• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu Penyanyi Andy Lau (刘德华): Analisis Stilistika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu Penyanyi Andy Lau (刘德华): Analisis Stilistika"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab 2 ini penulis memaparkan beberapa hal yang mencakup dalam penelitian ini diantaranya adalah konsep. Dalam sebuah penelitian, konsep merupakan hal yang sangat penting karena konsep merupakan pedoman bagi penulis. Yang kedua merupakan landasan teori, Dalam sebuah penelitian teori sangatlah berpengaruh dalam penelitian maka dari itu dalam sub bab 2 ini dijelaskan bagaimaana penulis menggunakan teori apa dan yang bagaimana ia mengaplikasikanya. Dan yang terakhir pada sub bab 2 ini adalah tinjauan pustaka, tentu saja setiap penulis memerlukan tinjauan terdahulu sebagai referensi nya untuk menulis penenelitian maka pada sub bab 2 ini penulis menyebutkan dan memaparkan tinjauan terdahulu penelitian yang di gunakan penulis sebagai referensi.

2.1 Konsep

Dalam penelitian ini, Ada beberapa konsep yang mendukung penelitian ini. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa saja yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami suatu hal lain.

Penelitian membutuhkan pemahaman yang memadai mengenai istilah-istilah yang dipakai di dalamnya. Istilah-istilah tersebut merupakan konsep pedoman atau panduan bagi penulis. Adapun konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

2.1.1 Karya Sastra

(2)

yg bukan saduran, salinan, atau terjemahan; 2 hasil ciptaan yg bukan tiruan; 3 seni ciptaan yg dapat menimbulkan rasa indah bagi orang yang melihat,mendengar,atau,merasakannya. Jadi, karya merupakan hasil ciptaan, kreatifitas yang dibuat oleh seseorang atau lebih untuk menciptakan sesuatu hal yang bermakna dan mempunyai nilai yang baik untuk digunakan dan dimanfaatkan untuk orang banyak.

Menurut Panuti Sudjiman (1986:86) karya sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Jadi, karya sastra merupakan hal yang menarik untuk dibahas sehingga para penikmat karya sastra dapat mengetahui sisi-sisi keindahan karya sastra.

2.1.2 Gaya Bahasa dalam Bahasa Mandarin

Dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, masyarakat sering menggunakan gaya bahasa untuk menyampaikan perasaan. Oleh sebab itu, tujuan gaya bahasa untuk membuat percakapan dan tulisan menjadi lebih bermakna sehingga tidak terkesan membosankan.

Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Gaya bahasa style menjadi bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa, atau kalusa tertentu untuk menghadapi hierarki kebahasaan, baik pada tataran pilihan kata secara individu, frasa, klausa, kalimat maupun wacana secara keseluruhan. Style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pemakai bahasa (Keraf, 2002:113).

(3)

2. Pemilihan dan penggunaan bahasa ucapan maupun tulisan yang tepat, atau dapat disebut sebagai aktivitas retoris.

3. Studi retorika yang ditujukan untuk meningkatkan efek penyampaian efek penyampaian suatu bahasa.

Gaya bahasa menurut Pradopo (1997:93), merupakan susunan perkataan yang terjadi karena adanya perasaan yang timbul dan hidup dalam hati penulis. Sehingga menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Oleh aebab itu tiap pengarang memiliki gaya tersendiri. Hal ini terjadi sesuai dengan sifat atau kegemaran masing-masing pengarang.

Secara leksikologis yang dimaksud dengan gaya bahasa, yakni: (i) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; (ii) pemakai ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; (iii) keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra (Depdikbud dalam pateda 2001:233). Gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Keraf (2013:113) mengungkapkan bahwa gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yaitu, kejujuran, kesopanan, dan kemenarikan.

(4)

meningkatkan efek estetik dengan cara jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Tarigan, 1987:5).

Menurut Huáng dan Liào dalam buku xiàndài hànyǔ diuraikan ada dua puluh satu macam gaya bahasa pada bahasa Mandarin. Sedangkan menurut Chén pada buku xiūcíxué fāfán disebutkan bahwa ada tiga puluh delapan gaya bahasa pada bahasa Mandarin. Dapat dilihat, gaya bahasa pada bahasa Mandarin adalah sangat banyak. Namun, dalam penelitian ini, penulis hanya memaparkan gaya bahasa yang dibahas yang sering terdapat dalam lirik lagu adalah sebagai berikut:

1. Gaya Bahasa Perumpamaan (比喻bǐyù)

Bǐyù adalah perumpamaan, yakni ini akan menggunakan benda atau hal yang berbeda satu sama lain namun memiliki titik persamaan untuk menggambarkan suatu hal atau benda lain (Huáng dan Liào, 1991: 240-241).

Benda yang dibandingkan disebut běntǐ artinya noumenon, dan benda yang digunakan sebagai pembanding disebut yùtī, kata yang menghubungkan kedua benda tersebut disebut yùcí yang artinya kata banding. Gaya bahasa bǐyì dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni míngyù, jieyù, anyù.

a. Gaya Bahasa Simile (明喻Míngyù)

(5)

Pada míngyù, noumenon dan pembanding muncul bersamaan dan diantara mereka terdapat kata banding seperti : 像 xiàng,如 rú,似 sì,仿 fǎng,犹如 yóurú,有如 yǒurú,一般 yībān dan

sebagainya (Huáng dan Liào, 1991:241).

Contoh 1 : 他动也不动,彷如石像。(Tā dòng yě bù dòng, fǎng rú shíxiàng)

Dia tidak bergerak seperti patung batu.

Contoh di atas merupakan gaya bahasa simile (míngyì). Dia sebagai noumenon (běntǐ), “patung batu” sebagai pembanding (yùtī), “seperti” sebagai kata banding (yùcí). Dalam hal ini dia disamakan seperti batu karena memiliki sifat yang sama yaitu tidak bergerak atau diam.

b. Gaya Bahasa Metafora (暗喻ànyù)

ànyù dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai gaya bahasa Metafora. Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak mempergunakan kata: seperti, bak, bagai, bagaikan, dan sebagainya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua (Keraf, 2009: 39).

Gaya bahasa ànyù disebut juga sebagai gaya bahasa yǐngyù. Pada gaya bahasa ini noumenon dan pembandingnya muncul, namun kata pembandingnya berupa “是 shì , 变成 biànchéng, 成为chéngwéi, 等于děngyú, dan lain-lain”.

Contoh 2: 母亲阿! 你是荷叶,我是红莲。(Mǔqīn ā! Nǐ shì hé yè, wǒ shì hóng lián)

Ibu ! kamu adalah daun teratainya, saya adalah teratai merahnya.

(6)

“teratai merah” adalah satu kesatuan. Dalam hal ini bermakna bahwa ibu dan saya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

c. Gaya Bahasa(借喻jieyù)

Pada gaya bahasa ini noumenonnya tidak muncul pada kalimat langsung menggunakan pembanding untuk menggantikan noumenon.

Contoh 3: 天上张着灰色的幔。(Tiānshàng zhāngzhe huīsè de màn)

Langit membentangkan tirai abu-abu.

Contoh di atas merupakan gaya bahasa 借喻 jieyù. Tirai abu-abu sebagai pembanding

(yùtī). Dalam hal ini pembanding yaitu tirai abu-abu menggantikan noumenon (běntǐ) yang berarti awan gelap.

2. Gaya Bahasa Personifikasi/Depersonifikasi (比拟bǐnǐ)

Bǐnǐ sama dengan personifikasi dan depersonifikasi pada bahasa Indonesia. Bǐnǐ digunakan untuk menggambarkan benda mati atau barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan ataupun sebaliknya. Bǐnǐ dibagi menjadi dua:

a. Gaya bahasa Personifikasi (拟人nǐrén)

(7)

Contoh 6 : 花儿在微风中点头。(Huā er zài wéifēng zhōng diǎntóu)

Bunga sedang mengangguk dalam angin.

Contoh di atas merupakan gaya bahasa personifikasi (nǐrén). Kata “ mengangguk” biasanya dilakukan oleh manusia. Dalam contoh di atas, bunga seolah-olah seperti layaknya manusia.

b. Gaya Bahasa Depersonifikasi (拟物nǐwù)

Nǐwù sama dengan gaya bahasa depersonifikasi pada bahasa Indonesia. Gaya bahasa depersonifikasi merupakan kebalikan dari personifikasi. Nǐwù yaitu menggambarkan manusia seolah-olah memiliki karakteristik seperti hewan maupun benda tak bernyawa.

Contoh 7 : 你宇宙真阔,我展翅飞,到处都碰到你。(Nǐ yǔzhòu zhēn kuò, wǒ zhǎnchì fēi, dàochù dōu pèng dào nǐ)

Alam semestamu begitu luas, kukepakkan sayap ini untuk terbang, tampak dirimu disemua tempat.

Contoh di atas merupakan gaya bahasa depersonifikasi (nǐwù). Dalam hal ini “aku” seolah-olah memiliki sayap untuk terbang. Contoh di atas mendeskripsikan manusia seseolah-olah-seolah-olah seperti hewan yang bisa terbang.

3. Gaya Bahasa Hiperbola (夸张Kuāzhāng)

Kuāzhāng sama dengan gaya bahasa hiperbola pada bahasa Indonesia. Hiperbola adalah

semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal (Keraf, 2009:135).

(8)

Contoh 4 : 蜀道之难,难于上青天。(Shǔ dào zhī nán, nányú shàng qīngtiān)

Jalur Sichuan sulit, sulit daripada naik ke langit biru.

Contoh di atas menggunakan gaya bahasa hiperbola (kuāzhāng). Dari kalimat di atas mendeskripsikan sampai ke jalur Sichuan lebih sulit daripada naik ke langit biru. Pernyataan tersebut melebih-lebihkan. Karena pada dasarnya hanya ingin menyatakan untuk sampai ke jalur Sichuan sangat sulit.

4. Gaya Bahasa Erotesis atau Pertanyaan Retoris (反问fǎnwèn)

Fǎnwèn sama dengan gaya bahasa erotesis atau pertanyaan retoris pada bahasa Indonesia. Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Gaya bahasa erotesis biasanya dipergunakan sebagai salah satu alat yang efektif oleh para orator. Dalam pertanyaan retoris terdapat asumsi bahwa hanya ada satu jawaban yang mungkin (Keraf, 2009: 134).

Fǎnwèn merupakan kalimat tanya yang tidak membutuhkan jawaban karena jawabannya telah terkandung dalam pertanyaan tersebut, dipakai untuk mencapai efek yang lebih mendalam dengan penekanan yang wajar (Huáng dan Liào, 1991: 282).

Fǎnwèn menggunakan kalimat positif untuk menyatakan isinya yang negatif, sebaliknya kalimat negatif digunakan untuk menyatakan isinya yang positif (Huáng dan Liào, 1991:282).

Contoh 5: 池水涟漪,莺花乱飞,谁能说它不美呢?(Chíshuǐ liányī, yīng huā luàn fēi,

shuí néng shuō tā bù měi ne?)

(9)

Contoh di atas adalah gaya bahasa erotesis(反问 fǎnwèn). Dari pertanyaan di atas tidak

memerlukan jawaban karena, dalam pertanyaan tersebut sudah terdapat jawaban bahwa tidak ada yang bisa mengatakan kalau itu tidak indah.

5. Gaya Bahasa Repetisi (反复fǎnfù)

Fǎnfù hampir sama dengan gaya bahasa repetisi pada bahasa Indonesia. Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam hal ini, hanya akan dibicarakan repetisi yang terbentuk kata atau frasa atau klausa (Keraf, 2009:127).

Fǎnfù artinya mengulang kembali, yaitu pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dipentingkan untuk memberi dan menonjolkan perasaan pembicara.

Contoh 8 : 沉默呵,沉默!不在沉默中爆发,就在沉默中灭亡。(Chénmò ā, chénmò!

Bùzài chénmò zhōng bàofā, jiù zài chénmò zhōng mièwáng)

Oh diam, diam ! tidak ada meledak dalam diam, hanya ada binasa dalam diam. Contoh di atas merupakan gaya bahasa repetisi (fǎnfù). Dalam kalimat tersebut terdapat pengulangan kata “diam”. Pengulangan tersebut lebih menekankan kata diam untuk memperkuat efek terhadap gagasan.

6. Gaya Bahasa Antitesis (对比duìbǐ)

(10)

Duìbǐ adalah gaya bahasa yang saling membandingkan dua hal yang tidak sama atau membandingkan dua sisi dari hal yang sama (Huáng dan Liào, 1991:274).

Contoh 9 : 从开始哭着嫉妒,到最后笑着羡慕。(Cóng kāishǐ kūzhe jídù, dào zuìhòu xiàozhe xiànmù)

Pada awalnya menangis dalam kekaguman, pada akhirnya tertawa dalam kecemburuan.

Contoh di atas merupakan gaya bahasa antitesis (duìbǐ). Dalam kalimat di atas menggabungkan kalimat berlawanan yaitu “pada awalnya” dengan “pada akhirnya”, “tertawa” dengan “menangis” dan “kecemburuan” dengan kekaguman” yang masing-masing membandingkan dua hal tidak sama.

7. Gaya Bahasa 对偶Duì’ǒu

Duì’ǒu adalah gaya bahasa yang memanfaatkan kelompok kata atau kalimat yang bentuknya sama atau mirip, jumlahnya sama, artinya sangat berkaitan erat dibariskan secara seimbang kiri dan kanan untuk menyatakan maksud yang sama atau berlawanan (Huáng dan Liào, 1991: 264).

Contoh : 7.风声、雨声、读书声、声声入耳;

(Fēngshēng, yǔshēng,dúshūshēng,shēngshēngrù'ěr)

Suara angin, suara hujan, suara baca buku, semua didengar jelas oleh telinga 家事、国事、天下事、事事关心。(jiāshì, guóshì, tiānxià shì, shì shì guānxīn.)

Masalah keluarga, masalah negara,

masalah di dunia, semua dicemaskan oleh hati.

(11)

Makna kalimat di atas adalah selaras yakni suara apapun yang disekitar kita selalu didengar dan begitu juga

dengan masalah yang ada akan selalu dicemaskan.

2.1.3 Lirik Lagu

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa lagu adalah ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dan, sebagainya. Menurut Soeharto (1992:86), lagu (musik) adalah seni pengungkapan gagasan melalui suara atau bunyi yang unsur dasarnya berupa irama, melodi harmonisasi, dengan unsur pendukung berupa bentuk gagasan, sifat dan warna bunyi. Namun dalam penyajian cenderung terpadu pada unsur bahasa, gerak, dan berbagai yang dianggap mendukung. bentuk ekspresif emotif tersebut diwujudkan dalam bunyi dan kata. Menurut Haryanta (2012:154) karya sastra (puisi) adalah curahan perasaan pribadi dan susunan kata sebuah nyanyian atau serangkaian kata yang membentuk sebuah lagu. Sementara, menurut Waluyo (2002:1), puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kiasan atau imajinatif.

(12)

Lirik lagu juga merupakan susunan/rangkaian kata yang bernada. Lirik lagu memang tidak semudah menyusun karangan, namun dapat diperoleh dari berbagai inspirasi. Inspirasi itu sendiri dapat diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Seumpama pengalaman saat kita jatuh cinta, sedih, dan bahagia.

2.1.4 Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu

Menurut Huáng dan Liào (2009:240) diuraikan ada dua puluh satu macam gaya bahasa pada bahasa Mandarin, sedangkan menurut Chén disebutkan bahwa ada tiga puluh delapan gaya bahasa pada bahasa mandarin. Dapat dilihat, gaya bahasa pada bahasa Mandarin sangat banyak. Namun, karena keterbatasan kemampuan penulis terhadap gaya bahasa pada bahasa Mandarin, maka penulis hanya membahas beberapa gaya bahasa yang sering digunakan pada lirik lagu, yaitu: Gaya bahasa perumpamaan (比喻bǐyù), gaya bahasa Personifikasi (比拟 bǐnǐ), gaya bahasa Hiperbola (夸张Kuāzhāng) , gaya bahasa Erotesis atau Pertanyaan Retoris (反问

fǎnwèn), gaya bahasa Repetisi (反复fǎnfù), gaya bahasa Antitesis (对比duìbǐ), gaya bahasa (对 偶Duì’ǒu).

2.1.5 Sekilas tentang Andy Lau

(13)

Sementara, jenis album biasanya menyediakan beberapa tambahan publisitas dan uang untuk aktor karena, Lau mereka menjadi karir kedua. Meskipun butuh cukup lama, album pertamanya (You Only Know at the Moment) keluar pada tahun 1985.

Andy Lau adalah salah satu aktor terbesar Asia yang telah tampil dalam lebih dari 160 film, mempunyai album sebanyak 140, dan berhasil meraih ratusan penghargaan sejak pertengahan 80-an. Aktor dan Penyanyi ini selalu dianggap sebagai seorang selebritis paling berpengaruh di Hong Kong. Selama 20 tahun berkarir di dunia akting dan bernyanyi, Andy Lau sudah tampil dalam lebih dari 100 film layar lebar dan mempunyai album kurang lebih sebanyak 140 album, dan drama televisi. Tak hanya sekadar tampil, ia juga selalu menunjukkan performa dan kualitas yang prima sebagai seorang aktor dan Penyanyi. Sepanjang karirnya, Andy Lau sudah memenangkan 292 penghargaan di bidang akting maupun bernyanyi.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori dalam sebuah karya seperti penelitian ini adalah suatu hal yang sangat mendasar. Sebab melalui teori inilah akan melangkah ke arah pembahasan yang lebih jauh. Antara teori yang digunakan dengan masalah yang akan dibahas harus memiliki hubungan yang sangat erat. Dengan demikian, teori yang digunakan sebagai landasan mendukung sepenuhnya pemecahan masalah yang dimaksudkan.

2.2.1 Teori Stilistika

(14)

Stilistika sudah mulai dikenal sejak ratusan tahun yang lalu, kata stilistika secara etimologis berasal dari bahasa Inggris yang dikenal dengan istilah stylistic. Kata stylistic berasal dari dua kata, yaitu kata style dan kata istic. Kata style berarti gaya sedangkan kata istic berarti ilmu. Jadi kata Stylistic dalam bahasa Inggrisnya dapat diartikan sebagai Ilmu Gaya (Gaya Bahasa).

Nurgiyantoro (1995:290) membuat simpulan bahwa unsur gaya bahasa terdiri dari unsur leksikal, gramatikal, retorika, dan kohesi. Unsur retorika meliputi pemajasan, penyiasatan struktur kalimat, dan pencitraan. Dengan demikian, style atau gaya bahasa terdiri dari unsur leksikal, gramatikal, kohesi, dan retorika. Dalam penelitian ini, unsur gaya bahasa yang digunakan adalah unsur retorika. Pembahasan unsur-unsur gaya bahasa yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah unsur retorika yang meliputi pemajasan.

Style atau gaya bahasa adalah cara bertutur secara tertentu untuk mendapatkan efek estetik atau efek kepuitisan (Pradopo, 2000:265). Penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra dengan berbagai macam penyiasatannya dapat menyumbangkan nilai kepuitisan atau estetis karya sastra, bahkan sering kali nilai seni suatu karya sastra ditentukan oleh gaya bahasanya (Pradopo, 2000:263).

2.2.2 Hakikat Puisi

(15)

(sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat), dan (4) amanat atau intention (maksud atau tujuan penyair). Keempat hal tersebut merupakan hal yang diungkapkan oleh penyair dan saling berkaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya.

1. Tema

Waluyo (2002:17) menyatakan bahwa tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. Karena itu, tema bersifat khusus (diacu dari penyair), objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas ( bukan makna kias yang diambil dari konotasinya).

2. Perasaan

Perasaan ini berhubungan dengan suasana hati yang dirasakan oleh penyair saat menulis puisi. Kondisi perasaan penyair akan mempengaruhi karya puisi yang diciptakannya. Menurut Waluyo (2002:40), perasaan yang menjiwai puisi bisa perasaan gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, patah hati, sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal. Dalam mengungkapkan tema yang sama, perasaan penyair yang satu dengan perasaan penyair lainnya berbeda sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda.

3. Nada

Menurut Waluyo (2002:37), nada dalam puisi dapat mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Nada dikaitkan dengan suasana. Jadi, nada berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan dan sikap penyair terhadap pembaca, maka suasana berarti keadaan perasaan yang ditimbulkan oleh pengungkapan nada dan lingkungan yang ditangkap oleh panca indra.

(16)

Waluyo (2002:40) menyatakan bahwa amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca melalui bahasa yang tersirat dalam puisinya. Penyair juga mempunyai tujuan dengan sajak-sajak ciptannya baik itu untuk memenuhi kebutuhan pribadi sendiri atau yang lainnya, bergantung kepada pandangan hidup sang penyair. Amanat/tujuan tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan.

2.2.3 Fungsi Gaya Bahasa

Penggunaan bahasa yang khas atau gaya bahasa oleh pengarang tentu memiliki fungsi tertentu. Al-Ma’ruf (2009:15-16) mengungkapkan bahwa fungsi gaya bahasa ada empat, antara lain:

1. Meninggikan selera, artinya dapat meningkatkan minat pembaca atau pendengar untuk mengikuti apa yang disampaikan pengarang atau pembicara.

2. Mempengaruhi atau meyakinkan pembaca atau pendengar, artinya dapat membuat pembaca semakin yakin dan mantap terhadap apa yang disampaikan pengarang atau pembicara.

3. Menciptakan keadaan perasaan hati tertentu, artinya dapat membawa pembaca hanyut dalam suasana hati tertentu, seperti kesan baik atau buruk, perasaan senang atau tidak senang, benci, dan sebagainya setelah menangkap apa yang dikemukakan pengarang. 4. Memperkuat efek terhadap gagasan, yakni dapat membuat pembaca terkesan oleh

(17)

Menurut Ratna (2009:190), gaya bahasa dalam karya sastra berfungsi antara lain untuk memperoleh makna secara maksimal, yakni lebih jelas dan lebih hidup, menimbulkan suasana dan kesan tertentu di hati pembaca, dan untuk memperoleh efek estetis.

2.3 Tinjauan pustaka

Sejauh pengamatan penulis, analisis gaya bahasa pada lirik lagu Andy Lau belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya. Akan tetapi penelitian tentang gaya bahasa pada lirik l agu sudah pernah dilakukan oleh Erviana (2011) dengan judul, “Analisis Gaya Bahasa Pada Lirik Lagu Karya 周杰฀(Zhōu Jiélún)”, dalam penelitin yang dilakukan menganalisis gaya bahasa yang terdapat pada Lirik Lagu 周杰฀(Zhōu Jiélún). Yang membahas gaya bahasa dan makna dalam lirik tersebut. Penulis menjadikan penelitian tersebut sebagai referensi dalam penggunaan metode kualitatif dengan delapan gaya bahasa mandarin serta penggunaan teori stilistika sastra.

Penelitian selanjutnya yang membahas tentang gaya bahasa juga pernah dilakukan oleh Intan Citra (2011) Judul “Analisis Gaya Bahasa Iklan Produk Kecantikan dalam Bahasa Mandarin”. penulis mengambil objek penelitian yang berkaitan dengan gaya bahasa iklan produk kecantikan dalam Bahasa Mandarin. Dalam penelitiannya digunakan metode kualitatif dengan menggunakan 8 gaya bahasa mandarin dan menggunakan teori semantik.

Penelitian tentang Gaya Bahasa yang dilakukan oleh Indah Sari (2012) judul “Gaya Bahasa dan Fungsi Dalam Novel 红高粱 (Hong Gaoliang) Karya Mo Yan”. Dalam penelitiannya

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ditemukan wujud gaya bahasa hiperbola, ciri gaya bahasa hiperbola, dan tujuan penggunaan gaya bahasa hiperbola pada lirik lagu dalam. album Ratu “No.1”

adalah Gaya Bahasa Hiperbola Pada Lirik Lagu-Lagu Dalam Album Ratu.. Peneliti ingin mengetahui bentuk gaya bahasa yang terdapat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan diksi, stilistika genetis, dan gaya bahasa yang lebih dominan pada lirik lagu ebiet G.. Dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Gaya Bahasa Sinestesia dalam Lirik Lagu Karya Minami” yang meneliti tentang gaya bahasa sinestesia beserta artinya pada

Penelitian ini menganalisis tentang jenis gaya bahasa dan citraan pada lirik lagu dalam album Chambre 12 karya Louane. Album ini terdiri dari 17 lagu, namun karena keterbatasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: pada lirik lagu Fourtwnty dalam album Ego dan Fungsi Otak ditemukan beberapa gaya bahasa yaitu : (a) majas

lagu Rafli adalah lagu Aceh yang terdapat beberapa gaya bahasa dalam lirik lagu Rafli Kande yang salah satunya berjudul Ainal Mardhiah, berikut contoh gaya bahasa dalam potongan lirik

Keywords: language style, song lyric, Japanese song Abstrak Penelitian ini membahas tentang gaya bahasa yang terdapat pada lirik lagu Jepang yaitu lirik dari lagu yang dinyanyikan