BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Merokok adalah kebiasaan yang sering dilakukan manusia pada skala global.
Pada zaman dahulu, rokok dibuat dengan cara menggulung tembakau pada selembar
kertas putih, sedangkan pada zaman sekarang rokok dicetak menggunakan mesin
yang bisa membuat isi tembakau dengan komposisi yang sesuai. Merokok merupakan
kegiatan atau aktivitas membakar rokok yang kemudian dihisap, dan dihembuskan
keluar sehingga orang yang disekitarnya juga bisa terhisap asap rokok yang
dihembuskannya. Perokok adalah seseorang yang merokok sekurang-kurangnya lima
batang per hari selama sekurang-kurangnya satu bulan.1
Pada dasarnya perokok dibagi atas tiga yaitu perokok aktif (firsthand smoker),
perokok pasif (secondhand smoker), danthirdhand smoker.16 a. Perokok aktif (firsthand smoker)
Perokok aktif adalah orang yang langsung menghirup atau menghisap asap
tembakau, rokok yang dihisap bisa dalam bentuk rokok putih, rokok pipa, rokok
cerutu, rokok beedi, dan lain sebagainya. Ada dua tipe perokok yang dapat
diklasifikasikan menurut banyaknya rokok dihisap. Perokok berat yang menghisap
lebih dari 20 batang rokok sehari, dan perokok ringan yang menghisap kurang dari 20
batang rokok sehari.16
b. Perokok pasif(secondhand smoker)
Orang yang terkena asap rokok yang dihembuskan langsung dari perokok aktif.16 c. Thirdhand smokers
Thirdhand smokers adalah orang yang mengirup asap rokok tidak langsung dari
perokok aktif.16
Pembagian kategori perokok dapat menggunakan smoking index. smoking index
dilihat dari jumlah batang rokok perhari dikalikan lama merokok pertahunnya.17 a. Perokok ringan (SI= 1-100)
c. Perokok berat (SI >300)
2.1 Jenis rokok
Rokok memiliki 5 komponen dasar yaitu batang tembakau, yang terlapis oleh
kertas rokok, filter, kertas pembungkus filter, dan kertas tip (Gambar 1). Rokok
memiliki ukuran panjang 74-85 mm dengan diameter 8 mm, isi tembakau sebanyak
700-800 mg, dengan ukuran standar filter 25-30 mm.18
Gambar 1. Bahan rokok: tembakau (1), kertas rokok (2), filter (3), pembungkus filter (4), kertas tip (5).
Ada beberapa jenis rokok yang sering digunakan yaitu rokok putih, rokok cigar,
rokok hookah, rokok elektrik, rokok beedi, rokok tembakau tanpa asap (tembakau
kunyah), dan rokok kretek. Di Indonesia, bahan rokok ditambah cengkeh, dan
bahan-bahan lain yang dicampur untuk dapat dibuat rokok.18
Rokok putih adalah jenis rokok tanpa campuran cengkeh seperti pada rokok
kretek. Rokok cigar adalah gulungan utuh daun tembakau yang dikeringkan, dan
difermentasikan. Rokok hookah adalah suatu pipa air yang digunakan untuk
menghisap tembakau melalui air dingin. Nikotin dipanaskan di dalam wadah seperti
mangkok yang terletak di bagian atas hookah, dan asapnya disaring melalui air di
bagian bawah hookah. Rokok elektrik adalah rokok yang dijalankan menggunakan
baterai yang di desain untuk mengubah nikotin, dan bahan kimia lainnya menjadi uap
yang kemudian dihirup. Rokok beedi adalah tembakau yang digulung dengan daun
temburni kering, dan diikat dengan benang. Kandungan tar, dan karbon monoksida
rokok yang memiliki campuran minyak cengkeh pada tembakau yang menghasilkan
bunyi kretek-kretek ketika dibakar. Rokok kretek memiliki dua cara dalam
pembuatannya yaitu:19.20
1. Sigarete Kretek Tangan (SKT), yaitu rokok kretek yang proses pembuatannya
dengan menggunakan tangan.
2. Sigarete Kretek Mesin (SKM), yaitu rokok kretek yang proses pembuatannya
dengan menggunakan mesin.
Rokok kretek memiliki komposisi tembakau sebesar 60%, dan pecahan tunas
cengkeh sebesar 40%. Cengkeh mengandung eugenol yang dianggap berpotensi
menjadi penyebab kanker pada manusia, dan terkait dengan zat kimia yang juga dapat
menjadi salah satu penyebab kanker pada tubuh, dan karies spesifik pada rongga
mulut.11.21
2.2 Kandungan bahan kimia rokok
Tiap rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen, dan setidaknya 200 di
antaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan seseorang. Bahan pada rokok yang
paling berbahaya bagi tubuh adalah karbon monoksida, nikotin, dan tar.1.22.23
a. Karbon Monoksida (CO)
Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat
arang/karbon. Gas CO yang dihasilkan satu batang tembakau dapat mencapai 3-6%.
Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel
darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen, sehingga setiap ada asap tembakau di
samping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, sel darah merah akan semakin
kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah CO, dan bukan oksigen.22.23 b. Nikotin
Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0,5-3 nanogram, dan
semuanya diserap sehingga di dalam cairan darah terdapat sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 mililiternya. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik
melainkan hasil pembakaran dari nikotin yang menghasilkan dibensakridin,
c. Tar
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan
substansi hidrokarbon yang bersifat lengket, dan menempel pada paru–paru. Kadar
tar dalam tembakau antara 0,5-35 mg/batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen
yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas, dan paru-paru.22 d. Eugenol
Eugenol merupakan bahan aktif rokok kretek. Bahan ini pada umumnya
ditemukan pada cengkeh yang memiliki 84-88% eugenol, dan minyak cengkeh yang
memiliki lebih dari 95% eugenol. Minyak cengkeh sering digunakan sebagai anastesi,
dan antiseptik topikal pada rongga mulut. Hasil uji laboratorium yang ditemukan
berkenaan dengan laporan kasus-kasus keracunan minyak cengkeh meliputi asisdosis
metabolik, elevated serum hepatic, dan aminotransferases hypoprothrombinemia.21
2.3 Faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok
Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kebiasaan merokok yaitu:14
1. Faktor Farmakologis
Salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin. Nikotin adalah suatu zat
psikoaktif yang mempunyai efek farmakologis terhadap otak, oleh karena itu nikotin
dapat menimbulkan ketergantungan. Nikotin mempunyai dua efek, pada dosis rendah
nikotin bersifat stimulan (perangsang), sedangkan pada dosis tinggi bersifat sebagai
penenang.14
2. Faktor sosial
Faktor sosial berpengaruh besar terhadap kebiasaan merokok seperti lingkungan
rumah, lingkungan pergaulan di sekolah, dan jumlah teman yang merokok.14 3. Faktor psikologis
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kebiasaan merokok adalah
kepribadian. Kebiasaan merokok lebih sering didapatkan pada orang-orang dengan
gangguan kepribadian seperti neurosis, dan kecenderungan antisosial. Selain itu
merokok juga sering digunakan sebagai alat psikologis (psychological tool) seperti
2.4 Efek merokok tehadap rongga mulut
Kebiasaan merokok dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulut diantaranya
penyakit periodontal, halitosis, kandidiasis rongga mulut dan karies gigi.9 a. Penyakit Periodontal
Efek samping merokok pada jaringan periodontal berhubungan erat dengan
jumlah rokok yang dihisap/hari dan lamanya merokok. Nikotin sebagai produk hasil
pembakaran rokok menyebabkan vasokonstriksi, termasuk vasokonstriksi pembuluh
darah jaringan periodontal gigi yang akan mengakibatkan ulserasi dan nekrosis pada
jaringan gingiva sehingga memudahkan terjadinya gingivitis kronis. Komponen lain
dari hasil pembakaran rokok akan meningkatkan risiko hilangnya perlekatan
membran periodontal sehingga mengakibatkan terbentuknya poket periodontal.
Selanjutnya terjadi kerusakan tulang alveolar dan resesi gingiva dimana akar gigi
mulai terlihat yang kemudian menyebabkan gigi menjadi goyang dan kemudian
terlepas.9
b. Halitosis
Halitosis adalah bau mulut yang tidak sedap. Merokok merupakan salah satu
penyebab paling umum untuk terjadinya halitosis. Halitosis sering terjadi ketika bau
yang dihasilkan akibat menghirup komponen tembakau menetap dalam jaringan
alveolar paru-paru. Pada waktu penggunaan tembakau dihentikan, halitosis cenderung
berkurang.9
c. Kandidiasis Rongga Mulut
Kandidiasis rongga mulut adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida
albicans yang mempengaruhi jaringan mukosa rongga mulut. Beberapa penelitian
melaporkan bahwa merokok berhubungan dengan terjadinya kandidiasis rongga
mulut, dan merokok mungkin secara signifikan meningkatkan jumlah kandida mulut
antara 30-70%. Individu yang berhenti merokok memiliki tingkat rekurensi lebih
sedikit terhadap infeksi jamur daripada perokok. Asap rokok mengandung beberapa
faktor nutrisi bagi pertumbuhan Candida albicans. Spesies kandida memiliki
implikasi penting sebagai hidrokarbon aromatik dalam asap rokok yang sampai
d. Karies gigi
Karies gigi adalah penyakit infeksi kronis yang menghasilkan lesi pada gigi.
Kejadian ini dianggap sebagai penyakit multifaktorial di mana asam yang dihasilkan
dari bakteri kariogenik melarutkan permukaan enamel keras gigi. Jika tidak diobati,
bakteri dan asam kemudian akan menembus ke dalam dentin sampai ke jaringan
pulpa yang dapat mengakibatkan rasa sakit yang parah, nekrosis pulpa dan akhirnya
kehilangan gigi. Karies gigi terbentuk melalui interaksi yang kompleks dari waktu ke
waktu yang terjadi akibat asam yang memproduksi bakteri, fermentasi karbohidrat,
dan banyak faktor host lainnya. Permukaan gigi rentan terkena karies gigi yang dapat
terjadi baik pada mahkota, dan akar gigi. Risiko terjadinya karies meliputi faktor
fisik, biologis, lingkungan, perilaku, dan gaya hidup. Di antara semua faktor risiko,
merokok selalu dianggap sebagai faktor utama dalam berkembangnya karies gigi.
Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan asap rokok, dan karies permukaan
akar gigi.8.9.12
Karies gigi spesifik adalah karies yang umumnya dijumpai pada perokok kretek.
Hal ini terjadi akibat adanya kandungan bahan tar yang membawa bahan eugenol
berkadar tinggi yang terdapat pada rokok kretek menempel pada gigi. Eugenol dapat
masuk ke lubang mikro enamel dan mencapai perbatasan enamel dengan dentin
kemudian mengurangi kekerasan enamel. Perokok lebih rentan menderita karies gigi
spesifik jika sudah merokok lebih dari 10 tahun dan 18 batang perharinya. Lama
merokok dan jumlah rokok yang dihisap adalah faktor yang mempengaruhi derajat
kerusakan gigi. Karies gigi spesifik dijumpai pada leher gigi yaitu pada permukaan
labial gigi insisivus, dan kaninus (Gambar 2.a), permukaan bukal gigi premolar, dan
permukaan palatal gigi molar, dan premolar (Gambar 2.b), sedangkan pada bagian
lingual karies gigi spesifik tidak terlihat, karena pada bagian lingual terdapat kelenjar
ludah yang berfungsi sebagai sistem bufer dengan dukungan kadar kalsium dan fosfat
yang cukup untuk proses remineralisasi. Warna yang terlihat pada lesi adalah coklat
ke hitam-hitaman, lesinya dangkal dan bentuknya tidak beraturan, email mengelupas
dan rapuh, mudah dikerok, dan meluas sampai permukaan oklusal bukan ke arah
Gambar 2. a. Karies spesifik pada bagian bukal dan labial, dan b. karies spesifik pada bagian palatal.
2.5 Peran dokter gigi dalam menghentikan kebiasaan merokok
Dokter gigi memiliki peran dalam usaha menghentikan kebiasaan merokok yang
terjadi di klinik gigi. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode
5A, yaitu:7.12.13
1. Ask(menanyakan)
Menanyakan pada pasien apakah dia merokok atau tidak, dan mencatat semua
jawaban yang disebutkan oleh pasien. Status merokok harus disusun menjadi masih
merokok, mantan perokok, dan tidak pernah merokok.
2. Assess(menilai)
Pada tahap ini dokter gigi menilai kesiapan pasien perokok untuk berhenti
merokok. Tahap ini terdiri atas lima stase yaitu:
a. Precontemplation(ketidaksiapan)
Pada stase ini pasien perokok belum yakin untuk berhenti merokok dalam 6
bulan ke depan.
b. Contemplation(ragu-ragu)
Pada stase ini pasien perokok mulai mempertimbangkan untuk berhenti merokok.
c. Preparation(persiapan)
Perokok berencana untuk berhenti merokok 30 hari ke depan, dan biasanya sudah
melakukan usaha berhenti merokok selama 24 jam pada setahun sebelumnya.
d. Action(bertindak)
Perokok telah berhenti merokok selama 6 bulan, dan pasien 75% berisiko untuk
e. Maintenance(pemeliharaan)
Perokok telah berhenti merokok lebih dari 6 bulan, dan risiko pasien untuk
kembali ke kebiasaan merokok sebesar 4%.
3. Advise(menyarankan)
Pada tahap ini dokter gigi menyarankan pasien perokok untuk berhenti merokok
secara jelas, selain itu dokter gigi juga harus bersikap suportif, dan tidak memaksa.
4. Assist(membantu)
Dokter gigi membantu pasien perokok untuk berhenti merokok dengan cara
mengatur tanggal berhenti, memberikan materi tertulis dengan strategi perilaku untuk
berhenti merokok, dan mendiskusikan terapi farmakologis.
5. Arrange(mengatur)
Dokter gigi mengatur kunjungan berkala dari pasien yang telah berhenti
merokok. Kunjungan berkala dilakukan dalam waktu 1 minggu, dan 1 bulan setelah
2.6 Kerangka Konsep
Kebiasaan merokok
- Durasi merokok
- Jumlah rokok
- Jenis rokok
- Cara merokok
Rata-rata Karies gigi Spesifik pada tukang
becak
Rata-rata Karies gigi Spesifik pada supir