• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Tahunan Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua Tahun 2017|

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Laporan Tahunan Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua Tahun 2017|"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

BAB I

ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN 2017

A. HAMBATAN TAHUN 2016

Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2016, Balai Litbang Biomedis

Papua terus berusaha berpacu mengubah kinerja ke arah yang lebih baik

namun ada kalanya hambatan tak dapat dihindari. Hambatan yang dihadapi

tahun lalu menjadi pelajaran untuk membuat kegiatan yang lebih baik di

tahun 2017. Beberapa hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program

dan kegiatan Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua pada

tahun 2016 antara lain :

1. Keterbatasan jumlah sumber daya manusia menyebabkan banyak

pekerjaan rangkap yang dilakukan oleh staf yang tidak sesuai dengan peta

jabatannya.

2. Tidak tercapainya output publikasi jurnal ilmiah akreditasi nasional,

dikarenakan proses reviuw yang memakan waktu lama direviuwer

3. Kegiatan pengadaan mengalami beberapa kendala diantaranya adalah

pemutusan kontrak terhadap rekanan mengakibatkan reagen atau bahan

yang direncanakan tidak sepenuhnya dapat diadakan, sehingga

berdampak pada kegiatan penelitian Seroepidemiologi Taeniasis dan

Sistiserkosis di Tanah Papua, yaitu terlambatnya proses pemeriksaan

sampel taeniasis.

4. Adanya efisiensi anggaran menyebabkan kegiatan pembangunan gedung

laboratorium tahun 2016 tidak dapat dilaksanakan

5. Pencetakan Jurnal Plasma Vol.2 No.1 Desember 2015 belum dapat dicetak

di awal tahun 2016 dikarenakan proses reviuw yang lama sehingga

pencetakan dilaksanakan di bulan November 2016 dan pencetakan Jurnal

Plasma Vol.2 No.2 Juni 2016 tidak dapat dicetak dikarenakan kurangnya

(4)

B. PENGUATAN KELEMBAGAAN

Pada tanggal 7 Mei 2008 UPF Litkes Papua resmi menjadi satker

mandiri yaitu Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

446/MENKES/PER/V/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian

dan Pengembangan Biomedis Papua mempunyai tugas melaksanakan

penelitian dan pengembangan di bidang biomedis.

Hal ini dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2355/MENKES/PER/XI/2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Penelitian dan

Pengembangan Biomedis. Balai Litbang Biomedis papua adalah Unit

Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di

bawah dan bertanggungjawab kepada Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan.

Balai Litbang Biomedis Papua mempunyai tugas melaksanakan

penelitian dan pengembangan di bidang biomedis dengan wilayah kerja

meliputi Indonesia Bagian Timur.

Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Litbang Biomedis Papua

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana dan evaluasi program penelitian dan pengembangan

biomedis

2. Pelaksanaan identifikasi, penelitan dan pengembangan biomedis

3. Pengembangan metodologi dan prototype eliminasi biologis

4. Pelaksanaan kerjasama, pelatihan, dan jaringan informasi ilmu

pengetahuan teknologi di bidang penelitian dan pengembangan biomedis

5. Pelaksanaan kajian dan diseminasi informasi hasil penelitian

pengembangan biomedis; dan

(5)

Dalam struktur dan fungsi kelembagaan, Balai Litbang Biomedis Papua terdiri atas :

1. Kepala

2. Subbagian Tata Usaha

3. Seksi Program, Kerjasama dan Informasi

4. Seksi Pelayanan Penelitian

5. Instalasi

(6)

Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi Balai Litbang Biomedis Papua

ditampilkan pada Gambar I.1 berikut.

Gambar I.1 Struktur Organisasi Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua

KEPALA

SUBBAGIAN TATA USAHA

SEKSI PELAYANAN PENELITIAN SEKSI PROGJASINFO

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

JABATAN FUNGSIONAL UMUM JABATAN FUNGSIONAL

TERTENTU INSTALASI

LABORATORIUM PARASITOLOGI LABORATORIUM

VIROLOGI / BIOMOLEKULER

LABORATORIUM

I

MMUNOLOGI

LABORATORIUM PENYIMPANAN

SPESIMEN

LABORATORIUM

ENTOMOLOGI LABORATORIUM HEWAN COBA LABORATORIUM

(7)

C. SUMBER DAYA

Peraturan tentang Kepegawaian dalam Institusi Pemerintah yang sebagai

mana diatur dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara (ASN) yang telah disahkan oleh Presiden Republik

Indonesia dan diundangkan mulai tanggal 15 Januari 2014. Berdasarkan

Undang –Undang ASN tersebut dijelaskan bahwa pegawai ASN terdiri atas

Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja

(PPKP). PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,

diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat Pembina

kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

1. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan data kepegawaian per Oktober 2017 Balai Litbang

Biomedis Papua memiliki sumber daya manusia sebanyak 33 orang PNS.

Selain PNS Balai Litbang Biomedis Papua memiliki 15 orang tenaga

kontrak yang terdiri dari 5 orang pramubakti, 2 orang supir, 5 orang

satpam dan 3 orang tenaga kebersihan. Berikut jumlah pegawai Balai

Litbang Biomedis Papua menurut jenis kelamin, jabatan, golongan dan

pendidikan sebagai berikut :

1.1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, pegawai laki-laki sebanyak 32% (11

orang) dan pegawai perempuan sebanyak 67% (22 orang).

(8)

1.2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada tahun 2017, tingkat pendidikan pegawai Balai Litbang

Biomedis Papua terdiri dari pendidikan SLTA sebanyak 3 orang

(9%), D3 (diploma) sebanyak 2 orang (6%), S1 (sarjana) sebanyak

19 orang (58%), S2 sebanyak 9 orang (27%).

Gambar I.3.Persentase Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2017

1.3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

Berdasarkan golongan, pegawai Balai Litbang Biomedis Papua

terdiri dari 1 orang golongan IV (3%), 27 orang golongan III

(9)

Gambar I.4. Persentase Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Golongan Tahun 2017

1.4. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan pada Balai Litbang Biomedis Papua

Tabel I.1.Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Jabatan Struktural

NO JABATAN STRUKTURAL JUMLAH %

1 Kepala 1 25

2 Kepala Subbag Tata Usaha 1 25

3 Kepala Seksi Pelayanan dan Penelitian

1 25

4 Kepala Seksi Program, Kerja Sama

dan Informasi 1 25

Jumlah 4 100.0

Jabatan struktural Balai Litbang Biomedis Papua berdasarkan

Permenkes Nomor 2355/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Bidang Penelitian

dan Pengembangan Biomedis

Berdasarkan tabel di atas, Jabatan Struktural Balai Penelitian dan

(10)

dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Program,

Kerjasama, Informasi (Progjasinfo) dan Kepala Seksi Pelayanan

Penelitian (Yanlit).

Pada tahun 2017, Kepala Seksi Program, Kerjasama dan Informasi

(Progjasinfo) melanjutkan pendidikan S2 sebagai tugas belajar

Untuk mengisi kekosongan kasie Progjasinfo maka digantikan oleh

peneliti yang sudah fungsional sebagai Plt. Kasie Progjasinfo sambil

menunggu pelantikan.

Selain Jabatan Struktural, Balai Litbang Biomedis Papua memiliki

jabatan lain yaitu Jabatan Fungsional yang terbagi menjadi dua,

yaitu Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) dan Jabatan Fungsional

Umum (JFU).

Jumlah pegawai berdasarkan jabatan fungsional tertentu dan

Jabatan Fungsional Umum dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Gambar. 1.5Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Jabatan Fungsional Tertentu (JFT)

Tahun 2017

Jabatan fungsional tertentu merupakan kekhususan di Balai Litbang

Biomedis Papua sebagai pelaksana penelitian dan pengembangan di

(11)

Gambar. 1.6Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Jabatan Fungsional Umum (JFU) Tahun 2017

1.5. Mutasi Kepegawaian

Kegiatan mutasi kepegawaian pada kantor Balai Litbang Biomedis

Papua tahun 2017 meliputi Kenaikan Pangkat, Kenaikan Gaji

Berkala dan tugas belajar/ijin belajar.

a. Kenaikan Pangkat

Tabel I.2. Daftar Nama Pegawai Yang Mengalami Kenaikan Pangkat Tahun 2017 Balai Litbang Biomedis

Papua

NO NAMA

PEGAWAI

NAIK PANGKAT

JALUR KENAIKAN

PANGKAT

KET

1 Evi Iriani Natalia

Penata Muda

– III/a Reguler

Perhitungan 1 Tahun (Periode Oktober 2017)

2 Irawati Wike Penata Muda

– III/a Reguler

(12)

Tahun 2017, pegawai yang mengalami kenaikan pangkat

pada Balai Litbang Biomedis Papua yaitu 2 orang dengan

jalur kenaikan pangkat reguler.

b. Kenaikan Gaji Berkala

Tabel I.3. Kenaikan Gaji Berkala Tahun 2017 Balai Litbang Biomedis Papua

Oktavian, M.Kes 1 April 2017 Pembina – IV/a 16 Tahun

2 Ivon Ayomi, S.Si 1 Januari

2017 Penata Muda – III/a 10 Tahun

3 Tri Nury

6 dr.Yuli Arisanti 1 Maret 2017 Penata Muda

Tk.I-III/b 4 Tahun

7 Rafli Maranden 1 Maret 2017 Penata Muda – III/a 2 Tahun

8 Ignatius S.K.

Damopolii, S.IP 1 Maret 2017 Penata Muda – III/a 2 Tahun

9 Yustinus

Maladan, S.Si 1 Maret 2017 Penata Muda – III/a 2 Tahun

10 Setyo Adiningsih,

S.Si 1 Maret 2017 Penata Muda – III/a 2 Tahun

11 Gita Ratnasari, SE 1 Maret 2017 Penata Muda – III/a 2 Tahun

12 Irawati Wike, S.Si 1 Desember

2017 Penata Muda – III/a

11 Tahun 6 Bulan

13 Evi Iriani Natalia,

S.Si 1 April 2017 Penata Muda – III/a 11 Tahun 14 Tri Wahyuni,

Amd 1 Maret 2017 Pengatur – II/c 5 Tahun 15 Ratna Tanjung,

AMd 1 Maret 2017 Pengatur – II/c 5 Tahun

16 Hairun 1 Oktober

2017 Pengatur – II/c

13 Tahun 6 Bulan 17 Misan Sulaiman 1 Oktober

2017 Pengatur – II/c

13 Tahun 6 Bulan 18 Jan Lewier 1 Oktober

2017

Pengatur Muda Tk.I-II/b

(13)

Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua yang memenuhi

syarat mendapatkan kenaikan gaji berkala sebanyak 18

orang, terdiri dari kepala balai, 4 orang pada Tata Usaha, 12

orang pada Seksi Pelayanan Penelitian dan 1 orang dari Seksi

Program Kerjasama dan Informasi. Kenaikan gaji berkala per

1 Januari 2017 berjumlah 2 orang, per 1 Maret 2017

berjumlah 8 orang, per 1 April 2017 berjumlah 2 orang, per 1

Oktober berjumlah 3 orang, per 1 Desember 2017 berjumlah

3 orang.

c. Tugas Belajar dan Ijin Belajar

Tabel I.4.Daftar Nama Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua yang sedang mengikuti Tugas Belajar

dan Ijin Belajar Tahun 2017

N

YANG DITUJU TMT KET

1 Ismayani

2 Jan Lewier SMA 45 Jayapura S1 Biologi

UNCEN 2016 Tubel

S1 Ekonomi Uncen S2 Akuntansi

UNCEN 2017 Tubel

5 Hairun Madrasah Alyah Bau – Bau

S1 Administrasi

Negara 2014 Ibel

6 Misan

Sulaiman SMEA Jayapura S1 Biologi 2015 Ibel

Berdasarkan tabel di atas pada tahun 2017, pegawai Balai

Litbang Biomedis Papua yang sedang mengikuti tugas belajar

(14)

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya penunjang

dalam mencapai tujuan dan sasaran Balai Litbang Biomedis Papua.

Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai akan memudahkan

sumber daya manusia Balai Litbang Biomedis Papua dalam melaksanakan

setiap program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Inventarisasi sarana

dan prasarana Balai Litbang Biomedis Papua dapat dilakukan melalui

pelaporan Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara

(SIMAK BMN).

Sarana prasarana fisik digunakan untuk mendukung tercapainya output

kinerja Balai Litbang Biomedis Papua. Berdasarkan Laporan Barang Milik

Negara per tanggal 31 Desember 2017, Balai Litbang Biomedis Papua

memiliki sarana dan prasarana berupa :

a. Tanah seluas 5.000 m2 dengan nilai

Rp.20.610.000.000,-b. Peralatan dan mesin sebanyak 1.480 unit dengan nilai

Rp.38.583.284.173,-c. Gedung dan Bangunan sebanyak 4 unit dengan nilai 1.739.070.000,

d. Jaringan 3 unit dengan nilai

45.618.000,-e. Aset tetap lainnya sebanyak 596 buah dengan nilai

253.875.000,-f. Aset tetap yang tidak digunakan 8 unit, dengan nilai 68.560.000,-.

Perpustakaan

Balai Litbang Biomedis Papua memiliki sebuah perpustakaan di mana

tersedia buku – buku referensi penunjang penelitian dan pengembangan

kesehatan serta jurnal, buletin dan warta dari bidang kesehatan. Koleksi

buku perpustakaan Balai Litbang Biomedis Papua sampai pada tahun 2017

sebanyak 380 judul buku (832 eksemplar) mengenai kesehatan,

metodologi penelitian maupun umum. Balai Litbang Biomedis Papua juga

telah memiliki perpustakaan online dengan alamat website sebagai

berikut: http://perpustakaan.litbang.depkes.go.id/biomedispapua. Di

(15)

Plasma yang mulai terbit pada Bulan Desember 2014, bulan Juni dan

Desember 2015, serta Juni 2016.

Laboratorium

Balai Litbang Biomedis Papua memiliki 6 buah laboratorium, yang terdiri

dari laboratorium virologi/biomolekuler, laboratorium mikrobiologi,

laboratorium parasitologi, laboratorium entomologi, laboratorium hewan

coba dan laboratorium imunologi serta 1 buah laboratorium

penyimpanan spesimen (dalam proses pengembangan).

a. Laboratorium Virologi/ Biomolekuler, memiliki kemampuan antara lain:

1) Melakukan ekstraksi RNA/DNA dengan menggunakan

berbagai metode (Mini columb, Sonicator dan Pemanasan)

2) Melakukan analisis DNA virus mulai dari ekstraksi RNA virus

dengan sampel serum/plasma, melakukan visualisasi RNA hasil

ekstraksi dengan menggunakan Spectrofotometer, PCR,

elektroforesis, pembacaan hasil elektroforesis dengan

menggunakan Gel Doc

3) Melakukan qPCR RNA dan Konvesional PCR RNA virus

4) Melakukan analisis bioinformatik dengan berbagai

pendekatan.

Kegiatan penelitian yang sudah dilakukan oleh Balai Litbang

Biomedis Papua Tahun 2017 antara lain:

1) Ekstraksi DNA nyamuk Anopheles hasil penangkapan di MTB

dan MBD

2) PCR fragmen DNA pengkode Voltage Gated Sodium Channel

(VGSC) Anopheles.

3) PCR kuantitatif DNA pengkode VGSC Anopheles

4) Sekuensing produk PCR fragmen DNA pengkode VGSC

Anopheles

5) Sekuensing produk PCR fragmen DNA untuk konfirmasi

(16)

6) Sekuensing produk PCR fragmen DNA untuk konfirmasi

kuman frambusia

7) Ekstraksi RNA HIV-1 dari koleksi Manajemen Biobank

8) Uji stok primer amplifikasi integrase HIV-1 terhadap spesimen

koleksi Manajemen Biobank

9) Pembuatan control positif untuk PCR yang mengamplifikasi

fragmen DNA pengkode VGSC.

b. Laboratorium Mikrobiologi, memiliki kemampuan antara lain:

1) Kultur bakteri Actynomycetes, Streptomycetes, Nisseria gonorhoe, Eschericia coli, Staphylococcus aureus, enterobakter, Jamur Trycophyton, Candida, Malassezia

2) Identifikasi dan karakterisasi dengan berbagai pendekatan,

baik morfologi, biokimia, fisiologi maupun menggunakan kit.

3) Melakukan ekstraksi DNA dan PCR pada penelitian

mikrobiologi

4) Uji resistensi dan uji daya hambat.

Kegiatan penelitian yang sudah dilakukan oleh Balai Litbang

Biomedis Papua Tahun 2017 adalah:

1) Pengumpulan spesimen apusan cuping untuk deteksi kuman

lepra

2) Pengumpulan spesimen apusan lesi dan darah untuk deteksi

kuman frambusia

3) Melakukan pemeriksaan TPHA untuk deteksi kuman

Treponema penyebab frambusia

4) Ekstraksi DNA genom dari apusan cuping untuk deteksi kuman

lepra

5) Ekstraksi DNA genom dari apusan lesi dan darah untuk deteksi

kuman frambusia

6) Melakukan PCR untuk deteksi kuman lepra

7) Melakukan PCR untuk deteksi kuman frambusia

(17)

c. Laboratorium Parasitologi, kemampuan yang dimiliki antara lain: 1) Melakukan pemeriksaan protozoa usus dan cacing (intestinal

protozoa) menggunakan metode langsung (direct) meliputi:

pengunaan normal saline, eosin, iodine

2) Melakukan pemeriksaan protozoa usus dan cacing

menggunakan metode konsentrasi (indirect/concentration

method) meliputi: The zinc sulfate flotation method (Faust et al. 1938),teknik sedimentasi formalin ethyl acetate method (Ritchie et al.1948), teknik sedimentasi formalin ether method (Allen & Ridley), teknik Harada-Mori method

3) Melakukan pemeriksaan secara kuantitatif telur cacing

menggunakan metode Kato-Katz

4) Pemeriksaan protozoa darah (Plasmodium falciparum,

Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale)

5) Pemeriksaan nematoda jaringan (filariasis) pada sampel darah

untuk mengidentifikasi microfilaria menggunakan metode

filtrasi darah vena, pembuatan slide sediaan darah pewarnaan

dengan pengecatan Giemsa

6) Pembuatan sediaan awetan protozoa dan cacing

7) Pemeriksaan serologi taeniasis dan sistiserkosis menggunakan

metode Enzyme Linked Immunoelectrotransfer Blot (EITB)

menggunakan antigen rekombinan rESS33 dan rT24H

8) Pemeriksaan ELISA malaria menggunakan metode sandwich

Enzyme Linked Immunoabsorben Assay (ELISA)

9) Ekstaksi deoxyribonucleic acid (DNA) genome parasit malaria

menggunakan metode Chelex-100 dan Phenol-cloroform

method dan pemeriksaan malaria menggunakan Polymerase

Chain Reaction (PCR).

Kegiatan penelitian yang sudah dilakukan di tahun 2017 adalah:

1) Pengumpulan spesimen darah untuk pemeriksaan taeniasis dan

sistiserkosis di 10 Kabupaten di Provinsi Papua, dan 2

Kabupaten di Provinsi Papua Barat

(18)

d. Laboratorium Entomologi, memiliki kemampuan antara lain:

1) Melakukan identifikasi nyamuk vektor: Anopheles sp (Papua

region), Aedes sp, Armigeres sp, Culex sp

2) Melakukan survey entomologi bionomik vecktor: habitat

nyamuk, kepadatan jentik, kepadatan nyamuk dewasa, man

biting rate (MBR), human blood index (HI), parous rete (PR)

, sporozoit rate (SR), vectorial capasity (CV), vector stability

index (SI)

3) Melakukan rearing larva nyamuk vektor

4) Melakukan uji sirkum sporozoit (Plasmodium falciparum dan

Plasmodium vivax 247 dan Plasmodium vivax 210)

menggunakan metode sandwich ELISA

5) Melakukan uji pakan darah nyamuk vektor dengan metode

ELISA

6) Melakukan estraksi DNA nyamuk menggunakan metode

Chelex-100 dan identifikasi konfirmasi vektor malaria dengan

polymerase chain reactions (PCR).

Kegiatan penelitian yang sudah dilakukan oleh Balai Litbang

Biomedis Papua Tahun 2017 antara lain:

1) Melakukan koleksi nyamuk dan larva Anopheles di MTB dan

MBD

2) Identifikasi nyamuk dan larva Anopheles yang diperoleh dari

lapangan (MTB dan MBD)

3) Melakukan rearing nyamuk Anopheles di lapangan (MTB dan

MBD)

4) Uji bioassay nyamuk Anopheles

5) Uji suseptibilitas nyamuk Anopheles

6) Mengumpulkan sampel kelambu dari masyarakat untuk uji

bioassay dan uji residu menggunakan Gas Chromatografi

e. Laboratorium Hewan Coba, laboratorium ini dipersiapkan sebagai tempat perawatan dan pemeliharaan hewan coba yang akan

(19)

f. Laboratorium Imunologi, laboratorium ini dipersiapkan untuk mendesain Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk beberapa agen penyakit di antaranya diare. Kegiatan laboratorium ini dimulai

dengan mengumpulkan sampel dari kasus-kasus yang ada.

g. Laboratorium Penyimpanan Spesimen, laboratorium ini digunakan sebagai sarana penyimpanan kultur dan spesimen lengkap dengan

database, untuk menunjang berbagai keperluan penelitian di bidang

kesehatan seperti pencarian agen terapi, pembuatan Rapid Diagnostic

Test (RDT) serta penelitian lainnya.

3. Anggaran Tahun 2017

Tabel I.5. Alokasi dan Realisasi Anggaran Balai Litbang Biomedis Papua per-Output RKA-KL Tahun 2017.

KODE URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) %

2069.052 Publikasi Karya Tulis Ilmiah yang dihasilkan di bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan yang dumuat di media cetak dan atau elektronik nasional dan

2069.951 Layanan Internal 23.582.089.000 18.700.844.895 79,30

2069.994 Layanan Perkantoran

4.885.119.000 4.759.304.134 97,42

Total 31.194.578.000 26.161.420.297 83,87

Pada tahun 2017 Balai Litbang Biomedis Papua mendapatkan alokasi

DIPA sesuai dengan penetapan kinerja sebesar

Rp.31.413.955.000,-Pada tahun 2017 untuk kegiatan Gedung Bangunan tidak dapat

(20)

lelang sebanyak 2x hingga memasuki triwulan III belum didapatkan hasil

review perencanaan pembangunan gedung yang akan digunakan sebagai

acuan dalam konstruksi fisik dan manajemen konstruksi,

mempertimbangkan sisa tahun anggaran 2017 tidak lagi memungkinkan

untuk dilakukan konstruksi fisik pembangunan gedung laboratorium,

sedangkan di sisi lain masih diperlukan alat laboratorium untuk

menunjang kinerja penelitian yang belum dianggarkan pada tahun 2018,

maka pada tanggal 06 Oktober 2017 terjadi realokasi anggaran pada

Belanja Modal gedung dan bangunan sebesar 15.472.696.000 digunakan

untuk pembelian alat laboratorium sebesar 11.277.925.000, Software

Viroseq sebesar 84.017.000 dan sisanya sebesar 219.377.000 diserahkan

kepada sekretariat Badan Litbangkes untuk didistribusikan kepada satker

lain dan anggaran sisa sebesar 3.891.377.000 dikembalikan lagi ke belanja

modal gedung dan bangunan sehingga total jumlah anggaran Balai

Litbang Biomedis Papua untuk Tahun 2017 menjadi 31.194.578.000.

Sedangkan, realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2017,

berdasarkan jenis belanja dapat dilihat pada Tabel I.8. berikut.

Tabel I.6.Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran per Jenis BelanjaTahun 2016-2017

1.666.832.000 1.577.730.869 94,65 2.087.660.000 1.990.098.863 95,33

2. Belanja Barang

5.319.421.000 5.15.396.784 98,04 6.699.956.000 6.625.981.404 98,90

3. Belanja Modal

3.130.832.000 3.130.315.320 99,98 22.406.962.000 17.545.340.030 78,30

(21)

BAB II

TUJUAN DAN SASARAN KERJA

A. DASAR HUKUM

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta kelembagaannya, Balai

Litbang Biomedis Papua mengacu pada berbagai kebijakan yang telah diatur

pada peraturan dan perundang-undangan berikut:

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3495).

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional

Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Teknologi

(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4219).

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 67,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3605).

5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Susunan, Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara

Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005.

6. Keputusan Presiden RI Nomor 102 tahun 2001 tentang Kedudukan,

Tugas dan Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Departemen.

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1277/Menkes/SK/VI/2001

tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 556/Menkes/SK/VI/2002

tentang Perubahan Perumusan Kedudukan Unit Pelaksana Teknis di

Lingkungan Departemen Kesehatan.

9. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia

(22)

Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah

Non Departemen.

10. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia

Nomor B/499/M.PAN/2/2008 tentang Usulan Pembentukan Balai

Litbang Biomedis Papua dan Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian

dan Pengembangan Biomedis Papua.

11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2355/MENKES/PER/XI/2011

tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang

Penelitian dan Pengembangan Biomedis.

12. Peraturan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 2355/MENKES/PER/XI/2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Penelitian dan

Pengembangan Biomedis, Balai Litbang Biomedis Papua bertujuan melakukan

penelitian dan pengembangan biomedis untuk menghasilkan informasi penelitian

dan pengembangan biomedis guna menunjang program kesehatan Badan

Litbangkes dan tersusunnya data dasar dari penyakit-penyakit infeksi dan non

infeksi yang dapat menunjang program penanggulangannya.

Dari tugas dan fungsi Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua

dijabarkan melalui penetapan sasaran yang ingin dicapai, yaitu mengatasi

masalah-masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat, terutamanya ditujukan

pada penyakit-penyakit Malaria, HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan penyakit-penyakit

endemis yang diabaikan (neglected diseases) yang ada di wilayah Indonesia Bagian Timur.

Balai Litbang Biomedis Papua sebagai unit eselon III memiliki 1 (satu)

kegiatan, yaitu Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar

(23)

outcome: meningkatnya Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan.

Pada tahun 2017 Balai Litbang Biomedis Papua telah menetapkan sasaran

strategis, indikator kinerja dan target yang dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel II.1.Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2017

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

2017

1 Meningkatnya penelitian dan pengembangan di bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

1. Jumlah publikasi karya tulis ilmiah di bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan yang dimuat di media cetak dan atau elektronik nasional dan internasional 2. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan

di bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

4

2

Penelitian yang dilaksanakan Balai Litbang Biomedis Papua pada tahun 2017,

meliputi penelitian :

1.

Karakteristik Human Immunodeficiency Virus Type-1 pada orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di Papua (Kabupaten Nabire, Kabupaten/Kota Jayapura dan Kabupaten Jayawijaya

2.

Identifikasi Mutasi pada Gen folP1 Mycobacterium Lepraedan Deteksi Gen HLA B 13:01 serta faktor – faktor yang mempengaruhi resistensi MDT pada Pasien Lepra di Kabupaten Bintuni dan Kota Jayapura

Berdasarkan kegiatan penelitian – penelitian di atas menghasilkan dua buah

(24)

BAB III STRATEGI PELAKSANAAN

A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN

Perencanaan Strategis Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis

Papua disusun sebagai pedoman bagi pelaksanaan tugas dan fungsi secara

sistematis, terarah dan terpadu. Perencanaan ini memperhitungkan analisis

situasi, kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman serta isu-isu strategik.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan dan

sasaran, Balai Litbang Biomedis Papua telah menyusun strategi pelaksanaan

kegiatan, meliputi:

1. Peningkatan Mutu Litbangkes, dengan strategi :

a. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi, profesionalisme

dan integritas SDM peneliti dan litkayasa, melalui

pendidikan/pelatihan, dan bimbingan teknis atau magang serta

pengembangan metodologi penelitian.

b. Meningkatkan sarana dan prasarana litbangkes melalui peningkatan

kualitas dan kuantitas alat laboratorium, pengadaan dan

pemeliharaan bahan, alat, gedung dan teknologi.

2. Pengembangan Hasil Litbangkes, dengan strategi :

a. Memperkuat dan memperluas jejaring kerjasama dan sinergisme kerja

dengan Rumah Sakit, Puskesmas, Lembaga Riset Kementerian dan

non-Kementerian, serta organisasi profesi terkait (IDI, IAI, PDGI,

PATELKI, dll).

3. Diseminasi Hasil Litbangkes, dengan strategi :

a. Pemuatan hasil penelitian dalam jurnal nasional (akreditasi dan non

akreditasi).

b. Pemuatan hasil penelitian dalam jurnal internasional.

4. Pemanfaatan Hasil Litbangkes, dengan strategi merumuskan laporan hasil

penelitian untuk memberikan rekomendasi pemanfaatan pada kebutuhan

(25)

B. TANTANGAN DALAM PELAKSANAAN TUJUAN

Selama pelaksanaan kegiatan dan program tahun 2017 Balai Litbang

Biomedis Papua menemui berbagai tantangan dalam mencapai tujuan dan

sasarannya, yaitu :

1. Keterbatasan jumlah sumber daya manusia menyebabkan banyak

pekerjaan rangkap yang dilakukan oleh staf yang tidak sesuai dengan peta

jabatannya

2. Kegiatan pengadaan Gedung Bangunan untuk Pekerjaan Fisik dan

Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Laboratorium tidak dapat

dilaksanakan karena proses pelaksanaan review perencanaan

pembangunan gedung laboratorium sampai memasuki Triwulan III

mengalami gagal lelang sebanyak 2x kali sehingga berdampak tidak

terlaksana pembangunan Gedung Laboratorium.

3. Pencetakan Jurnal Plasma Volume III nomor 1 Bulan Desember Tahun

2016 tidak dapat dicetak karena proses editing dan revisi yang lama di

penulis.

C. INOVASI/TEROBOSAN

Inovasi atau terobosan yang telah dilakukan oleh Balai Litbang Biomedis

Papua adalah Aplikasi SICANDA TAWA (Sistim Informasi Pencairan Dana

Tepat Waktu) merupakan hasil inovasi dari Diklat PIM IV tahun 2017 Kepala

Sub Bagian Tata Usaha. Tujuannya aplikasi ini adalah untuk membuat

pencairan anggaran tiap tahapan menjadi transparan, tepat waktu dan dapat

(26)

BAB IV HASIL KERJA

A. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN

1. Pelaksanaan Kegiatan di Tahun 2017

Indikator Kinerja Kegiatan Balai Litbang Biomedis Papua tahun

2017 berupa Jumlah Publikasi karya tulis ilmiah di bidang Biomedis dan

Teknologi Dasar Kesehatan yang dimuat di media cetak dan atau

elektronik nasional dan internasional menghasilkan 4 publikasi. Indikator

tersebut tercapai 6 publikasi yaitu 4 publikasi nasional dan 2 publikasi

internasional (>100%).

Jumlah hasil penelitian dan pengembangan di bidang Biomedis

dan Teknologi Dasar Kesehatan menghasilkan 2 produk Data Dasar yaitu

Produk Data Dasar berupa Karakteristik Human Immunodeficiency Virus Type-1

pada orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di Papua (Kabupaten Nabire, Kabupaten/Kota Jayapura dan Kabupaten Jayawijaya dan Produk Data Dasar berupa Resistensi dari HLA B 1301 di Provinsi Papua dan Papua Barat(100%).

Tabel IV.1. Realisasi Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2017

1. Jumlah publikasi karya tulis ilmiah di bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan yang dimuat di media cetak dan atau elektronik nasional dan internasional

2. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan di bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

(27)

DIPA Balai Litbang Biomedis Papua dan tiga penelitian yang dibiayai oleh

DIPA Badan Litbangkes.

Tabel IV.2.Kegiatan Penelitian yang dilakukan Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2017

N

o Judul Penelitian Sumber Dana

1. Karakteristik Human Immunodeficiency Virus Type-1 pada orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di Papua (Kabupaten Nabire, Kabupaten/Kota Jayapura dan Kabupaten Jayawijaya

DIPA Balai

2. Identifikasi Mutasi pada Gen folP1 Mycobacterium Leprae

dan Deteksi Gen HLA B 13:01 serta Faktor – faktor yang Mempengaruhi Resistensi MDT pada Pasien Lepra di Kabupaten Bintuni dan Kota Jayapura

DIPA Balai

3.

Analisis Mutasi Terkait Resistensi Rifampisin Pada Gen rpoB Mycobacterium lepraedi kota Jayapura

DIPA Badan (Risbinkes) 4. Gambaran Kasus Frambusia Setelah PengobatanMassal di

Kota Jayapura

DIPA Badan (Risbinkes) 5. Clusterof Differentiation 4 (CD4) dan Kepatuhan

pengobatan Anti Retroviral pada Orang dengan HIV/AIDS di Kota Jayapura, Papua

DIPA Badan (Risbinkes)

Berikut penjabaran ringkasan hasil penelitian yang dilakukan Balai Litbang

Biomedis Papua tahun 2017 baik yang bersumber dana DIPA Balai Litbang

Biomedis Papua maupun yang bersumber dana DIPA Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan:

a. Karakteristik Human Immunodeficiency Virus Type-1 pada orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di Papua (Kabupaten Nabire, Kabupaten/Kota Jayapura dan Kabupaten Jayawijaya

Ketua Pelaksana : Hotma M.L Hutapea, M.Si

Kasus Human Immunodeficiency Virus/ Acquired

Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) pada empat kabupaten

tertinggi di Papua adalah Nabire, Biak, Jayawijaya, dan Merauke

(28)

652 kasus, dan 417 kasus. Terapi antiretroviral (ARV) telah

diterapkan pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Terapi dapat

memicu munculnya mutasi pada gen RT HIV yang dapat

menyebabkan kebalnya HIV terhadap ARV yang diberikan.

Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan. Metode

penelitian adalah deskriptif analitik yang dirancang secara potong

lintang terhadap 90 responden positif HIV/AIDS yang menjalani

perawatan rutin di VCT RSUD atau Puskesmas di Kabupaten

Nabire, 84 responden Kab./Kota Jayapura, dan 90 responden di

Kab. Jayawijaya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran

varian HIV yang menginfeksi ODHA di Kabupaten Nabire,

Kab./Kota Jayapura, dan Jayawijaya, dan resistensi yang muncul.

Selain itu profil HLA subyek penelitian juga akan dipelajari untuk

memperoleh gambaran mengenai tipe HLA pada subyek etnis

Papua dan Non-Papua. Mendapatkan data mengenai jumlah sel

CD4T-helper dan muatan virus juga akan dikumpulkan dari data

rekam medik dan pada saat pelaksanaan penelitian. Namun hasil

penelitian ini yang perlu mendapatkan perhatian adalah data

resistensi yang muncul pada subyek penelitian.

Di Kabupaten Nabire ditemukan 5 kasus resistensi, sebanyak

7 responden di Kab./Kota Jayapura, dan 4 responden di Kab.

Jayawijaya. Namun tidak ditemukan responden dengan nilai viral

load tinggi yang mengalami resistensi terhadap penghambat

protease. Resistensi tersebut muncul karena mutasi yang

menurunkan efektifitas beberapa regimen ARV seperti lamivudine,

emtricitabine, didanosine dan abacavir. Terkait hal tersebut perlu

dipertimbangkan untuk menyediakan regimen atau kombinasi ARV

baru untuk menanggulangi infeksi HIV-1 pada pasien kebal obat.

Selain itu, monitoring pasien yang sedang dalam terapi ARV perlu

dilaksanakan lebih rinci untuk mendapatkan akurasi kepatuhan

(29)

b. Identifikasi Mutasi pada Gen folP1 Mycobacterium Leprae dan Deteksi Gen HLA B 13:01 serta faktor – faktor yang mempengaruhi resistensi MDT pada Pasien Lepra di Kabupaten Bintuni dan Kota Jayapura

Ketua Pelaksana : dr.Antonius Oktavian, M.Kes

Papua merupakan daerah yang masuk dalam golongan high endemicity penyakit lepra. Salah satu masalah yang dihadapi adalah kasus relaps, g

a

gal berobat dan kepatuhan yang rendah.

Masalah alergi terhadap dapson juga dihadapi pada penangana

n

kusta di Papua. Penelitian ini, akan melakukan deteksi gen

resistensi Mycobacterium leprae dengan metode Polymerase Chain

Reaction (PCR) pada kasus lepra dan deteksi gen pengkode

Dapsone Hypersensitivity Syndrome (DHS) pada pasien alergi

Dapsone. Dalam penelitian ini juga diteliti faktor yang

mempengaruhi resistensi dapson. Desain penelitian ini adalah

penelitian potong lintang dengan rancangan deskriptif. Populasi

sampel penelitian adalah 100 orang penderita. Dalam penelitian

ini dilakukan pengambilan sampel lesi kulit dan skin silt cuping

telinga pada penderita.

Kriteria inklusi untuk kasus meliputi Didiagnosa secara klinis

sebagai penderita lepra dengan hasil pemeriksaan cardinal sign dan

atau BTA positif dari sampel lesi kerokan telinga, sudah menjalani

pengobatan minimal 3 bulan, bertempat tinggal di Kotamadya

Jayapura dan Kabupaten Bintuni dan bersedia dikunjungi rumah,

bersedia diambil sampel darah, insisi telinga atau kerokan kulitdan

swab hidung ditunjukkan dengan menandatangani informed consent. Responden dapat tidak diikutsertakan dalam penelitian dengan kriteria kasus lepra dan kontak tidak bersedia terlibat

dalam penelitian, dan sedang sakit keras saat pengambilan sampel.

Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini meliputi

variabel bebas adalah kepatuhan, mutasi gen resistensi, genetik

(30)

Pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium adalah pemeriksaan

Ekstraksi Dioxyribo Nucleic Acid (DNA) sampel mukosa nasal dan kerokan kulit, PCR dan sekuensing. Analisis data sekuensing

menggunakan perangkat pengolah data análisis mutasi sehingga

titik mutasi sedangkan análisis HLA B 13:01 dilakukan

menggunakan program Accutype.

Dalam penelitian ini didapatan hasil terdeteksi mutasi pada

gen FolP1 yang berkaitan erat dengan resistensi dapson baik yang

sudah pernah ditemukan sebelumnya di negara lain maupun yang

belum pernah ditemukan sebelumnya. Mutasi yang sudah pernah

diketahui sebelumnya mengarah pada adanya resistensi lemah

terhadap dapson. Deteksi gen HLA B 13:01 mendapatkan hasil

bahwa gen HLA B 13:01 terdeteksi pada sebagian besar penderita

DHS dan sangat sedikit pada pasien lepra non DHS. Hal ini berarti

gen tersebut tervalidasi sebagai marker DHS. Dalam studi ini

asosiasi gen HLA B 13:01 terhadap DHS sangat signifikan dengan p

vallue 7,17×10-7dan OR: 26,3.

c. Analisis Mutasi Terkait Resistensi Rifampisin Pada Gen rpoB

Mycobacterium lepraedi Kota Jayapura

Ketua Pelaksana : Yustinus Maladan, S.Si

Lepra masih merupakan salah satu penyakit yang dominan di

Jayapura, Papua. Berdasarkan rekomendasi WHO, salah satu jenis

obat dalam program multi drug therapy (MDT) adalah rifampisin. Meskipun demikian, ditemukan penderita lepra yang kurang peka

terhadap rifampisin dan diduga karena strain Mycobacterium lepra

yang resisten. Mekanisme molekuler dari aktivitas rifampisin

dipengaruhi oleh gen rpoB pada M. leprae. Perubahan urutan nukleotida (mutasi) pada gen tersebut bertanggung jawab terhadap

terjadinya resistensi rifampisin.

Informasi yang cepat tentang kepekaan rifampisin

merupakan hal yang penting sebagai upaya pengobatan terhadap

(31)

Kesehatan Kota Jayapura tahun 2016, terdapat 34 pasien dengan

riwayat relaps, default dan beberapa di antaranya tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan setelah mengkonsumsi

MDT. Kasus resistensi M. leprae terhadap rifampisin di Jayapura belum pernah diteliti sehingga penting dilakukan penelitian untuk

mempelajari resistensi rifampisin pada penderita lepra.Sampel

penelitian adalah insisilesi kulit dan telinga yang diambil dari pasien

yang sedang mengkonsumsi atau telah menjalani pengobatan MDT

tetapi masih menunjukkan gejala.

Kriteria inklusi meliputi diagnose sampel secara klinis dengan

hasil pemeriksaan BTA positif, pasien sedang dan telah menjalani

proses pengobatan MDT namun masih bergejala, merupakan

pasien relaps, default, bertempat tinggal di Kotamadya Jayapura, bersedia dikunjungi rumahnya, bersedia diambil insisi lesi kulit dan

telinga, ditunjukkan dengan menandatangani informed consent. Pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium adalah ekstraksi

Deoxyribonucleic Acid (DNA), dilanjutkan dengan proses

Polymerase Chain Reaction (PCR) dan sekuensing DNA M. leprae

untuk mendeteksi mutasi pada gen rpoB. Penelitian ini diharapkan menjadi informasi penting bagi program yang berhubungan dengan

pengobatan penyakit lepra.

Hasil pemeriksaan mikroskopis pada ketiga puluh empat (34)

sampel yang diperiksa adalah sembilan (9) diantaranya positif BTA

sedangkan dua puluh lima (25) yang lainnya negatif BTA.

Berdasarkan karakteristik pasien, sebagian besar adalah pasien

relaps yaitu sebanyak 59%, kemudian default 32% dan kurang peka terhadap pengobatan 9%. Hasil pensejajaran gen rpoBM. leprae di gene bank menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya mutasi pada gen rpoByang dapat menyebabkan resistensi terhadap rifampisin.

Dengan demikian, rifampisin masih baik dan sensitive untuk

digunakan dalam pengobatan kasus lepra di Jayapura. Status gizi

(32)

Kesimpulan dari penelitian ini adalah gen rpoBM. leprae asal Jayapura tidak mengandung mutasi yang dapat menyebabkan

terjadinya resistensi terhadap rifampisin. Dengan demikian, perlu

untuk mendeteksi mutasi pada gen lain yang dapat menyebabkan

resistensi pada obat dapson dan klofazimin (lampren), yang

merupakan pasangan rifampisin komponen MDT dalam

pengobatan lepra. Selain itu, untuk menunjang keberhasilan

pengobatan maka diharapkan pasien lepra dapat minum obat

secara teratur serta pendampingan yang intensif dari petugas

kesehatan maupun keluarga.

d. Gambaran Kasus Frambusia Setelah Pengobatan Massal di Kota Jayapura

Ketua Pelaksana : dr.Yuli Arisanti

Frambusia merupakan salah satu penyakit kulit tropis yang

terabaikan (Neglected Tropical Disease) yang disebabkan oleh salah satu subspesies dari bakteri Treponema pallidum subspecies pertenue (T.p pertenue). Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan pada stadium laten dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan tulang, bahkan hingga

menyebabkan kecacatan. Berbeda dengan penyakit-penyakit yang

disebabkan oleh bakteri spesies Treponema pallidum yang ditularkan melalui hubungan/kontak secara seksual (sexually transmitted), Frambusia ditularkan melalui kontak langsung atau melalui barang-barang yang digunakan oleh penderita.

Ditinjau dari segi genetik tingkat kemiripan strain-strainpada genus Treponema bisa mencapai 99.8% (T.p pertenue dengan T.p pallidum) sehingga hampir mustahil membedakan strain-strain ini baik secara morfologik ataupun secara fisiologik. Sisi pembeda

kedua subspesies tersebut terletak 6 titik (region) pada set genomnya, dan selama ini uji serologiklah yang menjadi tumpuan

dalam membedakan kedua strain yang berkerabat dekat secara

(33)

Kesehatan Provinsi Papua, 53% kasus frambusia di Provinsi Papua

terjadi di Kota Jayapura sehingga pada tahun 2015 dilaksanakan

survei frambusia oleh Balai Litbang Biomedis Papua di daerah

kantong frambusia. Berdasarkan hasil tersebut, maka pada bulan

Februari 2016, salah satu Puskesmas kota Jayapura yakni Puskesmas

Hamadi melakukan pengobatan massal terhadap penderita dan

kontak serumah frambusia.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk

mendapatkan gambaran kasus frambusia pasca kegiatan

pengobatan massal frambusia di kota Jayapura. Sampel yang akan

digunakan dalam penelitian adalah pasien yang sudah pernah

didiagnosis frambusia dan tercatat telah mendapatkan pengobatan

dan kontak yang tinggal serumah selama minimal 1 tahun sebanyak

1 orang. Faktor resiko yang diamati pada penelitian ini antara lain

adalah usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, dan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Keberadaan lesi beserta tingkat

keparahannya (severity level) diamati dan diperiksa oleh tenaga kesehatan yang berpengalaman dalam mendiagnosis dan

menangani frambusia. Apusan (swab) dari lesi yang ditemukan pada subyek frambusia dikoleksi dan dilarutkan dalam 500 uL

larutan buffer fosfat salin (Cl2H3K2Na3O8P2). Tahapan selanjutnya

adalah mengamati mikroorganisme dari apusan lesi di bawah

mikroskop cahaya, dengan pewarnaan Gram. Hasil pengamatan di

bawah mikroskop cahaya akan menentukan tahapan pengamatan

selanjutnya baik untuk hasil positif ataupun hasil yang negatif. Jika

hasil pengamatan positif teramati mikroorganisme maka akan

dilakukan kultur mikroorganisme pada media pemeliharaan.

Sebaliknya ketika hasil pengamatan di bawah mikroskop cahaya

menunjukkan hasil yang negatif, akan dilanjutkan dengan

pengamatan metode darkfield microscopy (mikroskop lapangan gelap). Hasil dari tahapan ini akan menentukan apakah uji

(34)

Hasil menunjukkan bahwa kasus frambusia mengalami

penurunan angka kasus setelah pengobatan massal dengan

azitromisin sejak tahun 2016. Lesi primer dan kasus aktif frambusia

tidak diketemukan, namun pengambilan apusan lesi tetap

dilakukan pada luka yang mengarah pada ciri frambusia.

Pewarnaan gram dilakukan sebelum pemeriksaan mikroskopis

dengan menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop medan

gelap. Hasil pewarnaan gram menunjukkan karakter hasil

pewarnaan untuk bakteri gram negatif. pemeriksaan mikroskopis

sediaan apusan (swab) dengan menggunakan mikroskop cahaya

dan mikroskop medan gelap menunjukkan hasil yang negatif.

Pengujian menggunakan RDT juga menunjukkan sebagian besar

responden menunjukkan hasil yang negatif meskipun ada sebagian

kecil menunjukkan hasil yang positif tanpa memiliki gejala

frambusia. Perilaku hidup bersih dan sehat yang sudah diterapkan

oleh sebagian besar responden memberikan kontribusi yang besar

terhadap penurunan angka kasus frambusia di Kota Jayapura.

Namun dengan adanya sebagian kecil responden yang

menunjukkan hasil positif pada uji RDT evaluasi dan monitoring

pasca pengobatan masih harus dilakukan.

e. Cluster of Differentiation 4 (CD4) dan Kepatuhan Pengobatan Anti

Retroviral Pada Orang Dengan HIV/AIDS di Kota Jayapura, Papua Ketua Pelaksana : Setyo Adiningsih, S.Si

Papua menjadi provinsi urutan ketiga di Indonesia dengan angka

kasus HIV tertinggi setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur, dan angka

kasus AIDS tertinggi kedua setelah Jawa Timur. Untuk menekan angka

kasus HIV/AIDS beberapa tindakan pencegahan dan pengobatan telah

dilakukan, salah satunya dengan terapi antiretroviral (ARV). Terapi

ARV mampu menurunkan patogenitas HIV dan progresifitas HIV

menjadi AIDS serta meningkatkan kualitas hidup Orang dengan

(35)

imunitas terdapat pada permukaan sel limfosit T-helper yang berperan dalam menginduksi respon imun seluler.

Pemeriksaan CD4 digunakan untuk melengkapi pemeriksaan

klinis dalam mengevaluasi keberhasilan terapi dan menentukan

dimulainya pemberian profilaksis untuk infeksi oportunistik pada

ODHA. Perhitungan jumlah CD4 digunakan untuk mengetahui

perkembangan imunitas pasien selama terapi ARV. Patogenitas dan

progresifitas HIV/AIDS dipengaruhi faktor lingkungan dan individu.

Faktor lingkungan diantaranya status gizi, infeksi oportunistik, dan

kualitas pelayanan kesehatan. Faktor individu diantaranya umur, jenis

kelamin, etnis (sosio-demografi pasien).

Meskipun telah menjalani terapi ARV, kegagalan dalam

pengobatan dapat terjadi. Kegagalan terapi ditandai dengan

penurunan kadar CD4 dan muncul infeksi oportunistik setelah 6 bulan

terapi ARV. Faktor individu, akses informasi kesehatan, dan dukungan

sosial yang berhubungan dengan kepatuhan ODHA selama terapi ARV

penting diketahui. Namun masih sedikit informasi tentang hubungan

faktor tersebut dengan jumlah CD4 ODHA selama terapi ARV.

Tujuan penelitian adalah menganalisis jumlah CD4 dan faktor

kepatuhan pengobatan ARV pada ODHA di kota Jayapura tahun

2017. Jenis penelitian adalah observasional deskriptif analitik dengan

rancangan potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan di VCT

RSUD Dok II Jayapura, dengan jumlah sampel sebanyak 85 responden

yang telah menyetujui inform consentdan sesuai kriteria inklusi. Kadar CD4 responden naif pada saat awal terapi ARV diperoleh dari data

rekam medis, selanjutnya responden bersangkutan diperiksa kadar CD4

dan hemoglobin setelah terapi 12-24 bulan. Data tentang faktor

kepatuhan pengobatan minum ARV diperoleh dari kuisioner. Analisis

statistik yang digunakan adalah univariate untuk mengetahui distribusi

(36)

Hasil menunjukkan mayoritas responden adalah perempuan

(60%), berusia 15-30 tahun (57,6%), bekerja (52,9%), sekolah

(94,1%), asli Papua (65,9%), pengetahuan pengobatan baik (98,8%),

tidak pernah ganti regimen ARV (94,1%), pernah mengalami efek

samping ARV (71,8%), memiliki jaminan kesehatan (88,2%), tidak

pernah mengalami pengalaman stigma (95,3%), selalu mendapat

konseling kepatuhan (89,4%), akses layanan kesehatan mudah

(76,5%), mendapat dukungan keluarga (77,6%), tidak mendapat

dukungan komunitas (89,4%).

Mayoritas responden yang mengalami kenaikan jumlah CD4

selama terapi adalah responden dengan tingkat kepatuhan baik, telah

menjalani terapi rentang waktu 13-24 bulan, dan menggunakan

regimen terapi ARV lini 1. Faktor predisposisi yang memiliki hubungan

signifikan dengan jumlah CD4 adalah jenis kelamin dan pekerjaan,

dimana responden perempuan berisiko 3,8 kali lebih tinggi untuk

mengalami imunodefisiensi (jumlah CD4 < 500 sel/mm³) dibanding

responden laki-laki, serta responden yang bekerja berisiko 2,9 kali

lebih tinggi mengalami imunodefisiensi daripada responden yang tidak

bekerja. Faktor akses informasi kesehatan yang berhubungan signifikan

dengan jumlah CD4 adalah pengalaman stigma, dimana responden

yang tidak pernah mengalami stigma berisiko 0,095 kali untuk

mengalami imunodefisiensi dibandingkan responden dengan

pengalaman stigma. Faktor dukungan keluarga dan komunitas sebaya

tidak berhubungan dengan jumlah CD4. Perlu dilakukan evaluasi untuk

responden yang patuh minum ARV tetapi tidak mengalami kenaikan

jumlah CD4 dan pemberian konseling perbaikan status gizi untuk

responden dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) kurus dan anemia.

Secara umum, penelitian ini diharapkan menghasilkan informasi yang

dapat dimanfaatkan untuk evaluasi terapi pengobatan ARV pasien

(37)

2. Penyebarluasan dan Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan Biomedis

Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan

yang telah dilakukan Balai Litbang Biomedis Papua selama tahun 2017

diantaranya dengan mengikuti beberapa seminar/simposium baik dalam

negeri maupun luar negeri, yang secara langsung maupun tidak langsung

mendukung tercapainya tujuan dan sasaran kinerja Balai Litbang Biomedis

Papua.

Kegiatan seminar/simposium yang diikuti oleh Balai Litbang Biomedis

Papua selama tahun 2017 adalah :

a. Simposium TBUPDATE IX April 2017 diselenggarakan di Hotel

Bumi Surabaya pada tanggal 29-30 April 2017.

b. Seminar Nasional Hari Nyamuk Tahun 2017, “Perkembangan

terbaru dalam pengendalian Vektor nyamuk dan manajemen

Resistensi Insektisida”.

c. International Symposium Natural Medicines (ISNM) 2017

diselenggarakan di IPB Convention Center pada tanggal 23–25

Agustus 2017.

d. The 2nd international Conference of Global Health (ICGH) 2017 yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran UI mengangkat

topik berkaitan dengan peningkatan kualitas kesehatan dalam

upaya mempercepat pembangunan bangsa.

e. Eijkman 6th International Conference, “25th year Celebration of the

Eijkman Institute Genetics Diseases and Environment”.

f. Symposium on the International Collaborative/Training Center for leprosy Preventive and Treatment Research yang diselenggarakan oleh Shandong Provicial Institute of Dermatology and Venereology

di Hotel Melia Resort pada tanggal 30 November 2017.

g. Workshop Bioinformatika yang diselenggarakan di Bogor.

Selain kegiatan seminar/simposium Balai Litbang Biomedis Papua juga

memiliki Publikasi ilmiah di bidang biomedis dan teknologi dasar

(38)

publikasi ilmiah nasional dan 2 publikasi ilmiah internasional yang dapat

dilihat dari dalam Tabel IV.3. berikut ini.

Tabel IV.3. Judul Publikasi Ilmiah Balai Litbang Biomedis Papua dalam Jurnal Nasional dan Internasional Tahun 2017

No Judul Publikasi Nama Penulis Media Publikasi Keterangan

1 Identification Of Antiretroviral Mutation In Protease and Reverse Transcriptase Inhibitor In

(39)

B. REALISASI ANGGARAN

Perkembangan alokasi anggaran yang diterima Balai Litbang Biomedis Papua

dan realisasi anggaran yang telah dicapai selama tahun 2015 sampai dengan

2017 dapat dilihat pada Tabel IV.4. berikut.

Tabel IV.4.Perkembangan Alokasi dan Realisasi Anggaran Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2015 – 2017

NO TAHUN

ANGGARAN

ALOKASI ANGGARAN

REALISASI

ANGGARAN % REALISASI

1 2015 20.622.382.000,- 19.381.504.054,- 93,98

2 2016 10.117.085.000,- 9.923.442.973,- 93,98

3 2017 31.194.578.000,- 26.161.420.297,- 83,87

Pada tahun 2017 Balai Litbang Biomedis Papua mendapatkan

alokasi DIPA sesuai dengan penetapan kinerja sebesar

Rp.31.413.955.000,- namun pada tanggal 06 Oktober 2017 terjadi revisi

Realokasi anggaran pada Belanja Modal sebesar 15.472.696.000,- yang

digunakan untuk pembelian alat Laboratorium sebesar

11.277.925.000,-dan Software Viroseq sebesar 84.017.000,-- dan sisanya sebesar

219.377.000.- diserahkan ke sekretariat Badan Litbangkes dan sisa

anggaran 3.891.377.000 dikembalikan kegedung bangunan sehingga

anggaran Balai Litbang Biomedis Papua untuk Tahun 2017 menjadi

31.194.578.000,- yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan

dan terealisasi sebesar 26.161.420.297,-.

C. UPAYA MERAIH WBK/WBBM

Zona Integritas (ZI) merupakan sebutan atau predikat yang diberikan

kepada Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah (Pemda) yang

pimpinan dan jajarannya mempunyai niat (komitmen) untuk mewujudkan

WBK dan WBBM melalui upaya pencegahan korupsi, reformasi birokrasi dan

peningkatan kualitas pelayanan publik. K/L dan Pemda yang telah

mencanangkan sebagai ZI mengusulkan salah satu unit kerjanya untuk

(40)

Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah predikat yang diberikan

kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen

perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM,

penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja. Sedangkan

Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) adalah predikat yang

diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen

perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM,

penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan

kualitas pelayanan publik.

Sebagai langkah awal dalam penilaian satuan kerja berpredikat

menuju WBK/WBBM, tim penilaian internal (TPI) melakukan pre assessment

sesuai dengan kriteria Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 52 Tahun 2016

tentang pedoman pembangunan zona integritas menuju WBK/WBBM di

lingkungan instansi pemerintah.

1. Dasar Pelaksanaan

a. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih, Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3581);

b. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3874);

c. Undang –Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Tindak

Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002

Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4250);

d. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Strategi Nasional

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun

2012-2016 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014);

e. Instruksi Presiden No 2 Tahun 2014 Tentang Aksi Pencegahan dan

(41)

f. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2014 Tentang

Pedoman Pembanguna Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari

Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan

Instansi Pemerintah.

g. Surat Tugas Sekretaris Jenderal Kemenkes RI Nomor

TU.01.01/I.4/2065/2016 Tanggal 26 Mei 2016, Perihal Pre

Assessment terhadap satker yang akan diusulkan sebagai satker yang

berpredikat WBK Tahun 2016 pada satker Balai Peneliitian dan

Pengembangan Biomedis Papua.

Upaya yang dilakukan Balai Litbang Biomedis Papua dalam

mendukung WBK/WBBM adalah sebagai berikut :

1. Balai Litbang Biomedis Papua berusaha mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN

2. Mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan publik kepada

masyarakat

3. Dalam setiap melakukan pengadaan dilakukan berdasarkan

aturan yang ada tanpa adanya benturan kepentingan

4. Mengundang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

untuk pendampingan selama proses menjadi satker WBK/WBBM

(42)

BAB V P E N U T U P

Pada Tahun 2017, Balai Litbang Biomedis Papua telah berupaya maksimal

dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya sebagai institusi yang berkarya

dalam penelitian dan pengembangan kesehatan. Pelaksanaan kegiatan tahun 2017

tidak luput dari berbagai kendala yang telah diusahakan upaya pemecahan

masalahnya, sehingga diharapkan kendala tersebut menjadi pembelajaran bagi

Balai Litbang Biomedis Papua.

Laporan Tahunan juga diharapkan dapat menjadi informasi dalam

membuat perencanaan serta untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

pelaksanaan program dan kegiatan di masa mendatang sehingga kinerja Balai

Litbang Biomedis Papua dapat tercapai sesuai dengan target dan sasaran yang

(43)

PAPUA TAHUN 2017

Proses Wawancara dalam Penelitian HIV

Pengambilan Sampel Darah dalam Penelitian HIV

Proses Pemisahan Darah untuk dijadikan Plasma dan Serum untuk

Penelitian HIV

(44)

Lepra di Kota Jayapura

Pengambilan Sampel untuk Penelitian Lepra di Kabupaten Bintuni

Pemeriksaan Ekstraksi DNA untuk Penelitian Lepra

(45)

2017

Kegiatan Diklat Penyusunan Dokumen Standarisasi Laboratorium SNI ISO/IEC

17025:2008

Kegiatan Workshop Penulisan Jurnal Online Tahun 2017

(46)

Papua Tahun 2017 di Aula Susteran Maranatha Waena

Gambar

Gambar I.1   Struktur Organisasi Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis
Gambar I.2. Persentase Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis     Papua Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017
Gambar I.3. Persentase Jumlah Pegawai Balai Litbang BiomedisPapua Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2017
Gambar I.4. Persentase Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua  Berdasarkan Golongan Tahun 2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka hasil pengamatan penulis terhadap para pengunjung menunjukkan bahwa Masjid Amirul Mukminin dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan ibadah, konsultasi

1) PDRB adalah tolak ukur pertumbuhan ekonomi maka dari itu hendaklah di lakukan pemerataan pada sektor-sektor unggul, agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal

Pengeroyokan merupakan tindakan melanggar hukum apapun motifnya. Negara telah mengatur hukuman bagi para pelanggar hukum. Melakukan pengeroyokan yang merugikan orang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan praktik jual beli menggunakan katalog sebagai media pemasaran. Untuk mendiskripsikan persepsi konsumen terhadap jual

jika dibentuk dalam bentuk jaring-jaring dengan mengambil irisan dan membuang yang tidak mempunyai irisan, sehingga jaring-jaringnya dapat digambarkan sebagai berikut: e h.. 64

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada nabi besar Muhammad SAW

1. melakukan promosi media cetak seperti membuat buku tentang Grup Irama Budaya itu sendiri, membuat poster jadwal pertunjunkan bertujuan menarik pengunjung untuk menggemari lagi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai signifikansi t untuk variabel kepemilikan asing adalah sebesar 0,000 &lt; 0,05 namun nilai beta sebesar negatif sebesar