• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisishukum Pidana Hak Imunitas Advokat Dalam Melaksanakan Profesinya Sebagai Penegak Hukum Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisishukum Pidana Hak Imunitas Advokat Dalam Melaksanakan Profesinya Sebagai Penegak Hukum Di Indonesia"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

39 BAB II

PENGATURAN HUKUM TENTANG PELAKSANAAN HAK IMUNITAS ADVOKAT DI INDONESIA

A. Undang-Undang No.1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana

Pekerjaan advokat tidak hanya terdiri atas pemberian nasehat, advokat

untuk kepentingan kliennya mengatur berbagai urusan dengan instansi-instansi

pemerintah atau pihak ketiga lain, berusaha mendamaikan

perselisihan-perselisihan diluar pengadilan, dan dalam perkara pidana membela tertuduh.54

Undang-Undang No.18 Tahun 2003 tentang Advokat yang mengatur

hak-hak advokat diantaranya hak-hak kekebalan hukum (imunitas), kitab undang-undang

hukum pidana (KUHP) juga mengatur tentang hal itu, yakni terdapat di dalam

pasal 50 KUHP salah satu pasal yang memuat tentang alasan pengecualian

hukuman.

Pasal 50 KUHP berbunyi:

barangsiapa yang melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana.”

Pasal ini menetukan pada prinsipnya orang yang melakukan suatu

perbuatan meskipun itu merupakan tindak pidana, akan tetapi karna dilakukan

berdasarkan perintah undang-undang maka si pelaku tidak boleh dihukum.

Asalkan perbuatannya itu memang dilakukan untuk kepentingan umum, bukan

untuk kepentingan pribadi pelaku.55

54

Ko Tjay Sing, Rahasia Pekerjaan Dokter dan Advokat, (Jakarta: Gramedia,1978), hlm. 36.

55

(2)

40

Pasal ini sangat berkaitan erat dengan pasal 15 UU Advokat, yang berbunyi:

Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggungjawabnya dengan tetap berpegang pada profesi dan peraturan perundang-undangan”.56

Artinya bahwa selama advokat menjalankan tugas profesinya dalam hal

membela kepentingan klien maka advokat diberikan kebebasan oleh

undang-undang. Arti bebas adalah tanpa tekanan, ancaman, hambatan, rasa takut atau

perlakuan yang merendahkan martabat, dan kebebasan itu harus tetap dilakukan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kode etik profesi. Dari

pengaturan tersebut terlihat bahwa asas kebebasan diberikan kepada advokat,

yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaannya, sehingga avokat tidak dapat

dituntut dan dihukum dalam melaksankan tugasnya.

Dalam kedudukannya sebagai advokat ketika berhubungan dengan

masyarakat umum mengenai hal-hal yang disampaikan kepadanya, advokat

mempunyai kewajiban hukum untuk menyimpan atau merahasiakannya. Sama

seperti perintah Undang-undang No.18 Tahun 2003 pasal 19 ayat (2)

menentukan:”Advokat berhak merahasiakan hubungannya dengan klien, termasuk

perlindungan akan berkas perkara dan dokumen terhadap penyitaan dan

pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektonik

advokat”.

Perintah KEAI diatur bahwa advokat wajib memegang rahasia jabatan atas

hal-hal yang didapatkan dari kliennya. Dalam pasal 4 huruf h KEAI

ditentukan:”Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang

diberikan oleh klien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu

56

(3)

41

setelah berakhirnya hubungan antara advokat dan klien itu”.57 Dimana seorang

advokat dalam merahasiakan segala sesuatu yang diperoleh dari kliennya,

termasuk perlindungan atas berkas perkara dan dokumen terhadap penyitaan dan

perlindungan terhadap penyadapan komunikasi elektronik advokat, yang mana di

dalam melakukan penyitaan, penyidik berwenang memerintahkan pada orang

yang menguasai benda yang dapat disita itu untuk kepentingan pemeriksaan,

demikian pula surat atau tulisan lain supaya diserahkan kepada penyidik jika surat

atau tulisan itu berasal dari tersangka atau terdakwa atau ditujukan padanya atau

diperuntukkan baginya atau jika benda tersebut merupakan alat untuk melakukan

tindak pidana ( pasal 42 KUHAP).

Dalam hal advokat tidak mau memeberikan persetujuan atas penyitaan dari

tangannya, boleh saja penyidik meminta izin khusus kepada ketua pengadilan

Negeri setempat, hal ini menujukkan bahwa izin yang dimintakan penyidik

memerlukan proses pemeriksaan tersendiri dengan menyampaikan alasannya,

yakni apa relevansi dan urgensinya penyitaan itu perlu tidaknya dilakukan.

Dengan mengingat pasal 43 KUHAP penyitaan surat atau tulisan dari mereka

yang berkewajiban merahasiakan menurut undang-undang, hanya dapat

dilakukan:

1. Tidak menyangkut rahasia Negara

2. Atas persetujuan mereka yang berhak.

3. Dengan izin khusus Ketua Pengadilan Negeri setempat.

4. Undang-undang menentukan lain.

57

(4)

42

dan penyidik juga tidak dapat menuntut advokat dengan tuduhan mencegah atau

menghalang-halangi proses penyidikan sesuai dengan pasal 216 KUHP, karena

advokat didalam menjalankan fungsinya berkewajiban untuk mengupayakan

peradilan yang adil bagi kliennya, termasuk sejak tahap penyidikan, maka dengan

pertimbangannya bisa saja tetap akan berpegang teguh pada haknya yang

dilindungi hukum untuk tidak menyerahkan berkas dan dokumen kliennya sebagai

barang sitaan penyidik, sampai hal itu diperlukan untuk dibuka dalam persidangan

dipengadilan.

Tindakan advokat ini dapat dibenarkan mengingat bahwa kedudukan

undang-undang lebih tinggi dari penetapan izin Ketua Pengadilan, selain itu perlu

dicatat bahwa tinadakan advokat itu dilindungi hukum sesuai pasal 50 KUHP

yang menyebutkan “barangsiapa yang melakukan perbuatan untuk melaksanakan

ketentuan undang-undang, tidak dipidana.” Yang dimaksud “melaksanakan

ketentuan undang-undang” terdapat yurisprudensi yang dikeluarkan oleh Hoge

Raad 26 Juni 1899 menyebutkan”ketentuan undang-undang adalah setiap

peraturan, yang dikeluarkan oleh setiap penguasa yang berwenang menurut

undang-undang, bukan saja peraturan yang dikeluarkan oleh atau berdasarkan

undang-undang negara.

Dengan diundangkannya Undang-undang No 18 Tahun 2003 tentang

Advokat sebagai lex specialis yang mengatur fungsi dan peran advokat dan sekaligus menjamin hak dan kewajiban advokat, maka “kecualai undang-undang

menentukan lain” yang disebutkan dalam pasal 43 KUHAP saat ini sudah tidak

relevan lagi, sebaliknya kalaupun terdapat ketentuan-ketentuan lain yang

(5)

43

diikuti adalah ketentuan undang-undang terakhir sesuai dengan prinsip “hukum

yang kemudian membatalkan hukum yang terdahulu ( “lex posterior derogat legi prior”)58

Tidak dipidananya pelaku dalam hal ini yakni seorang advokat dalam

melaksanakan tugas profesinya juga harus memperhatikan karakter/watak

kepribadian dari pelaku. Apakah advokat memang mempunyai kepribadian dalam

hal menjalankan tugas-tugasnya selalu dalam etikad baik atau tanpa mempunyai

rasa tanggungjawab sama sekali. Jika karakter advokat memang orang yang selalu

menjalankan tugas-tugasnya dengan baik, maka alasan penghapusan pidana dapat

berlaku baginya. Berdasarkan pasal ini dapat dilihat hubungannya dalam

Undang-undang tentang Advokat, bahwa advokat mempunyai kekebalan karena

menjalankan profesinya sesuai yang diatur undang-undang.

B. Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Advokat berstatus sebagai penegak hukum adalah salah satu perangkat

hukum dalam proses peradilan kedudukannya setara dengan penegak hukum

lainnya, menegakkan hukum dan keadilan, lebih tegas lagi adalah salah satu pilar

penegak supremasi hukum dan pelindung hak asasi manusia di Indonesia.

Mengingat pasal 54 KUHAP menyatakan bahwa guna kepentingan

pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari

seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat

pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.

58

(6)

44

Bantuan hukum ini merupakan salah satu perwujudan daripada jaminan

dan perlindungan hak asasi manusia khususnya pencari keadilan untuk

mendapatkan perlakuan secara layak dari para penegak hukum sesuai dengan

harkat dan martabatnya sebagai manusia yaitu dalam bentuk pembelaan terhadap

perkara tersangka oleh penasehat hukumnya.

Untuk memberikan bantuan hukum, maka penasehat hukum mempunyai

beberapa hak yang penting antara lain adalah:

1. Penasehat hukum berhak menghubungi tersangka sejak

ditangkap/ditahan pada semua tingkat pemeriksaan menurut tata cara

yang ditentukan menurut undang-undang (KUHAP)

2. Penasehat hukum berhak menghubungi atau berbicara dengan

tersangka pada setiap tingkat pemeriksaan dan tiapa waktu untuk

kepentingan pembelaannya (pasal 71) ayat (1).

3. Penasehat hukum dapat meminta turunan berita acara pemeriksaan

untuk kepentingan pembelaannya (pasal 72).

4. Penasehat hukum berhak menerima dan mengirim surat kepada

tersangka (pasal 70).59

Pengurangan kebebasan hubungan antara penasehat hukum dan tersangka

dalam pasal 70 ayat 2, ayat 3, ayat 4 dan pasal 71 dilarang, setelah perkara

dilimpahkan oleh penuntut umum kepada Pengadilan Negeri untuk disidangkan.

Kebebasan melakukan pembicaraan tanpa di dengar isi pembicaraan antara

penasehat hukum dengan tersangka dibatasi dalam hal tersangka melakukan

kejahatan terhadap keamanan negara, maka pejabat-pejabat sesuai dengan tingkat

59

(7)

45

pemeriksaan dapat mendengar isi pembicaraan tersebut. Hal ini ditetapkan dalam

pasal 71 ayat 2.60

Didalam proses peradilan, advokat juga diberikan hak untuk mengawasi

jalannya proses peradilan. Advokat harus memastikan bahwa proses peradilan dan

aparat penegak hukum yang dihadapinya selalu menjunjung tinggi prinsip fair trial. Termasuk dalam lingkup ini adalah hak untuk menolak hakim menangani perkara. Hak ini diakui secara universal, sebagaimana diungkapkan dalam

Universal Declaration of the Independence of Justice, dinyatakan:

It is duty a lawyer to show proper respect towards the judiciary. He shall have the right to raise an objection to the participation of a judge in a particular case, or to the conduct of a tral or hearing.

Hak untuk menolak hakim yang dipandang memiliki konflik kepentingan

dalam suatu perkara sudah diakomodasi dalam KUHAP. Pasal 220 KUHAP

membolehkan penasehat hukum terdakwa untuk meminta hakim mengundurkan

diri apabila hakim tersebut dianggap mempunyai kepentingan baik secara

langsung maupun tidak langsung, dengan perkara yang ditanganin. Hal ini adalah

diberinya wewenang bagi advokat melalui keanggotaan melalui Komisi Yudisial

untuk merekomendasikan pengangkatan, pengawasan dan penindakan terhadap

hakim.61

Kedudukan advokat sebagaimana diatur dalam undang-undang advokat

dan hak-hak tersangka dalam kitab undang-undang hukum acara pidana berkaitan

erat dengan penanganan perkara pidana atas diri tersangka, terdakwa. Advokat

tidak bisa lagi dipandang sebagai pelengkap persidangan, sebagai obyek

60

Martiman Prodjohamidjojo, Penasehat dan Bantuan hukum Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1982), hlm.10.

61

(8)

46

penderita dalam persidangan dan kadang-kala dianggap memperlambat dan

mempersulit jalannya persidangan, pandangan seperti ini adalah pandangan yang

keliru dan kaku, karena tidak tahu atau tidak mau tahu apa dan

bagaimana kedudukan para advokat Indonesia sekarang setelah adanya

undang-undang advokat, namun masih ada saja budaya hukum masyarakat tertentu yang

alergi terhadap advokat, ketika tersangka, terdakwa didampingi advokat, lalu

menyuruh tersangka atau keluarganya, agar tidak perlu didampingi advokat, ini

konsep lama mustinya harus ditinggalkan, karena KUHAP sendiri sudah

menjamin hak-hak tersangka, terdakwa, bahwa sejak saat ditangkap,

ditahan dan disidik wajib didampingi penasihat hukum yang berprofesi sebagai

advokat, sejalan dengan perkembangan sistem hukum sekarang dimana setiap

kasus hukum beralasan untuk dibela, karena hukum yang selalu diandalkan netral

dan adil, sama rasa sama rata, namun hukum sering tidak memberikan rasa

keadilan dan tidak netral, hukum seperti belah bambu diangkat

sebelah dan diinjak sebelah yang kadang merugikan mayoritas orang

miskin yang lemah.

Dalam hal mengenai pendampingan atau pemberian bantuan hukum

kepada saksi dalam proses peradilan pidana, meskipun di dalam KUHAP tidak

mengaturnya secara jelas, namun untuk menjadi saksi adalah kewajiban dari

setiap warga negara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 112 KUHAP yang menyatakan:

(1) Penyidik yang melakukan pemeriksaan, dengan menyebutkan alasan pemanggilan secara jelas, berwenang memanggil tersangka dan saksi yang dianggap perlu untuk diperiksa dengan surat panggilan yang sah dengan memperhatikan tenggang waktu yang wajar antara diterimanya panggilan dan hari seorang itu diharuskan memenuhi panggilan tersebut

(9)

47

(2) Orang yang dipanggil wajib datang kepada penyidik dan jika ia tidak datang, penyidik memanggil sekali lagi, dengan perintah kepada petugas untuk membawa kepadanya.

Namun di sisi lain, dalam artikel “Urgensi Pendampingan Saksi oleh

Advokat” advokatBobby R. Manalu berpendapat bahwa pendampingan saksi oleh advokat juga diperlukan guna mencegah para penyidik melakukan aksi

kekerasan baik secara fisik maupun psikologis kepada saksi. Selain itu, masih

menurut Bobby, dalam Pasal 5 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban diatur bahwa dalam kasus-kasus tertentu sesuai

dengan keputusan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, saksi berhak

mendapatkan nasihat hukum.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa yang berhak memberikan

bantuan hukum kepada tersangka dan terdakwa dalam setiap tingkat pemeriksaan

proses peradilan pidana adalah advokat. Kemudian, meski tidak diatur oleh

KUHAP saksi dapat saja didampingi oleh advokat jika diperlukan.62

Disamping peraturan diatas yang berbicara tentang advokat sebagai profesi

yang berdasarkan keahlian dan kepercayaan yang mendapatkan hak imunitas atau

kekebalan hukum, juga sama halnya terdapat pengaturannya tentang hak yang

diberikan kepada advokat yang lazim dinamakan verschon-ingsrecht merupakan pembebasan dari kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai saksi, yang

termuat dalampasal 170 ayat 1 KUHAP menentukaan bahwa “mereka yang

karena pekerjaan, harkat martabat dan jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia,

dapat dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai saksi

62

(10)

48

yaitu hal yang dipercayakan kepada mereka”. Akibat dari pelanggaran atas

ketentuan ini diatur dalam pasal 322 KUHP, lengkapnya berbunyi:” barang siapa

dengan sengaja membuka rahasia yang disimpannya karena jabatan dan

penchariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana

pencara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak sembilan ribu

rupiah”.

Dalam penjelasan pasal 170 ayat 1 KUHAP menyebutkan “pekerjaan atau

jabatan yang menentukan adanya kewajiban untuk menyimpan rahasia ditentukan

oleh peraturan perundang-undangan”. Dalam undang-undang advokat ditentukan

bahwa advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui karena

profesinya.63

Dalam pemeriksaan pendahuluan dalam konteks penyidikan pada pasal

120 KUHAP disebutkan pula soal verschon-ingsrechtdalam hal keterangan ahli yang diperlukan oleh penyidik. Dikatakan dalam pasal 120 KUHAP tersebut

bahwa penyidik dapat meminta keterangan ahli ataupun dari orang yang

mempunyai keahlian khusus, ahli tersebut harus diangkat sumpah ataupun

mengucapkan janji bahwa ia akan memberikan keterangan menurut

pengetahuannya yang sebaik-baiknya.

Ada sesuatu kekecualian dari keterangan ahli tersebut yang bersangkutan

dengan verschon-ingsrecht, dimana apabila disebabkan karena harkat, martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan menyimpan rahasia- termasuk di

dalamnya advokat-yamg meajibkan ia menyimpan rahasia dan karena dapat

63

(11)

49

menolak untuk memberikan permintaan dalam memberikan keterangan yang

dimintanya.

Dalam kedua pasal tersebut pasal 120 dan pasal 170 KUHAP, advokat

tersebut wajib menyimpan rahasia karena pekerjaan, jabatan, atau harkat, martabat

dan mempunyai verschon-ingsrechtdari pemberian keterangan kesaksian dan keahlian tersebut.

Sehingga seorang advokat tidak dapat dituntut ex pasal 244 KUHP yang

memidanakan mereka yang dipanggil sebagai saksi dengan sengaja tidak

memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang.64

Oleh karena itu, apabiala ada panggilan untuk menjadi saksi atas

keterangan yang diberikan kepadanya secara rahasia, seorang profesional dapat

menolaknya, sebab apabila rahasia itu dibuka maka akan menjadi suatu delik.

Terlihat jelas dari uraian diatas, bahwa KUHAP mengatur banyak hal tentang

ha-hak kekebalan advokat atau yang biasa disebut dengan ha-hak imunitas advokat.

C. Undang-Undang No.18 Tahun 2003 tentang Advokat

Bersumber pada undang-undang No.18 Tahun 2003 tentang Advokat,

maka pengakuan atas hak dan peran advokat sebagai bagian dari sistem hukum

dan peradilan harus dihormati semua pihak dan aparat penegak hukum lainnya,

terutama dalam kesetaraan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing. Dengan adanya payung hukum bagi profesi advokat berdasarkan

undang-undang No.18 Tahun 2003 tentang Advokat, maka hak advokat yang

boleh dikatakan paling sentral adalah dimilikinya hak kekebalan hukum

64

(12)

50

(immuniteit) untuk tidak dapat dituntut baik secara pedata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan itikad baik dalam sidang pengadilan, hak

kekebalan ini terkait dengan pengakuan bahwa advokat tidak dapat diidentikkan

dengan kliennya oleh pihak yang berwenang atau masyarakat.65

Pengaturan tentang hak imunitas advokat dapat disimak dan dipahami

dengan lebih mendalam dari pasal 14 hingga pasal 19 Undang-Undang No.18

Tahun 2003, tepatnya bab IV tentang hak dan kewajiban. Secara umum dapat

dikatakan bahwa hak imunitas muncul dari hak (right) dan kewajiban (duty) advokat dalam melakukan tugas-tugasnya,66 yang secara tegas menyatakan,

bahwa Advokat bebas untuk mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam

membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam Sidang Pengadilan.

Maksud dari kata bebas dalam hal ini adalah tanpa adanya tekanan, ancaman,

hambatan, tanpa adanya rasa takut, atau perlakuan yang merendahkan harkat dan

martabat profesi advokat. Selain itu pula Advokat bebas dalam menjalankan tugas

profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap

berpegang pada Kode Etik Profesi dan peraturan perundang-undangan.67

Selengkapnya pasal 16 Undang-undang Advokat berbunyi:

”Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan etikad baik untuk membela kepentingan kilen dalam sidang pengadilan”.68

Hak kekebalan (immuniteit) untuk tidak dapat dituntun baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya untuk kepentingan

65

Zulkifli,dkk.,Eksistensi Pasal 19 UU Advokat dan Kaitannya dengan Upaya Paksa Penyitaan yang Dimiliki oleh Penyidik, (Medan: Kantor Hukum Zulkifli Nasution & Rekan, 2006), hlm. 2-3.

(13)

51

pembelaan kilen dalam sidang pengadilan. Dengan penyandang status sebagai

penegak hukum, peran advokat memiliki kebebasan dan kemandirian yang

dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan.

Artinya, eksistensi advokat bukan lagi hanya sekedar profesi memberikan

jasa hukum, tanpa jaminan kemandirian yang dilindungi undang-undang, tetapi

sudah menjadi salah satu perangkat keadilan dalam proses peradilan yang

mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam menegakkan

hukum dan keadilan, bebas dari tekanan, ancaman, hambatan, dan rasa takut atau

perlakuan yang merendahkan harkat martabat profesinya.

Dalam dokumen Internasional, ada tiga prinsip universal yang dinyatakan:

1. Basic Principles on the Role of Lawyer, yang merekomendasikan kepada negara-negara anggota PBB untuk memberikan perlindungan terhadap advokat-advokat dari hambatan-hambatan dan tekanan dalam melaksanakan fungsinya.

2. Dalam IBA standart (butir ke-8) disebutkan: seorang advokat tidak boleh dihukum atau diancam hukuman, baik itu hukum pidana, perdata, administratif, ekonomi, maupun sanksi atau intimidasi lainnya dalam pekerjaan membela dan memberi nasehat kepada kliennya secara sah.

3. Deklarasi dari”the World Conference on the Independence of Justice” yang mendorong kebebasan advokat dalam mrnjalankan fungsinya dengan menyatakan bahwa harus ada sistem yang adil dalam peradilan administrasi yang menjamin independensi advokat dalam melaksanakan tugas profesionalnya tanpa adanya hambatan, pengaruh, pemaksaan, tekanan, ancama dan intervensi.69

Dengan demikian yang dimaksud dengan hak imunitas adalah kebebasan

dari advokat untuk melakukan atau tidak melakukan setiap tindakan dan

mengeluarkan atau tidak mengeluarkan pendapat, keterangan atau dokumen

kepada siapapun dalam menjalankan tugas profesinya, sehingga dia tidak dapat di

hukum sebagai konsekuensi dari pelaksanaan tugas profesinya.70

69

Daniel S.Lev, op.cit., hlm. 88.

70

(14)

52

Oleh karena itu seorang Advokat tidak dapat dituntut baik secara Perdata

maupun Pidana dalam menjalankan tugas profesinya yang didasarkan pada itikad

baik untuk kepentingan pembelaan Kliennya. Maksud Itikad baik disini adalah

menjalankan tugas profesi demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk

membela kepentingan Kliennya dalam setiap tingkat peradilan di semua

lingkungan peradilan.

Selain itu berdasarkan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Advokat, bahwa

Advokat tidak dapat diidentikkan atau disamakan dengan kliennya yang diwakili

atau dibela.71 Advokat berhak untuk membela siapapun kliennya, termasuk

penjahat kelas kakap yang telah dihujat oleh banyak orang dan tetap

melaksanakan prinsip yakni setiap orang berhak untuk mendapatkan pembelaan

hukum secara wajar, yang memang diakui oleh setiap hukum yang modern di

dunia ini, termasuk hukum Indonesia. Jika advokat membela kliennya yang

merupakan penjahat besar misalnya, advokat tersebut tidak boleh dikucilkan atau

dihujat seperti mengucilkan dan menghujat kliennya. Seperti telah disebutkan

bahwa sekali advokat memegang suatu perkara, meskipun kliennya tidak popular

dan penjahat yang dicaci maki oleh masyarakat, advokat tetap harus memberikan

jasa hukum sebaik mungkin sesuai prinsip-prinsip professional, intelektualitas,

dan emosional. Disamping itu setiap orang berhak untuk mendapatkan bantuan

hukum, meskipun orang tersebut merupakan penjahat besar, berdasarkan prinsip

hak setiap orang untuk mendapatkan bantuan hukum tersebut tidak dapat

dipersalahkan.

71Ibid

(15)

53

Karena itu, dalam mempertahankan atau memperjuangkan hak tersebut,

advokat tidak boleh menjadi pihak yang terkena imbas dari sesuatu yang

diperjuangkan atau yang dipertahankan baik secara pidana atau perdata. Idang

Sebagaimana telah dikatakan, dalam melakukan pekerjaannya dalam

bidang litigasi maupun non-litigasi, seorang advokat bertugas mempertahnkan hak

subjek hukum perseorangan (naturljke Persoon) maupun subjek hukum berupa badan hukum (rechtpersoon). Hak yang dipertahankan advokat adalah hak absolut dan hak relatif.

Hak absolut adalah hak yang memberi kewenangan bagi pemiliknya,

dalam hal ini klien, untuk melakukan sesuatu yang pada dasarnya dapat

melaksanakan dan melibatkan setiap orang. Hak relatif adalah kewenangan

pemegang hak menuntut orang tertentu yang terlibat dalam hubungan hukum

tertentu.72

Disamping itu, undang-undang ini juga mengatur hak imunitas lainnya

yaitu hak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk perlindungan atas

berkas dan dokumen terhadap penyitaan dan pemeriksaan seperti yang diatur pada

pasal 19 ayat Undang-undang advokat, yang menegaskan sebagai berikut:

(1) Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.

(2) Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien termasuk perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan dan pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektonik advokat.

Ketentuan ini merupakan pencerminan perlindungan hak asasi dalam

rangka the rule of law yanga dalam hal ini merupakan perlindungan terhadap

72Ibid.,

(16)

54

dokumen dan berkas hak milik klien dari seorang advokat. Perlindungan ini juga

merupakan hak seseorang adalah sebagai yang menjalani kuasa, mewakili,

mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan

hukum kliennya.73 Selain itu advokat juga mempunyai hak kebebasan

mengeluarkan pendapat dan perkara di sidang pengadilan yang menjadi

tanggungjawabnya (pasal 14-15) oleh karena advokat berhak memperoleh

informasi, data dan dokumen lainnya, baik dari instansi pemerintah maupun pihak

yang berkaitan dengan kepentingan yang diperlukan untuk pembelaan kliennya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.74

Mengenai hak imunitas juga diatur dalam BAB VII pasal 9, Kode Etik dan

Ketentuan tentang Dewan Kehormatan Advokat/ Penasehat hukum Indonesia

yakni:

1. Profesi Advokat/ Penasehat Hukum adalah profesi yang mulia dan terhormat (officum nobile), menjalankan tugas pekerjaan menegakkan hukum, keadilan dan kebenaran, sejajar selaku penegak hukum dipengadilan bersama jaksa dan hakim (officer’s of the

courth) yang dalam tugas pekerjaannya dibawah lindungan hukum dan undang-undang.

2. Advokat/ Penasehat Hukum tidak dapat diperksa sebagai tersangka oleh yang berwajib dalam perkara dari klien yang ditangani.

3. Advokat/Penasehat Hukum memilki imunitas hukum secara perdata dan pidana baik dalam membuat statemen (pernyataan-pernyataan) yang dibuat dalam etiakad baik maupun dalam pledoi (pembelaan hukum), tertulis atau lisan, ataupun didalam penampilannya dimuka pengadilan, tribunal ataupun otoritas hukum ataupun otoritas administrasi.75

73

H.Zulkifli, op.cit., hlm. 19.

74Ibid.,

hlm. 3.

75

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Menurut Rozinah Jamaludin (2000), “kita mestilah melihat kepada fenomena dalam sistem pendidikan baru yang merangkumi bagaimana fenomena itu distrukturkan , apa yang

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia sebagai satu standar umum keberhasilan untuk semua bangsa dan semua negara, dengan tujuan agar setiap orang dan

3.500,- dengan rata-rata produksi yang dihasilkan per tahun sebanyak 16.000 Kg/tahun, sehingga total rata- rata penerimaan petani per tahun di Kecamatan Rimba

Adapun personel yang ditugaskan dalam kegiatan short term training untuk Radar Antenna Technician adalah 1 orang peneliti dari BPOL yaitu Teguh Agustiadi, S.T dan 1

1 Penelitian yang menilai intensitas nyeri menggunakan VAS pada subjek yang menjalani operasi laparatomi ginekologis menunjukkan pemberian parecoxib Na 40 mg pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi promosi yang tepat dalam menghadapi persaingan pegadaian pada Kantor Pegadaian Nusukan Surakarta. Permasalahan dalam