• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP MELEPAS DAN KEHILANGAN DALAM AGAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP MELEPAS DAN KEHILANGAN DALAM AGAM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAGIANYA MELEPAS MELALUI KONSEP BUDDHA DHAMMA (AGAR KEHILANGAN TIDAK LAGI MENYIKSA)

Oleh Febrian Ariya Passaddhi

Ratiyā jāyatī soko, ratiyā jāyatī bhayaṁ Ratiyā vippamuttassa, natthi soko kuto bhayaṁ

Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan;

bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.

(Dhammapada, Piya Vagga, syair 214)

Perpisahan

Perpisahan adalah hal yang pasti. Kehilangan bisa terjadi pada siapa saja. Namun, tak semua dari kita tahu bagaimana cara menghadapi kehilangan. Tidak jarang, kita harus melalui proses yang cukup panjang untuk menerima sebuah perpisahan. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui supaya proses penerimaan ini tak perlu berlarut-larut, dan agar kesedihan tak akan membuat kita terus terpuruk.

Berusaha Menggenggam

Terkadang kita merasakan sakit yang amat dalam ketika mengalami kehilangan. Saat seseorang sedang dirundung duka dan kesedihan akibat kehilangan, ia bisa berubah menjadi orang yang super sensitif. Kehilangan sesuatu yang kita cintai dan kita sayangi merupakan mimpi buruk dan banyak orang berusaha sekuat tenaga menghindarinya.

Sepandai-pandainya tupai melompat, suatu saat akan jatuh juga. Demikian pula, Sekuat apa pun kita berusaha menggenggam, pada akhirnya akan kehilangan juga.

Melekat Karena Merasa Memiliki

(2)

kehilangan termasuk salah satu dukkha yang dialami manusia. Kehilangan seseorang yang dicinta, kehilangan sanak keluarga, kehilangan harta benda, kehilangan pangkat, jabatan, dan sebagainya. Ketika seseorang mengalami kehilangan, biasanya orang menjadi sedih dan menangis.

Dalam paticcasamuppada, ada yang namanya upadana (kemelekatan). Kemelekatan ini yang membuat seseorang amat bersedih ketika mengalami kehilangan. Bahkan ketika seseorang kehilangan benda yang kecil sekalipun, ia bisa merasa sedih yang begitu dalam. Kehilangan hal-hal yang kecil saja membuat kita mederita, apalagi kehilangan hal-hal-hal-hal yang lebih besar? Apalagi jika kita kehilangan hal-hal yang begitu berarti bagi kita, yang begitu dekat dengan kita. Apakah kita mampu melewatinya?

Mengapa Kita Melekat?

Mengapa kita menjadi melekat terhadap suatu hal? Jawabannya: karena kita menyenanginya. Misalnya saja para perempuan, wajar bila perempuan menyukai boneka, namun jika melekat pada boneka perlu dipertanyakan. Mengapa begitu melekat terhadap boneka? Tidak bisa tidur tanpa boneka? Jawabannya: karena aku menyenanginya, karena aku suka boneka.

Kemelekatan (upadana) berawal / bermula dari nafsu keinginan (tanha). Karena nafsu keinginan kita jadi melekat. Karena melekat kita jadi ingin menggenggam hal-hal yang kita senangi, menggenggam hal-hal yang kita senangi begitu erat. Kita ingin mempertahankannya. Karena melekat kita jadi menderita ketika kehilangan.

Tidak Melekat Pada yang Dicintai dan yang Tidak Dicintai

Dalam dhammapada syair 210 dikatakan, “Janganlah melekat pada apa yang dicintai atau yang tidak dicintai. Berpisah dengan mereka yang dicintai dan bertemu dengan mereka yang tidak dicintai, keduanya merupakan penderitaan.”

(3)

benci. Karena membenci sendiri merupakan sebuah kemelekatan. Yaitu melekat pada mereka yang dibenci.

Langkah Untuk Menghadapi Kehilangan

1. Memahami bahwa segala sesuatunya tidak kekal (Anicca)

Tidak hanya saya yang mengalami kehilangan, semua orang pernah mengalaminya. Lepaskanlah, segala sesuatu pasti berubah, tidak ada yang bisa kita pertahankan untuk tidak berubah. Kita tidak bisa melawan hukum alam.

Buddha mengajarkan kepada kita tentang Anicca. Bahwa segala sesuatu itu tidak kekal, setelah muncul akan lenyap. Semua orang pasti pernah mengalami yang namanya kehilangan. Tidak peduli apakah ia tua, muda, kaya, miskin, laki-laki, perempuan, terkenal, maupun tidak terkenal. Kehilangan akan menerjang semuanya.

Kita bisa mengalami kehilangan kapa saja, mulai dari kehilangan yang kecil sampai yang besar. Yang perlu kita lakukan hanyalah memahami dan menyadari bahwa mengalami kehilangan adalah hal yang wajar. Tidak perlu bersedih. Ketika kita mampu menerima kebenaran sejati ini, maka hati kita menjadi lapang ketika cobaan berlabelkan kehilangan menyapa kita. Inilah langkah pertama yang harus kita lakukan dalam menghadapi dan menyikapi kehilangan.

2. Tetap sabar ketika kehilangan yang kita cintai dan merasa puas dengan apa yang dimiliki saat ini (Khanti)

Tetap sabar, tabah, dan tegar menghadapi kehilangan. Dunia tidak serta merta hancur ketika kita mengalami kehilangan. Kehilangan justru merupakan awal yang baru dalam hidup kita. Terima perubahan, terima kehilangan, bersyukurlah dengan apa yang kamu miliki, maka hatimu akan menjadi lapang.

(4)

Ketika kita kehilangan sesuatu, kita baru menyadari bahwa ternyata masih banyak hal lain yang berharga yang selama ini tidak kita perhatikan. Ketika teman kita kehilangan sandal favoritnya misalnya. Ia baru menyadari bahwa ternyata ia masih memiliki tiga, empat, lima pasang sandal yang lain. Sandal-sandal yang selama ini tersimpan rapi di dalam kamarnya, tidak pernah ia gunakan, karena teman kita yang satu ini terlalu fokus dengan sandal favoritnya yang begitu ia banggakan. Ternyata sandal baru ini tidak kalah saing dengan sandal favoritnya yang lama.

3. Jangan bersedih, selalu ada sahabat sejati yang sangat peduli ketika kita mengalami kehilangan (Kalyanamitata)

Masih ada sahabat sejati yang selalu berada di samping kita, mereka akan menyembuhkan luka hati kita, kapan pun kita berduka karena kehilangan yang kita alami.

Ketika kita melihat ada diantara teman kita yang bersedih, maka cepat-cepat kita menghiburnya. Karena bisa jadi pada saat itu, teman kita adalah orang yang paling butuh bantuan dan pertolongan kita. Bantulah teman kita ini untuk dapat melewati kesedihannya. Bantulah ia agar ia tetap dapat berdiri tegar. Pedulilah dengan teman yang ada di sekeliling kita. Dengan begitu, kita telah menjadi sahabat sejati bagi orang lain.

Di lain kesempatan, roda kehidupan berputar, dan sekarang giliran kita yang mengalami kehilangan, kita jadi gegana (gelisah, galau, merana) karena kehilangan orang yang dicinta, akan ada sahabat-sahabat sejati yang menolong kita. Merekalah yang akan menyembuhkan luka hati kita.

Ketika seseorang memberikan kebaikan pada orang lain, menanam kebaikan pada orang lain, maka kebaikan itu akan kembali kepada pemberinya, pemberinya akan memetik buah kebaikan yang ia tanam. Begitu pula ketika kita peka dengan kondisi teman kita dan membantu teman kita yang membutuhkan bantuan, maka pada saat gilirannya nanti kita yang membutuhkan bantuan, mereka akan dengan senang hati membalas perbuatan baik kita dengan uluran tangannya.

(5)

Buat dirimu berharga dan berguna bagi orang lain, berbuat baik, luangkan waktu untuk orang lain, dengan begitu kamu akan lupa bahwa kamu sedang mengalami kehilangan.

Pernahkah kita mengalami kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup kita, kemudian kita menjadi frustasi? Saat kehilangan begitu melukai kita, itu berarti kita terlalu fokus pada kehilangan tersebut. Kita merasa hidup kita tidak berarti lagi. Merasa putus asa. Tidak ada semangat hidup.

Saat itu terjadi, maka yang harus kita lakukan adalah menghentikan pikiran negatif tersebut. Bergegaslah keluar dan lakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Bisa membantu bersih-bersih, memasak, membantu apa saja yang dibutuhkan orang lain. Buat diri kita berguna bagi orang lain. Walaupun itu perbuatan baik yang kecil sekalipun. Dengan melakukan hal-hal positif pada orang lain, kita akan merasa berguna bagi orang lain. Dengan begitu kita lupa kalau sebenarnya kita sedang mengalami kehilangan.

Kisah Tentang Si Penerimaan dan Si Kemelekatan

Berbicara tentang kehilangan, berarti kita juga berbicara tentang salah satu sahabat karib dari kehilangan, yaitu ‘si kemelekatan’. Selain ‘si kemelekatan’, kehilangan juga memiliki sahabat karib lain yang bernama ‘si penerimaan’. Kedua sahabat ini membawa reaksi yang berbeda.

Si penerimaan membuat situasi menjadi lebih baik dan membuat orang lega ketika ia mengalami kehilangan. Misalnya saja ketika seseorang kehilangan sandal kesayangannya, pikiran buruk pasti bermunculan, tetapi dengan hadirnya si penerimaan di sana, ia pun mampu menerima dan melepas sendal kesayangannya itu yang selalu menemaninya melangkah, dan ia pun menjadi lega. Itulah si penerimaan. Ketika si penerimaan hadir, selalu dapat membuat suasana menjadi lebih baik. Ia membuat saat-saat mengalami kehilangan menjadi lebih indah.

(6)

Begitulah cerita tentang kehilangan dan dua sahabat karibnya, yaitu si penerimaan dan si kemelekatan. Tentunya kita bisa melihat pada diri kita sendiri, sahabat mana yang lebih sering muncul ketika kita mengalami kehilangan. Apakah si penerimaan? Atau si kemelekatan? Jawabannya tentu diri kita sendiri yang tahu.

Penutup

Kehilangan orang yang dicinta dan disayangi adalah hal yang wajar. Adakah seseorang yang tidak pernah mengalami kehilangan orang yang dicinta? Kehilangan ibu? Kehilangan ayah? Kehilangan sanak keluarga dan sahabat?

Kita harus ingat bahwa perpisahan akan terjadi pada siapa saja. Siap atau tidak, kita pasti akan mengalaminya. Kita tidak tahu kapan perpisahan itu bisa terjadi. Yang terpenting untuk saat ini adalah menikmati waktu yang kita punya, bersama orang-orang terkasih yang ada di sekeliling kita.

Jadi, jelas bahwa kita tidak hanya berusaha menerima ketika kehilangan orang yang dicinta, namun disaat yang sama kita juga berusaha menerima kehadiran orang-orang yang tidak kita sukai yang tentu ada di sekeliling kita. Karena, keduanya merupakan penderitaan. Sungguh baik sekali jika kita mampu menghilangkan perasaan tidak suka kita terhadap orang lain.

Referensi

Dokumen terkait