• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Komunitas Makrozoobhentos Di Pulau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Komunitas Makrozoobhentos Di Pulau"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Kesatuaan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya berbentuk perairan, dimana indonesia berada diantara

dua benua yakni benua Asia dan Australia dan dua samudra, yakni Samudra

Hindia dan Samudra Pasifik sehingga indonesia disebut juga nusa diantara laut

atau sering diistilahkan dengan nusantaraSebagai negara kepulauan menurut

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the law of the sea) 1982 indonesia memiliki kedaulatan atas perairan yang ditutup oleh atau terletak disebelah dalam dari garis pangkal

lurus kepulauan yang disebut sebagai perairan kepulauan. Adapun total luas

wilayah indonesia adalah 7.9 juta km² yang terdiri dari 1.8 juta km² wilayah

daratan dan 3.2 juta km² wilayah laut teritorial serta 2.9 juta km² laut perairan

Zona Ekonomi Eksklusif, dengan demikian total wilayah perairan Indonesia

adalah 77% dari seluruh luas Indonesia, atau tiga kali luas wilayah daratan

Indonesia

Sebagaimana ciri negara berkembang dengan populasi penduduk yang

besar ditambah dengan struktur geografis yang dikelilingi oleh laut, maka laut

menjadi tumpuan sebagian besar penduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan

hidup terutama masyarakat di daerah pesisir, selain itu bagi negara kepulauan

seperti indonesia, laut memiliki posisi yang strategis dan potensi yang luar biasa

(2)

Laut menyimpan kekayaan yang sangat melimpah. Disana hidup

hewan-hewan air yang bermanfaat bagi manusia atau bahkan merugikan bagi manusia,

selain itu banyak biota-biota mengandung sumber protein tinggi yang dibutuhkan

manusia.

Perairan yang luas ini dihuni oleh hewan akuatik oleh keanekaragaman

genetik yang cukup tinggi dan merupakan sumber utama protein hewani yang

dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari (Mc Connaughey dan Zattoli, 1983).

Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok hewan bentos yang mendiami

daerah bentik, dimulai dari wilayah batas tertinggi air pasang sampai bentik laut

dalam, yaitu mulai dari daerah pasang surut (litoral) sampai ke daerah abisal

(Hutabarat dan Evans, 1985).

Umumnya organisme makrozoobentos senantiasa hidup serta berinteraksi

secara baik dengan lingkungan tempat berdiamnya. Kelompok hewan ini tumbuh

hidup di dasar perairan mulai dari garis pasang surut sampai dasar abisal

(Rohmimohtarto dan juwana, 2001).

Penyebaran hewan makrozoobentos pada daerah pasang surut merupakan

hasil interaksi dengan kondisi fisik lingkungannya. Kondisi lingkungan yang

paling mempengaruhi organisme makrozoobentos yakni fluktuasi suhu yang

sangat tinggi akibat adanya periode pasang surut yang selalu bergantian. Selama

periode surut organisme makrozoobentos berada pada daerah terbuka , kekeringan

yang diringi dengan kenaikan suhu lingkunagn yang semakin bertambah

(3)

makrozoobentos berada dalam keadaan terendam air dengan suhu lingkungan

yang semakin menurun (Nybakten, 199).

Dalam kehidupan sehari-hari kita selau berhadapan dengan yang namanya

ekologi baik di daratan maupun perairan, pada dua lingkungan ini terdapat sekian

banyak jumlah mahluk hidup yang berinteraksi serta saling membutuhkan bahkan

adapula yang saling merugikan serta ada yang tidak merugikan dan

menguntungkan (netral). Di lingkungan perairan air laut (asing) banyak sekali kita

jumpai berbagai jenis hewan misalnya pada hewan Echinoidea (Bulu Babi dan

Taripang). Di antara ke dua heawan ini memiliki jenis dan bentuk tubuh yang

berbeda – beda.

Pulau Donrotu merupakan sala satu pulau yang terletak dalam wilayah

kecamatan jailolo selatan kabupaten Halmahera Barat. Pulau ini memiliki perairan

dengan substrat yang beragam yakni, pasir, pasir berlumpur dan pecahan karang.

Hal ini memungkinkan terdapatnya berbagai macam spesies Makrozoobentos

didalamnya. Untuk itu pulau Donrotu di jadikan sebagai lokasi praktek.

Berdasarkan latar belakang di atas maka kami melakukan praktek dengan

judul “Study Komunitas Makrozoobenthos Ekosistem Padang lamun Dipulau

(4)

1.2. Tujuan praktek

Adapun tujuan dilakukannya praktek ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan jenis-jenis makrozobenthos padang

lamun.

2. Mendeskripsikan habitat hidup dari jenis-jenis makrozobenthos padang

lamun.

3. Mengetahui struktur komunitas makrozobenthos padang lamun yang

meliputi: keanekaragaman jenis, dominasi jenis, dan kemerataan jenis

Adapun Manfaat dari Praktek ini sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang keberadaan organisme padang lamun

(Makrozoobentos ) di perairan pulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe

Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat.

2. Sebagai bahan referensi dalam praktek lanjutan

3. Agar kita dapat mengenal jenis-jenis organisme makrozobentos yang ada

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Makrozoobenthos

Bentos adalah organisasi flora dan fauna atau jasad nabati yang hidup

mendiami dasar suatu perairan. Fauna benntos adalah organisasi yang hidup

meletakkan diri pada suatu perairan (Odum, 1996). Menurut Nybakken (1992),

fauna bentos di bagi menjadi dua bagian, yaitu epifauna dan infauna. Epifauna

adalah organisme bentik yang hidup pada atau bergerak melalui permukaan

substrat atau organism bentik yang hidup pada permukaan dasar laut. Sedangkan

infauna adalah organism bentik yang mempunyai kebiasaan hidup membenamkan

dirinya ke dalam dasar peraiaran, menggali saluran atau membuat lubang di dasar

perairan.

Secara etimologi makrozoobentos berasal dari dua kata yaitu makro dan

zoobentos yang berarti hewan dasar yang berukuran besar (Barnes,1994).

Kelompok hewan-hewan tersebut antara lain asteroid (bintang laut), echinoidea

(bulu babi), holthutroidea (teripang), bivalvia (kerang), dan gastropoda (keong).

Makrozoobenthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan Epifauna

atau di dalam substrat dasar perairan Infauna (Odum, 1993). Menurut (Nybakken

1988), organisme infauna dibagi menjadi tiga golongan yaitu makrozoobenthos

berukuran lebih besar dari 1 mm, meiozoobenthos berukuran antara 0,11 mm, dan

mikrozoobenthos, berukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Selanjutnya (Odum 1993)

membedakan hewan benthos berdasarkan cara makannya, yaitu pemakan

penyaring (filter feeder), contohnya kerang dan pemakan deposit (deposit feeder),

(6)

pergerakannya, yaitu hewan bentik yang hidupnya menetap (sesil) dan hewan

bentik yang hidupnya relatif berpindah (motil). Menurut (Wilhm 1975),

2.2 Ekosistem Padang Lamun

Lamun atau secara internasional dikenal sebagai seagrass merupakan tumbuhan tingkat tinggi dan berbungga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut (Nontji, 1987). Keberadaan

bunga dan buah ini adalah faktor yang utama membedakan lamun dengan jenis

tumbuhan lainnya, seperti rumput laut (seaweed).

Lamun merupakan satu-astunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki rhizome, daun dan akar yang membentuk padang atau hamparan koloni

yang luas didasar laut. Selain didaerah tropis, di daerah perairan dangkal sub

tropis terdapat komonitas yang berbeda, namun memiliki fungsi dan sistem

ekologis yang sama seperti kebun kelp (Macrocytis, Nereoctiys, dan laminaria),

komonitas pena laut (ptilosarcus) seperti dipasifik utara, komonitas bunga laut (Renilla kollokeri) seperti di kalifornia selatan.

Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup terendam di dalam laut. Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di

dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi

pertumbuhannya. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat

hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metaboliseme lamun ke luar padang

(7)

terendam dalam air di lingkungan laut. Dalam beberapa pustaka padanan kata “sea

gress”di gunakan lamun atau alang-alang laut, namun untuk keseragamanya di

gunakan istilah lamun

2.3 Cara makrozobenthos memperoleh makanan 2.3.1 Cara makan echinodermata

Cara Echinodermata memperoleh nutrisi makanan echinodermata berupa

kerang, plankton kecil serta bahan lainnya yang mikroskopis atau organisme yang

telah mati. Echinodermata memiliki sistem pencernaan makanan yang sudah

sempurna. Saluran pencernaan (tractus digestivus) dimulai dari mulut berbentuk

pentagonal (actinostoma) yang posisinya berada di bawah permukaan tubuh.

Kemudia diteruskan melalui faring, ke kerongkongan, ke lambung, lalu ke usus,

dan terakhir di anus. Anus ini letaknya ada di permukaan atas tubuh dan pada

sebagian Echinodermata tidak. berfungsi.

Pada hewan ini lambung memiliki cabang lima yang masing-masing

cabang menuju ke lengan. Di masing-masing lengan ini lambungnya bercabang

dua dengan ujung yang buntu. Makanan dibawa oleh lengan atau ditangkap oleh

tentakel, kemudian dilewatkan sepanjang alur ambulakral dengan bulu-getar yang

bergerak-gerak selanjutnya digiring oleh silia ke dalam mulut.

Beberapa spesies memiliki sebuah tangkai yang tumbuh dari cakram untuk

melekatkan hewan pada substrat dasar, akibatnya mulut tetap di atas dan

lengan-lengan seperti bulu menciptakan alat seperti jaring untuk menangkap dan

(8)

menghilang waktu menjadi dewasa dan dapat menggerakkan lengannya untuk

berpindah-pindah.

2.3.2. Cara makan gastropoda

Ruppert dan Barnes (1991) menyatakan bahwa prosobranchia adalah

kelompok hewan karnivora yang menghgunakan radula sebagai alat bantu makan.

Radula pada prosobranchia mengalami berbagai modifikasi bentuk, antara lain

berupa alat untuk memotong, memegang, mencabik dan membawa mangsa. Pola

adaptasi yang biasa dijumpai pada prosobranchia karnivora adalah proboscis

panjang yang digunakan untuk mencapai dan menembus bagian tubuh mangsa

yang mudah diserang.

Probosisi adalah bagian dari saluran pencernaan yang terdiri atas

esophagus, buccal cavity dan radula. Probosis terletak di dalam kantung atau

rongga proboscis. Saat makan, proboscis menjulur keluar dari kantung proboscis

karena tekanan darah. Protein khas yang dikeluarkan oleh mangsa atau daging

bangkai dideteksi oleh osphradium dan pencarian lokasi mangsa dilakukan dengan

proboscis. Babylonia sp adalah jenis prosobranchia pemakan daging bangkai

selektif atau dengan kata lain keong lebih menyukai daging bangkai segar sebagai

bahan makanannya dibandingkan dengan daging bangkai yang telah membusuk.

Sebagian besar ordo Neogastropoda merupakan siput karnivor yang mempunyai

cara pemangsaan yang berbeda-beda. Cara pertama adalah mangsa dideteksi

dengan siphon dan ditangkap dengan menjulurkan probosis, setelah itu makanan

dihancurkan dengan radula yang terdapat di bagian proboscis tersebut. Cara kedua

(9)

Babylonia spirata dari ordo Neogastropoda adalah gastropoda laut karnivor

pemakana daging bangkai (Yulianda et al, 2000)

2.3.3 Cara makan bivalvia

Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, ususdan

akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan

saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini

adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom

dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati.

Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus

2.4 Manfaat Makrozoobentos Ekosistem padang Lamun

Beberapa jenis Organisme yang hidup di daerah Padang Lamun biasanya

di manfaatkan oleh penduduk setempat sebagai makanan tambahan,misalnya di

pulau Donrotu. dan pulau-pualu lainnya, penduduk mengumpulkan jenis

Holothuria Scabra, dan Cypraea tigris untuk di makan (Soemadihardjo dan Kastoro,1977 dalam Kartawimnata dkk,1978). Hal yang sama juga dikemukakan

oleh (Dharma1988), bahwaa sebagian besar masyarakat yang mendiami pesisir

pantai telah meanfaatkan gastropoda sebagai sumber protein selain ikan sejak

lama. Gastropoda lain juga bermanfaat yaitu Tridacna yang memiliki kelenjar yang dapat dibuat pewarna pakaian (Nontji,1993).

Mahmudi, dkk, (1999), juga mempertegas bahwa makrozoobentos

mempunyai peranan penting di ekosistem sungai, yaitu : (1) dapat memberikan

informasi mengenai pemindahan dan penggunaan energi dalam ekosistem sungai,

(10)

digunakan untuk kepentingan restorasi perairan sungai dengan cara mencipatakan

habiatat yang mendorong kolonisasi makrozoobentos. Komunitas

makrozoobentos bahkan menjadi sumber energi untuk perikanan di ekosistem

sungai.

2.5 Morfologi Makrozoobentos 2.5.1 Kelas Astroidea (Bintang Laut)

Bintang laut biasanya berbentuk simetri radial dengan cara geraknya yaitu

bergerak bebas pada batu, karang dan pasir laut. Bintang laut biasanya bergerak

dengan menggunakan tangan, dimana keluarnya tonjolan-tonjolan dari tubuh yang

terdiri dari central disk. Cara Makan Bintang Laut Diagram umum kerangka

pedicellaria dari bintang laut (Chia dan Amerogen 1975) Tangan bintang laut

mempunyai lima buah yang menjalur ke sekeliling arah dari pusat atau

cakramnya. . Asteroidea dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Gambar 1. Astroidea (bintang laut) 2.5.2 Kelas Holuthroidea (Teripang)

Teripang mempunyai bentuk tubuh yang bervariasi mulai dari bulat sampai

memanjang dan pipih atau selinderis dengan panjang tubuhnya 10 – 30cm, dengan

mulut pada salah satu unjung dan dubur pada unjung lainnya (nontji, 2001).

(11)

berotot-otot, tipis, tebal, dan lembek atau licin kulitnya halus atau bintik-binting.

Pada bagian ini terdapat spikula- spikula yang terbantuk seperti meja, motom serta

bentuk lainnya tergantung jenisnya.

Gambar 2. Holuthroidea (Teripang)

2.5.3 Kelas Bivalvia (Kerang-kerangan)

Oermajati dan Wardhana (1990) menemukakan bahwa ciri – ciri umum

dari kelas bivalve yaitu cangkang biasanya simetris berjumlah dua buah yang di

buka dengan otot refraktor, pada bagian dorsal cangkang terdapat gigi engsel dan

ligamen , ingsan umumnya berbentuk lempengan lempengan berjumlah satu atau

dua pasang ,kepala tidak ada mulut di lengkapi labial palp tanpa rahang atau

radula.

Gambar 3. Bivalvia (Kerang-kerangan) 2.5.4 Kelas Gastropoda (Keong)

Gastropoda adalah hewan relatif besar yang menarik, namanya berarti

perut (Gaster = perut; pous =kaki). Cangkang asimetrs dan biasanya menggulung

(12)

merupakan salah satu kelas dalam Filum mollusca yang di sebut hewan yang ber

kaki perut karena menggunakan perut untuk kaki dan kebanyakan hidup di laut.

Cangkang gasropoda berbentuk tabung dan mimiling (coilet) ke kanan,

yakni searah putaran jarum jam, bila di lihat dari unjung runcing. Namun apabila

mimilin kekiri,pertumhan cangkang yang memilin sebagai spiral itu di sebabkan

karna pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari

yang dalam (Nontji 2001).

Gambar 4 Gastropoda (Keong) 2.6 Faktor Lingkungan Perairan

Seperti hewan lainnya, makrozoobentos untuk kelangsungan hidupnya

membutuhkan lingkungan tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan

makrozoobentos, diantaranya:

2.6.1 Suhu

Tiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap

perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan.

Hewan laut misalnya hidup pada batas-batas suhu tertentu. Ada yang mempunyai

(13)

terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organisme

perairan adalah antara 18-30 (Nontji, 2002).

2.6.2 Oksigen

Oksigen adalah gas yang amat penting bagi hewan. Perubahan kandungan

oksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh terhadap hewan air. Kebutuhan

oksigen bervariasi, tergantung oleh jenis, stadia, dan aktifitas. Kandungan oksigen

terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis makrizoobentos di perairan. Semakin

tinggi kadar O2 terlarut maka jumlah bentos semakin besar.

2.6.3 Salinitas

Salinitas merupakan gambar jumlah garam terlarut dalam satu liter air,

biasanya dinyatakan dengan satuan ‰ (per mil, garam per liter). Tingkat salinitas

pada umumnya 7,16 ‰. Ada berbagai cara untuk menentukan salinitas, yang

paling popular untuk mengukur salinitas dengan ketelitian tinggi yaitu salinometer

yang bekerjanya di dasarkan pada daya hantar listrik (Nontji, 2002).

2.6.4 Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air

karena dapat mengontrol tipe dan laju kecapatan reaksi beberapa bahan dalam air.

pH yang ideal bagi kehidupan organism akuatik pada umumnya terdapat antara

7-8,5 (Barus, 2001) dalam (Mayasari, 2011). Bagi hewan bentos pH berpengaruh

terhadap menurunya daya sterss.

2.6.5 Substrat

Tipe substrat dasar ikut menentukan jumlah dan jenis hewan bentos

(14)

hidup di dasar perairan, baik pada air yang diam maupun air mengalir. Substrat

dapat digolongkan atas substrat lumpur, substrat lumpur berpasir, dan substrat

pasir. Pada umumnaya substrat dasar yang berlumpur lebih di senangi oleh bentos

daripada dasar yang berupa pasir (Mayasari, 2011).

(15)

3.1. Tempat Dan Waktu Praktek

Praktek ini dilaksanakan Diperairan Pulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe

Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat Profinsi Maluku Utara.

Sedangkan waktu pelaksanaannya pada hari Minggu, 24 Mei 2015

3.2. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktek dapat dilihat dari tabel

berikut :

Tabel.1. Alat dan Bahan yang digunakan selama Penelitian

N

o Alat dan Bahan Kegunaan

1 Meteran Roll Mengukur Luas Kuadran 2 Kuadaran(50×50 meter) Pengambilan sampel 3 Hand Refraktometer Mengukur salinitas

4 Termometer Mengukur suhu

5 Global PositioningSistem (GPS) Menentukan Posisi Lokasi Praktikum

6 pH Meter Mengukur pH Air

7 Kamera Digital Dokumentasi kegiatan praktikum 8 Alat Tulis Menulis Mencatat data

9 Buku Identifikasi Pedoman Identifikasi 10 Tali Plastik Menetapkan lintasan 11 Kantong Plastik Tempat sampel

(16)

3.3. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Blok Area

yaitu dengan menggunakan kuadran berukuran 50 X 50 Meter (Blok Area)

(Gambar 5), kemudian dilakukan dengan tehknik Sweep Area (Rondo, 2004).

Pengambilan sampel dilakukan pada saat surut. Fauna yang di peroleh

kemudian dimasukan ke dalam kantong plastic yang sudah di beri label,

selanjutnya dideterminasi berdasarkan ciri-ciri morfologi seperti warnah tubuh,

bentuk duri, warnah cangkang, bentuk cangkang berdasarkan petunjuk Dharma

(1998), Alien (2000), Sutaman (1993), Martoyo dkk. (1994).

50 m

50 m

(17)

3.4. Metode Analisis Data

3.4.1. Keanekaragaman Jenis

Untuk menghitung besarnya keanekaragaman digunakan metode

Shannon dan Weinner (Ludwig dan Reynolds, 1988), sebagai berikut :

H' ni = Jumlah Individu jenis-i N = Jumlah seluruh individu Kriteria :

Jika C mendekati 0 berarti tidak ada spesies yang mendominasi dan apabila nilai C mendekati 1 berarti adanya salah satu spesies yang

mendominasi.

(18)

E = HmaksH '

Keterangan :

E = Indeks kemerataan H' = keanekaragaman jenis Hmaks = Ln S

S = jumlah taksa Dengan Kriteria :

¿0,81 = penyebaran jenis sangat merata 0,61 – 0,80 = penyebaran jenis lebih merata

0.41 – 0,60 = penyebaran jenis merata

0,21 – 0,40 = penyebaran jenis cukup merata

(19)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Praktikum

Pulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe merupakan salah satu pulau yang

secara admistrasive terletak di wilayah Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten

Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara.

Desa Sidangoli Dehe secara admistrasive bagian selatan berbatasan

dengan laut Halmahera, sebelah timur berbatasan dengan desa Ake Jailolo,

sebelah utara berbatasan dengan Desa Sidangoli Gam, dan sebelah selatan

berbatasan dengan Desa Damato. Sedangakan stasiun praktekum secara geografis

berada pada posisi 00˚78 38,3˝ LU dan 127˚49 76,1˝BT.ˋ ˋ

Perairan Pulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe memiliki kondisi

substrat yang bervariasi, yang terdiri dari substrat berlumpur dan lumpur

berpasir.Keadaan substrat yang bervariasi ini menyebabkan terdapat berbagai

macam biota laut yang hidup di dalamnya. Selain substrat yang berfariasi ini,

perairan Pulau Donrotu ini juga memiliki ekosistem mangrove, terubu karang, dan

padang lamun.

4.2. Parameter Lingkungan

Hasil pengukuran parameter lingkungan meliputi suhu, salinitas, pH

air, dan pH tanah, yang dilakukan bersamaan pada saat pengambilan sampel

makrozoobentos. Hasil dari pengukuran parameter lingkungan dapat dilihat pada

(20)

Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan

Berdasarkan pada tabel 3, hasil pengukuran menunjukan bahwa pada blok area

praktikum yang menyangkut suhu, salinitas, pH air, dan pH tanah, yaitu suhu

berkisar 31°C, salinitas 35,50/00, dan pH air 7,71

Dari hasil pengukuran kisaran hidrologi menunjukan bahwa kondisi ini

merupakan kondisi yang baik dan cocok untuk kelangsungan organisme pada

ekosistem padang lamun terutama pada jenis gastropoda dan bivalvia yang

ditemukan.

Organisme yang berada dalam suatu perairan sangat dipengaruhi oleh

keadaan lingkungan dan kemampuan dari organisme tersebut dalam beradaptasi

dengan lingkungannya, bukan hanya di tentukan oleh kebiasaan makan, namun

kondisi yang hidrologi seperti suhu dan salinitas merupakan faktor yang sangat

berpengaruh dalam keberadaan organisme.

Faktor pembatas seperti suhu, salinitas, ombak dan pasang surut

merupakan faktor yang berperan dalam penyebaran dan perkembangan organism

(Nybakken,1992). Nyabakken (1988) menatakan taktor-faktor suhu salinitas,

ombak, dan pasang surut merupakan pembatas dalam penyebaran dan

perkembangan organisme di daerah intertaidal. Suhu mempunyai pengaruh yang

(21)

bagi beberapa fungsi biologi hewan air seperti migrasi, kecepatan renang, dan

kecepatan metabolisme.

Tingginya kisaran suhu antara lintasan ini ada kaitannya dengan radiasi

matahari terhadap pemanasan perairan dimana pada stasiun tertentu terlindungi

oleh ekosistem-ekosistem pantai sementara pada stasiun yang lain terbuka atau

dengan kata lain tidak terlindungi. Hal ini sesuai dengan pernyataan darma (1988)

menyatakan bahwa dalam kondisi ekosistem organisme mampu hidup pada suhu

45 ˚C. Nontji (2005) menyatakan bahwa suhu air permukaan diperairan nusantara

umumnya berkisar pada 28-31 ˚C

4.3. Distribusi Dan Komposisi Jenis Makrozoobenthos 4.3.1. Distribusi jenis makrozobenthos

Distribusi jenis makrozobenthos di palau donrotu kecematan jailolo

selatan kabupatan halmahera barat dan distribusi habitat dapat dilihat pada tabel

3 dan tabel 4

Tabel 3. Distribusi jenis organism makrozobentos

No Nama Jenis Jumlah dalam blok area

1. Linckia laevigata 2

Dari hasil jumlah analisis distribusi jenis organism makrozobentos pada

lamun yang di pulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe jumlah spesies dalam blok

(22)

spesies Linckia Laevigata dan Pteria Penguin dengan jumlah spesies

masing-Berdasarkantabel 3 diatas maka dapat dijelaskan bahwa distribusi substrat

spesies yang terdapat di pulau donrotu terdapat pada daerah pasir berlumpur,

lumpur berpasir dan pasir berkarang karena daerah tersebut merupakan daerah

yang doninan ditinggilan oleh jenis-jenis makrozobenthos.

Banyak dan tidaknya distribusi makrozobenthos di lokasi praktek

dikemukakan di lokasi praktek dimungkinkan dihubungkan dengan kondisi

subtrat atau dari tempat hidup pada masing-masing spesies. Selain itu juga

keberadaan faktor makanan seperti detritus dan lingkungan sangat mendukung

untuk kehidupan jenis-jenis makrozobenthos yang ditentukan. Menurut Hassae

(1947) dalam jamit (2007) perbesaran hewan didasarkan atas faktor makanan,

hewan akan cenderung tinggal disuatu daerah di mana mereka dapat dengan

(23)

Komposisi jenis makrozobenthos di perairan pulau donrotu dapat di lihat

pada tabel 5 sebagai berikut

Tabel 5. Komposisi jenis makrozobenthos

No Kelas ordo family Genus Spesies

1. Asteroide

3. Bivalvia Pterioda Pteriidae Pteria Pteria

penguin

4. Gastropo

da Stromboidea Strombidae Laevistrombus Laevistrombus canarium

5. Gastropo

Berdasarkan tabel 4 diatas maka dapat dijelaskan bahwa komposisi jenis

(24)

4.4 Deskripsi jenis makrozobenthos 4.4.1. Kelas Asteroidea

1. Klasifikasi Linckia laevigata

Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata Kelas : Asteroidea

Ordo : Falfatida

Family : Opidiasteridae Genus : Linckia

Spesies : Linckia levigata

Berdasarkan hasil praktek diperoleh spesies linckia laevigata dengan

bentuk tubuh simestris bilateral. Warna yang ditemukan adalah murni, gelap atau

terang biru. Bintang laut ini dapat tumbuh sampai 30 cm diameter dengan tips

bulat pada setiap lengan. Spesies ini relatif umum dan jarang ditemukan di

kepadatan seluruh rentang, mereka hidup subtidal atau kadang-kadang.

Berdasarkan pengamatan di lokasi praktek, spesies ini ditemukan pada substrat

berpasir.

(25)

4.4.2. Kelas Holothroidea

1. Klasifikasi Linckia laevigata Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata Kelas : Holothroidea

Ordo : Aspidochirotida Family : Aspidhochirata Genus : Holothuria

Spesies : Holothuria scobra

Berdasarkan hasil praktek diperoleh spesies Holothuria scobra merupakan

hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran

maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting

dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai

tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai

pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Di

wilayah Indo-Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami tekanan

eksploitasi, kepadatan teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap

individunya bisa memproses 80 gram berat kering sedimen setiap harinya.

Gambar 6. Holothuria scobra

4.4.3. Kelas Bivalvia

(26)

Kingdom :Animalia

Filum :Mollusca

Kelas :Bivalvia

Ordo : pterioidae

Family : pteriidae

Genus : pteria

Spesies : pteeria penguin

Berdasarkan hasil praktek diperoleh spesies pteeria penguin bentuk tampak seperti batu karang yang tidak ada tanda – tanda kehidupan . tetapi di balik

kekokohan tersebut terdapat organ yang dapat mengatur segala aktivitas

kehidupan dari tiram itu sendiri. Dalam kelunakan tubuh tiram tersebut terdapat

cangkang yang keras untuk melindungi bagian tubuh agar terhindar dari benturan

maupun serangan hewan lain

(27)

4.4.4. Kelas Gastropoda

1. Klasifikasi Laevistrombus canarium

Kingdom :Animalia

Filum :Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Stromboidea

Family : Strombidae

Genus : Laevistrombus

Spesies : Laevistrombus canarium

Spesies ini terkadang terlihat di daerah padang lamun di pantai. Di tempat

lain, mereka ditemukan pada pasir atau lumpur dasar berpasir, kadang-kadang

dikaitkan dengan ganggang jarang. Sering terjadi di koloni, intertaidal dan

sublittoral zona hingga kedalaman sekitar 40 m. Seperti siput keong lainnya, ia

menggunakan operkulum runcing untuk melompot bersama. Seperti aktif

dikumpulkan di filipina dan sering dijual dipasar utara luzon. Shell sering

digunakan untuk membuat item dekoratif.

(28)

2. Klasifikasi Lambis frouncata sebae

Kingdom :Animalia

Filum :Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Stromboidea

Family : Strombidae

Genus : Lambis

Spesies : Lambis trouncata sebae

Bentuk tubuh asimetris dan mempunyai cangkok dari zat kapur yang

berbentuk kerucut memutar ke kanan atau kekiri. Pertumbuhan cangkang yang

memilin sebagai spiral itu di sebabkan karna pengendapan bahan cangkang di

sebelah luar berlangsung lebih cepat dari yang dalam. Hidup dilaut tropis pada

(29)

Gambar 9. Lambis trouncata sebae

(30)

Keanekaragaman merupakan indeks yang digunakan untuk mengetahui

kondisi suatu organisme dalam suatu perairan. Dalam suatu kondisinya dikatakan

baik apabila memiliki berbagai keanekeragaman berdasarkan komponen

biologisnya. Menurut soegiarto (1994) benda suatu komonitas dikatakan

mempunyai keanaragaman yang tinggi jik komunitas itu disusun oleh sedikit

spesis maka keanekaragamannya rendah. Menurut pernyataan rondo (2004)

menyatakan bahwa dari banyak kajian tentang keanekaragaman spesies dalam

komunitas oleh sejumlah pakar ekologi telah diperoleh beberapa kenyataan, salah

satunya adalah keanekaragaman spesies cenderung akan rendah pada ekosistem

yang mengalami gangguan. Selain itu dikatakan pula bahwa komunitas-komunitas

dari lingkungan yang keras atau ekstrim yang dipengaruhi oleh faktor fisik,

keanekaragamannya akan berubah-ubah mengikuti komponen kelimpahan ,

sedangakan keanekaragaman spesies dalam lingkungan yang tidak ektrim

merupakan fungsi dari jumlah jenis. Pada lingkungan yang keras,

keanekaragaman biotik akan bergantung pada kemampuan adaptasi dan toleransi

organisme.

Berdasarkan pada gambar di atas menunjukan besar keanekargaman jenis

(H’) makrozoobentos diperairan dipulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe

Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat sebanyak 5 jenis dengan

jumlah total 9 speies.

Dari data diatas dapat dilihat besaran tingkat keanekaragaman jenis

(31)

laevigata sebesar dan pteria penguin dengan jumlah 0.33, dan holothuria scabra

dan lambis trancata sebae dengan jumlah 0.25. (lampiran III)

Jadi keanekaragaman jenis makrozoobentos yang terdapat dipulau

Donrotu Desa Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera

Barat sebesar 1.52.

Berdasarkan kriteria dari metode Shanon dan weinner (Ludwig dan

Reynolds, 1988). Dapat disimpulkan bahwa kriteria dari jumlah keanekaragaman

jenis makrozoobentos dipulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo

Selatan Kabupaten Halmahera Barat adalah 1 ≤ H’ ≤ 3 = keanekaragaman jenis sedang.

4.5.2. Indeks Dominasi

Hasil analisis indeks dominasi (C) pada organisme makrozobentos ekosistem padang lamun yang ditemukan dipulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe

(32)

Dari gambar diatas dapat dilihat besaran besar nilai indeks dominasi (C)

makrozoobentos yang tertinggi adalah laevistrombus canarium sebesar 0,108, linckia laevigata dan pteria penguin sebesar 0, 048, dan holothuria scabra dan

lambis trouncata sebae dengan jumlah 0.012. (lampiran III)

Berdasarkan kriteria indeks dominasi (Odum 1996)

Nilai C berkisar 0-1

Jika C mendekati 0 berarti tidak ada spesies yang mendominasi

Apabila nilai C mendekati 1 berarti adanya salah satu spesies yang mendominasi

Jadi indeks dominasi mokrozoobentos diperaiaran dipulau Donrotu Desa

Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat sebesar

0,228. Berdasarkan kriteria Odum (1996), nilai C mendekati 1 berarti adanya

spesies yang mendominasi.

4.5.3. Indeks Kemerataan

Hasil anlisis indeks kemerataan (E) pada organisme ekosistem padang lamun dalam hal ini adalah organisme makrozobentos ekosistem padang lamun

yang ditemukan dipulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo Selatan

Kabupaten Halmahera Barat. Dapat dilihat pada gambar 12 dibawah ini.

(33)

Gambar12. Indeks kemerataan

Dari gambar diatas maka dapat diketahui bahwa indeks kemerataan

makrozoobentos dipulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo Selatan

Kabupaten Halmahera Barat, sebesar 0.95. (lampiran III)

Berdasarkan kriteria indeks kemerataan (Wibisono, 2005),

> 0.81 = penyabaran jenis sangat merata

0.61 – 0,80 = penyebaran jenis lebih merata

0.41 – 0.60 = penyebaran jenis merata

0.21 – 0.40 = penyebaran jenis cukup merata

< 0.21 = penyebaran jenis tidak merata

Maka indeks kemerataan makrozoobentos ekosistem padang lamun

dipulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten

(34)

V.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Secara etimologi makrozoobentos berasal dari dua kata yaitu makro dan

zoobentos yang berarti hewan dasar yang berukuran besar (Barnes,1994).

Kelompok hewan-hewan tersebut antara lain asteroid (bintang laut), echinoidea

(bulu babi), holthutroidea (teripang), bivalvia (kerang), dan gastropoda (keong).

1. Jenis makrozobenthos di perairan donrotu meliputi 4 kelas (, Asteroidea, Holothroidea, Bivalvia, Gastropoda), 4 ordo (valvatida, Aspidochirotida, Pterioda, Stromboidea,), 4 family (Ophidiasteridae, Aspidhochirata, Pteriidae, strombidea), 5 genus (Linckia, Holothuria,, Pteria, Laevistrombus, Lambis) 5 spesies (Linckia laevigata, Holothuria scobra, Pteria penguin, Laevistrombus canarium,Lambis frouncata sebae )

2. habitat spesies yang terdapat di pulau donrotu terdapat pada daerah pasir

berlumpur, lumpur berpasir dan pasir berkarang karena daerah tersebut merupakan

(35)

3.Hasil analisa Keanekaragaman jenis (H’), Indeks dominasi(C), dan indeks

Keanekaragaman jenis

Berdasarkan analisa menunjukan besar keanekargaman jenis (H’)

makrozoobentos diperairan dipulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe Kecamatan

Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat sebanyak 5 jenis dengan jumlah total

9 speies.

Dari data diatas dapat dilihat besaran tingkat keanekaragaman jenis

makrozoobentos yang tertinggi adalah laevistrombus sebesar 0.36, linckia

laevigata sebesar dan pteria penguin dengan jumlah 0.33, dan holothuria scabra

dan lambis trancata sebae dengan jumlah 0.25. Berdasarkan kriteria dari metode

Shanon dan weinner (Ludwig dan Reynolds, 1988). Dapat disimpulkan bahwa

kriteria dari jumlah keanekaragaman jenis makrozoobentos dipulau Donrotu Desa

Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat adalah 1

H’ ≤ 3 = keanekaragaman jenis sedang. Indek dominasi

Berdasarkan hasli analisi dapat dilihat besaran nilai indeks dominasi (C)

makrozoobentos yang tertinggi adalah laevistrombus canarium sebesar 0,108,

linckia laevigata dan pteria penguin sebesar 0, 048, dan holothuria scabra dan

lambis trouncata sebae dengan jumlah 0.012.

Berdasarkan kriteria indeks dominasi (Odum 1996)

Nilai C berkisar 0-1

(36)

Apabila nilai C mendekati 1 berarti adanya salah satu spesies yang mendominasi

Jadi indeks dominasi mokrozoobentos diperaiaran dipulau Donrotu Desa

Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat sebesar

0,228. Berdasarkan kriteria Odum (1996), nilai C mendekati 1 berarti adanya

spesies yang mendominasi.

Indeks kemratan

Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui bahwa indeks kemerataan

makrozoobentos dipulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo Selatan

Kabupaten Halmahera Barat, sebesar 0.95.

Berdasarkan kriteria indeks kemerataan (Wibisono, 2005),

> 0.81 = penyabaran jenis sangat merata

0.61 – 0,80 = penyebaran jenis lebih merata

0.41 – 0.60 = penyebaran jenis merata

0.21 – 0.40 = penyebaran jenis cukup merata

< 0.21 = penyebaran jenis tidak merata

Maka indeks kemerataan makrozoobentos ekosistem padang lamun

dipulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten

Halmahera Barat > 0.81 = penyebaran jenis sangat merata.

5.2. Saran

Pulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten

(37)

karena itu keberadaan organisme-organisme tersebut patut dilestarikan oleh

masyarakat sekitar dan pihak yang terkait.

Daftar Pustaka

http://mutia-analiz40.blogspot.com/2012/08/laporan-bentos.html

Anonim, 2008. Sifat Kimia Ekosistem Estuarine.

Anonim, 2010. Sitematika Bivalvia http://id.wikipedia.org/wiki/Bivalvia Di akses 13 Oktober 2010

Baiq, Hana Susanti. 2012. Zoologi Avertebrata. Jakarta : FITK UIN Syarif Hidayatullah

Barnes, R.D.1980. Invertebrate Zoology Fourth Edition. New York : Sounders Collage Publishing.

Barnes. R.S.K. 1978. Estuarine Biology. The Institute of Biologi’s Studies in Biology Edward Arnold (Publiser). London

Bengen, D. G. 2000. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL-IPB. Bogor

Dahuri, R, J. Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita Jakarta

Dahuri, R; Jacub Rais; Sapta Putra Ginting; M. J. Sitepu. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu, Cetakan ke empat, Pradnya Paramita. Jakarta

Dharma, B. 1998. Indonesian Shells. Jakarta: Sarana Graha.

(38)

Sarana Graha. Jakarta

Hegner, R. W. dan Engeman, J. G. 1968. Invertebrate Zoology. 2 nd. New York : MacmillanPublishing

Jasin, Maskuri. 1984. Sistematika Hewan Vertebrata dan Avertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya Surabaya.

Mudjiono, 2010. Modul untuk Pelatihan Pengenalan Hewan Moluska Laut (Marine Mollusc). Pusat Penelitian Oseanografi. LIPI. Jakarta

(39)

No Kingdom Phylum Kelas ordo family Genus Spesies

rmata Holothroidea Aspidochirotida Aspidhochirata Holothuria Holothuria scobra

3 Animalia Mollusca Bivalvia Pterioda Pteriidae Pteria Pteria

(40)

Lampiran III Hasil Analisis Struktur Komunitas Makrozoobentos Ekosistem

Padang Lamun dipulau Donrotu Desa Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo Selatan

Kabupaten Halmahera Barat

1. Linckialaevigata 2 0.22 -1.5 0.33 0.048 0.208

2. Holothuriascabra 1 0.11 -2.30 0.25 0.012 0.155

3. Laevistrombus canarium 3 0.33 -1.10 0.36 0.108 0.224

4. Lambistrouncata

sebae 1 0.11 -2.30 0.25 0.012 0.155

5. Pteriapenguin 2 0.22 -1.5 0.33 0.048 0.208

(41)
(42)
(43)

Jawab

H' = −Σ

(

N¿

)

ln

(

N¿

)

= −

(

2

9

)

ln

(

2 9

)

= - (0,22) Ln (0.22) = - (0.22) (-1.5)

= 0,33

Indeks Dominansi 1. Linckia laevigata

C = Σ

(

N¿

)

2

= ( 29

= (0,22)²

= 0,048

2. Holothuria scabra

C = Σ

(

N¿

)

2

= ( 19

= (0,11)²

= 0,012

(44)

C = Σ

(

N¿

)

2

= ( 39

= (0,33)²

= 0,108

4. Lambis trouncata sebae

C = Σ

(

N¿

)

2

= ( 19

= (0,011)²

= 0,012

5. Pteria penguin

C = Σ

(

N¿

)

2

= ( 29

= (0,22)²

Indeks Kemerataan

E = H'

Hmaks

Keterangan :

E = Indeks kemerataan H’ = Keanekaragaman jenis Hmax = Ln S

(45)

Indeks Kemerataan

E = ( H'

Hmaks¿

=

(

0,33+0,25+0,36+0,25+0,33

ln 5

)

=

(

1,521,60

)

= 0,95 (Penyebaran jenis sangat merata)

(46)
(47)
(48)
(49)

Gambar

Gambar 1. Astroidea (bintang laut)
Gambar 3. Bivalvia (Kerang-kerangan)
Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan
Tabel  3. Distribusi jenis organism makrozobentos
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil wawancara yang dilakukan banyak remaja yang ketika di tengah lingkungan keluarga dan kerabat sendiri mereka tidak berarti dan tidak mempunyai status sosial

Penelitian ini mengangkat konsep penyusunan musik yang didasarkan pada susasana dan keadaan yang terjadi dalam adegan sebuah film.Penelitian ini bertujuan untuk

Untuk mengurangi getaran pada sistem roda mobil maka yang harus dilakukan adalah proses balancing yaitu dengan memasang massa penyetimbang (counterweight) pada roda

Strategi ini memperluas pasar dari bisnis produk/jasa semula atau produk yang.. sudah ada.Pengembangan pasar dapat dilakukan dengan memperluas

Hasil perhitungan debit inflow minimum maupun debit outflow pada RB-2 yang digunakan untuk menganalisis, didasarkan pada sistem jaringan distribusi air bersih

Eliza Parahyangan Sub Cabang Garut, maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan angket yang terdiri dari 6 pertanyaan yang masing-masing disertai 5 (lima) kemungkinan jawaban

(b) Vena pulmonari mengangkut darah beroksigen dari peparu ke jantung, manakala aorta mengangkut daarah beroksigen dari jantung ke semua bahagian bada, kecuali peparu..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Kebijakan Anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap Pengelolaan APBD untuk mewujudkan Kualitas Pertanggungjawaban