• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KONSUMSI PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KONSUMSI PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

200

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KONSUMSI PANGAN

SUMBER KARBOHIDRAT DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

(Inf l uenci ng f act or s of Car bohydr at e Food Sour ces Consumpt i on i n Rur al and Ur ban Ar ea) Suci Apriani1 dan Yayuk F. Baliwat i1*

1

Depart emen Gizi Masyarakat , Fakult as Ekologi Manusia, Inst it ut Pert anian Bogor, Bogor 16680

* Alamat korespondensi: Depart emen Gizi Masyarakat , Fakult as Ekologi Manusia, Inst it ut Pert anianBogor, Bogor 16680. Telp: 0251-8621258; Fax: 0251-8622276; Email: yayuk_gm@yahoo. com

ABST RACT

The ai ms of st udy wer e t o anal yze t he ecol ogi cal f act or s such as f ood avai l abi l i t y, l and capaci t y, popul at i on densi t y, pover t y, GDP, educat i on; and t hei r associ at i on t o t he consumpt i on of car bohydr at e f ood sour ces i n some r ur al and ur ban ar eas of Indonesi a. Thi s ecol ogi cal st udy was conduct ed by anal ysi ng t he 62 di st r i ct s i n Indonesi a. The dat a of f ood consumpt i on was par t of set Ri set Kesehat an Dasar (Ri skesdas 2007). The dat a of f ood pr oduct i on, popul at i on densi t y, pover t y, GDP, and educat i on col l ect ed f r om t he Cent r al St at i st i c Agency (BPS). The st at i st i cal t est was pear son cor r el at i on and st epwi se l i near r egr essi on. The st udy shows t hat consumpt i on of car bohydr at e f ood sour ces i n r ur al mor e t han i n ur ban ar ea and domi nat ed by r i ce. Ener gy cont r i but i on f r om car bohydr at e f ood sour ces i s a hal f of t ot al ener gy cont r i but i on (55. 9% i n r ur al and 48. 05% i n ur ban). In r ur al ar ea, consumpt i on of r i ce, cor n, cassava, and sweet pot at o per capi t a per year wer e 109 kg, 4. 69 kg, 2. 51 kg, and 0. 66 kg. Whi l e i n ur ban ar ea, consumpt i on of r i ce, cor n, cassava, and sweet pot at o per capi t a per year wer e 95 kg, 1. 24 kg, 3. 51 kg, and 0. 209 kg. The f ood avai l abi l i t y was si gni f i cant l y af f ect ed t o t he consumpt i on of car bohydr at e f ood sour ces i n r ur al and ur ban ar eas.

Key words: car bohydr at e f ood sour ces, ecol ogi cal f act or s, r ur al and ur ban ar ea

PENDAHULUAN

Pangan adalah salah sat u kebut uhan dasar manusia yang merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang dit uangkan dalam Uni ver sal Decl ar at i on of Human Ri ght s t ahun 1948 dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 t ahun 1996 t ent ang pangan. Di dalam undang-undang t ersebut j uga dij elas- kan pengert ian ket ahanan pangan, yait u kon- disi t erpenuhinya pangan bagi set iap rumah t angga yang t ercermin dari t erpenuhinya pa- ngan baik secara j umlah maupun mut u, aman, merat a dan t erj angkau.

Menurut Suryana (2004), pemenuhan ke- but uhan pangan baik dari segi j umlah, mut u, gizi dan keamanannya merupakan pilar bagi pembent ukan sumberdaya manusia berkualit as unt uk meningkat kan daya saing bangsa Indonesia di t at aran global. DKP (2006) lebi h lanj ut menyat akan bahwa salah sat u indikat or ket ahanan pangan adalah t erj aminnya kon-sumsi pangan, sesuai dengan kaidah gizi dan kesehat an sert a pref erensinya. Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, disebut kan bahwa 40. 6 persen penduduk Indonesi a belum dapat me- menuhi kebut uhan energi minimal (<70%

kecukupan AKE 2000 kkal/ kap/ hr). Hal t erse- but menunj ukkan adanya resiko t erj adinya rawan pangan di Indonesia.

Berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH), kecukupan energi yang diperoleh dari pangan sumber karbohidrat adalah 50 persen unt uk ke-lompok serealia dan 6 persen unt uk keke-lompok umbi -umbian. Hal t ersebut menunj ukkan posisi pent i ng pangan sumber karbohidrat dalam ke- cukupan energi penduduk. Selain it u, berda-sarkan Susenas 2005, 43. 61 persen kecukupan prot ein penduduk Indonesi a berasal dari beras. Karena it u, ket i dakcukupan pangan sumber karbohidrat bisa menj adi peri ngat an kewaspa-daan pangan pali ng dini .

(2)

201

penduduk karena urbani sasi maupun arus

pengungsian.

Jika konsumsi pangan t idak t ercukupi, khususnya pangan karbohi drat yang merupakan sumber energi maka akan rent an t erj adi rawan pangan yang pada akhi rnya dapat menurunkan kualit as hidup manusia. Ol eh karena it u, perlu dianalisis f akt or ekologi baik f isik maupun sosial ekonomi yang berpengaruh t erhadap konsumsi pangan di berbagai karakt erist ik wilayah (perdesaan dan perkot aan) dengan pendekat an variabel ekologi berdasarkan Jellif f e dan Jel lif f e (1989) sehingga permasa-lahan yang ada dapat diat asi secara t epat .

METODE

Desain dan Lokasi

Penelit ian ini di lakukan dengan desain st udi ekologi dengan memanf aat kan dat a sekunder dari Riskesdas 2007 maupun BPS 2007. Lokasi penelit ian yait u kabupat en yang dipilih secara pur posi ve dengan persyarat an ket ersediaan dat a berupa: 1) konsumsi pang-an, 2) PDRB per kapit a, 3) t ingkat kemiskinpang-an, 4) t ingkat pendidikan penduduk usia 15 t ahun ke at as, dan 5) mewakili karakt erist ik perde-saan dan perkot aan menurut BPS (2000). Semua dat a t ersebut t erdapat dalam kurun wakt u 2007. Penelit ian di l akukan selama enam bulan, yait u bulan Okt ober 2010 sampai Maret 2011.

Cara Pemilihan Sampel

Unit penelit ian ini adalah kabupat en di Indonesia yang dipi lih dengan pemenuhan krit eria sepert i t ersebut di at as. Dari 347 kabupat en, t erdapat 96 kabupat en yang memenuhi krit eria pert ama sampai krit eria keempat . Kemudian di lakukan pengklasi-f ikasian unit penelit ian berdasarkan karak-t eriskarak-t ik wilayah perdesaan dan perkokarak-t aan menggunakan klasif ikasi BPS 2000 (BPS 2007). Unt uk menent ukan suat u daerah t ermasuk perdesaan dan perkot aan digunakan suat u indikat or komposit (indikat or gabungan) yang skor at au ni lainya di dasarkan pada skor at au nilai dari t iga buah variabel yait u kepadat an penduduk, persent ase rumah t angga pert a-nian, dan akses f asilit as umum.

Hasilnya di dapat kan 31 kabupat en dengan karakt erist ik perkot aan dan 65 kabupat en dengan karakt erist ik perdesaan. Unit penelit ian at au cont oh unt uk wilayah perdesaan hanya diambil 31 kabupat en karena

akan dilakukan uj i beda dengan wi layah perkot aan. Pengambilan cont oh pada wilayah perdesaan dilakukan berdasarkan proporsi t iap wilayah (kepulauan).

Jenis dan Cara Pengumpulan Dat a

Dat a sekunder yang digunakan meliput i dat a konsumsi penduduk yang merupakan dat a Riset Kesehat an Dasar (RISKESDAS 2007). Dat a konsumsi yang digunakan adalah dat a konsumsi pangan sumber karbohi drat (beras, j agung, ubi kayu dan ubi j alar) baik dalam bent uk asli maupun olahannya.

Dat a karakt erist ik f isik wilayah dan ka-rakt erist ik sosial ekonomi yang digunakan didapat kan dari publikasi BPS 2007. Dat a ka-rakt erist ik f isik wilayah meliput i: (1) penggu-naan lahan, (2) ket ersediaan pangan, (3) pro- duksi pangan sumber karbohidrat dan luas pa- nennya, sert a (4) kepadat an penduduk. Dat a karakt erist ik sosial ekonomi meliput i: (1) t ing- kat pendi dikan penduduk usia 15 t ahun ke at as, (2) PDRB per kapit a, (3) t ingkat kemis-kinan, (4) mat a pencaharian penduduk sert a (5) akses f asilit as umum sepert i j umlah seko-lah, rumah sakit dan t empat pelayanan kese-hat an lainnya, pasar, pert okoan, sert a persen-t ase pemilikian lispersen-t rik dan persen-t el epon; dan (6) j umlah penduduk.

Pengolahan dan Analisis Data

Dat a karakt erist ik sosial ekonomi meli-put i t ingkat pendidikan, t ingkat kemiskinan, dan PDRB perkapit a dit abulasi dan dianalisis secara deskript if . Unt uk dat a konsumsi pangan sumber karbohidrat yang diket ahui melalui r aw

dat a Riskesdas 2007 sudah dalam bent uk

energi (kkal ) sehi ngga t inggal dihit ung j umlah konsumsi rat a-rat a penduduk t iap komodit as pangannya. Dat a konsumsi t iap komodit as dan kelompok pangan selanj ut nya dibuat persen-t ase persen-t ingkapersen-t konsumsi dengan membanding-kannya berdasarkan kecukupan 2000 kkal/ kap/ hari sert a kebut uhan ideal menurut kelompok pangan (50% AKE unt uk serealia dan 6% AKE unt uk umbi-umbian).

(3)

202

kelompok pangan (50% AKE unt uk serealia dan 6% AKE unt uk umbi-umbian).

Dat a karakt erist ik f isik wilayah diguna-kan unt uk menghit ung daya dukung lahan unt uk menyediakan pangan di wi layah t erse-but . Rumus yang digunakan adalah rumus daya dukung lahan murni (Tola et al . 2007) dengan rumus:

Dimana:

K : daya dukung lahan (orang/ ha) unt uk menyediakan pangan

Asi : luas lahan yang dit anami dengan j enis t anaman Si (ha)

Ysi : produksi bersih t anaman pangan Si (kkal/ t ahun)

Csi : t ingkat konsumsi unt uk masing - masing j enis t anaman pangan dalam menu penduduk (%kkal/ t ahun)

R : kebut uhan energi rat a-rat a per orang (kkal/ orang/ t ahun)

Analisis inf erensia yang di gunakan ada- lah uj i beda Independent Sampl e T-t est , kore- lasi pear son, dan analisis regresi linier bergan- da dengan met ode st epwi se. Uj i beda Inde-

pendent Sampl e T-t est digunakan unt uk meng-

analisis perbedaan set iap variabel yang dit elit i di wilayah perdesaan dan perkot aan. Uj i ko- relasi pear son digunakan unt uk menganalisis hubungan variabel bebas (ket ersediaan, kepa- dat an penduduk, daya dukung lahan, t ingkat kemiskinan, PDRB perkapi t a dan t ingkat pen- didikan) dengan variabel t ak bebas (konsumsi pangan sumber karbohidrat ). Besarnya penga- ruh variabel bebas t erhadap variabel t i dak be- bas diuj i dengan menggunakan uj i analisis regresi linear berganda met ode st epwi se.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kawasan perkot aan sebagian besar (83. 9%) t erdapat di pulau Jawa, sedangkan kawasan perdesaan t ersebar di pulau-pulau besar Indonesia kecuali Maluku dan Papua yang t idak t ermasuk menj adi cont oh penelit ian. Hal t ersebut menunj ukkan bahwa dist ribusi pem-bangunan belum merat a penyebarannya, se-hingga masih t erpusat di pulau Jawa.

Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat di Perdesaan dan Perkotaan

Konsumsi pangan sumber karbohidrat didominasi oleh beras bai k di perdesaan mau-pun perkot aan. Jumlah konsumsi pangan sumber karbohidrat di perdesaan lebih t inggi di perdesaan daripada di perkot aan (Tabel 1). Konsumsi pangan sumber karbohidrat di perdesaan mencapai 1118 kkal/ kap/ hari dan di perkot aan hanya 961 kkal / kap/ hari. Ti ngginya konsumsi pangan sumber karbohidrat di perdesaan menurut Bouis (1990); Hussain (1990) diacu dalam Braun et al . (1993) dapat diasumsikan karena pekerj aan masyarakat perdesaan cenderung membut uhkan banyak energi dibandingkan pekerj aan masyarakat perkot aan. Ol eh karena it u, kebut uhan energi masyarakat perdesaan cenderung lebih besar dan makanan masyarakat perdesaan seringkali lebi h banyak didominasi pangan pokok (sumber energi yang yang relat if murah) dibandingkan makanan masyarakat perkot aan.

Berdasarkan uj i beda i ndependent sampl e t -t est (Tabel 1) t erdapat perbedaan yang nyat a ant ara konsumsi kelompok serealia dan umbi-umbian sert a j enis pangan beras dan ubi j alar di perdesaan dan perkot aan.

Tabel 1. Jumlah dan Ti ngkat Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat menurut Kebut uhan Energi Ideal (%) di Perdesaan dan Perkot aan

Variabel

Jenis Pangan

Beras Jagung Ubi

Kayu Ubi Jalar

•Konsumsi (kg/ kap/ t h)

D 109 4. 69 2. 51 0. 66

K 95 1. 24 3. 51 0. 209

•Konsumsi (kkal / kap/ t h)

D 1087 17 11 3

K 941 4 15 1

•% AKE ideal D 108. 7 1. 7 9. 2 2. 5

K 94. 1 0. 4 12. 5 0. 83

•P j enis pangan 0. 010** 0. 07 0. 244 0. 029** •p kel ompok

pangan 0. 000** 0. 032**

* Kebut uhan konsumsi energi ideal berdasarkan kelompok pangan: beras dan j agung= 50% AKE (1000 kkal/ kap/ hr), ubi kayu dan ubi j alar= 6% AKE (120 kkal/ kap/ hr)

** Signif ikan pada p<0. 05 D= Desa K= Kot a

(4)

203

j alar bel um t erlalu dikembangkan sehingga

produk olahannya t erbat as. Perbandingan yang t erbalik t erj adi pada konsumsi ubi kayu yang lebi h t inggi di perkot aan dibandingkan dengan di perdesaan. Cukup t ingginya konsumsi ubi kayu karena semakin beragamnya produk olah- an ubi kayu yang dikembangkan, khususnya di wilayah perkot aan.

Konsumsi pangan secara kualit at if dit en- t ukan berdasarkan komposisi keragaman pa- ngannya dalam memenuhi kebut uhan energi at au yang dikenal dengan ist ilah Pola Pangan Harapan (PPH). Berdasarkan PPH, konsumsi kelompok serealia secara ideal adalah 50 persen AKE (DKP 2006). Konsumsi kelompok serealia di perdesaan t el ah melampaui l ebih dari 50 persen AKE berdasakan st andar PPH. Namun di perkot aan, konsumsi kelompok serealia belum mencapai 50 persen AKE berdasarkan st andar PPH. Hal t ersebut diduga karena masyarakat perkot aan mengkonsumsi pangan l ebih beraneka ragam. Konsumsi umbi -umbian secara ideal adalah 6 persen AKE dan dat a konsumsi akt ual masih j auh dari angka ideal t ersebut . Konsumsi kelompok umbi-umbian bahkan belum mencapai 1 persen baik di perdesaan maupun perkot aan, padahal di Indonesia t ersedia berbagai j enis umbi-umbian dengan harga yang relat if murah (Tabel 2).

Tabel 2. Tingkat Kecukupan Konsumsi menurut Kelompok Pangan (%) Di bandingkan dengan St andar PPH di Perdesaan dan Perkot aan

Ariani (2004) menyat akan bahwa di Indo- nesia beras t elah dij adikan komodit as polit ik dan st rat egis, sehi ngga kebij akan pangan yang dit et apkan ol eh pemerint ah bias pada beras, t ermasuk diant aranya kebi j akan ‘ raskin’ . Kebi - j akan yang bias pada beras ini berdampak pada pergeseran pola konsumsi pangan pokok, dari j agung at au umbi-umbian ke beras. Selain it u, Mart iant o dan Ariani (2004) diacu dalam Maul udyani (2008) menyat akan t erdapat bebe- rapa alasan yang mendasari dipilihnya beras sebagai pangan pokok, yait u cit a rasa yang lebi h enak, l ebih cepat dan prakt is diolah, dan mempunyai komposisi gizi yang relat if l ebih baik dibandingkan pangan pokok yang lain.

Selain it u, beras diident ikkan dengan pangan pokok yang memi liki st at us sosial t inggi.

Karakteristik Fisik Wilayah di Perdesaan dan Perkot aan

Ket er sedi aan Pangan

Ket ersediaan pangan di wil ayah per desa-an l ebih besar (2185 kkal) dibdesa-andingkdesa-an de- ngan perkot aan (1934 kkal) meskipun dengan selisih yang t idak t erlalu berbeda. Hal t ersebut dibukt ikan dengan hasil uj i beda i ndependent sampl e t -t est (Tabel 3) yang menunj ukkan bahwa meskipun j umlah ket ersediaan di per- desaan lebih t inggi namun t idak berbeda nyat a (p>0. 05).

Tabel 3. Jumlah dan Tingkat Ket ersediaan Pangan Sumber Karbohidrat menurut Kebut uhan Energi Ideal di Pedesaan

* Ket ersediaan energi ideal berdasarkan kel ompok pangan: beras& j agung= 50% AKE (1100 kkal / kap/ hr) ubi kayu & ubi j al ar=6%AKE (132 kkal / kap/ hr) ** Signif ikan pada p<0, 05

D= Desa K= Kot a

Ket ersediaan pangan menurut kelompok pangan selain menunj ukkan kecukupan j umlah j uga dapat menunj ukkan mut unya. Pada Tabel 4 dit unj ukkan kont ri busi set iap komodit as pa- ngan t erhadap kebut uhan ket ersediaan energi ideal menurut kelompok pangan. Ket ersediaan beras dan ubi kayu memi liki kont ribusi yang besar t erhadap pemenuhan ket ersediaan se- suai kebut uhan energi ideal berdasarkan ke- lompok pangan. Jagung dan ubi j alar meskipun j umlahnya t idak sampai 100 persen AKE ideal namun memi liki kont ribusi yang berart i.

(5)

204

dimanf aat kan ol eh masyarakat perdesaan mau- pun perkot aan. Oleh karena it u, lahan pert ani- an yang ada harus dimanf aat kan dengan baik unt uk pemenuhan pangan masyarakat yang berkelanj ut an.

Tabel 4. Tingkat Kecukupan Ket ersediaan menurut Kelompok Pangan (%) Dibandingkan dengan St andar PPH di Perdesaan dan Perkot aan

Jenis Pangan

Wilayah Perdesaan Perkotaan

Tingkat Kecukupan :

Serealia 85. 67 77. 76

Umbi-umbian 13. 67 10. 14

St andar PPH :

Serealia 50. 0 50. 0

Umbi-umbian 6. 0 6. 0

Kepadat an Penduduk

Kepadat an penduduk merupakan rasio penduduk yang menempat i suat u wilayah. BPS (2007) mengklasif ikasikan kepadat an penduduk di Indonesia menj adi empat kat egori; kepa-dat an penduduk sangat t inggi (>1000 j iwa/ km2), kepadat an penduduk t inggi (501-1000 j iwa/ km2), kepadat an penduduk sedang (101-500 j iwa/ km2), dan kepadat an penduduk j a- rang (<101 j iwa/ km2). Dari hasil uj i beda i n- dependent sampl e t -t est kepadat an penduduk di perdesaan dan perkot aan berbeda nyat a (p<0. 01), yait u l ebi h t inggi di perkot aan diban- dingkan perdesaan. Rat a-rat a kepadat an pen- duduk di perdesaan adalah 249 j iwa/ km2 yang digolongkan ke dalam kepadat an penduduk sedang menurut BPS (2007) (Tabel 5). Semen- t ara it u, rat a-rat a kepadat an penduduk di per- kot aan adalah 1144 j iwa/ km2 at au t ergolong kepadat an penduduk sangat t inggi.

Tabel 5. Karakt erist ik Fisik Wilayah di Perdesaan dan Perkot aan

No Karakteristik fisik Desa Kota p

1 Kepadat an Penduduk

(j iwa/ km2) 249 1144 0. 000*

2 Kepadat an Penduduk

(orang/ ha) 2. 49 11. 44 0. 000*

3 Daya Dukung Lahan

(orang/ ha) 6. 62 7. 16 0. 891

* Berbeda nyat a pada p<0. 05

Daya Dukung Lahan

Bert ambahnya j umlah penduduk menye-babkan l uas lahan garapan cenderung makin kecil , keadaan ini menyebabkan meningkat nya t ekanan penduduk t erhadap lahan. Kemudian di daerah ladang berpindah kenaikan kepadat - an penduduk j uga meningkat kan t ekanan pen- duduk t erhadap lahan karena naiknya kebut uh-

an akan pangan, akibat nya diperpendeknya masa ist irahat lahan (Soemarwot o 2001 diacu dalam Tola et al . 2007). Selanj ut nya, Siwi (2002) diacu dalam Tola et al . (2007) menya- t akan bahwa meningkat nya kepadat an pendu- duk, daya dukung lahan pada akhirnya akan t erlampaui . Hal i ni menunj ukkan bahwa lahan di suat u wilayah t idak mampu lagi mendukung j umlah penduduk di at as pada t i ngkat kese- j aht eraan t ert ent u (Must ari et al . 2005 diacu dalam Tola et al . 2007).

Daya dukung lahan di perdesaan adalah 6. 62 orang/ ha sedangkan di perkot aan adalah 7. 16 orang/ ha. Meskipun daya dukung lahan di perkot aan lebih t i nggi dibandingkan dengan di perdesaan, namun daya dukung lahan t ersebut t elah dilampaui oleh kepadat an penduduknya yait u 11. 44 orang/ ha (Tabel 5). Menurut Must ari et al . (2005) diacu dalam Tola et al . (2007) hal t ersebut menunj ukkan bahwa lahan di wilayah t ersebut t idak mampu lagi mendu-kung j umlah penduduk di at as pada t ingkat kesej aht eraan t ert ent u.

Karakteristik Sosial Ekonomi di Perdesaan dan Perkot aan

Ti ngkat Kemi ski nan

Tingkat kemiskinan di perdesaan dan perkot aan memi liki perbedaan nyat a ber da-sarkan uj i beda i ndependent sampl e t -t est (p<0. 05). Ti ngkat kemiskinan di perdesaan le- bih t inggi daripada di perkot aan yait u 21 per- sen dan di perkot aan yait u 17 persen (Tabel 6). Masalah kemiskinan akan berdampak pada kurangnya akses masyarakat t erhadap peme-nuhan kebut uhan pangan maupun pelayanan kesehat an. Jumlah orang miskin mencer min-kan kelompok yang t idak mempunyai akses pa- ngan, j ika persent asenya l ebih dari 20 persen, maka akses pangannya t ermasuk kat egori ren- dah. Kemiskinan adalah i ndikat or ket idakmam- puan unt uk mendapat kan cukup pangan, kare- na rendahnya kemampuan daya beli at au hal ini mencerminkan ket idakmampuan memenuhi kebut uhan dasar sepert i makan, pakaian, pe- rumahan, pendi dikan, dan lain-lain (BKP 2008).

PDRB/ kapi t a

(6)

205

but sej alan dengan penelit ian Ulf ani (2010)

yang menyat akan bahwa 72. 1 persen kabupa- t en/ kot a di Indonesia memiliki PDRB/ kapit a yang rendah yait u kurang dari Rp 12 128 150.

Perbedaan ni lai PDRB/ kapit a di t iap wilayah dikarenakan adanya perbedaan sum-berdaya alam dan pemanf aat annya dalam mendukung kegiat an perekonomian di wilayah t ersebut . Menurut Zaris (1987); Yunarko (2007) diacu dalam Ulf ani (2010) sumberdaya alam merupakan salah sat u f akt or pendukung pert umbuhan daerah, selai n pola invest asi dan perkembangan prasarana t ransport asi. PDRB/ kapit a wilayah dapat menggambarkan penda-pat an rat a-rat a penduduk di wilayah t ersebut , sehingga dapat dikat akan bahwa pendapat an merupakan salah sat u akses pangan yang dilihat dari aspek ekonomi.

Tabel 6. Karakt erist ik Sosial Ekonomi di Perdesaan dan Perkot aan

No Karakteristik sosial

ekonomi D K p

1 Tingkat Kemiskinan (%) 21 17 0. 018*

2 PDRB/ kapit a (dalam

ribuan Rp) 7373 10913 0. 056

3 Tingkat Pendidikan (%) 72 64 0. 002*

* Berbeda nyat a pada p<0. 05

Ti ngkat Pendi di kan

Tingkat pendidikan di perdesaan l ebih rendah dibandingkan di perkot aan yait u 72 persen penduduk di perdesaan hanya mena- mat kan pendidikan sampai sekolah dasar at au bahkan t idak menamat kannnya. Sement ara it u, di perkot aan sebanyak 64 persen pendu- duk yang t idak sekolah at au set inggi-t ingginya hanya sampai menamat kan sekolah dasar. Ber - dasarkan uj i beda i ndependent sampl e t -t est , t ingkat pendidikan di perdesaan dan perkot aan berbeda yang nyat a (p<0. 05).

Menurut Syarief et al . (1988) diacu da- lam Hardinsyah (2007) t ingkat pendidikan f ormal umumnya mencerminkan kemampuan seseorang unt uk memahami berbagai aspek penget ahuan, t ermasuk penget ahuan gizi . Dengan kat a lai n, seseorang yang memiliki pendidikan lebih t inggi seharusnya lebih baik dalam mengat ur pola makannya sesuai dengan penget ahuan gizi yang dimi liki.

Faktor Ekologi yang Berpengaruh terhadap Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat di Perdesaan dan Perkotaan

Per desaan

Konsumsi pangan sumber karbohidrat yang merupakan j umlah dari konsumsi beras,

j agung, ubi kayu dan ubi j alar di perdesaan memiliki hubungan dengan ket ersediaan, PDRB/ kapit a, dan t ingkat pendidikan menurut hasil uj i korelasi pear son. Dengan analisis regresi linier (st epwi se r egr essi on) diket ahui pengaruh dari set iap f akt or t ersebut . Berda- sarkan analisis regresi t ersebut dapat diket a- hui bahwa f akt or yang berpengaruh t erhadap konsumsi pangan sumber karbohidrat di perde- saan yait u ket ersediaan. Persamaan regresi li- nier f akt or yang mempengaruhi konsumsi pa- ngan sumber karbohidrat di perdesaan sebagai berikut :

Y1*= 1339 – 138 X1*

Y1*: konsumsi pangan sumber karbohidrat di perdesaan (Y2)

X1*: ket ersediaan pangan sumber karbohidrat di perdesaan (disesuaikan; 1/ X1)

Persamaan regresi linier di at as menun- j ukkan nilai konst ant a sebesar 1339 menyat a- kan bahwa j ika t idak ada kenaikan pada ket er- sediaan maka konsumsi pangan sumber karbo- hidrat di perdesaan sebesar 1339. Nilai koef i- sien regresi ket ersediaan sebesar -138, menun- j ukkan set iap kenaikan sat u ni lai f akt or t er- sebut , maka konsumsi pangan sumber karbo- hidrat akan berkurang sebesar nilai koef isien f akt or pada persamaan li nier t ersebut .

Nilai R squar e model linier adalah 0. 2351, berart i keragaman yang mampu dij e- laskan oleh f akt or-f akt or dalam model t erse- but sebesar 23. 51 persen, sedangkan sisanya dij elaskan oleh f akt or-f akt or lain di luar mo- del . Hasil analisis ini menggambarkan t ent ang konsumsi pangan sumber karbohidrat di perde- saan yang sif at nya umum t idak spesif ik hanya dipengaruhi oleh ket ersedi aan.

Berdasarkan hasil regresi , dapat dili hat bahwa ket ersediaan yang menggambarkan ak- ses f isik t erhadap pangan lebi h berpengaruh daripada variabel lainnya, t ermasuk variabel sosial ekonomi. Hal t ersebut dapat menunj uk-kan ket ergant ungan rumah t angga di per desa- an pada akses f isik karena kebut uhan energi masyarakat perdesaan cenderung lebih besar dan makanan masyarakat perdesaan seringkali lebi h banyak didominasi pangan pokok (sumber energi yang yang relat if murah) dibandingkan makanan masyarakat perkot aan (Bouis 1990b; Hussain 1990 dalam Braun et al . 1993).

Per kot aan

(7)

206

regresi dapat diket ahui bahwa f akt or yang ber - pengaruh t erhadap konsumsi pangan sumber karbohidrat di perkot aan yait u ket ersediaan, dengan persamaan li niernya sebagai berikut :

Y2*= 7. 327 – 330 X1*

Y2* : konsumsi pangan sumber karbohidrat di perkot aan (disesuaikan; Ln Y2)

X1* : ket ersediaan pangan sumber karbohidrat di perkot aan (disesuaikan; 1/ X1)

Persamaan regresi linier di at as menun- j ukkan ni lai konst ant a sebesar 7. 327 menyat a- kan bahwa j ika t idak ada kenaikan pada ket er- sediaan maka konsumsi pangan sumber karbo- hidrat di perkot aan sebesar 7. 327. Nilai koef i- sien regresi ket ersediaan sebesar -330, menun- j ukkan set iap kenaikan sat u ni lai f akt or t erse- but , maka konsumsi pangan sumber karbohid- rat di perkot aan akan berkurang sebesar nilai koef isien f akt or pada persamaan linier t ersebut .

Nilai R squar e model linier adalah 0. 2278, berart i keragaman yang mampu dij e- laskan oleh f akt or-f akt or dalam model t erse- but sebesar 22. 78 persen sedangkan sisanya dij elaskan oleh f akt or-f akt or lain di luar mo- del . Hasil analisis ini menunj ukkan t ent ang konsumsi pangan sumber karbohidrat di perko- t aan yang sif at nya umum t idak spesif ik hanya dipengaruhi oleh ket ersedi aan.

Hasil analisis regresi, menunj ukkan bah- wa ket ersediaan yang menggambarkan akses f isik t erhadap pangan l ebih berpengaruh dari pada variabel lainnya, t ermasuk variabel sosial ekonomi. Hal t ersebut dapat j uga menunj uk- kan masih adanya ket ergant ungan rumah t angga di perkot aan t erhadap akses f isik t erha- dap pangan. Adanya perpindahan penduduk dari perdesaan ke perkot aan (urbanisasi) se- makin meningkat kan kebut uhan pangan masya- rakat , karena it u perl u pengelolaan sumber daya pangan yang baik agar kebut uhan pangan t erpenuhi secara berkelanj ut an.

KESIMPULAN

Berdasarkan f akt or ekologi secara f isik, ant ara lain kepadat an penduduk dan daya du- kung lahan, kondisi di perkot aan t idak perbe- daan yang nyat a dengan perdesaan. Daya du- kung di perkot aan lebih t i nggi daripada di per - desaan, akan t et api angka t ersebut t elah t er- lampaui oleh kepadat an penduduknya. Indika- t or sosial ekonomi di perkot aan lebih baik dari pada di perdesaan kecuali pada PDRB/ kapit a.

Konsumsi pangan sumber karbohidrat di perdesaan l ebi h t inggi daripada di perkot aan. Rat a-rat a konsumsi pangan karbohidrat t ot al di perdesaan yait u 1118 kkal/ kap/ hari dan di perkot aan yait u 961 kkal/ kap/ hari. Begit u pula dengan ket ersediaan pangan sumber karbo-hidrat t ot al di perdesaan l ebih t i nggi daripada di perkot aan yait u 2185 kkal/ kap / hari di per- desaan dan 1934 kkal/ kap/ hari di per -kot aan.

Fakt or ekologi yang berhubungan nyat a dengan konsumsi pangan sumber karbohi drat t ot al di perdesaan adalah ket ersediaan, PDRB/ kapit a dan t ingkat pendi dikan. Konsumsi pa- ngan sumber karbohidrat t ot al di perkot aan berhubungan nyat a dengan ket ersediaan. Ada- pun f akt or ekologi yang berpengaruh t erhadap konsumsi pangan sumber karbohidrat t ot al di perdesaan maupun di perkot aan adalah ket er- sediaan pangan.

Saran penelit ian adalah ket ersediaan merupakan f akt or ekologi secara f isik yang pa- ling berpengaruh t erhadap konsumsi pangan baik di perdesaan maupun di perkot aan. Ol eh karena it u di perdesaan harus diopt imalkan pemanf aat an daya dukung lahan yang ada dan diperhat ikan agar daya dukung lahan t ersebut t idak t erlampaui oleh kepadat an penduduknya sehingga dapat t erpenuhi kebut uhan pangan yang berkelanj ut an. Sement ara it u di perko- t aan meskipun ket ersediaan masih mencukupi akan t et api pert umbuhan penduduk yang se- makin meningkat sehingga perl u diperhat ikan dengan baik pemenuhan kebut uhan pangan penduduk yang semakin meningkat pula. Di perkot aan perl u pengopt imalan penyediaan pangan melal ui pasokan agar kebut uhan pa- ngan yang berkelanj ut an dapat t erpenuhi. Selain it u pemanf aat an pot ensi ekonomi j uga perlu diopt imalkan unt uk meningkat kan PDRB/ kapit a dan dilakukan pendist ribusian yang me- rat a agar pembangunan pangan dapat dirasa- kan oleh semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani M. 2004. Analisis Perkembangan Kon- sumsi Pangan dan Gizi . Pusat Penelit ian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Per- t anian, Bogor.

(8)

207

[ BPS] Badan Pusat St at ist ik. 2007. Survei Sosial

Ekonomi Nasional 2007. Badan Pusat St at ist ik Republik Indonesi a, Jakart a.

Braun JV et al. 1993. Urban Food Insecurit y and Malnut rit ion i n Developing Count ries, Trends, Policies, and Research Implicat ions. Int ernat ional Food Policy Research Inst it ut e, Washingt on DC.

[ DKP-Dept an] Dewan Ket ahanan Pangan-Depart emen Pert anian. 2006. Penyusun- an Neraca Bahan Makanan Indonesia. Dewan Ket ahanan Pangan, Depart emen Pert anian, Jakart a.

Fit ria. 2003. Perbandingan Pengukuran Ket a- hanan Pangan Rumah Tangga Miskin de- ngan Met ode Kuant it at if dan Kualit at if di Daerah Perkot aan. Skripsi Sarj ana De- part emen Gizi Masyarakat dan Sumber- daya Kel uarga, Fakult as Pert anian, IPB, Bogor.

Hardinsyah. 2007. Review f akt or det erminan keragaman konsumsi pangan. Jurnal Gizi dan Pangan, 2(2), 55-74.

Jellif f e PB & Jellif f e EFP. 1989. Communit y Nut rit ional Assessment . Oxf ord Universi- t y Press, New York.

Maul udyani ARP. 2008. El ast isit as Permint aan Pangan St rat egis Berdasar Analisis Dat a SUSENAS 2005 dan Implikasinya Terha- dap Konsumsi dan Upaya Perbaikan Kon- sumsi Pangan Masyarakat Indonesia. Skripsi Sarj ana Depart emen Gizi Masya- rakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakul - t as Pert anian, IPB, Bogor.

Suryana A. 2004. Ket ahanan Pangan di Indonesia. Dalam Ket ahanan Pangan dan Gizi di Era Ot onomi Daerah dan Globalisasi. WNPG (hal . 39-51). LIPI, Jakart a.

Tola T, Bal la PT, Ibrahim B. 2007. Analisis daya dukung dan produkt ivit as l ahan t anaman pangan di Kecamat an Bat ang Kabupat en Jenepont o Sulawesi Selat an. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 7 (1), 13-22.

Ulf ani D H. 2010. Fakt or-Fakt or Sosial Ekonomi dan Kesehat an Masyarakat Yang Berkait - an dengan Masalah Gizi Under wei ght , St unt ed, dan Wast ed di Indonesia. Skrip- si Sarj ana Depart emen Gi zi Masyarakat , Fakult as Ekologi Manusia, IPB, Bogor.

Gambar

Tabel 1. Jumlah dan Tingkat Konsumsi Pangan
Tabel 3. Jumlah dan Tingkat Ketersediaan Pangan Sumber Karbohidrat menurut Kebut uhan Energi Ideal di Pedesaan    dan Perkotaan*
Tabel 4. Tingkat

Referensi

Dokumen terkait

Formulasi dari struktur aktiva adalah sebagai berikut: Struktur aktiva :  Aktiva Total Tetap  Aktiva Total (Syamsudin 2001:9) Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang

Efektifitas Bakteri Pelarut Fosfat dalam Kompos Terhadap Peninkatan Serapan P dan Efisiensi Pemupukan P pada Tanaman Jagung.. Program

Allah berfirman “Dan Kami telah menurunkan al qur-aan sebagai penjelas terhadap segala sesuatu…” (TQS. Dan Allah berfirman, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian

Merupakan training program efikasi diri yang dibuat secara terstruktur pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialsis untuk meningkatkan

Complexity analysis and playing strategies for ludo and its variant race game.. IEEE Conference on Computational Intelligence and Games

Setiap saat Berkas pemohonan informasi yang telah diisi lengkap dan dilampiri fotocopy/scan identitas diri 2 Memberikan pertimbangan atas informasi/dokumen yang dimaksud

Dengan reputasi lembaga FSRD ITB yang luas baik di tingkat nasional, regional dan internasional, FSRD ITB selalu mendapat kehormatan untuk dapat menjadi bagian

Hal ini berarti melalui dasar pengetahuan, dan sikap yang dimiliki maka ibu akan memberikan stimulasi dini motorik halus pada anaknya sehingga anak dapat berkembang motorik