• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dan PBL Ditinjau dari Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 5 SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dan PBL Ditinjau dari Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 5 SD"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

53

4.1Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas 5 SD di Gugus Slamet Riyadi. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas 5 SD di Gugus Slamet Riyadi Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, dengan mengambil subjek penelitian yaitu siswa kelas 5 SDN 1 Kaligentong yang berjumlah 24 siswa sebagai kelas eksperimen dan SDN 3 Urutsewu yang berjumlah 25 sebagai kelas kontrol.

Penelitian dilakukan di SDN 1 Kaligentong dan SDN 3 Urutsewu dengan alasan SD tersebut belum pernah diadakan penelitian serupa selain itu kedua SD tersebut juga sama-sama menggunakan kurikulum 2013, pembelajaran yang lakukan di kedua SD pun belum pernah menggunakan model pembelajaran yang akan digunakan peneliti, dengan kata lain kedua kelas tersebut terbiasa menggunakan metode ceramah. Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih SDN 1 Kaligentong dan SDN 3 Urutsewu sebagai tempat penelitian.

Tabel 4.1 Data Subjek Penelitian

Jenis kelamin

SDN 1 Kaligentong SDN 3 Urutsewu Kelas Eksperimen

(Kelas V) Kelas Kontrol (Kelas V)

Laki-laki 13 14

Perempuan 11 11

Jumlah 24 25

(2)

Sebelum penelitian eksperimen dilakukan, peneliti melaksanakan uji validitas dan reliabilitas instrument soal tes yang dilaksanakan di kelas 5 SDN Sidorejo Lor 5 dan uji model di kelas 5 SDN Sidorejo Lor 1. Kegiatan pengujian instrumen ini dilakukan pada hari Selasa, 20 Maret 2018 dan Senin, 26 Maret 2018. Setelah soal yang valid dan reliable diketahui dengan cara diolah menggunakan aplikasi SPSS 16.00, peneliti menggunakan soal tersebut sebagai pretest. Uji model pun masuk dalam kategori memuaskan, sehingga dapat digunakan untuk penelitian.

Selanjutnya dilakukan pretest untuk siswa kelas 5 SDN 1 Kaligentong yang dilaksanakan pada hari Selasa, 3 April 2018 pukul 07.50-09.00 dan siswa kelas 5 SDN 3 Urutsewu pada pukul 09.30-10.40 dengan waktu 2 x 35 menit. Siswa terlihat sangat antusias dengan kedatangan peneliti, karena memang sebelumnya belum pernah ada orang lain yang masuk ke kelas tersebut untuk memberikan soal pretest, selain guru kelas dan guru penjaskes dalam memberikan pelajaran. Kedua kelas tersebut diberi pretest untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan awal yangsudah dimiliki siswa sebelum mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dan problem based learning.

Hari Rabu, 4 April 2018 peneliti melaksanakan penelitian kelas eksperimen dengan memberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran discovery learning. Pembelajaran dilaksanakan selama 1 hari pembelajaran sebanyak 3 kali pertemuan. Sedangkan penelitian kelas kontrol dilaksanakan pada hari Kamis, 5 April 2018 dengan memberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran problem based learning selama 1 hari pembelajaran sebanyak 3 kali pertemuan.

(3)

tersebut diberikan posttest. Bentuk soal posttest sama dengan soal pretest yaitu pilihan ganda, isian dan uraian. Posttest diberikan sebagai soal evaluasi yang bertujuan untuk menganalisis perubahan yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran dan pemberian perlakuan model discovery learning dan problem based learning. Berikut merupakan rincian tabel jadwal pelaksanaan penelitian :

Tabel 4.2

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Hari/ Tanggal Kegiatan

1. Selasa / 3 April

2018 Pemberian soal kelas kontrol. pretest pada kelas eksperimen dan 2. Rabu / 4 April 2018 Pertemuan ke 1, pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran

discovery learning.

3. Rabu / 4 April 2018 Pertemuan ke 2, pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran

discovery learning.

4. Rabu / 4 April 2018 Pertemuan ke 3, pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran

discovery learning dan memberikan postest pada kelas eksperimen.

5. Kamis / 5 April

2018 Pertemuan ke 1, pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran

problem based learning.

6. Kamis / 5 April

2018 Pertemuan ke 2, pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran

problem based learning.

7. Kamis / 5 April

2018 Pertemuan ke 3, pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran

problem based learning dan memberikan postest pada kelas kontrol.

4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 4.1.2.1Kelas Eksperimen

(4)

dilakukan pada hari Selasa, 3 April 2018 dimulai pukul 07.40 sampai dengan 09.00 selama 70 menit atau 2 x 35 menit (2 jam pelajaran). Siswa terlihat antusias saat menerima soal pretest. Setelah dibagikan soal, siswa mulai mengerjakan soal pretest dengan baik tanpa adanya kendala yang berarti dalam pengerjaan soal, dengan kata lain pretest berjalan dengan tenang dan kondusif. Sesaat sebelum waktu habis, siswa diminta untuk mengumpulkan soal pretest yang telah dijawab dan diserahkan kepada guru.

(5)

diskusi dan percobaan yang telah dilakukan. Guru juga memotivasi siswa agar memberikan kritikan maupun sanggahan kepada kelompok yang sedang presentasi. Siswa diminta menghubungkan hipotesis yang telah mereka buat diawal dengan jawaban yang didapat setelah simulasi dan diskusi. Tidak lupa pada akhir pembelajaran, guru memberikan pembenaran terhadap permasalahan dan konsep yang telah ditemukan siswa mengenai Siklus Air Tanah.

Pertemuan kedua berlangsung pada hari yang sama, yaitu hari Rabu, 4 April 2018 setelah jam istirahat pertama pukul 09.00 sampai dengan 10.30. Pembelajaran berlangsung dengan antusias. Siswa terlihat semangat untuk melanjutkan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Guru meminta siswa untuk berkelompok seperti pertemuan sebelumnya. Guru menunjukkan gambar mengenai Siklus Air Tanah, siswa memerhatikan gambar yang diperlihatkan. Tidak lupa guru mengajukan permasalahan yang harus dijawab siswa sebagai jawaban sementara. Setelah itu, guru membagikan LKS dan membimbing siswa untuk melakukan percobaan pembuktian air tanah dan air permukaan. Siswa melakukan percobaan dengan tertib sesuai langkah-langkah yang sudah ada dan menuliskan laporan dengan rapi dan rinci. Setelah selesai, siswa mendemonstrasikan di depan kelas dan diminta untuk mempresentasikan bersama kelompok. Guru meminta kelompok lain untuk member kritik dan sanggahan. Siswa diminta menghubungkan hipotesis yang telah mereka buat diawal dengan jawaban yang didapat setelah percobaan dan diskusi. Tidak lupa pada akhir pembelajaran, guru memberikan pembenaran terhadap permasalahan dan konsep yang telah ditemukan siswa mengenai perbedaan air tanah dan air permukaan.

(6)

diberikan kepada siswa untuk dikerjakan. Siswa mengerjakan dengan teliti. Dikarenakan waktu tidak mencukupi untuk mengoreksi bersama dihari tersebut guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasilnya dan bertanya jawab sekilas di bagian nomor yang dirasa membingungkan. Kemudian guru membahas secara sekilas.

Berikut disajikan tabel lembar observasi guru dan siswa terhadap pelaksanaan kelas eksperimen:

Tabel 4.3

Hasil Observasi Kelas Eksperimen

No Kegiatan Indikator Jumlah

item Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1. Pembuka 3 3 3 - 3 - - -

2. Inti 12 12 12 - 6 1 - -

3. Penutup 4 4 3 1 4 - 4 -

Jumlah 18 1 13 1 4 -

Berdasarkan tabel 4.3 diatas kegiatan siswa dan guru pertemuan 1 dan 2 sudah baik akan tetapi ada 1 yang terlewatkan. Sedangkan untuk pertemuan 3 sudah mulai membaik karena tidak ada yang terlewatkan. Namun dengan demikian pelaksanaan pembelajaran dengan tidak terlaksananya 2 indikator termasuk dalam kategori memuaskan dalam pembelajaran menggunakan model discovery learning.

4.1.2.2Kelas Kontrol

(7)

soal pretest dengan baik tanpa adanya kendala dalam pengerjaan soal, dengan demikian pretest berjalan dengan tenang dan kondusif. Sesaat sebelum waktu habis, siswa diminta untuk mengumpulkan soal pretest yang telah dijawab dan diserahkan kepada guru.

(8)

Pertemuan kedua berlangsung pada hari yang sama, yaitu hari Kamis, 5 April 2018 setelah jam istirahat pertama pukul 09.00 sampai dengan 10.30. Pembelajaran berlangsung dengan antusias. Siswa terlihat masih semangat untuk melanjutkan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Guru meminta siswa untuk berkelompok seperti pertemuan sebelumnya. Guru menunjukkan poster Siklus Air Tanah milik salah satu kelompok, siswa memerhatikan poster yang diperlihatkan. Tidak lupa guru mengajukan permasalahan mengenai proses terbentuknya air tanah dan air permukaan. Setelah itu, guru membagikan LKS dan membimbing siswa untuk melakukan percobaan pembuktian air tanah dan air permukaan. Siswa melakukan percobaan dengan tertib sesuai langkah-langkah yang sudah ada dan menuliskan laporan dengan rapi dan rinci. Setelah selesai, siswa mendemonstrasikan di depan kelas dan diminta untuk mempresentasikan bersama kelompok. Guru meminta kelompok lain untuk memberi kritik dan sanggahan. Tidak lupa pada akhir pembelajaran, guru memberikan pembenaran berupa kesimpulan terhadap permasalahan dan konsep yang telah ditemukan siswa mengenai perbedaan air tanah dan air permukaan.

Pertemuan selanjutnya adalah pertemuan ketiga yang laksanakan di hari yang sama pada pukul 11.00 sampai dengan 12.30. Pertemuan ini membahas singkat mengenai apa saja yang telah bahas dan dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua serta membuat kesimpulan terhadap sebuah masalah dan pemecahannya. Selanjutnya soal posstest diberikan kepada siswa untuk dikerjakan. Siswa mengerjakan dengan teliti. Dikarenakan waktu tidak mencukupi untuk mengoreksi bersama dihari tersebut guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasilnya dan bertanya jawab sekilas di bagian nomor yang dirasa membingungkan.

(9)

Tabel 4.4

Hasil Observasi Kelas Kontrol

No Kegiatan Indikator Jumlah

item Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1. Pembuka 4 4 4 - 4 - - -

2. Inti 10 10 9 1 8 1 - -

3. Penutup 4 4 4 - 4 - 4 -

Jumlah 16 2 16 1 4 -

Berdasarkan tabel 4.4 diatas kegiatan siswa dan guru pertemuan 1 sudah baik akan tetapi ada 1 yang terlewatkan. Sedangkan untuk pertemuan 2 juga sudah baik karena hanya 1 yang terlewatkan. Untuk pertemuan 3 sudah mulai membaik karena tidak ada yang terlewatkan. Namun dengan demikian pelaksanaan pembelajaran dengan tidak terlaksananya 2 indikator termasuk dalam kategori memuaskan dalam pembelajaran menggunakan model problem based learning.

4.2Hasil Penilaian

4.2.1 Hasil Penilaian Aspek Kognitif

4.2.1.1Analisis Deskriptif Statistik Pretest dan Posttest

(10)

Tabel 4.5

Statistik Deskriptif Pretest Statistics

PRETEST_EKS

PERIMEN PRETEST_KONTROL

N Valid 24 25

Missing 1 0

Mean 58.94 56.50

Median 61.25 55.00

Mode 65a 55

Std. Deviation 10.791 10.557

Minimum 42 42

Maximum 75 75

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

(11)

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen

PRETEST_EKSPERIMEN

Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent Valid 42 1 4.0 4.2 4.2

42.5 2 8.0 8.3 12.5

45 2 8.0 8.3 20.8

50 2 8.0 8.3 29.2

52.5 2 8.0 8.3 37.5

55 1 4.0 4.2 41.7

60 2 8.0 8.3 50.0

62.5 2 8.0 8.3 58.3 65 3 12.0 12.5 70.8 67.5 1 4.0 4.2 75.0 70 3 12.0 12.5 87.5 72.5 2 8.0 8.3 95.8

75 1 4.0 4.2 100.0

Total 24 96.0 100.0 Missing System 1 4.0

Total 25 100.0

(12)

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol

PRETEST_KONTROL

Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent Valid 42.5 3 12.0 12.0 12.0

Tabel 4.7 di atas menunjukkan distribusi frekuensi nilai pretest pada kelas kontrol. Dapat diketahui bahwa 24 siswa dari 25 siswa atau 96 % pada kelas kontrol mendapat nilai < 75, sedangkan 1 siswa lainnya atau 4% mendapat nilai > 75. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai siswa kelas kontrol sebelum mendapat perlakuan model problem based learning hampir setara karena banyak yang di bawah KKM (75).

Tabel 4.8

(13)

Kesimpulan yang didapat berdasarkan tabel 4.8 di atas menyatakan bahwa nilai kognitif posttest siswa kelas eksperimen memiliki rata-rata 82,19 dengan nilai minimum 70 dan nilai maksimum 98, sedangkan standar deviasinya 7,420. Nilai kognitif kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 76,48 dengan nilai minimum 70 dan nilai maksimum 98, sedangkan standar deviasinya 7,982. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai posttest lebih baik dari nilai pretest karena rentang rata-rata dari kedua kelas > 75 dengan nilai minimum dan maksimum kedua kelas yang juga sebanding yaitu nilai minimum 40 dan nilai maksimum 75. Berikut distribusi frekuensi persebarannya:

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen

POSTEST_EKSPERIMEN

Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent Valid 70 3 12.0 12.5 12.5

72.5 2 8.0 8.3 20.8

75 1 4.0 4.2 25.0

80 3 12.0 12.5 37.5

82.5 4 16.0 16.7 54.2

85 4 16.0 16.7 70.8

87.5 2 8.0 8.3 79.2

90 4 16.0 16.7 95.8

97.5 1 4.0 4.2 100.0

Total 24 96.0 100.0 Missing System 1 4.0

Total 25 100.0

(14)

Sedangkan untuk 5 siswa (21%) yang belum mencapai kriteria ketuntasan tersebut kurang cocok dengan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan aspek kognitif atau pengetahuannya. Akan tetapi, secara keseluruhan nilai pretest siswa meningkat setelah diberikan perlakuan dengan model discovery learning. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai siswa kelas eksperimen meningkat setelah diberi perlakuan model discovery learning apabila dibandingkan dengan hasil pretest.

Tabel 4.10

Distribusi Frekuensi Postest Kelas Kontrol

POSTEST_KONTROL

Frequency Percent Percent Valid Cumulative Percent Valid 70 10 40.0 40.0 40.0

72 1 4.0 4.0 44.0

72.5 2 8.0 8.0 52.0

75 2 8.0 8.0 60.0

77.5 3 12.0 12.0 72.0

80 1 4.0 4.0 76.0

82.5 1 4.0 4.0 80.0

85 1 4.0 4.0 84.0

87.5 1 4.0 4.0 88.0

90 2 8.0 8.0 96.0

97.5 1 4.0 4.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

(15)

keseluruhan nilai pretest siswa meningkat setelah diberikan perlakuan dengan model problem based learning. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai siswa kelas eksperimen meningkat setelah diberi perlakuan model problem based learning apabila dibandingkan dengan hasil pretest.

4.2.2 Uji Prasyarat

4.2.2.1Normalitas Pretest dan Posttest

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi data pretest dan posttest berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdisitribusi normal berarti data tersebut menggunakan statistik parametrik, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan statistik non parametrik. Dalam penelitian ini uj normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dalam SPSS 16. Adapun uji normalitas dapat dilihat berdasarkan tabel berikut :

Tabel 4.11

Uji Normalitas Aspek Kognitif Pretest dan Posttest One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PRETEST_E

KSPERIMEN POSTEST_EKSPERIMEN PRETEST_KONTROL POSTEST_KONTROL

N 24 24 25 25

berdistribusi normal diterima. Sehingga Ha yang berbunyi data populasi

tidak berdistribusi normal ditolak. Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov di atas, diketahui nilai signifikansi kelas eksperimen bernilai 0,815 dan 0,720 yang berarti > dari 0,05 (0,815 dan 0,720 > 0,05), maka H0 diterima atau dikatakan bahwa data populasi berdistribusi

(16)

atau lebih besar dari 0,05 (0,695 dan 0,216 > 0,05) yang berarti H0

diterima atau dikatakan bahwa data populasi berdistribusi normal. Dengan demikian data pretest dan posttest yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan data yang berdistribusi normal.

4.2.2.2Uji Homogenitas Pretest dan Posttest

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui sama tidaknya beberapa varian populasi data. Apabia nilai signifikansi kelas eksperimen dan kelas control > 0,05 maka berarti varian kedua kelompok data adalah sama. Beriku ini merupakan tabel uji homogenitas hasil belajar pada aspek kognitif pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol:

Tabel 4.12

Uji Homogenitas Aspek Kognitif Pretest dan Posttest Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

PRETEST Based on Mean .106 1 47 .746

Based on Median .084 1 47 .773

Based on Median and with

adjusted df .084 1 46.990 .773

Based on trimmed mean .111 1 47 .740

POSTTEST Based on Mean .223 1 47 .639

Based on Median .032 1 47 .858

Based on Median and with

adjusted df .032 1 42.192 .858

Based on trimmed mean .109 1 47 .742

(17)

diterima dan Ha ditolak. Hal tersebut berarti bahwa varian data dalam tiap kelompok sama atau homogen. Dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol memliki varian yang sama atau homogen, data pretest pun berasal dari populasi-populasi yang sama.

4.2.3 Uji Beda

Setelah uji normalitas dan homogenitas dilaksanakan, apabila data yang didapat terdistribusi normal dan homogen, maka langkah terakhir adalah melaksanakan uji hipotesis yakni dengan melakukan uji perbedaan pada hasil belajar aspek kognitif. Pengujian tersebut menggunakan uji statistik parametrik, yakni dengan menggunakan uji-T atau one sample t-test independent, dengan tingkat kepercayaan sebanyak 95%. Berikut tabel uji-t dari aspek kognitif pretest:

Tabel 4.13

Uji-T Aspek Kognitif Pretest dan Posttest Group Statistics

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-tailed) Difference Mean Difference Std. Error

(18)

pengambilan keputusan dalam uji Independent Sample T-Test dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar tematik siswa kelas V menggunakan model pembelajaran discovery learning dan problem based learning.

4.2.4 Uji Hipotesis

Hasil uji hipotesis didasarkan pada hasil uji beda nilai pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dilihat dari uji homogenitas (kesamaan varian), diketahui bahwa kedua varian sama atau homogen, dengan ini uji t menggunakan Equal Variance Assumed. Pengujian tersebut menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Kriteria berdasarkan signifikansi yaitu jika signifikansi > 0.05 maka Ho diterima dan jika signifikansi < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hipotesis yang diujikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0: μ1 = μ2 artinya, Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil

belajar Tematik Tema 8 Lingkungan Sahabat Kita Subtema 2 Perubahan Lingkungan dalam penerapan model pembelajaran Discovery Learning dan Problem Based Learning pada siswa kelas 5 SD semester 2.

Ha: μ1 ≠ μ2 Terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar

Tematik Tema 8 Lingkungan Sahabat Kita Subtema 2 Perubahan Lingkungan dalam penerapan model pembelajaran Discovery Learning dan Problem Based Learning pada siswa kelas 5 SD semester 2.

Dikarenakan signifikansi lebih kecil dari 0.05 (0.013 < 0.05)maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang

(19)

4.2.5 Hasil Penilaian Aspek Afektif

Penilaian aspek afektif dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Di kelas eksperimen penilaian berlangsung selama pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran discovery learning dan di kelas kontrol menggunakan mdel pembelajaran problem based learning. Penilaian dilakukan berdasarkan rubrik penilaian sikap. Melalui penilaian sikap, didapatkan hasl yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.14

Distribusi Frekuensi Ketuntasan Aspek Afektif

Tabel di atas merupakan hasil penilaian aspek sikap yang dapat diartikan bahwa seluruh siswa sudah melaksanakan kegiatan afektif sesuai dengan kriteria indikator penilaian afektif. Dari data tersebut dapat dilihat seluruh siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan dengan baik, dibuktikan dengan seluruh siswa tuntas dengan nilai rata-rata 85 pada kelas eksperimen dan 84 pda kelas kontrol. Artinya, kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol dalam aspek afektif. Hal tersebut dikarenakan guru memberikan aturan dalam bersikap ketika mengikuti pembelajaran.

4.2.6 Hasil Penilaian Aspek Psikomotorik

Penilaian aspek psikomotorik dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Di kelas eksperimen penilaian berlangsung selama pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran discovery No Ketuntasan Belajar Nilai Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Presentase (%) Eksperimen Kontrol

1. Tuntas ≥ 70 24 100 25 100

2. Tuntas Belum < 70 0 0 0 0

Jumlah 24 100 25 100

Nilai rata-rata 85 84

Nilai tertinggi 100 100

(20)

learning dan di kelas control menggunakan mdel pembelajaran problem based learning. Penilaian dilakukan berdasarkan rubrik penilaian keterampilan. Melalui penilaian sikap, didapatkan hasil yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.15

Distribusi Frekuensi Ketuntasan Aspek Psikomotorik

Tabel di atas adalah hasil penilaian aspek keterampilan, yang dapat diartikan bahwa seluruh siswa sudah melaksanakan kegiatan psikomotorik sesuai dengan kriteria indikator penilaian keteramplan. Dari data tersebut dapat dilihat seluruh siswa telah mencapai kriteria ketuntasan dengan baik, dibuktikan dengan tuntasnya seluruh siswa dengan nilai rata-rata 85,42 pada kelas eksperimen dan 86,14 pada kelas kontrol. Artinya, kelas kontrol lebih unggul dibandingkan kelas eksperimen dalam aspek keterampilan. Hal tersebut dikarenakan siswa lebih banyak melakukan kegiatan psikomotorik dibandingkan dengan guru.

4.3Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan di kelas 5 SDN 1 Kaligentong dan SDN 3 Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji ada tidaknya perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam diterapkannya model pembelajaran discovery learning dan problem based learning. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan, pengetahuan awal siswa kelas 5 SD N 1 Kaligentong pada pembelajaran tematik muatan pelajaran bahasa Indonesia pada materi Siklus Air Tanah sebelum diajarkan di kelas memiliki No Ketuntasan Belajar Nilai Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Presentase (%) Eksperimen Kontrol

1. Tuntas ≥ 70 24 100 25 100

2. Tuntas Belum < 70 0 0 0 0

Jumlah 24 100 25 100

Nilai rata-rata 85,42 86,14

Nilai tertinggi 100 100

(21)

hasil pretest sebesar 58,94 sedangkan siswa kelas 5 SD N 3 Urutsewu memiliki hasil pretest 56,50. Dari hasil pretest tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman siswa tergolong masih di bawah kriteria ketuntasan. Ketidakpahaman siswa tersebut dikarenakan kegiatan siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Apabila ada hal yang kurang dimengerti siswa, maka guru akan menjelaskan kembali materi tersebut secara berulang-ulang. Jika terdapat materi yang memerlukan praktek, guru akan menugaskan siswa untuk mengerjakan LKS atau dilewati begitu saja. Agar siswa mendapatkan suasana belajar yang menyenangkan, diperlukan model pembelajaran yang bermakna, yang dapat mengajak memberi kesempatan siswa untuk bermain sambil belajar, bekerjasama dan menekankan aspek kognnitif, afekif dan psikomotorik siswa. Maka dari itu, perlu dilakukan pembelajaran dengan menggunakan suatu model yang dapat mendukung ketuntasan belajar siswa, tidak hanya dalam aspek pengetahuan melainkan juga aspek afektif dan psikomotorik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang berpotensi dapat diterapkan dalam membelajarkan pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang mencakup langkah-langkah dalam pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi) yakni model pembelajaran discovery learning dan problem based learning.

Hasil analisis dari uji-T skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh koefisien sig(2-tailed) sebesar 0,013, yang artinya signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,013 < 0,05). Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini bermakna bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar tematik dalam penerapan model pembelajaran discovery learning dan problem based learning.

(22)

based learning sebesar 76,48, afektif sebesar 85 dan psikomotorik sebesar 86,14. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model discovery learning menunjukkan hasil belajar tematik dalam ranah kognitif dan psikomotorik yang lebih tinggi dan unggul dibandingkan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Sedangkan dalam ranah afektif sebaliknya, penerapan model problem based learning menunjukkan hasil belajar ranah afektif yang lebih unggul dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.

Berdasarkan uraian pembahasan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran tematik menggunakan model discovery learning dapat mewujudkan suasana pembelajaran tematik yang aktif, kreatif, menyenangkan dan efektif, melibatkan siswa yang antusias saat mengikuti proses pembelajaran dan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Namun, penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Bagus Pamungkas, A (2016). Model pembelajaran discovery learning pada kelas VIII H mempunyai nilai posttest dan keterampilan lebih rendah yakni 83,87 dan 3,4. Sedangkan model pembelajaran problem based learning pada kelas VIIIGmemiliki nilai posttest dan keterampilan 89,50 dan 3,5. Perbedaan dari kedua kelas tersebut menunjukan bahwa strategi discovery learning kurang efektif dibandingkan problem based learning. Hal ini didukung oleh pernyataan Widjajanti (2009), bahwa dibandingkan pendekatan pembelajaran konvensional, PBL membantu para siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan penalaran.

(23)

belajar dari 86,57% menjadi 97,22%, sedangkan aktivitas belajar dalam kegiatan kelompok keterlibatan siswa juga mengalami peningkatan dari 86,81% menjadi 97,22%. Penelitian dari Widiadnyana dkk (2014)

memerlihatkan bahwa terdapat perbedaan dalam pemahaman konsep IPA dan sikap ilmiah antara siswa yang belajar menggunakan model discovery learning dengan siswa yang belajar menggunakan model pengajaran langsung (F=7,791; p<0,05).

Temuan unggulnya model pembelajaran discovery learning karena terlaksananya langkah-langkah discovery learning dengan baik. Sintaks tersebut adalah mengajukan permasalahan kepada siswa sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menjawab dan mengemukaan pandangannya terhadap permasalahan yang diberikan guru yang selanjutnya akan menjadi hipotesis atau jawaban sementara, hal ini menjadikan siswa dituntut untuk berpikir kritis. Pada pembelajaran ini guru juga mengorganisasikan siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen untuk berdiskusi, siswa dibimbing untuk melakukan simulasi proses terjadinya Siklus Air, memfasilitasi siswa ketika ada hal yang belum dimengerti, menyampaikan hasil diskusi dan percobaan yang telah dilakukan, meminta menghubungkan hipotesis yang telah mereka buat diawal dengan jawaban yang didapat setelah simulasi dan diskusi dan memberikan pembenaran terhadap permasalahan dan konsep yang telah ditemukan siswa mengenai Siklus Air Tanah. Hal tersebut dilakukan agar siswa dapat menemukan sendiri konsep dalam permasalahan. Selain itu, terdapat kelebihan model pembelajaran discovery learning, yakni membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan dan proses kognitif, menguatkan ingatan siswa, menjadikan siswa senang mengikuti pelajaran karena dituntut untuk menemukan sendiri, mengembangkan keterampilan berpikir siswa sesuai dengan kecepatan penangkapan materi dan memungkinkan siswa untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar (Fitri Mariza, 2015: 94).

(24)

dan menghargai pendapat orang lain serta belajar menerima apabila pendapatnya belum diterima. Meskipun demikian, model pembelajaran discovery learning masih memiliki kekurangan dalam pelaksanaannya, yakni pembelajaran ini membutuhkan alokasi waktu yang panjang untuk melakukan pembuktian data yang diperoleh melalui percobaan/praktikum. Sehingga apabila ingin menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran ini harus memperkirakan waktu apakah cukup atau perlu disambung pada pembelajaran selanjutnya.

Hal ini berbeda dengan model pembelajaran problem based learning dimana siswa diberi suatu permasalahan dan melakukan diskusi tentang masalah yang sudah diberikan tanpa diarahkan untuk mencari jawaban sementara yang ada lalu dibimbing untuk menyelesaikan masalah, siswa merasa enggan mencoba ketika tidak memiliki minat dan kepercayaan diri, siswa cenderung memecahkan masalah tanpa pemahaman yang matang sehingga mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Adanya interaksi memungkinkan siswa menjadi lebih santai dalam menerima pelajaran sehingga dapat lebih memahami materi secara lebih mendalam. Dalam pembelajaran model discovery learning siswa senang merasakan atau menemukan sendiri konsep melalui percobaan, sedangkan pada problem based learning siswa hanya menyelesaikan permasalahan bersama kelompok tanpa pemahaman materi dari guru sebelumnya.

Gambar

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kelas Eksperimen
Tabel 4.4 Hasil Observasi Kelas Kontrol
Statistik Deskriptif Tabel 4.5 Pretest
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

(1) Fungsi bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang

Ulkus Diabetikum atau biasa disebut luka diabetikum adalah komplikasi penyakit Diabetes Militus, luka muncul akibat kelainan syaraf dan pembuluh darah yang

Menurut Saudara, aktivitas penting yang perlu dilakukan pada fase identifikasi dalam workshop value engineering pada tahap pelaksanaan proyek bangunan gedung di PT X adalah :

Perawat harus mengantisipasi krisis seperti diagnosis penyakit serius, penyakit yang melemahkan, hospitalisasi karena penyakit akut atau kronis, kehilangan bagian atau fungsi

Bentuk non- test:  Rubrik partisipasi  Rubrik report Bentuk test: Kemampuan mahasiswa dalam mempresentasikan pengelolaan obat dan BMHP dalam bentuk pengenalan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Hasil penelitian dari pengambilan data hasil belajar lompat jauh gaya jongkok untuk aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada siswa kelas V SDN Kabuh I Jombang sebelum (pre