• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN KONSTRUKSI JALAN YANG UMUM DIPERGUNAKAN DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAHAN KONSTRUKSI JALAN YANG UMUM DIPERGUNAKAN DI INDONESIA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB

I I I .

BAHAN KONSTRUKSI JALAN YANG UMUM

DI PERGUNAKAN DI I NDONESI A

3.1. Aspal

Aspal adalah suatu campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral, bitumennya sendiri adalah bahan berwarna coklat hingga hitam, keras hingga cair, mempunyai sifat lekat yang baik, larut dalam CCl4 dengan sempurna dan tidak larut dalam air.

1) . Fungsi Utama Aspal

Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu - lintas (water proofing, protect terhadap erosi).

2) . Jenis Aspal

Aspal yang digunakan sebagai bahan untuk jalan biasanya terdiri dari : a). Aspal Alam

Menurut sifat kekerasannya dapat berupa :

o

Batuan = Asbuton.

o

Plastis = Trinidad.

o

Cair = Bermuda.

Menurut kemurniannya terdiri dari :

ƒ

Murni = Bermuda.

ƒ

Tercampur dengan mineral lain = Trinidad.

b). Aspal Buatan.

Jenis aspal ini dibuat dari proses pengolahan minyak bumi, jadi bahan baku yang dibuat untuk aspal pada umumnya adalah minyak bumi yang banyak mengandung aspal.

(2)

ƒ

Aspal Keras

ƒ

Aspal Cair.

ƒ

Aspal Emulsi.

ƒ

Ter.

(3)

Sifat - sifat tersebut itu dipakai untuk menentukan sifat (mutu) bahan yang akan dipakai di lapangan serta tipe konstruksi yang akan digunakan. Kepekaan terhadap suhu adalah hubungan antara penetrasi dan titik lembek aspal yang dinyatakan dengan PI (Penetrasi I ndeks).

Dengan kata lain aspal untuk jalan harus sedikit terpengaruh oleh suhu, tetapi tidak boleh terlampau besar (lembek terjadi rating) dan tidak boleh terlalu kaku (rigid mudah retak).

Agar bitumen (aspal) dapat dipergunakan dengan baik : 1. Bitumen harus dapat menjadi cair.

2. Melekat dengan balk pada batuan.

3. Menjadi cukup keras sehingga campuran batuan dan pelekatan (aspal) setelah dicampur dan dipadatkan tidak berubah.

4. Cukup lunak sehingga campuran batuan dan pelekatan (aspal) setelah dicampur dan dipadatkan tidak berubah.

5. Cukup lunak sehingga campuran batuan dan pelekat pada suhu rendah tidak menjadi rapuh atau terjadi kerusakan.

(4)

3) . Aspal Keras

Aspal keras merupakan aspal buatan yang dihasilkan dari destilasi minyak bumi dan aspal yang dihasilkan dapat dibedakan berdasarkan tingkat

kekerasannya.

Kekerasan Aspal dapat dibedakan sebagai berikut :

Pen 40 40 - 59 Pen 60 60 - 79 Pen 80 80 - 99 Pen 120 120 - 150 Pen 200 200 - 300

(Angka penetrasi makin besar aspalnya makin lunak).

Tabel 3.1. Penggunaan Aspal Keras.

I KLI M

PERKERASAN Panas Panas Sedang Dingin

(5)

4) . Aspal Cair

Aspal cair adalah merupakan aspal yang dihasilkan dengan cara mencampurkan aspal keras dengan minyak dan tingkatan cair ditentukan berdasarkan :

a). Kecepatan Menguap.

ƒ

RC : Rapid Curing

(untuk aspal cair angka - angka ini menunjukan viscositas), (cst = centistokes satuan viscositas kinematik).

c). Jenis Bahan Pelarut.

ƒ

RC

ƒ

MC

dari Aspal Cair + premium dari aspal + kerosin

ƒ

SC dari aspal + solar.

d). Aspal Emulsi.

(6)

Aspal emulsi ini dibuat dengan cara mencampurkan aspal keras, air dan bahan pengemulsi, maka cara pencampurannya dimana aspal, air masing – masing dipanaskan dan dengan bahan pengemulsi dicampurkan menjadi satu pada suatu tempat.

Aspal emulsi dapat dibedakan sebagai berikut : a. Menurut )enis Muatannya

ƒ

Kationik (+ )

ƒ

Anionik (-)

b. Menurut Kecepatan Mengendap

ƒ

CRS : Rapid Setting dengan emulgator = 0,20 – 0,75 % .

(tanda 1, 2, h, membedakan kekerasannya). d. Menurut Pembuatannya.

ƒ

Aspal Emulsi = Aspal + Air + Emulgator + Stabilator

ƒ

Aspal Kationik = Aspal + Air + Emulgator basa (+ )

ƒ

Aspal Anionik = Aspal + Air + Emulgator asam (-)

Alasan – alasan testing mutu aspal emulsi :

1. Untuk menentukan/ mengukur sifat – sifat aspal emulsi dalam penyimpanan dan pemakaian di lapangan.

2. Untuk mengontrol kualitas dan uniform (meratanya) selama pemakaian dan perdagangan dalam pabrik.

(7)

6) . Asbuton.

Asbuton adalah jenis aspal alam yang berupa batu dan terdiri dari mineral dan bitumen. Mineral dalam asbuton terdiri dari kapur yang berasal dari endapan binatang - binatang laut yang terutama mengandung kalsium, Silikat, Karbonat, Belerang dan lain - lain.

Asbuton berasal dari endapan minyak bumi yang mengalami kadar asphaltene dalam bitumennya jauh lebih tinggi dan kadar maltene jauh lebih rendah dibanding dengan aspal minyak. Karena hal itu, maka bitumen asbuton mempunyai sifat yang mendekati sifat asphaltene, sifat itu yang terpenting antara lain :

ƒ

Daya lekat yang tinggi.

ƒ

Kepekaan terhadap perubahan suhu rendah sekali.

Sifat umum Asbuton

ƒ

Mengandung kadar bitumen yang berbeda - beda antara 10 - 30 % dengan

penetrasi antara 3 - 10.

ƒ

Mengandung mineral dari ukuran debu sampai dengan ukuran pasir yang sebagian

besar merupakan mineral kapur.

ƒ

Asbuton keras seperti batu dan mudah dipengaruhi panas antara lain :

a. Sampai suhu 30° C, rapuh dan mudah pecah.

b. Antara suhu 30° C - 60° C, agak plastis sukar pecah.

c. Antara suhu 60° C - 100° C, agak plastis sukar pecah menjadi lempengan. d. Bila di panaskna 100° C, asbuton akan hancur.

e. Pada suhu ± 280° C, asbuton akan terbakar.

Asbuton keras, tetapi porous mudah diresapi :

(8)

Asbuton mempunyai ukuran butiran dari ukuran pasir sampai dengan bongkahan, sehingga menyulitkan dalam pelaksanaan. Besar kecilnya ukuran asbuton menentukan kemudahan dalam pelaksanaan yang antara lain :

o

Penyerapan cairan Flux.

o

Homogenitas campuran.

Sifat Asbuton Dalam Campuran.

1. Asbuton berperan sebagai :

ƒ

Bahan pengikat, karena adanya bitumen.

ƒ

Bahan pengisi, karena adanya mineral dalam asbuton.

2. Asbuton bukan benda cair seperti aspal minyak, sehingga menimbulkan beberapa kesukaran dalam pelaksanaan antara lain :

ƒ

Memerlukan cara yang khusus, agar diperoleh derajat kepadatan yang

memadai.

ƒ

Homogenitas campuran yang dapat dicapai tidak seperti pada aspal minyak.

3. Untuk meremajakan bitumen asbuton Æ diberi Flux oil.

Jenis Produk Asbuton.

(9)

Klasifikasi menurut ukuran mineral ;

a. Mineral berukuran debu sampai ukuran pasir halus (antara No. 8 - No. 200 - rock aspal).

b. Mineral berukuran debu, pasir halus sampai pasir kasar (sandy asphaltic rock). c. Mineral berukuran debu, pasir halus, pasir kasar dan kerikil (conglomerat asphaltic

rock).

Klasifikasi menurut jenis kapur ;

a. Mineral dari kapur globegerine (fosil binatang laut).

ƒ

Bentuk seperti batu warna hitam.

ƒ

Pada udara dingin rapuh dan mudah pecah

ƒ

Pada udara agak plastis sukar di pecah.

b. Mineral dari kapur merge) (kapur mengandung lempung)

ƒ

Benda plastis berwarna hitam.

(10)
(11)

3.2 Agregat.

Agregat merupakan bahan utaman yang turut menahan beban yang diderita oleh bagian perkerasan jalan, juga dalam pelaksanaan perkerasan, dimana digunakan bahan pengikat aspal, sangat dipengaruhi oleh mutu aggregat. Banyaknya agregat yang dibutuhkan dalam pencampuran perkerasan pada umumnya berkisar antara 90% - 95% atau 75% - 85% dari volume campuran dan berat total campuran.

Agregat adalah suatu bahan keras dan kaku yang digunkan sebagai bahan campuran, yang terdiri dari berbagai jenis butiran atau pecahan, termasuk di dalamnya pasir, kerikil, aggregat pecah, terak dapur tinggi dan abu.

Agregat pada umumnya terdiri dari :

ƒ

Agregat Alam

Aggregat yang diperoleh/ dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau dengan sedikit proses pengolahan.

ƒ

Agregat Buatan

Aggregat yang berasal dari batu – batu gunung (ukuran besar), sehingga perlu melalui proses pemecahan aggregat biasanya dipergunakan alat sederhana atau juga pemecah batu (stone crusher).

Aggregat alam menurut pembentukannya dapat dibagi atas

ƒ

Agregat/ batuan endapan, yang berasal dari campuran partikel mineral, sisa – sisa

hewan dan tanaman. Pada umumnya merupakan lapisan pada kulit bumi, hasil endapan di danau, laut dsb. (contoh ; batu pasir, batu bara, batu gaping, dll).

ƒ

Agregat/ batuan beku, yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku.

Umumnya batuan ini berbutir halus seperti batu apung, andesit basalt, dll.

ƒ

Agreaat/ batuan Methamorpik, yang berasal dari batuan sedimen ataupun batuan

beku yang mengalami proses perubahan bentuk akibat adanya perubahan tekanan, temperatur dari kulit bumi (contoh ; batu marmer, batu sabak, dll.)

(12)

o

Aggregat kasar (Kerikil), tertahan saringan no. 8.

o

Aggregat halus (Pasir) I olos saringan no.8.

o

Bahan pengisi/ Filler ; termasuk aggregat halus yang sebagian besar lolos saringan no. 200.

Gambar 3.3. Jenis Aggnegat Berdasarkan Ukuran

Pemilihan aggregat yang akan digunakan sebagai bahan perkerasan jalan tergantung dari :

o

Tersedianya bahan setempat.

o

Mutu bahan.

o

Bentuk/ jenis konstruksi yang akan digunakan.

UKURAN DAN GRADASI AGGREGAT.

Gradasi adalah jumlah prosentase butiran tertentu yang melewati ukuran saringan tertentu. Kita mengenal beberapa macam gradasi, adapun gradasi tersebut sebagai berikut :

ƒ

Gradasi Baik ( Well Graded)

Aggregat yang bergradasi balk, mempunyai susunan ukuran butiran dari butiran halus hingga butiran kasar dengan jumlah proporsional.

ƒ

Gradasi Senjang ( Gap Graded)

(13)

ƒ

Gradasi Seragam ( Uniform Graded)

Aggregat yang bergradasi seragam, mempunyai kesamaan ukuran butiran (ukuran tunggal) sebagaimana terlihat pad gambar 3.4. dibawah ini.

Gambar 3.4. Berbagai macam Tipe Gradasi

Tabel 3.2 Sifat - Sifat Yang Dimiliki Ketiga Gradasi

Gradasi Seragam

Gradasi Baik

Gradasi ] elek

ƒ Kontak antar butir balk ƒ Kontak antar butir baik ƒ • Kontak antar butir jelek

ƒ Kepadatan bervariasi

tergantung dari segregasi

yang terjadi.

ƒ Seragam dan kepadatan

tinggi.

ƒ Seragam tetapi kepadatan

jelek.

ƒ Stabilitas dalam keadaan

terbatasi (confined) tinggi

ƒ Stabilitas tinggi ƒ Stabilitas sedang.

ƒ Stabilitas dalam keadaan

epas rendah.

ƒ Kuat menahan deformasi ƒ Stabilitas rendah pada

keadaan basah.

ƒ Sukar untuk dipadatkan ƒ Sukar sampai sedang

untuk dipadatkan.

ƒ Mudah dipadatkan.

ƒ Mudah diresapi air ƒ Tingkat permeabilitas

cukup tinggi.

ƒ Tingkat permeabilitas

rendah.

ƒ Tidak dipengaruhi kadar

air.

ƒ Pengaruh variasi kadar air

cukup.

ƒ Kurang dipengaruhi

(14)

Ukuran butiran yang digunakan untuk ketebalan lapisan, jadi dengan mempelajari ukuran dan gradasi, maka dengan ketebalan maksimum yang diizinkan akan tercapai kepadatan maksimum.

Contoh :

Dari suatu hasil pemeriksaan analisa saringan diketahui, bahwa ukuran butiran maksimum aggregat = 3 ".

Untuk menentukan ketebalan lapisan adalah sebagai berikut :

ƒ

Tebal hamparan lepas (TH) : (1,35 2) x 4) maksimum.

ƒ

Tebal hamparan padat (TP) :

Analisa BOW : Tp = 3/ 4. TH

Normalisasi bahan : Tp = 2/ 3. TH

TH = 2 x 3" = 15,24 cm. TP = N. TH = 11,43 cm. TP = 2/ 3. TH = 10,16 cm.

KEKERASAN/ KEAUSAN ( TOUGHNESS)

Pada pengerjaan perkerasan jalan hingga jalan tersebut sudah jadi ada beberapa proses pengrusakan aggregat sebagai berikut :

ƒ

Kerusakan aggregat akibat proses pemecahan pada saat pelaksanaan

penghamparan/ penumbukan/ penggilasan/ pemadatan.

ƒ

Kerusakan akibat proses pengikisan disebabkan oleh pengaruh cuaca.

(15)

KETAHANAN TERHADAP PELAPUKAN ( SOUNDNESS)

Aggregat tidak boleh mengalami pelapukan bila terkena perubahan cuaca yang berganti — ganti. Bila hal ini terjadi, akan mengurangi stabilitas campuran. DA YA

PELEKATAN TERHADAP ASPAL

Aggregat harus mempunyai daya lekat terhadap aspal yang balk, karena kenyataannya permukaan jalan selalu terpengruh oleh air, sehingga mengakibatkan pemisahan aspal dari aggregat.

BENTUK BUTI RAN.

Bentuk butiran aggregat umumnya terdiri dari :

ƒ

Bentuk bulat/ lonjong.

ƒ

Bentuk pipih.

ƒ

Bentuk kubus/ bersudut.

Bentuk butir yang bersudut - sudut (kubus) akan memudahkan untuk saling mengunci satu sama lain, sehingga menambah kestabilan suatu campuran. Bentuk butir bulat/ lonjong, kurang memberikan ikatan satu sama I ainnya, karena pertemuan antara butirannya hanya merupakan titik singgung saja. Pada umumnya butiran bulat, lonjong mempunyai permukaan licin, sehingga mudah bergerak bila terkena beban diatasnya.

TEXTURE ( SUSUNAN) PERMUKAAN

Texture permukaan yang kasar, mempunyai kecendrungan untuk menambah kekuatan campuran, bila dibandingkan dengan permukaan licin, serta untuk mengikat aspal dengan balk.

PENYERAPAN,

Aggregat yang digunakan harus aggregat yang berpori, agar dapat menyerap aspal dengan balk, sehingga berbentuk suatu ikatan antara aspal dengan butir aggregat. Tetapi aggregat yang mempunyai porositas yang tinggi tidak dapat digunakan, karena makin tinggi porositas suatu butiran makin banyak aspal yang terserap.

KEBERSI HAN

(16)

karena akan mengurangi proses pengikatan antara agregat dengan aspal. 3.3. Tanah Dasar.

Perkerasan jalan diletakan diatas tanah dasar, dengan demikian secara keseluruhan mutu dan daya tahan konstruksi perkerasan tidak lepas dari kondisi tanah dasar. Tanah dasar yang balk untuk konstruksi perkerasan jalan adalah tanah dasar yang berasal dari lokasi itu sendiri atau dari lokasi di dekatnya, yang telah dipadatkan sampai tingkat kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya dukung yang balk serta berkemampuan mempertahankan perubahan volume selama mass pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan dan jenis tanah setempat.

3.3.1 Klasifikasi Tanah.

Sistem klasifikasi tanah yang umum dipakai dalam teknik jalan raya adalah sistem Unified dan sistem AASHTO.

Sistem Unified.

Sistim ini dikembangkan oleh Casagrande yang pada garis besarnya membedakan tanah atas 3 kelompok besar yaitu :

ƒ

Tanah berbutir kasar, < 50 % lolos saringan No. 200. Secara Visuil butir-butir tanah

berbutir kasar dapat dilihat oleh mata.

ƒ

Tanah berbutir halus, > 50 % lolos saringan No. 200. Secara Visuil butir – butir

tanah berbutir halus tak dapat dilihat oleh math.

ƒ

Tanah organik, dapat dikenal dari warna, bau dan sisa tumbuh – tumbuhan yang

terkandung didalamnya.

(17)

tinggi mempunyai daya dukung yang kurang baik dan peka terhadap perubahan yang terjadi. Klasifikasi tanah sistim Unified dilakukan dengan huruf – huruf seperti :

G – Kerikil (Gravel) S - Pasir (Sand)

M – Lanau (Silt / Moam) C – Lempung(Clay)

W – Bergradasi baik (Well graded) P – Bergradasi buruk (Poor graded)

U – Bergradasi seragam (Uniform graded) L – Plastisitas rendah (Low liquid limit) H – Plastisitas tinggi (High liquid limit) O – Organik (Organic)

Kombinasi dari huruf-huruf ini menggambarkan satu jenis tanah, seperi GP menunjukkan tanah kerikil dengan gradasi buruk.

Prosedur Klasifikasi Tanah Di Laboratorium

Kelompok tanah berbutir kasar dibedakan atas

a). Kerikil (G), untuk butir-butir tanah < 50 % lobs saringan No. 4 dan < 50 % lolos saringan No. 200.

Kerikil dapat dibedakan atas :

ƒ

Kerikil "bersih" , sangat sedikit mengandung butir-butir halus (< 5 % lolos

saringan No. 200).

ƒ

Kerikil bercampur cukup banyak butir-butir halus (> 12% lolos No. 200).

ƒ

Kerikil dengan sedikit butiran halus (> 5% tetapi < 12% lolos saringan No.

(18)

b). Pasir (S), butir-butiran tanah > 50% lobos saringan No. 4 dan < 50% lobos saringan No. 200.

Sama halnya dengan kerikil, pasirpun dapat dibedakan atas :

ƒ

Pasir "bersih", yang terdiri atas :

SW, jika Cu > 6 dan Cz antara 1dan3

SP, jika nilai Cu dan Cz tidak memenuhi nilai untuk SW.

ƒ

Pasir bercampur cukup banyak butiran halus (> 12% bolos saringan No.

200)., dibedakan atas SC, SM, SC-SM. Perbedaan tersebut diperoleh dengan menggunakkan grafik Casgrande.

ƒ

Pasir yang bercampur sedikit butiran halus (> 5% tapi < 12% bolos saringan

No. 200) merupakan tanah dengan dua simbul.Simbul pertama berdasrkan gradasi dan simbul kedua berdasarkan jenis butiran halus yang dikandungnya. Dengan demikian dapat dibedakan menjadi SP-SM, SP-SC, SW-SM dan SW-SC.

Kelompok tanah berbutir halus dapat dibedakan atas :

a). Lanau (M), merupakan jenis tanah > 50% bolos saringan No. 200 dan terletak dibawah garis A pada grafik Casgrande yang bukan merupakan tanah organis. Tanah lanau ini dibedakan atas :

ƒ

Tanah lanau berplatisitas rendah rendah, ML (jika batas cair < 50% ).

ƒ

Tanah lanau berplastisitas tinggi, MH (jika batas cair > 50% .

b). Lempung (C), merupakan jenis tanah > 50% lobs saringan No. 200 dan terletak diatas garis A pada grafik Casagrande dan indeks plastisitas > 70% . Berdasarkan batas caimya lempung dapat dibedakan atas:

ƒ

Lempung berplastisitas rendah, CL (batas cair < 50% ).

ƒ

Lempung berplasitisitas tinggi, CH (batas cair > 50% ).

(19)

Kelompok tanah berbutir halus dapat dibedakan atas :

Tanah organis (PT= Peat / humus), merupakan jenis tanah berbutir halus yang dapat dibedakan secara visuil ataupun laboratorium. Secara laboratorium dapat ditentukan jika batas cair dari contoh tanah sebelum dioven selama 24 jam dengan tempertaur 110 derajat berbeda sebanyak > 25% . Secara visuil dapat diketahui dari bau tanaman / humus dan berwarna hitam.

(20)
(21)
(22)

Sistem Klasifikasi AASHTO.

Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Hogento – Gler dan Terzaghi, yang akhirnya diambil oleh Bureau Of Public Roads. Sistem ini mencoba mengelompokan tanah berdasarkan sifatnya terhadap beban roda. Setelah mengalami beberapa perbaikan kemudian diambil oleh AASHTO.

Menurut sistem ini tanah dikelompokan menjadi 8 kelompok yang diberi nama dari A-1 sampai dengan A – 8. Tanah A-8 adalah kelompok tanah organik yang direvisi oleh AASHTO (diabaikan), karena kelompok ini memang tidak stabil sebagai bahan lapisan konstruksi perkerasan jalan. Tanah dikelompokan seperti pada tabel 3.4, pengelompokan dilakukan dari kiri ke kanan yang berdasarkan hasil pemeriksaan analisa saringan dan batas – batas Atterberg.

Kelompok tanah yang terletak paling kiri adalah kelompok tanah yang paling balk dalam menahan beban roda, berarti paling balk sebagai lapisan tanah dasar jalan. Semakin ke kanan kwalitas sebagai tanah dasar (sub grade) semakin berkurang. Pada garis besarnya tanah dikelompokan menjadi 2 kelompok besar yaitu kelompok tanah berbutir kasar (< 35% lolos saringan No.200).

Kelompok tanah berbutir kasar dibedakan atas :

ƒ

A - 1, adalah kelompok tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar dengan sedikit

atau tanpa butir halus, dengan atau tanpa sifat – sifat plastis.

ƒ

A - 3, adalah kelompok tanah yang terdiri dari pasir halus dengan sedikit sekali

butir – butir halus no.200 dan tidak plastis.

ƒ

A - 2, adalah kelompok batas antara tanah berbutir halus dan tanah berbutir kasar.

Kelompok A-2 ini terdiri dari campuran kerikil/ pasir dengan tanah berbutir halus yang cukup banyak (< 35% ).

Kelompok tanah berbutir halus dibedakan atas :

ƒ

A – 4, adalah kelompok tanah lanau dengan sifat plastisitas rendah.

ƒ

A – 5, adalah kelompok tanah lanau yang mengandung lebih banyak butir- butir

plastis, sehingga sifat plastisnya lebih besar dari kelompok A – 4.

(23)

dan kerikil, tetapi sifat perubahan volumenya cukup besar.

ƒ

A - 7, adalah kelompok tanah lempung yang bersifat plastis. Tanah ini mempunyai

perubahan yang cukup besar.

(24)
(25)

Untuk dapat membedakan kemampuan memikul beban roda dari jenis tanah yang satu dengan yang lain dalam satu kelompok tanah, AASHTO mempergunakan "grup indeks". Grup indeks ini dibuat berdasrkan asumsi sebagai berikut :

1. Semua kelompok yang termasuk dalam kelompok A -1, A - 3, dan A - 2 kecuali A - 2 - 6 dan A - 2 - 7 adalah kelompok tanah yang balk untuk tanah dasar jalan atau dapat digunakan sebagai tanah dasar jalan dengan panambahan sedikit bahan pengikat.

2. Material pada kelompok lain termasuk A — 2 — 6 dan A — 2 — 7 merupakan material yang kwalitasnya sebagai tanah dasar berkurang dari A — 2 — 5 sehingga membutuhkan lapisan pondasi bawah atau penambahan tebal lapisan pondasi atas. 3. Anggapan bahwa batasan tanah berbutir halus adalah 35 % lobs saringan No. 200

dan mengabaikan sifat plastisnya.

4. Anggapan bahwa batasan batas cair (Liquid limit) adalah 40 % . 5. Anggapan bahwa batas indeks plastis adalah 10 % .

Dengan berdasarkan anggapan - anggapan tersebut diatas grup indeks ditentukan dengan menggunakan rumus :

GI = (F - 35) [ (0,20) + 0,005 (LL - 40)] + 0,01 (F - 15) (PI -10) … (3.1) Dimana :

GI = Grup I ndeks

F = Jumlah persen lolos saringan No. 200 yang berdasarkan material yang lolos 3 inch

LL = Batas cair PI = I ndeks plastis

Grup indeks dinyatakan dengan bilangan bulat dan dituliskan dalam kurung di belakang kelompok jenis tanahnya. Jika grup indeks yang diperoleh negatif, dituliskan sebagai bilangan nol. Jika > 20, ditulis sebagai bilangan 20. Contoh ; A

(26)

Gambar 3.8. Grafik Perhitungan Grup I ndeks

Gambar

Tabel 3.1. Penggunaan Aspal Keras.
Gambar 3.3. Jenis Aggnegat Berdasarkan Ukuran
Gambar 3.4. Berbagai macam Tipe Gradasi
tabel 3.4,
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sistem akan menampilkan gejala-gejala kegagalan dalam budidaya ikan mas, kemudian pengguna memilih gejala yang dialami ikan mas, lalu sistem akan mencari kasus

Kata Kunci: penghimpunan dana; peningkatan profitabilitas; strategi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi penghimpunan dana, implikasi dari

4.7.1.1 Siswa mampu melakukan percobaan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi laju reaksi pengaruh luas permukaan berdasarkan data hasil percobaan dengan benar. 4.7.1.2

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ta‟aruf merupakan proses saling mengenal dan memperkenalkan diri sesuai dengan aturan Islam antara pria dan wanita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan retribusi sektor pariwisata dalam meningkatkan pendapatan asli daerah menunjukan hasil yang cukup baik, hal ini

Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran CRH menunjukan hasil belajar IPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran

(2) PTN dalam menjaring calon Mahasiswa sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dapat dilakukan melalui SNMPTN, SBMPTN, dan penerimaan mahasiswa baru secara mandiri

Pemilik kapal / calon Tertanggung atau melalui Perantara menyetujui surat penawaran penutupan asuransi penyingkiran kerangka kapal yang disampaikan secara tertulis (melalui