anggota Kelompok:
Kapas transgenik merupakan hasil
bioteknologi di bidang perkapasan yang
memiliki beberapa keunggulan di
antaranya produksinya tinggi, tahan
terhadap hama utama, dan menghemat
biaya pemeliharaan.
Pendapat kelompok masyarakat yang pro
dan kontra meyakini tanaman kapas
transgenik memiliki manfaat untuk
Kasus ini terjadi antara koalisi ORNOP untuk keamanan Hayati dan Pangan (ICEL, YLKI, Biotani Indonesia, YLKSS di Makassar, LPPM di Makassar dan KONPHALINDO) yang
selanjutnya disebut sebagai para penggugat, melawan Menteri Pertanian R. I., PT. Monagro Kimia, juga Syarifuddin, dkk.
Pihak Penggugat menuntut pembatalan SK pelepasan produk kapas transgenik Bt,
karena penerbitan SK tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di antaranya karena tidak disertai
Penggugat:
-
ICEL
-
YLKI
-
YLKSS
-
KONPHALINDO
-
BIOTANI INDONESIA
-
YLPPM (Yayasan Lembaga Pengkajian
Pemberdayaan Masyarakat)
SIAPA SAJA YANG BERHAK
Pasal 53 (1) UU No. 5 tahun 1986 ttg PTUN :
seseorang atau badan hukum perdata yang kepentingannya dirugikan atas suatu
Keputusan TUN berhak mengajukan gugatan (penerbitan, pencabutan/pembatalan KTUN).
Apakah semua organisasi (Penggugat)
mempunyai kepentingan?
Lihatlah ketentuan Pasal 38 UU No. 23 Tahun
1997 ttg PPLH: organisasi yang berhak mengajukan gugatan berkaitan dengan
lingkungan hidup syaratnya limitatif (badan
Lembaga yang memiliki Hak Gugat
tersebut adalah :
- ICEL
- KONPHALINDO
- Biotani Indonesia.
Sedangkan lembaga yang tidak
memiliki hak gugat adalah
:
- YLKI
- YLKSS
Usaha dan/atau kegiatan introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik”, harus didahului dengan pelaksanaan proses Amdal
Dasar Hukum:
- Pasal 6 ayat (1) UU 23/1997 ttg PPLH - Pasal 14 UU 23 Tahun 1997 ttg PPLH - Pasal 15 UU 23 Tahun 1997 ttg PPLH
Dasar Hukum: pasal 47 UU No. 32 Tahun 2009
Dalam UU 23 Tahun 1997 mengenai ERA ini tidak
disebutkan secara eksplisit.
Penerbitan SK ini dengan alasan in litis kurang
memperhatikan analisa ERA terhadap resiko yang akan terjadi apabila SK ini diterbitkan walaupun dalam jangka waktu sementara.
ERA dibagi dalam empat tahapan
1. Identifikasi bahaya atau risiko; 2. Melakukan penilaian terbuka;
3. Menghasilkan penilaian pengaruh atau dampak; dan 4. Mengklasifikasikan karakteristik dari pengaruh atau
dampak tersebut.
ditegaskan dalam Prinsip 15 Rio
Declaration (1992)
Berdasarkan UU 23/1997 dan UU
32/2009 ttg PPLH
Precautionary
Principle
diwujudkan dengan wajib
dilihat dari tujuannya untuk
menganalisa/mengidentifikasi risiko lingkungan
ERA adalah kegiatan lanjut/tindakan nyata pelaksanaan dari Amdal. Sehingga untuk membuat ERA haruslah dengan adanya Amdal terlebih dahulu, karena ERA
berpedoman pada Amdal itu sendiri. Karena itulah prinsip kehati-hatian dengan Amdal dan ERA saling berkaitan satu sama lain.
pelepasan izin bagi produk transgenik tanpa melalui pelaksanaan proses Amdal, maka akan mengganggu optimalisasi upaya penerapan Prinsip Kehati-hatian (Precautionary Principle).
mengakibatkan menurunnya partisipasi
masyarakat dan berkurangnya kemampuan pemerintah untuk melindungi
keanekaragaman hayati serta daya dukung lingkungan.
Menurut kami Penggugat secara jelas
Menurut Kami:
Pihak tergugat disini keliru dalam memahami prinsip kehati-hatian, dengan alasan
pelepasan Produk Kapas Bt secara terbatas itu sudah memenuhi prinsip kehati-hatian. Padahal bukankah itu tidak menjadi alasan
untuk tidak adanya resiko sama sekali
terhadap lingkunga dan kesehatan manusia? Karena hal ini belum pasti, maka di sinilah letak kewajiban Amdal dan ERA untuk
menganalisis kemungkinan resiko yang
pihak tergugat belum menyuruh PT. Monagro
Kimia untuk melaksanakan
risk assessment,
Amdal juga tidak ada.
Walaupun pihak tergugat menyatakan bahwa
pelepasan terbatas dilakukan sesuai dengan
ketentuan dalam Keputusan Bersama 4
Menteri,
Amdal dan
risk assessment
adalah berbeda dengan keputusan
tersebut
.
Belum adanya petunjuk teknis pelaksanaan
Amdal menurut kami
bukan alasan untuk
tidak disyaratkannya Amdal dan
risk
assessment
sebagai wujud penerapan
Majelis Hakim memutuskan bahwa para
penggugat mempunyai hak untuk mengajukan gugatan demi kepentingan lingkungan, tetapi menolak pokok perkara yang diajukan oleh Penggugat
Majelis hakim menganggap bahwa SK 107/2001 adalah untuk keperluan uji coba, sehingga
mereka memutuskan pelepasan kapas
putusan Majelis Hakim kurang tepat
karena telah keliru dalam memahami
tentang kapas transgenik yang merupakan
produk rekayasa genetika tersebut.
Majelis Hakim hanya mempertimbangkan
dari sisi bukti-bukti Tergugat dan tidak
melihat pada kenyataan. (meskipun belum
terlihat dampak negatifnya terhadap
Terlihat hakim tidak hati-hati dalam
mengambil keputusan karena melihat
saat kasus terjadi belum ada dampak
negatifnya sehingga pelepasan Kapas Bt
diperbolehkan, namun jika terbukti
kedepannya ada dampak negatif maka
baru diwajibkan Amdal
Wolfenbarger and Phifer, 2000:
sulit untuk memprediksi resiko
lingkungan yang ditimbulkan oleh
adanya tanaman transgenik karena
terikat ruang dan waktu. Karena
penelitian Hilbeck dkk tahun 1998:
dikira bahwa racun Cry1Ab ini hanya akan
mematikan hama Lepidoptera ternyata menjadi racun pula bagi C. Carnea yang diberi makan
mangsa yang telah memakan jagung Bt. TERJADI KEKHAWATIRAN punahnya Kupu-kupu Monarch
ANALOGI
bahwa kapas Bt ini juga bisa berefek pada organisme bukan sasaran karena sama-sama disisipi gen Bt.
Perhimpunan Entomologi Indonesia tahun 2006:
Belum ada dampak negatif adanya kapas Bt di Sulawesi Selatan terhadap organisme non-target, namun untuk jangka panjang tetap harus dilakukan penelitian, karena kemungkinan efek residu Cry1A bagi organisme tanah tetap ada.
Secara alami tanaman kapas bersifat self
pollination (penyerbukan sendiri) dan hanya sekitar 2% yang melalui penyerbukan silang
dengan perantara angin dan serangga antara lain bumble bees dan honey bees (Canadian Food
Inspection Decision Document, Decision Document No. 96-14, 1999)
kemungkinan penyerbukan silang antara kapas
transgenik Bollgard dengan spesies liarnya di Indonesia tidak mungkin terjadi, karena
berbedanya jumlah ploidi dari kapas yang dibudidayakan dengan spesies liar dan tidak samanya letak georafis dari spesies kapas liar Gossypium tomentosum yang terdapat di Hawai (Mosanto, 2001)
Perhimpunan Entomologi Indonesia: penanaman
kapas Bt secara terus-menerus dan dalam area yang luas dapat mengakibatkan berkembangnya ras hama yang resisten terhadap racun Bt dengan cepat.
Sebagai contoh ras YHD2 Heliothis virescens yang
diberi pakan yang mengandung Cry1Ac selama lebih dari 30 generasi menimbulkan resistensi sekitar
10.000 kali (Jenkin, 1999)
Tergugat menentang hal ini dengan alasan “pelepasan kapas Bt secara terbatas”
akumulasi dari keberadaan produk kapas transgenik
yang terjadi dalam waktu yang lama ini dapat
menimbulkan hama resisten. Jadi produk kapas Bt ini tetap beresiko.
Para petani kembali memerlukan pestisida
munculnya alergen baru pada konsumen
pangan hasil rekayasa/transgenik ini.
Misalnya terdapat beberapa orang yang
alergi terhadap kedelai transgenik.
(DwiAndreas Santosa, “Analisis Resiko Lingkungan Tanaman Transgenik”, (Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Oktober 2000)
resiko tanaman transgenik terhadap
keanekaragaman hayati maka
dimungkinkan para spesies tanaman
transgenik yang masih dalam jangkauan
geografisnya membentuk populasi liar
dan berhibridisasi dengan kerabat liar
dari tanaman transgenik, sehingga
menimbulkan serangan terhadap
Kesimpulan:
- Pendapat para Penggugat yang mewajibkan
adanya Amdal atas pelepasan produk Kapas Bt ini benar karena bagaimanapun juga
kapas Bt ini tetap dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
- pendapat para Tergugat bahwa belum
adanya bukti resiko yang ada maka belum diwajibkan Amdal ini tidak logis, dan tidak memenuhi kaidah ilmiah.
- Pihak Tergugat lebih menekankan pada
sepertinya majelis hakim terlalu berkonsentrasi
dengan akibat-akibat yang secara faktual benar-benar terjadi dan bukannya berdasarkan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Majelis hakim lalai untuk memasukkan
pertimbangan mengenai prinsip kehati-hatian yang seharusnya tidak diabaikan oleh tergugat
Seharusnya hakim memperhatikan upaya
Environmental Risk Assessment bagi tergugat dilakukan untuk uji daya atau uji adaptasi bukan untuk uji terhadap kerusakan lingkungan,