• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Kajian Persepsi Pemangku Kepentingan Dalam Perda Nomor 2 Tahun 2012 Terhadap Upaya Pelestarian Bangunan Bersejarah Di Kesawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Kajian Persepsi Pemangku Kepentingan Dalam Perda Nomor 2 Tahun 2012 Terhadap Upaya Pelestarian Bangunan Bersejarah Di Kesawan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya, bahwa bangunan cagar budaya adalah bangunan buatan manusia, berupa kesatuan atau kelompok atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Seluruh bangunan cagar budaya dilindungi hukum dalam pengelolaan mencakup segala proses perlindungan, pelestarian, pemeliharaan dan pemanfaatan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya, agar makna budaya yang dikandungnya terpelihara dengan baik. Setiap kota terbentuk dari perkembangan wilayah atau kawasan yang meliputi kawasan historis yang di dalamnya terdapat bangunan cagar budaya. Kota-kota di Indonesia khususnya pada umumnya terbentuk dari kolonialisme Belanda, seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan. Kolonialisme Belanda memberikan citra bangunan yang hingga kini telah mencapai usia yang lebih dari 50 (lima puluh) tahun dan layak mendapat perlindungan dari nilai yang dikandungnya

(2)

Perda Nomor 2 Tahun 2012 ini adalah kawasan kota lama di Kesawan. Berawal dari kampung, Belanda memperoleh konsesi dari Kesultanan Deli untuk membuka lahan perkebunan di sekitar kampung Kesawan, hingga Belanda memindahkan pusat administrasi dekat dengan daerah Kesawan. Sejak saat itu aktivitas dan perkembangan fisik, sosial, dan ekonomi bertumbuh dengan cepat. Sekarang, Kesawan mengalami permasalahan yang serius ditandai dengan identitas kawasan bersejarah yang terkikis. Banyak warisan dan bangunan pusaka yang memiliki nilai signifikan sudah berganti menjadi bentuk dan tampilan bangunan yang baru yang tidak tanggap terhadap nilai kesejarahannya. Perubahan yang tidak mengacu kepada Perda Nomor 2 Tahun 2012 ini belum mendapat perhatian serius dari pemangku kepentingan di dalamnya mengingat posisi yang strategis di inti Kota Medan. Akibatnya, banyak terjadi erosi identitas lingkungan dan kota, karena elemen-elemen khas yang menciptakan wajah kota yang berpribadi, yang seharusnya dilindungi dan dikembangkan, sedikit demi sedikit keropos, tergusur, dan hancur terlanda tekanan pembangunan yang luar biasa kuatnya (Budihardjo, 2004). Perlindungan dan pengembangan tersebut memberi kesan persepsi bahwa pemangku kepentingan bangunan cagar budaya tidak ingin melestarikan kesejarahannya.

(3)

yang berpersepsi kegiatan pelestarian semata-mata dari sisi pengawetan bangunan kuno secara terpisah, individual, lepas-lepas, dalam wujud semacam benda-musium. (Budihardjo, 1993). Sedangkan pasal-pasal dalam Perda telah mengikat peran pemangku kepentingan untuk memahami tindakan pelestarian. Masalah eksternal dapat diamati pula melalui peta investasi pembangunan yang terjadi dalam kurun waktu satu dekade belakangan. Dalam analisis pengamatan di lapangan, dilihat dari radius 500 meter dari titik pusat kawasan Kesawan, terdapat banyak bangunan komersil baru yang mengepung Kesawan seperti Merdeka Walk, Aston Hotel, dan lain sebagainya. Dalam radius 1000 meter, ditemukan lebih banyak lagi pembangunan superblok, retail, hotel, office tower dan apartemen. Dalam radius 1500 meter hingga 2500 meter ditandai dengan rencana pengembangan CBD Polonia.

(4)

memiliki kekuatan hukum sejak tahun 1988, namun hingga tahun 2010 ditemukan banyak penyimpangan dari kebijakan tersebut. Hasti Tarekat (2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa sosialisasi Perda No. 6 Tahun 1988 dalam bentuk penyuluhan baik kepada pemangku kepentingan dan pengelola bangunan cagar budaya termasuk dalam kategori rendah, dan pelaksanaan Perda ini dalam upaya menciptakan kelestarian bangunan cagar budaya di kota Medan belum efektif. Akibatnya, regulasi menjadi barang baru yang membuat pemangku kepentingan tidak ingin memikirkan dan mempertimbangkan substansi peraturannya. Sedangkan status sebagai orang yang memiliki bangunan tersebut adalah pelaku utama yang menjadi objek peraturan agar dapat dimengerti keinginan dan pemahaman akan suatu peraturan. Persepsi masyarakat lokal (first person perception) dalam hal ini adalah prediksi yang paling kuat untuk mengetahui apakah peraturan tersebut dapat berlaku dan terlaksana, dibandingkan persepsi pengunjung (third person perception) di luar pemangku kepentingan, karena pengunjung tidak mengalami kerugian material pada diri mereka apakah itu tindakan legal maupun ilegal. Untuk dapat mengetahui apakah pemangku kepentingan bangunan cagar budaya ini mendukung kebijakan pemerintah hanya dapat dilihat dari apakah produk hukum itu sendiri mendukung kegiatan dan persepsi pemangku kepentingan bangunan (Yang, 2005).

(5)
(6)

ruang tersebut. Kevin Lynch dalam bukunya What Time is This Place? (MIT Press 1972) mengatakan bahwa identitas kota adalah persepsi yang terbentuk dari ritme biologis tempat dan ruang tertentu yang mencerminkan waktu (sense of time), yang ditumbuhkan dari dalam secara mengakar oleh aktivitas sosial-ekonomi-budaya masyarakat kota itu sendiri (Budihardjo, 2004).

(7)
(8)

dengan memberikan komentar dan pendapatnya. (iii) produk rencana kota harus dipublikasikan, terutama bagi penduduk kota yang bersangkutan (yang banyak kemungkinan akan menjadi sasaran program dan kebijakan yang digariskan). Bahkan secara legal pun dituntut dan diharuskan adanya publisitas tentang perencanaan kota, adanya pemeriksaan oleh publik, dan adanya diskusi/konsultasi dengan masyarakat. Itu semua tercantum dalam Planning Law. Tanpa bukti adanya aspirasi penduduk (persepsi pemangku kepentingan), rencana kota belum dapat disahkan. Jadi, peran serta penduduk secara aktif bukan lagi sekedar unsur pelengkap dalam proses perencanaan kota tetapi sudah menjadi suatu unsur fundamental (Budihardjo, 2004).

(9)
(10)

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana persepsi pemangku kepentingan dalam Perda Nomor 2 Tahun 2012 terhadap upaya pelestarian bangunan bersejarah di Kesawan?

1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian

Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji persepsi para pemangku kepentingan bangunan. Dengan pendekatan persepsi kepentingan dan kepuasan pemangku kepentingan, penelitian ini tidak berada dalam ranah pembahasan pola perilaku manusia dan ruang (personal space, teritori, crowd, dan lain sebagainya). Penelitian ini tidak melibatkan kajian langgam ornamen dan dekorasi fisik fasade, analisis wajah kota, dan garis langit. Kajian persepsi dinilai berdasarkan pada substansi Perda No. 2 Tahun 2012 tentang upaya pelestarian dan bukan merupakan uji publik terhadap pasal per pasal dari perda.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Menemukan persepsi pemangku kepentingan dalam Perda Nomor 2 Tahun 2012 terhadap upaya pelestarian bangunan bersejarah di Kesawan.

1.5 Manfaat Penelitian

(11)

1. Mengembangkan konsep pengembangan wisata sejarah yang memberi dampak ekonomi yang positif bagi pendapatan asli daerah dan masyarakat. 2. Menumbuhkan kesadaran pemangku kepentingan bangunan cagar budaya

untuk berpartisipasi dalam program pelestarian kawasan cagar budaya, dan mendorong pemerintah untuk memberikan insentif kepada pemangku kepentingan bangunan cagar budaya (keringanan PBB, subsidi, dsb).

3. Memberikan rekomendasi bagi perencana dan perancang kota untuk memberikan pendekatan edukatif dan pentingnya nilai/makna sejarah kepada para pemangku kepentingan/pengelola bangunan terkait pentingnya preservasi cagar budaya Jalan Ahmad Yani kawasan Kesawan.

4. Memberikan usulan untuk pemerintah kota dalam penyusunan regulasi peraturan daerah yang baru dengan lebih tegas dan melibatkan partisipasi pemangku kepentingan/pengelola bangunan.

5. Memberikan masukan bagi penyusunan RTBL Kelurahan Kesawan.

6. Menjadi acuan untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai preservasi kawasan Kesawan pada khususnya dan kawasan bersejarah di Kota Medan pada umumnya.

1.6 Kerangka Berpikir

(12)
(13)

Gambar 1.1 Skema kerangka berpikir Sumber: Interpretasi peneliti

Kajian Literatur Kebijakan

Kawasan Kesawan

Perubahan bangunan cagar budaya

Permasalahan Eksternal

Potensi ekonomi dan investasi,

Pertanyaan Penelitian

Bagaimana persepsi pemangku kepentingan terhadap upaya pelestarian

Tujuan Penelitian

Mengkaji persepsi pemangku kepentingan dalam Perda 2/2012

h d l i

Analisis

Persepsi pemangku kepentingan dalam Perda 2/ 2012 terhadap l i

Persepsi Pemangku Kepentingan dalam Perda 2/2012terhadap upaya pelestarian

(14)

1.7 Sistematika Penelitian

Sebagai sebuah penelitian, struktur tesis ini dijabarkan dalam bagian-bagian yang runtut dalam bab-bab yang menjadi isi tesis, yakni sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, memuat dasar dan alasan serta argumentasi pentingnya dilakukan penelitian yang dijabarkan dengan jelas.

Bab II Tinjauan Pustaka, memuat tentang kajian kepustakaan yang menimbulkan gagasan atau mendasari kegiatan yang dilaksakanan.

Bab III Metoda Penelitian, memuat tentang teknik dan cara urutan pelaksanaan penelitian.

Bab IV Kawasan Penelitian, memuat tentang gambaran khusus dan detail tentang kawasan yang diteliti.

Bab V Hasil dan Pembahasan, memuat tentang analisis data tentang persepsi pemangku kepentingan bangunan cagar budaya terhadap upaya pelestarian dalam regulasi.

Gambar

Gambar 1.1 Skema kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan penelitian dilakukan dengan menghitung utilitas gudang pada layout awal, perhitungan frekuensi perpindahan, perhitungan jumlah tempat penyimpanan, perhitungan jarak

Pada teknik kualitatif, penelitian menggunakan data primer dengan cara wawancara pada seluruh bidan di ruang bersalin dan para stakeholder (6 orang) tentang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis keterlaksanaan model pembelajaran creative problem solving dan pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2015. :

Berdasarkan perhitungan pada tabel model summary b nilai Adjusted R square sebesar 0,769. Artinya variabel independen yang terdiri variabel Budaya Organisasional, Motivasi,

[r]

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B4, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

penelitian dengan judul “Rekayasa CD-ROM Berbasis Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran Analyse Grammaticale ”. 1.2 Batasan dan