• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekomendasi Lokasi Wisata Kuliner Menggunakan Metode K-Means Clustering Dan Simple Additive Weighting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rekomendasi Lokasi Wisata Kuliner Menggunakan Metode K-Means Clustering Dan Simple Additive Weighting"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

3835

Rekomendasi Lokasi Wisata Kuliner Menggunakan Metode

K-Means

Clustering

Dan

Simple Additive Weighting

Nugroho Dwi Saksono1, Yuita Arum Sari2, Ratih Kartika Dewi3

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya,

Email : nugrohodwi.sony@gmail.com1, yuita@ub.ac.id2, ratihkartikad@ub.ac.id3

Abstrak

Melakukan wisata kuliner merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan ketika mengunjungi suatu kota. Kesalahan dalam memilih sebuah lokasi wisata kuliner yang ingin dikunjungi dikarenakan kurangnya informasi terhadap lokasi apa saja yang tersedia menjadi masalah bagi wisatawan yang ingin merasakan kepuasan berwisata kuliner. Tujuan penelitian ini adalah membantu para wisatawan dalam

menentukan lokasi wisata kuliner yang memilki fasilitas yang sesuai dengan yang diinginkan. K-Means

Clustering merupakan sebuah metode yang mengelompokan data sesuai dengan cluster masing-masing.

Simple Additive Weighting (SAW) adalah metode yang digunakan untuk proses perangkingan dengan

menggunakan nilai preferensi. Dalam penelitian ini, metode K-Means Clustering akan membagi lokasi

wisata sesuai jarak yang dihitung dari posisi awal user ke alamat lokasi wisata, lalu metode SAW akan mengurutkan lokasi mana yang paling sesuai dengan keinginan user. Data yang digunakan untuk pengujian menggunakan 49 data lokasi. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian akurasi dengan membandinkan hasil yang dikeluarkan oleh sistem dengan hasil yang dipilih oleh 30 responden. Pengujian tersebut mendapatkan hasil akurasi sebesar 63,33% untuk kategori sangat dekat, 40% untuk kategori dekat, 46,67% untuk kategori sedang. Sistem ini sudah bisa memberikan rekomendasi untuk kategori sangat dekat dengan cukup akurat walaupun untuk kategori dekat dan sedang masih belum cukup akurat.

Kata kunci: lokasi, wisata kuliner, pendukung keputusan, K-Means Clustering, SAW

Abstract

Culinary tour is one of the activities that are often done when visiting a city. the mistakes often made because lack of information regarding a location of a culinary tourism can cause a problem for tourists. The purpose of this study is to help the tourists in determining the location of culinary tourism that has the facilities in accordance with what they desired. K-Means Clustering is a method that groups data according to their clusters. Simple Additive Weighting (SAW) is a method for the ranking process by using a preference value. In this study, K-Means Clustering method will divide the location according to the distance calculated from the initial position of the user to the address of the location, then SAW

method will sort which location best suit the user’s wishes. The testing used 49 location data. The testing

process is a accuracy test by comparing result from the system and results from 30 respondents. The results of the testing process is obtained an accuracy of 63.33% for very close category, 40% for near category, and 46,67% for medium category. This system can provide recommendations for very close categories with fairly accurate although for the near and medium category is still not accurate enough.

Keywords: location, culinary tourism, decision support, K-Means Clustering, SAW

1. PENDAHULUAN

Penggunaan teknologi informasi sudah semakin berkembang dan banyak digunakan dalam berbagai bidang, contohnya pada bidang pariwisata. Semakin besarnya peranan otonomi daerah, perkembangan pada sektor pariwisata tentu turut serta memicu perkembangan ekonomi

pada suatu daerah, hal itu di karenakan dengan majunya sektor pariwisata memacu sektor

ekonomi melalui peningkatan nilai dan

(2)

Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan ketika sedang berwisata adalah mencicipi berbagai makanan khas yang ada di suatu daerah atau yang biasa disebut dengan wisata kuliner. Tren wisata pada era kini lebih cenderung pada

berburu makanan khas daerah tersebut

Perubahan gaya hidup yang terjadi juga menjadi pemicu pergeseran daya tarik seorang wisatawan terhadap sebuah tempat makanan, dimana suasana dan pelayanan menjadi bagian penting dalam penilaian. Sehingga banyak restoran atau tempat makan dibuat dengan ciri khasnya masing-masing. (Astradanta, et al., 2016).

Masalah yang sering dialami oleh wisatawan yang sedang berkujung ke suatu daerah adalah

kurangnya informasi mengenai tempat–tempat

makan atau restoran yang biasa dijadikan sebagai destinasi wisata kuliner. Kurangnya informasi ini menyebabkan para wisatawan tidak bisa menentukan tempat makan yang sesuai dengan kriteria. Banyak dari para wisatawan yang mengandalkan informasi dari teman atau kerabat terdekat tentang lokasi dari tempat makan, yang terkadang tempat makan yang direkomendasikan tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Oleh karena itu, sebagai salah satu alternatif perlu dibuat suatu sistem pendukug keputusan pemilihan tempat kuliner. (Yulianti & Juwita, 2016).

Sistem pendukung keputusan merupakan alat bantu pengambil keputusan, yang disusun dalam sebuah sistem yang menampilkan informasi, manipulasi dan permodelan data, tanpa mengubah penilaian para pengambil keputusan. (Nurzahputra, et al., 2017). Sistem pendukung keputusan juga dapat digunakan untuk menentukan lokasi wisata kuliner yang paling optimal berdasarkan kriteria yang diinginkan oleh wisatawan. Dalam penelitian ini kriteria yang dapat dimasukan oleh wisatawan adalah jarak dan fasilitas restoran, kriteria fasilitias restoran termasuk di dalamnya adalah harga, rating, tempat parkir, dan takeout.

Dalam rekomendasi lokasi wisata kuliner ini penulis membuat sebuah sistem pendukung keputusan yang menggunakan metode yaitu gabungan dari metode K-Means clustering dan

Simple Additive Weighting (SAW). Prinsip dari

K-Means clustering digunakan untuk

menentukan nilai kriteria dari sebuah nilai alternatif. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Masruro (2016) menngunakan metode K-Means

clustering dan TOPSIS untuk menentukan lokasi

wisata. Penelitian ini menggunakan kriteria fasilitas dan budget dimana kriteria fasilitas

diolah dengan menggunakan metode TOPSIS

sedangkan kriteria budget dengan metode

K-Means clustering dikarenakan kriteria budget

merupakan data continue atau bilangan (Masruro & Wibowo, 2016). Proses utama dalam metode SAW adalah jumlah nilai bobot dari tingkat kinerja di tiap alternatif berdasarkan atribut-atribut yang digunakan. Kemudian dilakukan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke dalam sebuah skala perbandingan tingkat alternatif yang ada. Tentu sistem pendukung keputusan perlu menentukan bobot tiap atribut terlebih dahulu. Total skor masing-masing alternatif di dapat dari menambahkan semua perkalian rating dan bobot (Daniati & Nugroho, 2016).

Terdapat pertimbangan-pertimbangan dalam

pemilihan metode tersebut. K-Means dipilih

karena kemudahan serta kemampuannya dalam pengklasteran data yang besar. (Ratnawati, et al., 2014).Kelebihan dari metode SAW adalah simpel dan mudah dalam perhitungannya. Kekurangan dari metode SAW adalah pada

proses normalisasi metode SAW akan

menghasilkan nilai perkiraan yang tidak selalu mencerminkan nilai sebenarnya (Astradanta, et

al., 2016). Digabungkannya metode K-Means

clustering dan SAW bertujuan untuk memilah

dan mengelompokkan data yang ditampilkan pada sebuah list daftar lokasi wisata yang sesuai

dengan keinginan user. K-Means berfungsi

untuk membuat sub-kelompok nilai kriteria dari kelompok nilai alternatif yang ada, nilai dari pemilahan dalam kelompok nilai alternatf ini yang kemudian digunakan untuk menentukan hasil list alterntif yang akan di proses melalui metode TOPSIS. (Masruro & Wibowo, 2016).

Berdasarkan permasalahan di atas maka diputuskan untuk menerapkan metode K-Means dan SAW untuk menyelesaikan masalah rekomendasi lokasi wisata kuliner. Dengan

metode tersebut, diharapkan wisatwan

mendapatkan sebuah informasi tentang lokasi wisata kuliner yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

2. METODOLOGI PENELITIAN

2.1Pengumpulan Data

Data diperoleh penulis dari website

(3)

data lokasi restoran, harga, rating, ketersediaan tempat parkir, dan ketersediaan fasilitas wifi di restoran. Data lokasi restoran akan diolah menjadi data jarak dengan menggunakan

bantuan Google Maps.

2.2 Perancangan Sistem

Model perancangan menjelaskan mengenai cara kerja sistem ini. Terdapat beberapa proses utama yaitu input, proses, dan output. User akan menginput data jarak dan bobot kriteria . Data tersebut akan diproses sistem menggunakan

metode K-Means Clustering dan SAW. Setelah

dilakukan perhitungan, output akan

menampilkan rekomendasi lokasi wisata kuliner yang sudah diproses. Perancangan akan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Perancangan Sistem

2.2.1 Metode K-Means Clustering

Data Clustering merupakan salah satu metode Data Mining yang bersifat (unsupervised) atau tanpa adanya suatu arahan. Ada dua jenis data clustering yang sering digunakan, hierarchical clustering dan

nonhierarchical clustering. K-Means adalah contoh metode nonhierarchical clustering yang memecah data ke dalam satu atau beberapa

cluster yang memiliki karakteristik yang sama dan tidak. Metode ini berupaya meminimalisir

variasi data di dalam cluster dan memperbanyak variasi antar cluster (Daniati & Nugroho, 2016).

2.2.1.1 Prosedur Metode K-Means Clustering

1. Menentukan banyak cluster yang ingin terhadap semua centroid memakai rumus Eucledian Distance hingga mendapatkan hasil jarak yang paling dekat dari data dengan centroid. Berikut ini adalah persamaan Eucledian Distance:

4. Memasukkan setiap data berdasarkan jarak dengan centroid (nilai terkecil).

5. Mengubah centroid. centroid baru diperoleh dengan menghitung rata-rata

cluster dengan menggunakan rumus:

2.2.2 Metode Simple Additive Weighting (SAW)

Metode SAW atau disebut juga

penjumlahan bobot, cara kerja dari metode ini adalah dengan menjumlahkan bobot dari rating kinerja pada tiap-tiap alternatif pada atribut. Kemudian dilakukan proses normalisasi matriks keputusan (X) pada skala perbandingan dengan rating alternatif yang ada (Pratiwi, et al., 2014).

2.2.2.1 Prosedur Metode SAW

1. Menghitung normalisasi matriks

alternatif Normalisasi matriks

berdasarkan persamaan yang

disesuaikan dengan jenis atribut

(4)

No Nama Tempat Makan Jarak Harga Rating Parkir Wifi 1 Serabi Notosuman 998 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

2 Bakso Damas 1171 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

3 Bubur Abah Odil 1386 Meter $ 4 Ada Ada

4 Bakso Bakar Trowulan 1603 Meter $$ 4 Ada Tidak Ada

5 Restoran Pangeran Muda 2034 Meter $$ - $$$ 3,5 Ada Ada

No Nama Tempat Makan Jarak Harga Rating Parkir Wifi 1 Bakso President 4049 Meter $ 3,5 Ada Ada

2 Bakso Bakar Pak Man 4104 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

3 Bakso Kota Cak Man 2981 Meter $$ - $$$ 4 Ada Tidak Ada

4 Bakso Gondhol 2986 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

5 Bakso Bakar Trowulan 1603 Meter $$ 4 Ada Tidak Ada

6 Surabi Imut 4808 Meter $ 3,5 Ada Ada

7 Rawon Rampal 4819 Meter $$ - $$$ 4 Ada Tidak Ada

8 Pangsit Mie Bromo Pojok 4880 Meter $ 4 Ada Ada

9 Bakso Bakar Pahlawan Trip 5495 Meter $ 3,5 Ada Ada

10 Bakso Damas 1171 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

11 Ayam Goreng Nelongso 2447 Meter $ 3,5 Ada Ada

12 Sate Pak Sabar 4094 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

13 House Of Juminten 5028 Meter $ 3,5 Ada Ada

14 Depot Tahu Lontong Lonceng 3657 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

15 Serabi Notosuman 998 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

16 Warung Sambal Kocok Mamah Sum Gendut 5072 Meter $$ - $$$ 3,5 Ada Ada

17 Bubur Abah Odil 1386 Meter $ 4 Ada Ada

18 Sop Pak Min Klaten (Ragil) 2 4324 Meter $ 3,5 Ada Tidak Ada

19 Kupang Kraton 2913 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

20 Restoran Pangeran Muda 2034 Meter $$ - $$$ 3,5 Ada Ada Tabel 3 Data Lokasi Kategori Sedang

ternormalisasi R. Perhitungan

normalisasi matriks ditunjukan dengan persamaan berikut: dari setiap kolom matriks keputusan; dimana min 𝑥𝑖 = nilai minimum dari setiap kolom matriks keputusan.

2. Menghitung nilai preferensi

menggunakan persamaan berikut:

𝑉𝑖 = ∑𝑛𝑗=1𝑤𝑗𝑟𝑖𝑗

(4)

Dimana 𝑉𝑖 = nilai akhir dari alternative; dimana 𝑤𝑗 = nilai bobot; dimana 𝑟𝑖𝑗 = nilai kriteria ternomalisasi dari

masing-masing lokasi; dimana 𝑛 = banyaknya

data

3. Mengurutkan nilai preferensi.

3. PENGUJIAN DAN ANALISIS

3.1 Pengujian

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengujian dan analisis dari implementasi metode

K-Means clustering dan SAW dalam sistem

rekomendasi lokasi wisata kuliner. Setelah dilakukan pengujian, maka dilanjutkan dengan menganalisa hasil dari pengujian tersebut. Data uji yang akan digunakan adalah lokasi wisata yang termasuk kedalam kategori sangat dekat, dekat, dan sedang, dengan total data sebanyak 20 restoran. data lokasi dapat dilihat pada Tabel1; Tabel 2; Tabel 3.

Tabel 1 Data Lokasi Kategori Sangat Dekat

Tabel 2 Data Lokasi Kategori Dekat

Dapat dilihat pada 3 tabel di atas bahwa semakin meningkatnya suatu kategori maka jumlah alternatif data semakin bertambah. Setiap kategori yang lebih tinggi juga memasukkan alternatif dari kategori sebelummya. Kategori sangat dekat memiliki 5 alternatif, lalu kategori dekat mempunyai 10 alternatif yaitu 5 alternatif yang didapatkan dari kategori sebelumnya, terakhir adalah kategori sedang yang memiliki 20 alternatif yang menjadikannya kategori dengan alternatif paling banyak.

Proses pengujian dilakukan dengan

membandingkan hasil peringkat dari sistem dengan hasil yang dipilih oleh responden. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.

No Nama Tempat Makan Jarak Harga Rating Parkir Wifi 1 Bakso Kota Cak Man 2981 Meter $$ - $$$ 4 Ada Tidak Ada

2 Bakso Gondhol 2986 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

3 Bakso Bakar Trowulan 1603 Meter $$ 4 Ada Tidak Ada

4 Bakso Damas 1171 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

5 Ayam Goreng Nelongso 2447 Meter $ 3,5 Ada Ada

6 Depot Tahu Lontong Lonceng 3657 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

7 Serabi Notosuman 998 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

8 Bubur Abah Odil 1386 Meter $ 4 Ada Ada

9 Kupang Kraton 2913 Meter $ 4 Ada Tidak Ada

(5)

Tabel 4 Hasil Pengujian

Berdasarkan Tabel 4, didapatkan data yang sesuai dengan hasil perangkingan dari sistem untuk kategori sangat dekat sebanyak 19 buah, kategori dekat 12 buah, dan kategori sedang sebanyak 14 buah. Hal ini disebabkan dari pembobotan masing-masing responden yang mungkin berbeda-beda. Untuk hasil pengujian akurasi didapatkan sebesar:

 Nilai akurasi kategori sangat dekat:

Nilai Akurasi = 1930 × 100%

= 63,33%

 Nilai akurasi kategori dekat:

Nilai Akurasi = 1230 × 100%

= 40%

 Nilai akurasi kategori sedang:

Nilai Akurasi = 1430 × 100%

= 46,67%

Jadi, hasil akurasi yang didapatkan adalah 63,33% untuk kategori sangat dekat, 40% untuk kategori dekat, dan 46,67% untuk kategori sedang.

3.2 Analisis

Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Grafik Hasil Pengujian

Dapat dilihat pada Gambar 2, bahwa jumlah data yang sama pada kategori sangat dekat sebanyak 19 buah dengan jumlah yang tidak sama sebanyak 11 buah. Data yang sama pada kategori dekat sebanyak 12 buah dengang jumlah data tidak sama sebanyak 18 buah. Sedangkan untuk kategori sedang jumlah data yang sama sebanyak 14 buah dengan jumlah data yang tidak sama sebanyak 16 buah. Kategori yang memiliki jumlah data sama paling banyak adalah kategori sangat dekat diikuti dengan kategori sedang lalu terakhir kategori dekat mempunyai jumlah data sama paling sedikit.

Setelah melakukan pengujian maka kita mendapatkan data apakah para responden sudah setuju apakah jarak yang berada dalam kategori sangat dekat sudah memiliki jarak yang sangat dekat. Untuk lebih jelasnya data responden yang setuju dengan kriteria jarak di dalam kategori sangat dekat dapat dilihat pada Tabel 5.

Responden Sangat Dekat Dekat Sedang

1 1 8 17

2 1 8 17

3 1 3 6

4 1 8 17

5 1 7 1

6 4 4 17

7 1 3 5

8 1 8 17

9 2 4 10

10 2 3 5

11 1 8 17

12 2 7 15

13 1 7 5

14 3 8 17

15 1 1 1

16 1 4 2

17 3 10 17

18 1 7 6

19 1 8 17

20 1 7 15

21 1 8 17

22 2 4 2

23 1 7 6

24 1 8 17

25 4 1 10

26 1 8 17

27 1 8 17

28 4 5 11

29 3 8 17

30 4 3 5

(6)

Tabel 5 Hasil Tanggapan Terhadap Kategori Jarak Sangat Dekat

Selanjutnya adalah lokasi dengan kategori dekat. Data responden yang setuju dengan kriteria jarak di dalam kategori dekat dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil Tanggapan Terhadap Kategori Jarak Dekat

Terakhir adalah lokasi dengan kategori sedang. data responden yang setuju dengan kriteria jarak di dalam kategori dekat dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil Tanggapan Terhadap Kategori Jarak Sedang

Dapat dilihat pada Tabel 5 bahwa jumlah responden yang setuju terhadap jarak yang terdapat dalam kategori sangat dekat sebanyak 28 orang sedangkan yang tidak setuju sebanyak 2 orang. Karena di dalam pengujian ini lokasi yang masuk ke dalam kategori sangat dekat adalah lokasi dengan nilai jarak sebesar 2034 meter ke bawah maka sudah banyak responden yang menganggap bahwa jarak sebesar itu memang sudah sangat dekat. Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang setuju terhadap jarak yang terdapat pada kategori dekat berkurang menjadi sebanyak 22 orang dengan 8 orang tidak setuju. Hal ini disebabkan karena jarak yang terdapat pada kategori dekat yang ditentukan oleh sistem adalah jarak yang memiliki nilai antara 0 sampai dengan 4000 meter. Pada Tabel 6.13, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang setuju bertambah menjadi 24 orang sedangkan 6 orang tidak setuju. Lokasi yang terdapat pada kategori sedang adalah lokasi yang memiliki nilai jarak

sebesar 0 sampai 5500 meter. Dalam

menentukan kriteria jarak tentunya tergantung kepada pendapat dari masing-masing responden namun dapat dilihat pada tabel di atas bahwa

sebagian besar responden sudah setuju dengan kategori jarak yang ditentukan oleh sistem.

Sistem rekomendasi wisata kuliner ini sudah bisa memberikan rekomendasi dalam bentuk peringkat kepada user dengan nilai akurasi yang cukup bagus pada kategori sangat dekat. Namun dalam kategori dekat dan sedang nilai akurasi yang dihasilkan masih rendah. Hal ini disebabkan karena pembobotan yang dimasukan oleh tiap user bisa berbeda-beda tergantung dari keinginan user itu sendiri. Penyebab yang lain adalah sistem akan lebih merekomendasikan lokasi yang memiliki kriteria yang lengkap dibanding lokasi yang tidak memiliki kriteria lengkap. Seperti pada kasus kategori dekat dan sedang bubur abah odil selalu menjadi lokasi peringkat nomor 1 karena memiliki kriteria yang lengkap.

Dengan kekurangan sistem yang sudah disebutkan diatas sistem ini juga memiliki kelebihan tersendiri. Kelebihan yang dimiliki oleh sistem ini adalah sistem ini cukup

membantu user dalam menentukan sebuah

lokasi jika alternatif lokasi yang tersedia lumayan banyak. Seperti pada kasus kategori sedang yang memiliki 20 alternatif.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hasil pengujian yang telah diperoleh dari perancangan, implementasi dan pengujian yang sudah dilakukan maka didapatkan kesimpulan

bahwa menerapkan metode K-Means Clustering

dan SAW dalam sistem rekomendasi lokasi wisata kuliner tahapan yang perlu dilakukan adalah mendapatkan nilai jarak masing-masing lokasi, menentukan nilai centroid awal secara acak, lalu menghitung nilai eucledian distance

masing-masing centroid, memasukkan data

jarak lokasi ke cluster masing-masing, lalu

menghitung nilai centroid baru, dan

memasukkan kembali data jarak lokasi ke

cluster terdekat, mengecek apakah ada

perpindahan cluster. Jika ada perpindahan maka ulangi proses K-Meansclustering dan jika tidak ada maka masukkan data kategori jarak untuk dihitung dalam metode SAW. Metode SAW dimulai dengan memberi bobot kriteria, menyeleksi data lokasi sesusai kategori jarak yang dipilih, normalisasi nilai setiap kriteria, menghitung nilai preferensi tiap lokasi, dan terakhir mengurutkan nilai preferensi lokasi untuk direkomendasikan. Nilai akurasi dihitung

(7)

menggunakan data uji yang didapat dari kuesioner yang disebar ke 30 responden. Perhitungan akurasi dilakukan dengan cara pembagian antara banyak data yang sama dengan yang dihasilkan oleh sistem dengan jumlah seluruh data dikalikan 100%. Pada penelitian ini didapatkan nilai akurasi untuk kategori sangat dekat sebesar 63,33%, kategori dekat sebesar 40%, dan kategori sedang sebesar 46,67%. Nilai kriteria yang dimiliki oleh sebuah lokasi dan nilai bobot yang ditentukan sangat berpengaruh dalam proses pemberian peringkat.

4.2 Saran

Berikut merupakan saran yang dari penulis

yang dapat digunakan dalam penelitian

selanjutnya. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti dapat menggunakan atau menambahkan metode lain untuk mengatasi kekurangan metode

K-Means clustering dan SAW. Peneliti dapat

menambahkan kriteria lain dalam rekomendasi lokasi wisata untuk menambah nilai akurasi.

Peneliti dapat menambahkan fitur directions

atau arah untuk memudahkan wisatawan dalam mencari lokasi wisata yang paling optimal.

5. DAFTAR PUSTAKA

ASTRADANTA, M., WIRAWAN, I. M. A. & ARTHANA, I. K. R., 2016.

Pengembangan Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner Dengan Menggunakan Metode AHP Dan SAW Studi Kasus : Kecamatan

Buleleng. Kumpulan Artikel Mahasiswa

Pendidikan Teknik Informatika, 5(2).

BESRA, E., 2012. Potensi Wisata Kuliner Dalam mendukung Pariwisata Di Kota

Padang. Jurnal Riset Akutansi Dan

Bisnis, 12(1), pp. 74-101.

DANIATI, E. & NUGROHO, A., 2016. K-Means Clustering With Decision Support System Using SAW. International Conference on Control System, Computing and Engineering, Volume 6, pp. 326-331.

EXSHADI, B. Y. I., SOEBROTO, A. A. & PUTRI, R. R. M., 2013. Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Kelayakan Pengisian Bibit Ayam Broiler Dikandang Peternak Menggunakan Metode AHP Dan TOPSIS. Volume 2, p. 10.

JUNIOR, B. F., HIDAYAT, N. & SANTOSO, E., 2015. Pemodelan Sistem Pendukung

Keputusan Pemilihan Line Up Cabang Olahraga Futsal Dengan Metode AHP-TOPSIS. Volume 6, p. 4.

MASRURO, A. & WIBOWO, F. W., 2016. Intelligent Decision Support System For Tourism Planning Using

Integration Model Of K-Means

Clustering And TOPSIS. International

Journal of Advanced Computational

Engineering and Networking, 4(1), pp.

52-57.

NOSA, A. S. & FARUK, M., n.d. Survei Tingkat Kebugaran Jasmani Pada Pemain Persatuan Sepakbola Indonesia Lumajang. p. 1.

NURZAHPUTRA, A., PRANATA, A. R. & PUWINARKO, A., 2017. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Line-up Pemain Sepak Bola Menggunakan Metode Fuzzy Multiple Attribute Decision Making dan K-Means Clustering. Jurnal Teknologi dan

Sistem Komputer, 5(3), pp. 106-109.

PRATIWI, D., LESTARI, J. P. &

AGUSHINTA, D., 2014. Decision Support System to Majoring High School Student Using Simple Additive

Weighting Method. International

Journal of Computer Trends and

Technology (IJCTT), 10(3), pp.

153-159.

PURNOMO, E. N. S., SIHWI, S. W. & ANGGRAININGSIH, R., 2013. Analisis Perbandingan Menggunakan Metode AHP, TOPSIS,dan AHP-TOPSIS dalam Studi Kasus Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan

Siswa Program Akselerasi. Jurnal

ITSMART, Volume 2, pp. 1-23.

PUTRI, S. R., 2015. Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Pegawai Mikro Kredit Sales (MKS) Menggunakan

Metode AHP dan TOPSIS. S1.

RAHMAN, A., n.d. sport.detik.com. [Online]

Available at:

https://sport.detik.com/aboutthegame/u mpan-silang/d-3395922/fenomena- transformasi-posisi-gelandang-serang-di-sepakbola-indonesia

[Accessed Selasa April 2017].

RATNAWATI, D. E., MARJI & LAILIL, M., 2014. PENGEMBANGAN METODE KLASIFIKASI BERDASARKAN

(8)

Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK), 1(1), pp. 1-4.

YULIANTI, E. & JUWITA, F., 2016. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner Di Kota Padang Menggunakan Metode Perbandingan

Eksponensial (MPE). Jurnal TEKNOIF,

Gambar

Gambar 1 Perancangan Sistem
Tabel 2 Data Lokasi Kategori Dekat
Tabel 4 Hasil Pengujian

Referensi

Dokumen terkait

Manajer Investasi dapat membeli Efek yang diperdagangkan di Bursa Efek luar negeri yang informasinya dapat diakses dari Indonesia melalui media massa atau

Untuk menentukan nilai dari karakteristik Tuned Mass Damper, yaitu nilai massa, redaman serta kekakuannya, maka hal pertama yang dilakukan yaitu menentukan total massa

Dengan menggunakan teori Bourdieu tentang modal, artikel ini berargumen bahwa modal –politik, sosial, ekonomi dan simbolik- diyakini sangat penting bagi perempuan untuk terjun

Dari hasil Muktamar Surabaya kubu mengajukan intervensi PPP ke PTUN dan disahkan olek PTUN, kubu Djhan Farisz ketua hasil Muktamar Jakarta yang tidak

Penelitian ini menggunakan kerangka konsep berdasarkan teori perkembangan kognitif oleh Piaget yang dipadukan dengan aspek penilaian buku teks pelajaran sains oleh

Berdasarkan hasil analisis ragam antar galur pada 16 karakter kuantitatif yang diamati, menunjukkan hasil yang berbeda nyata dalam taraf 5% pada karakter tinggi

Zona hambat yang terbentuk menunjukkan kitosan yang digunakan memiliki aktivitas penghambatan terhadap A.. flavus dikategorikan sedang hingga

Bacalah baik-baik setiap pernyataan yang tersedia, lalu pilihlah salah satu jawaban dari 4 pilihan jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang (X).. Bila kurang jelas,