• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENELITIAN MODUL DENGAN PENDEKATAN SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLECTUAL (SAVI) BERBANTUAN POSTER PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PENELITIAN MODUL DENGAN PENDEKATAN SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLECTUAL (SAVI) BERBANTUAN POSTER PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

25

PENELITIAN MODUL DENGAN PENDEKATAN SOMATIC, AUDITORY, VISUAL,

AND INTELLECTUAL (SAVI) BERBANTUAN POSTER PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG

RACHMAD SOLIHIN SMP Negeri 6 Bangkalan

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan modul matematika untuk siswa SMP kelas VIII-B. Pengembangan modul ini menggunakan pendekatan SAVI berbantuan poster pembelajaran. Pengembangan modul pembelajaran ini menggunakan model pengembangan

Four-D. Model tersebut terdiri dari 4 tahap yaitu, Define, Design, Develop, dan Disseminate.

Subjek uji coba pengembangan modul ini merupakan subjek uji coba terbatas yakni 6 siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Bangkalan. Uji coba dilakukan untuk mengetahui ketercapaian kriteria keefektifan modul serta kelayakan modul untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Kelayakan modul diperoleh dari hasil penilaian modul oleh subjek uji coba terbatas yaitu sebesar 3,71 yang berarti bahwa modul telah memenuhi kriteria valid. Keefektifan modul diperoleh dari data hasil tes/evaluasi peserta didik pada soal evaluasi yang ada pada modul. Dari hasil evaluasi diperoleh informasi bahwa 100% dari subjek uji coba telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75% dari subjek uji coba memperoleh nilai ≥ 70. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa modul telah memenuhi kriteria keefektifan dan layak digunakan dalam proses pembelajaran

Kata kunci:Auditory, Visual, and Intellectual (SAVI)

(2)

26

Pendahuluan

Belajar dan pembelajaran meru-pakan dua istilah yang selalu berkaitan. Slameto (dalam Hamdani, 2010:20) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan ling-kungannya. Oleh karena itu, belajar da-pat terjadi kapan saja dan dimana saja (Arsyad, 2009:1). Sedangkan, Pembe-lajaran adalah proses yang diselengga-rakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengeta-huan, keterampilan, dan sikap (Dimyati dan Mudjiono, 2006:157).

Matematika merupakan ilmu da-sar yang memiliki peranan penting da-lam proses kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan terlepas dari matematika, baik dari hal yang kecil sampai pada perkembangan teknologi yang canggih. Hal ini diper-kuat oleh (Hudojo, 2005:35) yang me-ngatakan bahwa matematika adalah su-atu alat untuk mengembangkan cara berpikir, oleh karena itu matematika sa-ngat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Tek-nologi (IPTEK), sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) bahkan sejak masih di Ta-man Kanak-kanak (TK). Namun sangat disayangkan, karena sudah bukan raha-sia lagi jika matematika itu dipandang sebagai

pelajaran yang sangat sulit oleh sebagian besar pelajar.

Apalagi matematika adalah ilmu abstrak (Hudojo, 2005:36). Pada materi bangun ruang misalnya, siswa sering merasa kesulitan di dalam memvisuali-sasikan bentuk-bentuk bangun ruang ke dalam imajinasi mereka. Mencermati hal tersebut, dalam upaya meningkat-kan pembelajaran matematika, masih diperlukan berbagai terobosan dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan pemenuhan sarana prasarana yang memadai. Seorang guru dituntut untuk selalu berinovasi dalam meningkatkan pembelajaran matematika, salah satu-nya yaitu dengan membuat pembelaja-ran menjadi lebih inovatif sehingga da-pat mendorong siswa untuk belajar le-bih optimal.

Untuk menciptakan iklim pembe-lajaran yang kondusif tersebut, maka diperlukan suatu pendekatan dan media pembelajaran yang baik. Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh gu-ru sangatlah berpengaruh terhadap e-fektivitas dalam pembelajaran, karena pendekatan yang digunakan oleh guru berkaitan erat dengan ketercapaian tu-juan pembelajaran yaitu kompetensi. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan yang salah akan mampu membuat efek-tivitas dari pembelajaran menurun, se-hingga perlu adanya perhatian terhadap pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajarannya.

(3)

27 pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan selu-ruh kepekaan indera yang dimiliki sis-wa agar menjelajah dan memahami a-lam sekitar secara ilmiah. Siswa tidak hanya memahami konsep dan mengi-ngatnya tetapi mereka dilatih untuk se-mua inderanya berfungsi dan dijalan-kan dengan baik.

Menurut Arsyad (2009:9) ketika siswa belajar dengan menggunakan in-dera ganda (semua indera), siswa akan belajar lebih banyak daripada jika ma-teri pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau dengar saja. Be-lajar dengan bergerak, mengamati, menggambarkan, berbicara, memecah-kan masalah, dan berpikir akan me-numbuhkan keaktifan siswa. Sikap ak-tif sangat diperlukan karena dapat me-numbuh kembangkan daya keterampi-lan serta daya pikir siswa dalam suatu proses pembelajaran.

Selain pendekatan, media dan ba-han ajar yang digunakan guru juga ha-rus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan dapat me-rangsang siswa untuk lebih memperha-tikan dan berupaya mengembangkan apa yang telah diterimanya. Oleh kare-na itu, guru harus dapat memilih dan menyajikan media dan bahan ajar yang tepat dan aktif sehingga bahan pelaja-ran yang disampaikan dapat diterima dan dikembangkan siswa dengan baik.

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa bahan ajar mate-matika yang beredar belum sesuai de-ngan karakteristik bahan ajar yang ba-ik. Dalam bahan ajar tidak terdapat gambar-gambar konkrit, sehingga tam-pilan bahan ajar yang ada kurang me-narik. Bahan ajar yang ada

juga belum dapat menunjukkan keaktifan siswa da-lam menggunakan seluruh indera yang dimiliki. Hal ini membuat siswa merasa kurang tertarik untuk membaca bahan ajar yang dimiliki. Akibatnya hasil be-lajar siswa kurang optimal. Hal ini da-pat dilihat dari hasil ulangan siswa SMP Negeri 6 Bangkalan pada pokok bahasan bangun ruang masih terbilang rendah, di mana hanya 10 dari 35 siswa yang nilainya memenuhi KKM. Apa-bila hal ini dibiarkan terus menerus, maka dikhawatirkan tingkat pemaha-man siswa pada materi matematika se-makin rendah.

Salah satu cara yang cukup rele-van untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan modul dengan pendeka-tan Somatic, Auditory, Visual, and Intellectual (SAVI). Modul merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam proses pembe-lajaran. Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang diran-cang untuk belajar secara mandiri oleh peserta pembelajaran karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk untuk bela-jar sendiri (Asyhar, 2012:155).

(4)

28 dari suatu sumber secara terencana, sehingga ter-jadi lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif (Asyhar, 2012:8). Berdasarkan uraian dan kesimpulan di atas, maka penulis mengambil judul “Penelitian Modul dengan Pendekatan

Somatic, Auditory, Visual, and Intellectual

(SAVI) Ber-bantuan Poster Pembelajaran Materi Bangun Ruang Untuk Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 6 Bangkalan Ka-bupaten Bangkalan”.

Kajian Teori

Pengertian Penelitian

Borg dan Gall (dalam Setyosari, 2010:215) menyatakan bahwa penger-tian penelitian penelitian adalah suatu proses yang dipakai untuk mengem-bangkan dan memvalidasi produk pen-didikan. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Lang-kah-langkah penelitian atau proses pe-nelitian ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan di-kembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai de-ngan latar di mana produk tersebut a-kan dipakai dan melakukan revisi ter-hadap hasil ujian lapangan.

Seels dan Richey (dalam Setyo-sari, 2010:216) juga menyatakan pene-litian penelitian didefinisikan sebagai berikut: “Penelitian penelitian sebagai-mana dibedakan dengan penelitian pembelajaran yang sederhana, didefi-nisikan sebagai kajian sistematik untuk merancang, mengembangkan dan mengevaluasi program-program, proses dan hasil-hasil pembelajaran yang ha-rus memenuhi kriteria

konsistensi dan keefektifan secara internal”. Dalam bentuk yang paling sederhana peneliti-an penelitian ini dapat berupa: 1) kajian tentang proses dan dampak rancangan penelitian dan upaya-upaya penelitian tertentu atau khusus, atau berupa 2) su-atu situasi di mana seseorang melaku-kan atau melaksanakan rancangan, pe-nelitian pembelajaran atau kegiatan-kegiatan mengkaji proses pada saat yang sama, atau berupa 3) kajian ten-tang rancangan, penelitian dan proses evaluasi pembelajaran baik yang meli-batkan komponen proses secara menye-luruh atau tertentu saja.

Dari beberapa pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peneli-tian penelitian adalah suatu proses yang dipakai untuk merancang, mengem-bangkan dan memvalidasi suatu produk yang harus memenuhi kriteria dan ke-efektifan secara internal. Produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah produk pendidikan, berupa bahan-ba-han pembelajaran yang didasarkan pa-da temuan-temuan dari serangkaian uji coba yang kemudian dilakukan revisi dan seterusnya untuk menghasilkan produk yang valid atau layak dipakai.

Tujuan Penelitian Penelitian

Setyosari (2010:217) menyatakan tujuan penelitian penelitian adalah i-ngin menilai perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu terten-tu. Untuk melakukan penelitian ini bia-sanya dilakukan melalui metode-meto-de, misalnya: longitudinal, cross sectional dan

cross sequential.

(5)

29 terjadi dalam kurun waktu terten-tu dengan cara mengamati sekelompok subjek selama beberapa waktu. Kajian cross sectional

adalah cara untuk me-ngurangi waktu dan tingkat mortalitas dalam penelitian pngembangan yang tujuannya adalah untuk menilai perbe-daan usia yang sama bukan mengguna-kan kelompok yang sama dalam kurun waktu tertentu. Kajian cross sequential adalah kombinasi kedua metode di atas yang berusaha memperpendek lamanya waktu dan meminimalisasi asumsi-asumsi penelitian.

Model-model Penelitian

Suatu model dapat diartikan se-bagai suatu representasi baik visual maupun verbal. Model menyajikan se-suatu atau informasi yang kompleks a-tau rumit menjadi sesuatu yang lebih sederhana atau mudah. Dengan model, seseorang akan lebih memahami sesu-atu daripada melalui penjelasan-penje-lasan panjang. Sebuah model dalam pe-nelitian penelitian dihadirkan dalam ba-gian prosedur penelitian, yang biasanya mengikuti model penelitian yang dianut oleh peneliti. Ada 2 model penelitian menurut Setyosari (2010:221), yaitu:

1) Model Konseptual, Model konsep-tual adalah model yang bersifat ana-litis yang memberikan atau menje-laskan komponen-komponen produk yang akan dikembangkan dan keter-kaitan antar komponennya. Model konseptual memperlihatkan hubu-ngan antar konsep yang satu dengan yang lain, yang dalam hal ini kon-sep-konsep itu tidak memperlihat-kan urutan secara bertahap. Konsep atau komponen yang satu tidak lebih awal daripada konsep atau kompo-nen yang lain. Model konseptual le-bih

konstruktivistik, artinya urutan bersifat terbuka, berulang atau re-kursif dan fleksibel.

2) Model Prosedural, Menurut Setyo-sari (2010: 222) model prosedural adalah model deskriptif yang meng-gambarkan alur atau langkah-lang-kah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Model prosedural biasanya berupa urutan langkah-langkah, yang diikuti secara bertahap dari langkah awal hingga langkah akhir. Model prosedural bisa kita jumpai dalam model rancangan sistem pem-belajaran.

Dalam penelitian modul dengan pendekatan SAVI berbantuan poster pembelajaran ini, pengembang meng-gunakan model penelitian prosedural yaitu model 4-D. Model penelitian 4-D meliputi beberapa tahap, yaitu:

1) Tahap Define (pendefinisian), Tahap ini adalah tahap pendefinisian, yaitu menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Dalam hal ini, pengembang melakukan ana-lisis kurikulum, analisis kebutuhan guru, analisis kebutuhan dan karak-teristik siswa.

2) Tahap Design (perancangan), Tahap kedua ini yaitu tahap untuk menyu-sun modul. Prosedur yang dilakukan adalah merancang format modul se-suai dengan kebutuhan siswa yang telah diperoleh dari tahap define, yang selanjutnya akan disusun men-jadi sebuah modul.

3) Tahap Develop (penelitian), Tahap ketiga ini adalah melakukan validasi terhadap modul yang telah dibuat kepada validator ahli dan validator praktisi. Validasi ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan, mendapatkan masukan untuk perbaikan modul yang dikembangkan sehingga dipe-roleh modul yang valid atau layak digunakan.

(6)

30 mengujicobakan modul yang sudah divalidasi oleh validator ke-pada subjek uji coba (siswa).

Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, and Intellectual)

Pendekatan SAVI dikembangkan oleh Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning Handbook, yang berpendapat bahwa manusia memiliki empat dimensi, yaitu tubuh atau soma-tis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual (V), dan pemi-kiran atau Intelektual (I). Prinsip dasar pendekatan SAVI sejalan dengan gera-kan Accelerated Learning, yaitu: pem-belajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh, pembelajaran berarti ber-kreasi bukan mengkonsumsi, bekerja-sama membantu proses pembelajaran, pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan, belajar be-rasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik, emosi po-sitif sangat membantu pembelajaran, dan otak-citra menyerap informasi se-cara langsung dan otomatis (Putra, 2011:5).

Pendekatan SAVI juga menganut aliran ilmu kognitif modern yang me-nyatakan bahwa belajar yang paling ba-ik adalah melibatkan emosi, seluruh tu-buh, semua indera, dan segenap kedala-man serta keluasan pribadi, menghor-mati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Unsur-unsur pendekatan SAVI

adalah belajar Soma-tis, belajar Auditori, belajar Visual, dan belajar Intelektual. Apabila keempat unsur ini berada dalam setiap pembela-jaran, maka siswa dapat belajar secara optimal. Berikut akan

dijelaskan unsur-unsur pendekatan SAVI

tersebut.

Unsur-unsur Pendekatan SAVI

Hermanto (2010:94) menjelaskan bahwa penerapan pendekatan SAVI yang meliputi Somatis, Auditori, Visu-al, dan Intelektual dalam penerapannya tidak harus urut. Namun, pendekatan SAVI harus diterapkan secara bersama-sama dengan keempat-empatnya wa-laupun dengan porsi yang berbeda-beda. Menurut Putra (2011:6) sesuai dengan singkatan dari SAVI yaitu

Somatic, Auditory, Visual and Intellectual, maka unsur-unsur pende-katan SAVI ada empat bagian, yaitu se-bagai berikut:

a. Somatis, Belajar somatis berarti be-lajar dengan indera peraba, kineste-tis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu bela-jar. Menurut penelitian, tubuh dan pikiran merupakan dua bagian yang tak terpisahkan, keduanya adalah sa-tu. Intinya tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh. Menghalangi fungsi tubuh dalam belajar berarti kita menghalangi fungsi pikiran se-penuhnya. Kegiatan dalam belajar somatis ini misalnya, siswa diminta menggambarkan bangun ruang. So-matik yang dimaksud pada peneli-tian modul ini adalah siswa diberi suatu aktivitas, yaitu menggambar bentuk bangun ruang dengan lang-kah-langkah dalam modul, meminta siswa melakukan kegiatan mengu-kur dan melakukan pengamatan ter-hadap bentuk yang telah mereka gambar bahwa benda yang mereka amati disebut kubus dan balok.

(7)

31 pembelajaran matemati-ka yang menarik saluran auditori, guru dapat melakukan tindakan se-perti meminta mengungkapkan pen-dapat atas informasi yang telah di-dengarkan dari penjelasan guru. Me-nurut Hermanto (2010:93) auditori itu memiliki makna berbicara dan mendengarkan. Sehingga, dalam pe-nelitian modul ini, siswa diminta un-tuk menuliskan pendapatnya dengan menggunakan bahasanya sendiri mengenai konsep Kubus atau Ba-lok. Hal ini dapat menunjukkan ke-aktifan siswa di dalam proses peng-olahan kata. Melalui kegiatan terse-but, secara tidak langsung siswa bisa membicarakan sendiri materi yang sudah dipelajarinya untuk menyusun kalimat, yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk tulisan. c. Visual, Belajar visual adalah belajar

dengan melibatkan kemampuan vi-sual (penglihatan), dengan alasan bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat yang memproses informasi visual daripada indera yang lain. Dalam merancang pembe-lajaran matematika yang menarik kemampuan visual, digunakanlah poster pembelajaran untuk memu-dahkan siswa di dalam mempelajari materi Kubus dan Balok. Visual yang dimaksud dalam penelitian modul ini adalah suatu kegiatan un-tuk mengamati gambar Kubus dan Balok pada modul dan poster pem-belajaran. Dari pengamatan terhadap gambar pada modul dan poster pem-belajaran tersebut, siswa dapat me-ngisi kolom-kolom pada bagian cek kepahaman. Hal ini dilakukan untuk menguatkan kepahaman siswa tentang materi Kubus dan Balok.

d. Intelektual, Belajar intelektual ada-lah bagian untuk merenung, mencip-ta, memecahkan masalah dan mem-bangun makna. Belajar intelektual berarti menunjukkan apa yang dila-kukan siswa dalam pikiran mereka secara internal

ketika mereka meng-gunakan kecerdasan untuk mere-nungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, ren-cana, dan nilai dari pengalaman ter-sebut. Dalam penelitian modul ini, proses Intelektual diimplementasi-kan dengan siswa mengerjakan soal-soal latihan dari materi yang telah dijelaskan pada modul pada lembar kerja mandiri dan uji kompetensi akhir.

Poster Pembelajaran

Menurut Sudjana dan Rivai (2002:51) poster dapat didefinisikan sebagai kombinasi visual dari ranca-ngan yang kuat, dengan warna dan pe-san dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cu-kup lama menanamkan gagasan yang berarti didalam ingatannya.

Penggunaan Poster dalam Pembelajaran Menggunakan poster untuk pem-belajaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

(8)

32 poster tersebut lalu kemudian siswa diperintahkan untuk mengerjakan soal yang ada di modul berdasarkan poster tersebut.

2) Digunakan di luar pembelajaran, Hal ini bertujuan untuk memotivasi siswa, sebagai peringatan, propagan-da atau ajakan untuk melakukan se-suatu yang positif dan penanaman nilai-nilai sosial dan keagamaan. Dalam hal ini poster tidak diguna-kan saat pembelajaran namun di pa-jang di dalam kelas atau disekitar sekolah di tempat yang strategis a-gar terlihat dengan jelas oleh siswa.

Perbedaan antara poster yang di-gunakan dalam pembelajaran dan di-luar pembelajaran tidak memiliki per-bedaan yang mendasar. Perbedaannya hanya pada penyimpanan dan tema-tema yang dipilih, untuk poster pem-belajaran biasanya mengangkat tema-tema yang spesifik sesuai dengan kuri-kulum, sedangkan poster untuk paja-ngan biasanya menggunakan tema-tema umum dan universal sehingga ti-dak lapuk oleh zaman. Kedua jenis poster tersebut jika dilihat dari teknik dan prinsip-prinsip pembuatannya sa-ma tidak memiliki perbedaan. Sedang-kan poster dalam penelitian ini diguna-kan sebagai pendamping atau pendu-kung dari modul. Dalam penyajiannya poster ini tidak dipajang di dalam ke-las, tetapi diselipkan ke dalam modul untuk dapat dipelajari sendiri oleh sis-wa bersamaan dengan modul.

Fungsi Poster

1) Sebagai bahan untuk mengembang-kan ide dan kreativitas.

2) Sebagai bahan pelajaran untuk sua-tu topik atau masalah tertentu.

3) Sebagai alat membangkitkan moti-vasi.

4) Sebagai petunjuk untuk dikerjakan peserta didik.

Kelebihan Poster sebagai Media Pembelajaran

1) Harganya terjangkau.

2) Mempermudah guru untuk menyaji-kan materi dan mempermudah pe-serta didik dalam belajar.

3) Lebih menarik perhatian murid.

4) Praktis dan mudah dalam pengguna-an. 5) Tahan Lama.

6) Dapat dipakai sebagai media untuk mempengaruhi tingkah laku.

Kelemahan Poster sebagai Media Pembelajaran

1) Informasi yang dimuat terbatas.

2) Karena Poster berdimensi dua, se-hingga sukar untuk melukiskan se-benarnya. 3) Tidak semua materi mudah

divisu-alisasikan melalui Poster.

4) Sangat dipengaruhi oleh tingkat pe-ngetahuan orang yang melihat.

5) Bila poster dipasang terlalu lama, maka akan membosankan.

Modul dengan Pendekatan Somatic,

Auditory, Visual and Intellectual (SAVI) Karakteristik Modul

Dalam penelitian modul ini, ter-dapat beberapa karakteristik modul de-ngan pendekatan SAVI, yaitu:

a. Standar Kompetensi dan Kompeten-si Dasar yang digunakan dalam mo-dul mengacu pada Standar Kompe-tensi yang terdapat pada Standar Isi (SI)

b. Kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian modul Ku-bus dan Balok dengan pendekatan Somatic, Auditory, Visual and Intellectual (SAVI)

ini adalah KTSP

(9)

33 d. Selain menggunakan pendekatan

Somatic, Auditory, Visual and Intellectual (SAVI) modul ini juga dilengkapi dengan poster pembela-jaran yang dapat menambah keakti-fan siswa. e. Kegiatan yang disajikan bertujuan untuk

membantu siswa mencapai tu-juan pembelajaran yang telah dite-tapkan dan memudahkan siswa da-lam memahami materi.

f. Kegiatan yang ada pada modul ini memanfaatkan seluruh alat indera-nya di dalam pembelajaran, sehing-ga siswa tidak akan merasa bosan melakukan kegiatan di dalam kelas.

g. Kegiatan yang disajikan dapat mem-buat siswa lebih aktif.

Komponen-komponen Modul dengan

Pendekatan Somatic, Auditory, Visual and Intellectual (SAVI)

Komponen-komponen modul de-ngan pendekatan Somatic, Auditory, Visual and Intellectual (SAVI) ini me-rujuk pada komponen-komponen mo-dul menurut Prastowo (2012:143), yaitu:

1) Bagian pembuka, terdiri dari:

a. Halaman Sampul (cover) yaitu i-dentitas modul yang terdiri dari judul, nama penyusun, mata pe-lajaran, materi pokok, jenjang pendidikan, kelas dan lembaga penyusun.

b. Kata pengantar yaitu ucapan teri-ma kasih atas terselesaikannya modul, alasan penulisan modul secara singkat, dan manfaat yang bisa diperoleh dengan membaca modul tersebut. c. Peta Konsep yaitu gambaran singkat

tentang apa yang akan di-pelajari dan bagaimana system-atikanya.

d. Daftar Isi yaitu urutan tentang to-pik-topik yang ditampilkan dalam modul sesuai urutan tampilan dan nomor halaman.

e. Petunjuk Penggunaan Modul ya-itu sebuah cara atau langkah-langkah di dalam menggunakan modul. Jadi, pada bagian ini di-tunjukkan apa saja yang mesti di-lakukan pembaca (siswa) dalam membaca modul.

f. Standar kompetensi dan kompe-tensi dasar.

g. Standar Kompetensi merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, ke-terampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir di-lakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan.

h. Kompetensi Dasar merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya leih sempit dibandinga dengan SK pesertta didik. i. Indikator merupakan penjabaran dari

kompetensi dasar yang me-nunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik.

j. Tujuan pembelajaran merupakan suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung-nya pembelajaran.

2) Bagian isi

a. Judul bab, Ditujukan agar siswa mengetahui dahulu materi yang akan dipelajari, sehingga siswa bisa fokus terhadap bab yang a-kan dipelajari. Terdapat 5 judul bab pada modul ini, yaitu: Pen-gertian dan Unsur-unsur Kubus dan balok, Menggambar Kubus dan Balok, Jaring-jaring Kubus dan Balok, Luas Permukaan Ku-bus dan Balok, Volume Kubus dan Balok. b. Materi (Somatic, Auditory, Visual and

(10)

34 Berikut penje-lasan bagian dari pendekatan

Somatic, Menggambar Kubus dan Balok

Auditory, Mengkomunikasikan pengeta-huan siswa tentang Kubus dan Balok ke dalam bentuk tulisan

Visual, Mengamati bangun Kubus dan Balok pada modul dan poster pembelajaran yang kemudian digunakan untuk mengisi kolom-kolom pada u-raian materi. Membentuk jaring-jaring Kubus dan Balok

Intellectual, Menyelesaikan masalah berdasar materi yang telah mereka pelajari, Mengisi kolom-kolom kosong pada u-raian materi

Kubus dan Balok. c. Lembar mandiri, Sebagai salah satu

alat untuk mengetahui ke-mampuan dan tingkat pemaha-man peserta didi̵k. Soal yang di-sajikan berbentuk soal uraian (essay).

d. Cek pemahaman, Cek pemaha-man bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemaha-man peserta didik terhadap ma-teri yang telah dipelajari.

e. Aktivitas, Aktivitas peserta didik untuk mengaplikasikan materi yang telah dipelajari merupakan hal yang penting. Pada bagian ak-tivitas ini akan disajikan perma-salahan yang harus diselesaikan dalam kelompok diskusi maupun individu.

f. Lembar refleksi, Digunakan un-tuk menulis hal-hal yang menjadi masalah siswa dalam mempelaja-ri modul. g. Uji kompetensi akhir, Uji kompe-tensi

akhir ini terdiri dari soal pi-lihan ganda. Soal yang disajikan memuat seluruh penjelasan pada bab yang mengacu pada indikator keberhasilan. Uji kompetensi ak-hir ini bertujuan untuk mengeta-hui seberapa dalam

pengetahuan siswa tentang materi yang disam-paikan.

h. Kunci jawaban. Diberikan (pada halaman yang berbeda) dengan maksud agar siswa dapat mengu-kur kemampuan diri siswa.

i. Umpan balik dan tindak lanjut, Memberikan rumus yang diguna-kan untuk memaknai pencapaian hasil belajar siswa sehingga dapat diberikan umpan balik dan tindak lanjut yang harus dilakukan oleh-nya.

3) Bagian penutup, terdiri dari:

a. Lembar Penilaian Diri yaitu lem-bar yang berisi tentang pendapat siswa setelah mempelajari modul ini, serta hal-hal yang belum di-pahami siswa. b. Daftar Pustaka yaitu sejumlah

re-ferensi yang digunakan sebagai bahan rujukan ditulis dalam ba-gian ini.

Cover belakang yaitu lembar yang berisi tentang biografi penulis

Metode Penelitian

Model Penelitian

Penelitian, dalam pengertian yang umum berarti pertumbuhan, peru-bahan secara perlahan (evolusi) dan pe-rubahan secara bertahap. Dalam bidang teknologi pembelajaran, penelitian me-miliki arti yang khusus. Menurut Seels & Richey (dalam Setyosari, 2012:219), penelitian merupakan suatu proses me-nerjemahkan atau menjabarkan spesi-fikasi rancangan ke dalam bentuk fisik. Atau dengan ungkapan lain, penelitian berarti suatu proses untuk menghasil-kan bahan-bahan pembelajaran.

(11)

35 konseptual dan mo-del prosedural. Model penelitian modul dengan pendekatan SAVI

ini menggu-nakan model penelitian prosedural ya-itu model deskriptif yang menggambar-kan alur atau langkah-langkah prosedu-ral yang harus diikuti untuk menghasil-kan suatu produk tertentu. Model pro-sedural biasanya berupa urutan lang-kah-langkah yang diikuti secara berta-hap dari langkah awal hingga akhir (Setyosari, 2012:222). Model prose-dural biasa dijumpai dalam model ran-cangan sistem pembelajaran. Model-model rancangan sistem pembelajaran itu, misalnya model Kemp, IDI, Dick & Carey, ADDIE, Four-D dan seba-gainya. Pada penelitian modul dengan pendekatan SAVI berbantuan poster pembelajaran ini, pengembang meng-gunakan model yang dikembangkan o-leh Thiagarajan, dkk yakni model Four-D (Trianto, 2007:65). Model ini digunakan dalam penelitian karena mo-del ini disusun secara terprogram yang disertai dengan urutan kegiatan yang sistematis. Model

Four-D adalah mo-del penelitian yang terdiri dari empat tahapan yaitu define

(pendefinisian), design (perancangan),

develop (pene-litian) dan disseminate

(penyebaran).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil dari penelitian ini berupa modul dengan pendekatan SAVI ber-bantuan poster pembelajaran pokok ba-hasan bangun ruang untuk siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Bangkalan. Modul tersebut dihasilkan melalui sejumlah langkah penelitian yang akan dijelas-kan sebagai berikut:

Penyajian Data

Penelitian dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah model Four -D, yang terdiri dari tahap define, tahap

design, tahap develop, dan tahap

disseminate. Hasil dari masing-masing tahapan dijelaskan sebagai berikut:

1) Define (kajian awal)

Tahap ini terdiri dari empat langkah, yaitu; (1) analisis kebutu-han, (2) analisis tugas, (3) analisis konsep, dan (4) menyusun tujuan pembelajaran. Hasil analisis tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan ini, dilaku-kan pengembang dengan menye-bar angket kepada guru matema-tika dan siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Bangkalan. Sebelum angket disebarkan kepada guru dan siswa, angket terlebih dahulu divalidasikan kepada dua Guru SMP Negeri 6 Bangkalan untuk mengetahui kelayakan angket. Adapun penyajian data validasi angket kebutuhan guru serta ke-butuhan dan karakteristik siswa

(1) Analisis Kebutuhan Guru

(12)

36 Angket ini terdiri dari 15 butir pertanyaan yang jawabannya sudah ditentu-kan. Adapun penyajian data angket kebutuhan guru.

(2) Analisis siswa

Selain analisis kebutuhan guru, dalam tahap analisis ini juga dilaksanakan analisis siswa. Analisis siswa ini ter-diri dari analisis kebutuhan dan analisis karakteristik sis-wa. Berikut penjelasan dari analisis tersebut: a) Analisis kebutuhan siswa

Pada analisis siswa ini, pengembang menyebar-kan angket ke 36 siswa di SMP Negeri 6 Bangkalan. Dalam analisis kebutuhan siswa ini, pengembang membuat 15 pertanyaan untuk mendeteksi apa yang menjadi kebutuhan siswa sebelum pengem-bang mengembangkan se-buah produk. Adapun pe-nyajian data angket kebu-tuhan siswa b) Analisis Karakteristik Sis-wa

Analisis Karakteristik siswa ini tujuannya adalah untuk mengetahui presen-tase pemahaman siswa berkaitan dengan indika-tor yang akan dijadikan bahan untuk penelitian modul. Adapun penyajian data angket karakteristik siswa

b. Analisis Tugas

Analisis tugas ini dilakukan untuk mendeskripsikan isi materi ajar. Adapun materi yang digu-nakan dalam penelitian ini di am-bil dari Standar Isi

KTSP 2006, berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD).

c. Analisis Konsep

Analisis konsep ini merupakan langkah untuk menyusun indika-tor

Pembelajaran sesuai dengan SK dan KD yang telah dipilih pa-da analisis tugas.

d. Tujuan Pembelajaran

Setelah indikator pembelaja-ran dibuat, langkah selanjutnya yaitu membuat tujuan pembelaja-ran yang disesuaikan dengan indikatornya. Adapun Standar Kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD), Indikator, dan Tuju-an Pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Tujuan

Standar mengenali dan menyebutkan

bagian-bagiannya dari

kubus dan

(13)

37 menghitung luas permukaan kubus dan balok

Menentu membuat kubus dengan ukuran volume tertentu.

2) Tahap Design (perancangan)

Dalam tahap design dilakukan de-ngan langkah-langkah sebagai beri-kut:

a) Merancang format penulisan mo-dul yang akan dikembangkan. Adapun format modul pada pene-litian ini adalah sebagai berikut:

(1) Bagian awal, meliputi hala-man sampul (cover), kata pengantar, daftar isi, petun-juk penggunaan

modul, peta konsep, standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator dan tujuan pembe-lajaran

(2) Bagian isi, lembar kegiatan siswa (somatic, auditory, visual and intellectual), lem-bar mandiri, cek pemaha-man, kunci jawaban, umpan balik dan tindak lanjut, uji kompetensi akhir, penilaian diri, serta lembar pembatas.

(3) Bagian akhir, meliputi penu-tup dan daftar pustaka.

b) Menyusun modul

Setelah merancang bentuk ke-giatan pembelajaran yang meru-pakan implementasi dari pende-katan SAVI

dan merancang for-mat penulisan modul, maka pada tahap ini pengembang berhasil menyusun modul pembelajaran Kubus dan Balok untuk siswa kelas VIII semester 2 dengan pendekatan SAVI berbantuan poster pembelajaran. Modul pem-belajaran ini disusun dengan ba-hasa Indonesia, ditampilkan de-ngan layout

yang menarik dan dicetak dengan menggunakan kertas HVS 80 gram ukuran ku-arto serta dijilid buku dengan soft cover. Modul pembelajaran ini juga disimpan dalam bentuk soft file berupa pdf. Untuk mengem-bangkan modul pembelajaran ini digunakan program aplikasi kom-puter yaitu; Microsoft office word

2007 dan Microsoft office publisher

2013.

c) Menyusun instrumen

(14)

38

Angket validasi untuk validator ahli dan validator praktisi; ter-diri dari 11 komponen yang me-muat 38 butir pernyataan serta komentar dan saran.

Angket penilaian modul untuk subjek uji coba terbatas; terdiri dari 13 butir pernyataan serta komentar dan saran

3) Develop (penelitian)

Tahap develop dilakukan de-ngan memberikan draft modul dan poster pembelajaran serta instru-mennya yang telah dibuat pada ta-hap design

(perancangan) kepada 3 validator untuk divalidasi, 3 valida-tor tersebut yaitu: 1) Validasi Ahli dan Praktisi

Produk awal yang telah selesai selanjutnya dikonsultasikan kepa-da Guru pembimbing. Dari hasil konsultasi didapat beberapa saran dan perbaikan. Setelah revisi dari Guru pembimbing kemudian di-lakukan penilaian oleh validator. Penilaian dilakukan untuk me-ngetahui kualitas produk. Penilaian modul dengan pen-dekatan SAVI berbantuan poster pembelajaran dilakukan oleh 3 validator yang terdiri dari 2 Guru ahli dan 1 guru matematika SMP Negeri 6 Bangkalan di Malang. Penilaian bertujuan untuk mem-peroleh masukan dan menge-valuasi bahan ajar yang disusun. Selanjutnya dilakukan revisi ber-dasarkan masukan tersebut. Validasi ini juga bertujuan untuk mengetahui layak tidaknya mo-dul diproduksi dan digunakan di sekolah.

Validator ahli dan praktisi me-nilai modul berdasarkan lembar validasi yang telah dibuat. Se-dangkan lembar validasi modul untuk validator ahli

dan praktisi tersebut terlebih dahulu divalida-sikan kepada validator instrumen. Penyajian data hasil validasi in-strumen angket penilaian modul untuk validator ahli dan validator praktisi

Tabel 4.2

Penyajian Data Lembar Validasi Angket Penilaian Modul untuk Validator Ahli dan

Praktisi

N

o Komponen

Penilaian 𝒙𝟏 𝒙𝟐

Kelayakan Isi

1

Kejelasan

pernyataan/pertanyaan dalam instrumen

3 4

2

Kesesuaian jawaban dengan pernyataan/ pertanyaan pada instrument

4 3

Ketercapaian Tujuan

1

Kesesuaian

pertanyaan/pernyataan dengan produk yang akan dibuat

4 3

2 Kesesuaian pernyataan

/pertanyaan dengan tujuan pembuatan instrumen

4 4

Format

1 Kesesuaian

pernyataan/pertanyaan pada instrumen (umum-khusus)

3 4

2 Tatak letak penulisan instrumen

sesuai 3 4

3 Kolom (tunggal/multi)

proposional dan sebanding dengan ukuran kertas yang digunakan

4 4

Kebahasaan

1 Bahasa yang digunakan dalam

intrumen sesuai dengan EYD 3 4 2 Bahasa yang digunakan dalam

instrumen sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual

4 3

3 Bahasa yang digunakan efektif

(15)

39

Kegrafisan

1 Penggunaan huruf

(jenis/ukuran) sesuai 3 3

2 penggunaan tanda baca sesuai 4 4

3 Kalimat dalam instrumen sesuai dengan unsur-unsur fungsional penulisan

3 4

Keterangan:

𝒙𝟏 : validator instrumen angket

penilaian modul untuk vali-dator ahli dan praktisi perta-ma

𝒙𝟐 : validator instrumen angket

penilaian modul untuk vali-dator ahlidan praktisi kedua

Tabel 4.3

Penyajian Data Komentar dan Saran Oleh Validator

Validat

or Komentar dan saran

Validat or ahli 1

 Konsisten penggunaan kata

ganti “kalian/kamu”

 Cek penilisan kata awalan dan kata depan

 Sebaiknya tiap gambar kubus dan balok diberi judul gambar

 Perbaiki penulisan tanda baca

 Samakan ukuran font pada uji kompetensi

 Penulisan . . . pada soal dan pemisahan kata

 Warna tulisan diagonal ruang, titik sudut, dan titik-titiknya sebaiknya diganti

Validat or ahli 2

 Pada cover tulisan materi

“Kubus dan Balok” dibuat

lebih besar karena merupakan inti dari modul.  Pada cover tulisan

“matematika” dibuat lebih

kecil dan dijadikan satu

dengan tulisan “modul pembelajaran”.

Validat  Penggunaan bahasa lebih

or pra ktisi

hati-hati.

 Fungsi gambar sebagai pendukung modul (membuat lebih menarik) jangan sampai lebih menonjol dari pada materi pokok.

4) Disseminate (penyebaran)

Modul ini diimplementasikan dalam uji coba tahap kecil siswa ke-las VIII di SMP Negeri 6 Bangka-lan. Uji coba tahap kecil dilaksana-kan setelah produk dinyatakan valid oleh validator. Uji coba tahap kecil diikuti sebanyak 6 siswa kelas VIII. Pemilihan siswa dilakukan oleh gu-ru matematika kelas VIII di sekolah tersebut dengan mempertimbangkan prestasi akademik siswa di dalam kelas.

Sebelum uji coba dilakukan, pe-ngembang melakukan beberapa

persiapan, yaitu:

(1) Memperbanyak Modul + Pos-ter pembelajaran menjadi 6 eksemplar. (2) Mempersiapkan angket respon siswa

sebanyak 6 eksemplar.

Setelah semua persiapan selesai dilakukan, uji coba segera dilaku-kan. Uji coba diawali dengan pem-bukaan yang berisi perkenalan pe-ngembang, penyampaian kegiatan implementasi ini, dan pembagian modul divalidasi oleh validator ahli dan validator praktisi. Pada uji coba ini siswa diminta untuk mempelajari draf modul dan mengerjakan soal tes /evaluasi yang terdapat pada draf modul, serta mengisi angket peni-laian modul untuk memberi penilai-an, komentar dan saran.

(16)

40 angket tersebut. Adapun penyajian data validasi ang-ket penilaian modul oleh subjek uji coba terbatas dan hasil penilaian subjek uji coba terhadap modul da-pat dilihat pada Tabel 4.10 berikut.

Berdasarkan Tabel 4.15 tentang analisis data validasi instrumen ang-ket identifikasi kebutuhan guru, di-peroleh skor rata-rata keseluruhan item 3,62. Sesuai dengan kriteria kevalidan yang telah ditentukan ya-itu 3 ≤ 𝑥 ≤ 4, maka angket identi-fikasi kebutuhan guru dikatakan va-lid dan tidak perlu revisi sehingga layak untuk digunakan.

a. Analisis data lembar validasi ins-trumen angket kebutuhan dan ka-rakteristik siswa.

Tabel 4.4

Analisis Data Validasi Instrumen Angket Kebutuhan dan Karakteristik Siswa

No Komponen an dalam instrumen

4 4 4

3,75 2 Kesesuaian jawaban

dengan pernyataan/ pertanyaan pada instrumen yang akan dibuat

3 4 3,5

penulisan instrumen sesuai

4 3 3,5

3 Kolom

(tunggal/multi) proposional dan sebanding dengan ukuran kertas yang digunakan

3 3 3

Kebahasaan

1 Bahasa yang

digunakan dalam intrumen sesuai dengan EYD

4 3 3,5

3,8

2 Bahasa yang

digunakan dalam instrumen sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual

4 4 4

3 Bahasa yang

digunakan efektif dan efisien

instrumen sesuai dengan unsur-unsur fungsional

butuhan dan karakteristik siswa pertama

𝒙𝟐 : validator instrumen angket

(17)

41 Berdasarkan Tabel 4.16 tentang penyajian dan analisis data validasi instrumen angket kebutuhan dan ka-rakteristik siswa, diperoleh skor ra-ta-rata keseluruhan item berturut-turut adalah 3,63. Sesuai dengan kriteria kevalidan yang telah diten-tukan yaitu 3 ≤ 𝑥 ≤ 4, angket kebu-tuhan dan karakteristik siswa dikata-kan valid dan tidak perlu revisi se-hingga layak untuk digunakan. b. Analisis lembar validasi instru-men

angket penilaian modul un-tuk validator ahli dan praktisi

Tabel 4.5 Analisis Data Validasi Instrumen Angket Penilaian Modul untuk Validator

Ahli dan Praktisi

No Komponen

jawaban dengan pernyataan/ pertanyaan pada instrumen produk yang akan dibuat tujuan pembuatan instrument proposional dan sebanding dengan ukuran kertas yang digunakan

4 4 4

Kebahasaan

1 Bahasa yang

digunakan dalam intrumen sesuai dengan EYD

digunakan dalam instrumen sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual

4 3 3,

5

3 Bahasa yang

digunakan efektif dan efisien 2 penggunaan tanda

baca sesuai 4 4 4

(18)

42 Berdasarkan Tabel 4.17 ten-tang analisis data validasi instru-men angket penilaian modul un-tuk validator ahli dan praktisi, diperoleh skor rata-rata keselu-ruhan item 3,52. Sesuai dengan kriteria kevalidan yang telah di -tentukan yaitu 3 ≤ 𝑥 ≤ 4, maka angket penilaian modul untuk

validator ahli dan praktisi dika- takan valid dan tidak perlu revisi

sehingga layak untuk digunakan. c. Analisis lembar validasi instru-men

angket penilaian modul un-tuk subjek uji coba terbatas

Tabel 4.6 Analisis Data Validasi Instrumen Angket Penilaian Modul untuk Subjek

Uji Coba Terbatas

No Komponen

jawaban dengan pernyataan/ pertanyaan pada instrument

4 3 3,5

Lanjutan Tabel 4.6

N n dengan produk yang dibuat proposional dan sebanding dengan ukuran kertas yang digunakan

3 3 3

Kebahasaan

1 Bahasa yang

digunakan dalam intrumen sesuai dengan EYD

3 4 3,5

3,5

2 Bahasa yang

digunakan dalam instrumen sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual

4 3 3,5

3 Bahasa yang

digunakan efektif dan efisien

(19)

43 Berdasarkan Tabel 4.18 ten-tang analisis data validasi ins-trumen angket penilaian modul untuk subjek uji coba terbatas, diperoleh skor rata-rata keselu-ruhan item 3,36. Sesuai dengan kriteria kevalidan yang telah di-tentukan yaitu 3 ≤ 𝑥 ≤ 4, maka angket penilaian modul untuk pe-nilaian modul untuk subjek uji coba terbatasdikatakan valid dan tidak perlu revisi sehingga layak untuk digunakan.

1) Analisis angket kebutuhan

a. Analisis data angket identifikasi kebutuhan guru

Tabel 4.7 Analisis Angket Identifikasi Kebutuhan Guru

pembelajaran matematika khususnya materi kubus dan balok, Bapak/Ibu

sebagai guru

menempatkan diri sebagai

pusat kegiatan

pembelajaran?

Sangat sering : 100% pembelajaran siswa ditempatkan sebagai objekbelajar?

menggunakan teknik pemecahan masalah dalam pembelajaran materi kubus dan balok?

Sangat sering:

pembelajaran materi kubus dan balok,

Sangat sering: 0% Sering: 0%

Bapak/Ibu juga melatih siswa untuk bekerja sama dengan teman (belajar kelompok)?

pembelajaran materi kubus dan balok, Bapak/Ibu menggunakan modul pembelajaran?

pembelajaran materi

kubus dan balok

Bapak/Ibu menggunakan pendekatan SAVI, dimana pendekatan SAVI adalah pendekatan pembelajaran yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan

penggunaan semua

inderanya dalam proses pembelajaran?

pembelajaran materi kubus dan balok,

Bapak/Ibu pernah

menggunakan modul pembelajaran dengan pendekatan SAVI, dimana modul pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah modul yang tersusun berdasarkan tahapan somatic (tubuh artinya berbuat), auditori (pendengaran atau berbicara), visual (mengamati), intelektual (memecahkan masalah) tentang bangun ruang

sampai siswa

(20)

44 Lanjutan Tabel 4.7

N

pembelajaran materi kubus dan balok menggunakan modul pembelajaran dengan pendekatan SAVI?

Sangat setuju: 100%

pembelajaran materi kubus dan balok

Bapak/Ibu guru

menggunakan alat peraga atau media

lain sebagai

pendukung dari buku atau modul?

Sangat sering: 0%

menggunakan media bantu seperti poster pembelajaran dalam menjelaskan materi kubus dan balok?

Sangat sering: 0% pembelajaran kubus

dan balok

menggunakan media bantu seperti poster pembelajaran?

Sangat setuju: 100% pembelajaran kubus

dan balok

menggunakan modul dengan pendekatan SAVI berbantuan poster pembelajaran?

Sangat setuju: 100%

pembelajaran materi kubus dan balok, Bapak/Ibu

mempertimbangkan kebutuhan siswa dalam belajar?

Sangat sering: 0%

kemampuan siswa

Sangat sering: 100% Sering: 0%

dalam materi kubus dan balok Bapak/Ibu menggunakan bentuk

Tes Tertulis? mengalami kesulitan dalam melakukan

Berdasarkan hasil analisis angket identifikasi kebutuhan gu-ru diperoleh data bahwa guru se-lalu menempatkan dirinya seba-gai pusat kegiatan pembelajaran (teacher center) dan menempat-kan siswa sebagai objek belajar. Dalam pembelajaran materi Ku-bus dan Balok guru menyatakan kadang-kadang menggunakan teknik tanya jawab dan selalu menggunakan teknik pemecahan masalah. Disamping itu, guru ka-dang-kadang juga melatih siswa untuk bekerja sama dengan te-man (belajar kelompok).

Dalam proses pembelajaran Kubus dan Balok guru tidak per-nah menggunakan modul pem-belajaran, tetapi hanya meng-gunakan buku teks dari penerbit, sehingga sumber belajar yang digunakan siswa tidak bervariasi yang mengakibatkan motivasi belajar siswa menurun.Namun, guru menyatakan perlu untuk menggunakan modul dalam pro-ses pembelajaran.

(21)

45 dalam pembelajaran Kubus dan Balok, guru tidak pernah menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual and intellectual SAVI). Guru terkadang juga mengguna-kan media bantu dalam menjelas-kan Kubus dan Balok seperti alat peraga. Guru juga belum pernah menggunakan poster pembelaja-ran dalam mempelajari materi Kubus dan Balok. Sehingga, guru sangat setuju jika modul yang akan dikembangkan ini meng-gunakan poster pembelajaran un-tuk memotivasi siswa dalam mempelajari Kubus dan Balok.

Dalam analisis identifikasi ke-butuhan guru, juga didapatkan informasi bahwa guru tidak per-nah menggunakan modul pem-belajaran dengan pendekatan SAVI pada materi Balok dan Kubus, dimana modul tersebut menuntut siswa untuk aktif dalam belajar, dengan bergerak, men-jelaskan materi dengan kalimat-nya sendiri, mengamati dan me-nyelesaikan permasalahan. Mela-lui kegiatan-kegiatan tersebut, siswa akan dapat memanfaatkan seluruh alat inderanya dalam pro-ses pembelajaran, pada akhirnya dapat menumbuhkan sifat aktif siswa. Aktivitas tersebut disusun sesuai dengan petunjuk yang ada pada lembar kegiatan. Namun, guru menyatakan setuju apabila dalam pembelajaran Balok dan Kubus menggunakan modul pembelajaran dengan pendekatan Somatic, Auditory, Visual and Intellectual (SAVI) berbantuan poster pembelajaran.

Analisis angket kebutuhan dan karakteristik siswa

(2) Angket analisis kebutuhan siswa

Berdasarkan hasil analisis angket identifikasi kebutuhan sis-wa diperoleh data bahwa dari 35 siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Bangkalan, 11,1 % siswa sangat senang mempelajari matematika, 55,5% siswa senang mempelajari matematika, 13,9% siswa kurang senang mempelajari matematika, dan 19,4% siswa tidak senang mempelajari matematika. Untuk materi Kubus dan Balok, 22,2% siswa menyatakan sangat senang, 69,4% siswa menyatakan senang, 8,3% menyatakan kurang senang, dan 0% tidak menyukai materi Kubus dan Balok. Dari 36 siswa 16,6% siswa sangat setuju de-ngan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran Kubus dan Balok, 25% menyatakan setuju, 36,6% menyatakan kurang setuju, dan sisanya 22,2% menyatakan tidak setuju. Hal ini berari, guru harus menggunakan model pembela-jaran yang menarik untuk me-ningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar di se-kolah.

(22)

46 dahulu. Sedangkan jika pembelajaran materi Kubus dan Balok dilakukan dengan banyak menerapkan kegiatan mengamati bangun-bangun geometri dalam kehidupan sehari-hari serta menggambar bangun Kubus dan Balok secara berturut-turut 36,1 % sangat setuju, 19,4% setuju, 22,2% kurang setuju, dan 22,2% tidak setuju.

Dari uraian tersebut dapat di-simpulkan bahwa model pem-belajaran yang dibutuhkan oleh siwa di SMP Negeri 6 Bangkalan adalah pendekatan SAVI. Hal ini di perkuat dengan tanggapan sis-wa yakni 58,3% yang menyata-kan bahwa mereka sangat menye-tujui jika pembelajaran Kubus dan Balok menggunakan pende-katan SAVI, 25% menyatakan se-tuju, dan 16,7% kurang setuju.

Dalam hal lain 47,2% siswa sangat setuju apabila pembelaja-ran materi Kubus dan Balok memanfaatkan bahan ajar lain selain buku teks untuk menyele-saikan masalah-masalah tertentu, 36,1% setuju, dan 16,7% menya-takan kurang setuju. Selain buku teks, media cetak lain dapat berupa LKS, worksheet, modul, dan lain sebagainya. Akan tetapi media cetak selain buku teks yang sesuai dan diperlukan siswa adalah modul, karena dengan menggunakan modul mereka bisa belajar sendiri (mandiri) tanpa pendamping (guru). Pernyataan ini dikuatkan dengan data yang ada, yakni sebanyak 69,4% dari jumlah siswa sangat setuju ada-nya pemanfaatan modul untuk materi Kubus dan Balok,

27,8% siswa menyetujui, serta 2,8% kurang setuju.

Oleh karena sebanyak 75% siswa sangat setuju dengan ada-nya modul dengan pendekatan SAVI berbantuan poster pembe-lajaran pada materi Kubus dan Balok, 16,7% setuju, meskipun 8,3% siswa kurang setuju, maka dapat disimpulkan bahwa agar siswa senang dengan matematika terutama pada materi Kubus dan Balok, siswa memerlukan modul dengan pendekatan SAVI berbantuan poster pembelajaran.

(3) Analisis angket karakteristik sis-wa

Tabel 4.8 Analisis Angket Karakteristik Siswa

No Topik/sub topik Presentase Pilihan Jawaban

SM M KM TM

Kubus

1 Menggambar

Kubus. 66,7% 33,3% 5,6% 0%

2 Menjelaskan

pengertian Kubus. 22,2% 30,6% 47,2% 0% 3 Menemukan

unsur-unsur Kubus.

16,7% 30,6% 52,8% 0%

4 Menemukan jaring-jaring Kubus.

27,8% 33,3% 38,9% 0%

5 Menemukan luas

dan volume

Kubus.

19,4% 38,9% 41,7% 0%

6 Mengaplikasikan rumus luas dan volume Kubus.

27,8% 33,3% 38,9% 0%

7 Menyelesaikan

soal yang

menggunakan konsep Kubus.

19,4% 30,6% 50% 0%

Balok

8 Menggambar

(23)

47 9 Menjelaskan

pengertian Balok. 22,2% 30,6% 47,2% 0% 10 Menemukan

unsur-unsur Balok.

16,7% 30,6% 52,8% 0%

11 Menemukan jaring-jaring Balok.

27,8% 33,3% 38,9% 0%

Lanjutan Tabel 4.8

No Topik/sub topik Presentase Pilihan Jawaban

SM M KM TM

13 Mengaplikasikan rumus luas dan volume Balok.

27,8% 33,3% 38,9% 0%

14 Menyelesaikan

soal yang

menggunakan konsep Balok.

19,4% 30,6% 50% 0%

Dari uraian di atas dapat di-simpulkan bahwa masih ada sis-wa yang kurang dan belum me-mahami tentang Kubus dan Balok. Sehingga pemahaman sis-wa untuk konsep Kubus dan Ba-lok perlu ditingkatkan lagi.

(4) Analisis angket validasi modul oleh ahli dan praktisi.

Berdasarkan Tabel 4.8 tentang analisis data lembar penilaian modul oleh validator ahli dan praktisi, diperoleh skor rata-rata keseluruhan item 3,32. Sesuai dengan kriteria kevalidan yang telah ditentukan yaitu

3 ≤ 𝑥 ≤ 4, maka modul dikatakan valid dan tidak perlu revisi.

(5) Analisis angket penilaian modul untuk subjek uji coba

(6) Analisis hasil tes subjek uji coba terbatas

Tabel 4.9 Analisis Hasil Tes Subjek Uji Coba Terbatas

Subjek Uji Coba

Terbatas KKM

Hasil Tes

Kriteria Keefektifan

Subjek Uji Coba

Terbatas 1 70 90 Tuntas Subjek Uji Coba

Terbatas 2 70 80 Tuntas Subjek Uji Coba

Terbatas 3 70 70 Tuntas

Lanjutan Tabel 4.9 Subjek Uji Coba

Terbatas KKM

Hasil Tes

Kriteria Keefektifan

Subjek Uji Coba

Terbatas 4 70 80 Tuntas Subjek Uji Coba

Terbatas 5 70 90 Tuntas Subjek Uji Coba

Terbatas 6 70 70 Tuntas

Untuk menilai keberhasilan atau keefektifan modul dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di sekolah SMP Negeri 6 Bangkalan Wahid Hasyim Dau Malang yaitu 75% dari siswa uji coba memperoleh nilai ≥ 70. Banyaknya siswa uji coba ter-batas adalah 6 siswa. Berdasar-kan Tabel 4.24 tentang analisis hasil tes subjek uji coba terbatas, banyaknya siswa yang tuntas adalah 6 siswa. Dengan nilai di atas standar KKM, sehingga da-pat disimpulkan bahwa modul itu efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

Revisi Produk

(24)

48 b) Samakan ukuran font pada uji

kompetensi

c) ebaiknya tiap gambar kubus dan ba-lok diberi judul gambar

d) Warna tulisan diagonal ruang, titik sudut, dan titik-titiknya sebaiknya diganti.

Kesimpulan dan Saran A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, secara umum dapat diketahui bahwa modul dengan

pendekatan SAVI berbantuan poster pembelajaran ini valid dan layak digunakan sebagai media pembelajaran.

Penelitian modul pembelajaran ini menggunakan mo-del Four-D. Model ini

terdiri dari empat tahap/fase, yaitu:

define, design, develop, dan disseminate.

Penelitian modul dengan pende-katan

SAVI berbantuan poster pem-belajaran pada materi bangun ruang ini mampu mengubah kebiasaan peserta didik dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Terdapat lima kegiatan belajar pada modul ini, dimana kegiatan belajar tersebut disusun dengan pendekatan SAVI. Melalui tahapan dalam modul ini peserta didik dilibatkan secara pe-nuh. Hal ini merupakan ciri khas modul yang dikembangkan, di mana pembelajaran dengan pendekatan SAVI

ini, menuntut siswa untuk me-ngaktifkan seluruh alat inderanya tidak hanya pendengaran dan penglihatan saja.

Berdasarkan hasil validasi modul dari validator ahli dan praktisi dipe-roleh hasil rata-rata penilaian modul dari validator ahli dan praktisi sebe-sar 3,32 dan telah memenuhi krite-ria yang ditetapkan, yaitu modul valid dan layak diujicobakan. Selain itu, hasil penilaian modul oleh 6 subjek uji coba pada tahap uji coba yang dilakukan, diperoleh rata-rata hasil penilaian modul oleh subjek uji coba sebesar 3,71. Dari penilaian ini, menunjukkan bahwa modul la-yak untuk digunakan. Sedangkan untuk keefektifan

Gambar 4.1

sebelum revisi Gambar 4.2

setelah revisi

Gambar 4.1 sebelum revisi

Gambar 4.2

setelah revisi

Gambar 4.1 sebelum revisi

Gambar 4.2

setelah revisi Gambar 4.1

sebelum revisi

Gambar 4.2

(25)

49 modul, ditunjuk-kan dengan hasil tes siswa yaitu 100% dari banyaknya subjek uji coba telah tuntas, yang berarti bah-wa modul yang dikembangkan telah memenuhi kriteria keefektifan.

Terdapat kelebihan dan kelema-han pada penelitian modul dengan pendekatan SAVI berbantuan poster pembelajaran ini. Kelebihan dari modul ini adalah: (1) modul yang dikembangkan memuat masalah Somatic, Auditory, Visual and Intellectual yang jika keempat hal tersebut terbangun akan menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran, (2) mengubah kebiasaan peserta didik dari pembelajaran yang berpusat pa-da guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peran guru bukan lagi sebagai pemberi in-formasi melainkan sebagai fasilita-tor, (3) memberikan balikan (feedback); modul memberikan bali-kan yang segera sehingga peserta di-dik dapat mengetahui taraf hasil be-lajarnya. Kesalahan segera dapat di-perbaiki dan tidak dibiarkan begitu saja (4) tujuan pembelajaran disusun dengan jelas sehingga peserta didik terarah untuk mencapainya dengan segera.

Selain itu, modul dengan pende-katan

SAVI berbantuan poster pem-belajaran ini juga memiliki kelema-han dalam penggunaan modul ini. Adapun kelemahan dalam penggu-naan modul ini adalah: (1) modul ini hanya membahas materi Kubus dan Balok, (2) kegiatan yang ada pada modul kurang banyak sehingga se-bagian siswa merasa kurang tertarik.

Kemungkinan masalah yang muncul apabila siswa menggunakan modul

dengan pendekatan SAVI ber-bantuan pembelajaran dalam materi Kubus dan Balok adalah bagi peser-ta didik yang kemampuannya ren-dah akan mengalami kesulitan da-lam mengikuti pembelajaran. Kare-na mereka cenderung tidak mau berpikir dan hanya mau menerima informasi dari guru saja. Selain itu, pada waktu peserta didik mengerja-kan soal pada modul mereka cende-rung melihat kunci jawaban yang tersedia sehingga kreatifitas peserta didik kurang nampak dalam pembe-lajaran.

Oleh karena itu, guru hendaknya mampu mengatur waktu dan meng-kondisikan siswa, sehingga siswa yang lambat dalam proses belajar-nya tidak ketinggalan dengan siswa yang cepat dalam proses belajarnya. Sedangkan, untuk mengatasi siswa yang melihat kunci jawaban tanpa mau berusaha, guru bisa memberi arahan kepada siswa untuk menger-jakan soal dengan kemampuannya sendiri.

B.Saran-saran

1. Saran pemanfaatan produk

Untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan modul di lapangan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

(26)

50 3) Sebelum modul dipakai, guru

hendaknya mengetahui secara mendalam tentang karakteris-tik peserta didiknya terlebih dahulu. Sebab jika peserta di-dik yang lemah dalam bela-jarakan mengalami kesulitan jika menggunakan modul.

2. Saran penyebaran produk

Cakupan materi yang dikem-bangkan masih belum terlalu luas, hanya membahas tentang Kubus dan Balok saja, maka disarankan untuk memperluas materi atau menambah materi yang lain sebelum modul disebar-luaskan. Selain itu, dalam tahap uji coba, peneliti hanya menggu-nakan uji coba terbatas dikarena-kan terbatasnya waktu, sehingga disarankan untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan uji coba yang lebih luas. Hal tersebut dilakukan agar modul benar-benar teruji kevalidannya.

3. Saran penelitian lebih lanjut

Beberapa saran peneliti untuk penelitian produk lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1) Untuk lebih meningkatkan kualitas produk, sebaiknya produk ini dikembangkan le-bih luas lagi untuk materi-materi yang lain dalam pela-jaran matematika atau bidang studi yang lain.

2) Penyusunan bahan ajar mate-matika disarankan untuk me-nyertakan langkah-langkah dalam menemukan suatu pola, memberikan tugas yang dapat membiasakan siswa meng-ungkapkan alasan atau pen-dapat mereka, serta meng-gunakan kalimat yang mudah dipahami siswa dan tidak menimbulkan

makna ganda.

3) Penyusunan bahan ajar matematika disarankan untuk memberikan tugas yang dapat membiasakan siswa mengung-kapkan alasan atau pendapat mereka, serta menggunakan kalimat yang mudah dipahami siswa dan tidak menimbulkan makna ganda.

Daftar Pustaka

Arifin, Zainal dkk. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif

Mengembangkan Media

Pembelajaran. Jakarta: Referensi.

Arsyad, Azhar.2009. Media Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Hudojo, Herman. 2005. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).

Hermanto. 2010. Pendekatan “SAVI”

Dalam Mata Kuliah Bina Gerakan Aksesibilitas Untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Khusus. Vol 7 (2). 85-97

Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

(27)

51 Nasution. 2007. Berbagai Pendekatan

dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Kencana

Putra, Harry Dwi. 2011. Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan SAVI

Berbantuan Wingeom Untuk

Meningkatkan Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMP. Makalah disajikan dalam rangka seminar Nasional Pendidikan Matematika. STKIP Siliwangi Bandung. Bandung,03 Nov 2011

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.

Yogyakarta: Diva Press

Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana Predia Media Group

Sudjana, Nana dan Ahmad Rifa’i. 2011.

Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru Algensindo.

Gambar

13 butir pernyataan serta komentar dan saran Tabel 4.2
gambar sebagai
Tabel 4.15
Tabel 4.5 Analisis Data Validasi Instrumen
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini kemudian akan menguji pengaruh sikap terhadap produk hijau dalam memediasi pengaruh variabel pengetahuan produk hijau, pengaruh sosial, dan harga produk hijau

Beban produksi yang dianggarkan disesuaikan ke jumlah yang seharusnya dikeluarkan pada tinkinerja actual gkat produksi actual dengan cara mengalihkan setai elemen dari biaya

PILIH SALAH SATU ATAU SATU KELOMPOK KECERDASAN UNTUK MEMUSATKAN PADA SUATU UNIT STUDI ATAU PELAJARAN TUNGGAL. Sembilan

diperoleh dari produksi metil ester (biodiesel) dengan bahan baku biji saga. (Adenthera

judul “ ANALISA PEMBEBANAN MOTOR UNIVERSAL DENGAN MENGGUNAKAN DUA SUMBER TEGANGAN AC DAN DC” Laporan Akhir ini adalah salah satu syarat menyelesaikan program Diploma III

(1) Kelompok pakar atau tim ahli alat kelengkapan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf c merupakan sejumlah tertentu pakar atau ahli yang mempunyai

Pengembangan sapi potong sebagai salah satu ternak potong masih banyak mengalami hambatan karena pemeliharaanya yang masih bersifat tradisional, sangat tidak menguntungkan

[r]