisasi/otonomi daerah diberlakukan untuk

menghentikan segala bentuk kebijakan yang mengalienasikan kepentingan masyarakat setempat yang berkaitan dengan

(19)

dadang-solihin.blogspot.com

(20)

Tujuan Otonomi Daerah

Mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui

 peningkatan pelayanan,

 pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Meningkatkan daya saing daerah

dengan memperhatikan

 prinsip demokrasi,

 pemerataan,

 keadilan,

 keistimewaan dan kekhususan serta

 potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem NKRI.

(21)

dadang-solihin.blogspot.com 21

Sasaran Otoda

1. Tercapainya sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan pusat dan daerah.

2. Meningkatnya kerjasama antar pemerintah daerah;

3. Terbentuknya kelembagaan pemerintah daerah yang efektif, efisien, dan akuntabel;

4. Meningkatnya kapasitas pengelolaan sumberdaya aparatur pemerintah daerah yang profesional dan kompeten;

5. Terkelolanya sumber dana dan pembiayaan pembangunan secara transparan, akuntabel, dan profesional; dan

6. Tertatanya daerah otonom baru.

(22)

Pembagian Urusan Pemerintahan

Urusan Pemerintah:

1. Politik Luar Negeri. 2. Pertahanan.

3. Keamanan. 4. Yustisi.

5. Moneter dan Fiskal Nasional. 6. Agama.

Urusan Pemerintahan Daerah:

• Menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan

(23)

dadang-solihin.blogspot.com 23

Beberapa Pengertian

Prinsip otonomi seluas-luasnya:

• Daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah.

Asas otonomi:

• Pelaksanaan urusan pemerintahan secara langsung oleh pemerintahan daerah itu sendiri,

Asas tugas pembantuan:

• Penugasan oleh pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota dan desa,

(24)

Kriteria Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

1. Kriteria Eksternalitas

• Pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan dampak/akibat yang ditimbulkan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut.

• Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan

pemerintahan tersebut menjadi kewenangan kabupaten/kota, apabila regional menjadi kewenangan provinsi, dan apabila nasional menjadi kewenangan Pemerintah.

2. Kriteria Akuntabilitas

• Pertimbangan bahwa yang menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat dari urusan yang ditangani tersebut.

3. Kriteria Efisiensi

(25)

dadang-solihin.blogspot.com 25

Hubungan antar Pemerintahan

Antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah

• Hubungan dalam bidang keuangan

• Hubungan dalam bidang pelayanan umum

• Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya

Antar Pemerintahan Daerah

• Hubungan dalam bidang keuangan

• Hubungan dalam bidang pelayanan umum

(26)

Arah Kebijakan Pembentukan DOB

Pembentukan daerah secara umum adalah untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat melalui:

• Peningkatan Pelayanan kepada Masyarakat;

• Percepatan Pertumbuhan Kehidupan Demokrasi;

• Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Perekonomian Daerah; • Percepatan Pengelolaan Potensi Daerah;

• Peningkatan Keamanan dan Ketertiban;

(27)

dadang-solihin.blogspot.com

(28)

Kewenangan yang Tumpang Tindih

• Pelaksanaan otonomi daerah masih kental

diwarnai oleh kewenangan yang tumpang tindih antar institusi pemerintahan dan aturan yang berlaku, baik antara aturan yang lebih tinggi atau aturan yang lebih rendah.

Anggaran

• Dalam otonomi daerah, paradigma anggaran telah bergeser ke arah apa yang disebut

dengan anggaran partisipatif.

• Dalam prakteknya, keinginan masyarakat akan selalu bertabrakan dengan kepentingan elit,

sehingga dalam penetapan anggaran belanja daerah, lebih cenderung mencerminkan

(29)

dadang-solihin.blogspot.com 29

Elit Lokal

• Otonomi daerah diwarnai oleh kepentingan elit lokal yang mencoba memanfaatkan otonomi daerah sebagai momentum untuk mencapai kepentingan politiknya, dengan cara

memobilisasi massa dan mengembangkan sentimen kedaerahan, seperti “putra daerah” dalam pemilihan kepala daerah.

Politik Identitas Diri

• Menguatnya politik identitas diri selama

pelaksanaan otonomi daerah yang mendorong satu daerah berusaha melepaskan diri dari

induknya yang sebelumnya menyatu.

(30)

Orientasi Kekuasaan

• Otonomi daerah masih menjadi isu pergeseran kekuasaan di kalangan elit daripada isu untuk melayani masyarakat secara lebih efektif.

• Langkah-langkah desentralisasi belumlah dirasakan langsung manfaatnya oleh

masyarakat.

• Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang diharapkan menjadi pintu masuk bagi

(31)

dadang-solihin.blogspot.com 31

Dimana Posisi Otoda?

Visi Otoda

Strategi Otoda

(32)

Dimana Posisi Otoda?

Sasaran Otoda

Strategi Otoda

(33)

dadang-solihin.blogspot.com 33

Permasalahan Otonomi Daerah

1. Penyelenggaraan otonomi daerah oleh Pemerintah Pusat selama ini cenderung tidak dianggap sebagai amanat konstitusi sehingga proses desentralisasi menjadi tersumbat.

2. Kuatnya kebijakan sentralisasi membuat semakin tingginya ketergantungan daerah-daerah kepada pusat yang nyaris mematikan kreatifitas masyarakat beserta seluruh perangkat pemerintahan di daerah.

3. Adanya kesenjangan yang lebar antara daerah dan pusat dan

antar-daerah sendiri dalam kepemilikan sumber daya alam, sumber daya budaya, infrastruktur ekonomi, dan tingkat kualitas sumber

daya manusia.

4. Adanya kepentingan melekat pada berbagai pihak yang menghambat penyelenggaraan otonomi daerah.

(34)

Permasalahan Otonomi Daerah . . .

1. Belum Jelasnya Pembagian Kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

2. Berbedanya Persepsi Para Pelaku Pembangunan terhadap Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah.

3. Masih Rendahnya Kerjasama antar Pemerintah Daerah.

4. Belum Terbentuknya Kelembagaan Pemerintah Daerah yang Efektif dan Efisien.

5. Terbatasnya dan Rendahnya Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah.

6. Masih Terbatasnya Kapasitas Keuangan Daerah.

7. Pembentukan Daerah Otonom Baru (Pemekaran Wilayah) yang Masih Belum Sesuai dengan Tujuannya.

(35)

dadang-solihin.blogspot.com 35

Urusan Pemerintahan

• Terjadi tumpang tindih antar tingkatan pemerintahan dalam

pelaksanaan urusan pemerintahan, karena belum sinkronnya antara UU Otoda dengan UU Sektor.

• Terjadi tarik menarik urusan, khususnya urusan yang mempunyai

potensi pendapatan (revenue).

• Adanya gejala keengganan dari K/L untuk mendesentralisasikan

(36)

Kelembagaan Daerah

• Adanya kecenderungan daerah untuk menerapkan struktur gemuk

akibat tekanan birokrasi dan politisi

• Adanya nomenklatur struktur yang berbeda-beda sehingga

menyulitkan kordinasi dan pembinaan

• Struktur yg gemuk membutuhkan PNS yg banyak sehingga untuk

gaji dan insentif PNS menelan sebagian besar alokasi APBD dibandingkan untuk pelayanan publik.

• Struktur organisasi yang ada belum sepenuhnya

(37)

dadang-solihin.blogspot.com 37

Kepegawaian

• Banyak Pemda mengalami kelebihan PNS dengan kompetensi

rendah dan kekurangan PNS dengan kompetensi yg memadai.

• Adanya gejala pengedepanan “Putera Asli Daerah” untuk

menduduki jabatan-jabatan strategis dengan mengabaikan kompetensi/profesionalisme.

• Adanya gejala politisasi PNS (terutama dalam event Pilkada). • Tidak terdapat kejelasan dalam career planning dan career

development akibat tidak adanya manpower planning di daerah.

• Penilaian kinerja yang sudah obselete (out of date); tidak ada

reward atau punishment terkait dengan kinerja.

• Kesejahteraan yg belum memadai sehingga PNS cenderung

(38)

Keuangan Daerah

1. Keuangan daerah yang kurang mencukupi (Financial

Insufficiency).

2. Overhead cost pemda yang tinggi.

3. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan APBD.

4. Kurangnya kejelasan sistem pembiayaan melalui dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

5. Kurangnya manajemen aset Pemda.

(39)

dadang-solihin.blogspot.com 39

Perwakilan

1. Ekses dari meningkatnya kewenangan DPRD.

2. Kurang terserapnya aspirasi masyarakat oleh DPRD.

3. Campur tangan DPRD dalam penentuan penunjukan pejabat karir. 4. Masih kurangnya pemahaman DPRD terhadap peraturan

perundangan.

(40)

Pelayanan Publik

1. Masih rendahnya kualitas pelayanan

2. Masih besarnya peranan Pemda dalam penyediaan pelayanan. 3. Tidak jelasnya standar pelayanan.

(41)

Daerah Otonom Baru

• Pada tahun 2000: 80% daerah otonomi baru telah gagal dalam

upaya mensejahterakan rakyat. Kebijakan pemekaran daerah justru memunculkan beragam persoalan baru antara lain pecahnya konflik horizontal, meluasnya praktek korupsi hingga bertambahnya beban keuangan negara. Kecenderungan semacam ini jika dibiarkan akan kontraproduktif terhadap ide awal pemekaran.

• Hanya 22,80% daerah otonomi baru yang mengalami

perkembangan yang baik. Sisanya, 77,80% daerah pemekaran belum menunjukkan ketidaksiapannya untuk menjadi daerah otonom dan mandiri.

dadang-solihin.blogspot.com 41

(42)

Daerah Otonom Baru

• Hasil evaluasi terhadap 205 DOB yang meliputi 7 Provinsi, 164 Kabupaten dan 34 Kota dari Faktor Good Governance, Pelayanan Publik, Daya Saing Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat, secara umum menunjukkan Pemda baru hasil pemekaran belum

sepenuhnya berjalan secara efektif. Bahkan kontribusinya terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di masing-masing daerah masih rendah.

• Masih banyak kendala bagi DOB untuk meningkatkan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, Perbaikan Kualitas Pelayanan Publik,

Perbaikan Tata Pemerintahan, dan Peningkatan Daya Saing.

(43)

Daerah Otonom Baru

Implikasi penambahan daerah otonom baru, antara lain:

• Mengurangi kesempatan daerah lama untuk mendapat kenaikan dana perimbangan (DAU, DAK, DBH);

• Kenaikan jumlah belanja gaji PNSD juga mengalami peningkatan secara fluktuatif;

• Kenaikan anggaran instansi vertikal untuk kantor baru di daerah otonom baru;

• Menambah jumlah daerah tertinggal akibat semakin semakin

terbaginya sumber pendapatan daerah, baik daerah induk maupun daerah otonom baru;

dadang-solihin.blogspot.com 43

(44)

44

(45)

45

(46)
(47)

Materi

• Latar Belakang

• Maksud dan Tujuan • Metodologi Kajian • Kerangka Kajian

• Temuan dan Rekomendasi • Kesimpulan

(48)

Latar Belakang

• Pembentukan Daerah Otonomi Baru (Pemekaran Daerah) bertujuan: – Membentuk pemerintahan daerah yang mandiri dan otonom (UU

32/2004)

– Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (PP 78/2007). • Secara teoritik:

– Pemekaran daerah merupakan bagian dari proses penataan daerah dan territorial reform atau administrative reform.

– Penataan daerah merupakan manajemen pemekaran,

penggabungan dan hirarki unit pemerintahah daerah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan politik dan administrasi

pemerintahan (management of the size, shape, and hierarchy of

local government units for the purpose of achieving political and administrative goals).

(49)

Latar Belakang

• Dalam kurun waktu 2000-2010 telah terjadi pemekaran daerah secara

massif, yang tidak pernah terjadi pada era-era sebelumnya.

• Saat ini Indonesia memiliki 530 daerah otonom, terdiri atas 33 provinsi, 398

kabupaten, 93 kota, 5 kota administratif, dan 1 kabupaten administratif.

• Selama 1999-2009, terbentuk 205 daerah otonom baru dari berbagai

tingkatan, atau bertambah lebih dari 63 % dibandingkan dengan jumlah daerah otonom di akhir masa orde baru.

49 Wantimpres

(50)

Maksud dan Tujuan

Maksud Kajian:

• Mengkaji dan menganalisis regulasi dan aturan perundangan-undangan tentang kebijakan Penataan Daerah

• Mengkaji dan menganalisis implementasi dan penerapan Penataan Daerah dari aspek Pelayanan Publik, Ekonomi dan Keuangan, Manajemen Pemerintahan Daerah, Perencanaan Pembangunan, Politik dan Demokrasi, serta Aspek Strategis Nasional.

Tujuan Kajian:

• Merumuskan Saran dan Masukan kepada Bapak Presiden RI melalui Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang

(51)

Metodologi dan Lokasi Kajian

• Tinjauan peraturan perundang-undangan dan literatur terkait penataan daerah

• Analisis terhadap kajian terdahulu

• Diskusi dan rapat terbatas dengan tim ahli • Kunjungan ke 6 daerah terpilih:

1. Provinsi Gorontalo

2. Provinsi Kepulauan Riau 3. Kota Cimahi

4. Kota Batu

5. Kabupaten Lombok Utara 6. Kabupaten Kubu Raya

(52)

Kerangka Kajian

Kebijakan Penataan Daerah

Pelayanan Publik Ekonomi dan Keuangan Manajemen

Pemerintahan Daerah

Kesejahteraan Rakyat dan Keutuhan NKRI

Perencanaan

Pembangunan Politik dan Demokrasi Strategis Nasional

(53)

W

antimpres

(54)

Temuan dan Rekomendasi

 Masih terdapat kebutuhan/ permintaan untuk pemekaran daerah otonom baru, baik

pada tingkat daerah provinsi maupun kabupaten/kota.

 Desain Besar Penataan

Daerah (DESERTADA) perlu segera ditetapkan dalam

regulasi yang jelas.

 Perlu penegasan

pembentukan daerah otonom baru yang disesuaikan

dengan kemampuan keuangan negara.

(55)

Temuan dan Rekomendasi

 Proses pembentukan daerah

otonom baru selama ini, terdapat 2 jalur mekanisme pengusulan yaitu melalui pemerintah dan DPR.

 Terdapat kecenderungan yang kuat bahwa proses pembentukan daerah otonom baru diproses melalui jalur politik yakni melalui mekanisme pengusulan RUU oleh DPR.

 Kondisi ini berimplikasi terhadap berbagai persyaratan pembentukan daerah otonom baru sebagaimana yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan terabaikan

 DPR dan Pemerintah harus mengacu secara konsisten terhadap DESERTADA yang sudah ditetapkan.

 Sebelum DESERTADA ditetapkan, DPR dan Pemerintah harus

melaksanakan Parameter tentang pemekaran daerah sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang ada (UU dan PP-nya).

55 Wantimpres

(56)

Temuan dan Rekomendasi

 Parameter dan Pembobotan Pembentukan Daerah

Otonom berdasarkan PP 78/2007 dalam kenyataan belum mencerminkan

kebutuhan obyektif dari suatu daerah yang akan

dimekarkan.

 Perlu peninjauan kembali paramater dan pembobotan pembentukan daerah otonom sebagaimana diatur dalam

PP 78/2007

 Parameter dan pembobotan ini sebaiknya dimasukan di dalam substansi materi

kebijakan DESERTADA.

(57)

Temuan dan Rekomendasi

 Adanya bagian desa atau kecamatan yang mempunyai aspirasi untuk bergabung

masuk kewilayah daerah otonom kab/kota tetangga, baik dalam satu provinsi maupun antar provinsi tetangga (kasus Sulteng-Gorontalo dan Bandung Barat-Cimahi)

 Harus ada kejelasan tentang batas wilayah daerah

otonomi baru sebelum

ditetapkan sebagai daerah otonom baru.

57 Wantimpres

(58)

Temuan dan Rekomendasi

 Terdapat permasalahan penentuan batas wilayah pasca pemekaran daerah otonom provinsi dan

kabupaten /kota yang berimplikasi terhadap ketidakefektifan

penyelenggaraan

pemerintahan daerah otonom baru.

 Harus ada kejelasan tentang batas wilayah daerah

otonomi baru sebelum ditetapkan UU tentang

pembentukan daerah otonom baru.

(59)

Temuan dan Rekomendasi

 Terdapat permasalahan pengalihan aset pasca

pemekaran daerah otonom provinsi dan kab/kota yang berimplikasi terhadap

terganggunya sistem pencatatan aset pada

pemerintah daerah otonom baru yang masih ditangani oleh daerah induk atau K/L.

 Harus ada kejelasan tentang penataan dan pengalihan aset sebelum dilakukan pemekaran daerah.

 Harus segera disusun manajemen aset daerah.

59 Wantimpres

(60)

Temuan dan Rekomendasi

 Terdapat permasalahan pasca pemekaran daerah otonom baru terkait

pengalihan status SDM

Aparatur (PNS) yang berasal dari daerah induk yang

dialihkan kepada daerah otonom baru

 Pembentukan daerah otonom perlu

mempertimbangkan

ketersediaan SDM Aparatur

 Kebijakan manajemen SDM Aparatur sebaiknya diatur secara terpusat satu NIP oleh pemerintah pusat sehingga memudahkan

distribusi kepegawaian pada setiap daerah otonom.

(61)

Temuan dan Rekomendasi

 Daerah otonomi baru masih mengandalkan sumber

pembiayaan

penyelenggaraan

pemerintahan dari alokasi anggaran yang bersumber dari pemerintah pusat.

 Rata2 PAD hanya 18,33% dari APBD.

 Daerah otonom baru perlu memiliki kemampuan

finansial (PAD) minimal

sebagai dasar pembentukan daerah otonom.

61 Wantimpres

(62)

Temuan dan Rekomendasi

 Sebagian besar daerah otonom baru dalam

pembentukan organisasi pemerintah daerah masih menggambarkan:

- Sosok organisasi yang cenderung membesar

- Dengan kebutuhan jumlah aparatur yang banyak

- Dalam keterbatasan belanja pegawai.

 Perlu kebijakan yang

mengatur parameter minimal: - besaran organisasi,

- jumlah aparatur, dan

- besaran anggaran untuk belanja pegawai

daerah otonom baru yang diprakarsai oleh daerah induk dengan memberdayakan

secara optimal aparat

pemerintah dari daerah induk

(63)

Temuan dan Rekomendasi

 Terdapat daerah otonom

baru yang secara nyata tidak memiliki kemampuan

sebagai daerah otonom dalam penyelenggaraan pemerintahan.

 Untuk daerah otonom baru yang dinilai tidak mampu

mencapai parameter standar, harus secara konsisten

diterapkan kebijakan penggabungan kembali dengan daerah induk.

63 Wantimpres

(64)

Temuan dan Rekomendasi

 Pembentukan daerah

otonom baru yang marak dewasa ini juga dipicu oleh adanya insentif fiskal yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom baru.

 Kebijakan insentif fiskal diberikan setelah calon

daerah otonom baru dinilai telah mencapai kemampuan standar sebagai daerah

otonom berdasarkan

parameter penilaiain fiskal.

 Sebelum mencapai

kemampuan standar, daerah tersebut difasilitasi anggaran dari daerah induknya.

(65)

Temuan dan Rekomendasi

 Daerah otonom baru banyak yang kurang sesuai dengan standar penyelenggaraan pemerintah yang efektif. Hal ini disebabkan oleh

kurangnya pembinaan, pengawasan, supervisi,

asistensi, dan evaluasi dari pemerintah pusat.

 Perlu mengefektifkan pembinaan, pengawasan supervisi, asistensi, dan evaluasi kepada daerah

otonom baru yang dilakukan oleh pemerintah pusat.

 Perlu tindak lanjut hasil

Monev daerah otonom baru yang dilakukan pemerintah pusat.

65 Wantimpres

(66)

Kesimpulan

 Belum adanya kebijakan

nasional yang dirumuskan oleh Pemerintah dan DPR terkait dengan DESERTADA dalam bentuk Undang-Undang.

 Pengaturan ini dimaksudkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan pembentukan daerah otonom yang secara

komprehensif sebagaimana

yang dihasilkan dalam kajian ini.

(67)

Kesimpulan

a. Aspirasi Masyarakat (Bottom-up).

Pembentukan daerah otonom baru merupakan aspirasi murni masyarakat sesuai dengan kondisi obyektif daerah dan menghindari pertimbangan yang bersifat politis.

b. Kepentingan Strategis Nasional (Top Down). Pembentukan daerah otonom

baru merupakan kewenangan

pemerintah dengan mempertimbangkan kepentingan strategis nasional dalam rangka penguatan NKRI dan percepatan pemerataan kesejahteraan masyarakat secara nasional.

Wantimpres 67

(68)

Kesimpulan

 Sebelum pembentukan daerah otonom baru perlu melalui

tahapan-tahapan persiapan suatu daerah yang bakal

menjadi daerah otonom baru.

 Kebijakan persiapan calon daerah otonom baru

dimaksudkan untuk memberikan proses pembelajaran

berpemerintahan bagi calon daerah otonom baru.

(69)

Kesimpulan

 Perlu komitmen Pemerintah Pusat (DPR & Pemerintah) untuk

melakukan tindakan kebijakan penggabungan daerah otonom baru yang berdasarkan hasil penilaian tidak memiliki

kemampuan untuk

menyelenggarakan pemerintahan daerah yang memiliki kemampuan berotonomi.

 Perlu kebijakan insentif bagi daerah otonom yang terkena kebijakan

penggabungan daerah otonom.

Wantimpres 69

(70)

70

W

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4 dapat dilihat rata-rata pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang imunisasi TT adalah 50,20 sedangkan rata-rata

Tujuan penelitian ini mengukur kemampuan tarif INA CBGs tindakan Hemodialisa pada program Kartu Jakarta Sehat dalam menutupi biaya riil yang dikeluarkan untuk tindakan

MADRASA BY ANY OTHER NAME Pondok , Pesantren , and Islamic Schools in Indonesia and Larger Southeast Asian Region..

Gambar 4.8 Pengukuran Format Data Bluetooth Arus Motor BLDC Mobil Listrik dengan

[r]

Dengan demikian melalui Kurikulum Kursus Penyiar Televisi Berbasis Komptensi ini, peserta kursus dimungkinkan untuk mendapatkan pengalaman belajar yang memadai baik

IKAHI sebagai satu-satunya wadah profesi hakim di Indonesia mengeluarkan salah satu keputusan dalam Musyawarah Nasional (Munas) XIII di Bandung untuk

klasifikasi : Bangunan Sipil dan/atau Jasa Pelaksanaan Spesialis yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah domisili peserta yang masih berlaku;. Sertifikat Badan Usaha