• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA BAHASA DAN CITRAAN LIRIK LAGU DALAM ALBUM CHAMBRE 12 KARYA LOUANE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAYA BAHASA DAN CITRAAN LIRIK LAGU DALAM ALBUM CHAMBRE 12 KARYA LOUANE"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

RETNO MANGESTI NIM 155110301111012

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020

(2)

ii

GAYA BAHASA DAN CITRAAN

LIRIK LAGU DALAM ALBUM CHAMBRE 12 KARYA LOUANE

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Brawijaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

OLEH

RETNO MANGESTI NIM 155110301111012

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020

(3)

iii

Halaman Persetujuan Pembimbing Skripsi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi Sarjana atas nama Retno Mangesti telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Malang, 16 Juni 2020

Pembimbing Ria Yuliati, M.A.

NIP.19820722200822001

(4)

iv

Halaman Pengesahan Tim Penguji Skripsi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi Sarjana atas nama RETNO MANGESTI telah disetujui untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra.

Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang Akademik, Dosen Pembimbing,

Hamamah, M.Pd., Ph.D.

NIP. 19730103 200501 2 001

Ria Yuliati, S.Pd., M.A.

NIP. 19820722 200812 2 001

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya :

Nama : Retno Mangesti NIM : 155110301111012

Program Studi : Bahasa dan Sastra Prancis

Menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah benar-benar karya saya, bukan merupakan jiplakan dari karya orang lain, dan belum pernah digunakan sebagai syarat mendapatkan gelar kesarjanaan dari perguruan tinggi manapun.

2. Jika di kemudian hari ditemukan bahwa skripsi ini merupakan jiplakan, saya bersedia menanggung segala konsekuensi hukum yang akan diberikan.

Malang, 16 Juni 2020

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak segala proses penyususnan skripsi ini bisa terselesaikan. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen Pembimbing, Madame Ria Yuliati, M.A., yang selalu memberikan perhatian dan dukungannya saat proses pembimbingan skripsi penulis.

2. Dosen Penguji, Dr. Sigit Prawoto, M.Hum, terima kasih atas waktu dan kesediannya untuk memberikan masukan yang sangat bermanfaat dan turut membantu menyukseskan penulisan skripsi ini.

3. Madame Rosana Hariyanti, M.A., selaku Ketua Prodi Bahasa dan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya.

4. Monsieur Eri Susanto, M. Hum, selaku Expert Judgement yang telah membantu saya dalam mengoreksi transkrip lirik lagu yang menjadi objek penelitian saya.

5. Seluruh dosen Prodi Bahasa dan Sastra Prancis Universitas Brawijaya yang telah memberikan ilmu dan pelajaran yang sangat berguna bagi penulis.

6. Bapak saya, Alm. M. Suyudi, Ibu saya Suwarti, kedua kakak saya Diyah Dewi Gayatri dan Sri Widiyastuti, dan kedua adik saya Deni Safitri dan Fitriyani yang penulis sayangi dan tanpa lelah memberikan doa, motivasi, saran, dan dukungan kepada penulis selama ini.

7. Ayesha Putri Amelia dan Maulidiah Kurnia Wulandari yang selalu setia menemani penulis selama 5 tahun di Malang serta membantu, memberi dukungan, motivasi dan mendengarkan keluh kesah penulis dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan ini.

8. Ibu Lis Salamah, Bapak Sugiono, Rahmania Putri, Sarwinda, dan Chikita yang selalu setia menemani penulis selama di Malang serta membantu, memberi dukungan, motivasi, dan mendegarkan seluruh keluh kesah penulis.

(7)

vii

9. Yudinda, Shoumy, Putri Alsy, Fakhira Yasmin, dan Dewi, Meutia, Belinda, dan Dwinta Indira yang memberikan dorongan motivasi dan juga sudah mendengarkan keluh kesah penulis selama berkuliah di Malang.

10. Bagas Eko Setiyadi yang telah membantu, mendengarkan keluh kesah penulis, memberikan masukan, doa, motivasi, dan dukungan kepada penulis selama mengerjakan skrispsi ini.

11. Teman-teman Bahasa dan Sastra Prancis 2015 yang telah menemani dan membantu penulis berproses sebagai mahasiswa. Semoga Allah SWT memberikan Rahmat-Nya dan membalas seluruh kebaikan selama ini

Malang, 16 Juni 2020

Penulis

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... ……….i

HALAMAN JUDUL ... ……...ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... ……..iii

LEMBAR PENGESAHAN ... ……...iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... ………v

KATA PENGANTAR ... ……...vi

DAFTAR ISI ... ……viii

DAFTAR TABEL ... ………x

DAFTAR LAMPIRAN ... ……...xi

ABSTRAK ... …….xii

ÉXTRAIT ... ……xiii

BAB I PENDAHULUAN ... ………1

1.1 Latar Belakang ... ………1

1.2 Rumusan Masalah ... ………5

1.3 Tujuan Penelitian ... ………5

1.4 Manfaat Penelitian ... ………6

1.5 Definisi Istilah Kunci ... ………6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... ………8

2.1 Stilistika ……….8

2.2 Gaya Bahasa ... ………9

2.3 Jenis-Jenis Gaya Bahasa ... ……..10

2.4 Citraan ………...29

2.5 Jenis-Jenis Citraan ... ……..29

2.6 Penelitian Terdahulu ... ……..32

BAB III METODE PENELITIAN ... ……..34

3.1 Jenis Penelitian ... ……..34

3.2 Sumber Data ... ……..34

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... ……..35

(9)

ix

3.4 Teknik Analisis Data ... ……..37

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ……….38

4.1 Temuan Penelitian ………...38

4.2 Pembahasan ……….39

BAB V Penutup ……….60

5.1 Kesimpulan ………..……...60

5.2 Saran ………61

DAFTAR PUSTAKA ... ……..62

LAMPIRAN ... ...63

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Contoh Tabel Data Gaya Bahasa dan Citraan ... ……..36 Tabel 2 Hasil Penelitian .………...39 Tabel 3 Tabel Data Penelitian Gaya Bahasa dan Citraan ……….73

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lirik Lagu dalam album Chambre 12 karya Louane ... ...…...64

Lampiran 2 Terjemahan Lirik Lagu dalam Album Chambre 12 Karya Louane dalam Bahasa Indonesia ……….……...68

Lampiran 3 Expert Judgement ………..……….72

Lampiran 4 Tabel Data Penelitian Gaya Bahasa dan Citraan ………..……...73

Lampiran 5 Curriculum Vitae ... ……..84

Lampiran 6 Berita Acara Bimbingan Skripsi ... ……..85

(12)

xii ABSTRAK

Mangesti, Retno. 2020. Gaya Bahasa dan Citraan dalam Lirik Lagu Pada Album Chambre 12 Karya Louane. Program Studi Bahasa dan Sastra Prancis.

Universitas Brawijaya. Pembimbing: Ria Yuliati, M.A.

Kata Kunci: Gaya Bahasa, Citraan, Lagu, Lirik Lagu, Album Chambre 12 Karya Louane

Penelitian ini menganalisis tentang jenis gaya bahasa dan citraan pada lirik lagu dalam album Chambre 12 karya Louane. Album ini terdiri dari 17 lagu, namun karena keterbatasan waktu peneliti hanya meneliti 4 lagu yang memiliki tema yang sama yaitu percintaan dalam sebuah hubungan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Gaya bahasa apa saja yang digunakan dalam lirik lagu pada album Chambre 12 karya Louane, dan bagaimana jenis serta makna gaya bahasa tersebut, 2) Citraan apa saja yang digunakan dalam lirik lagu pada album Chambre 12 karya Louane. Tujuan dalam penelitian ini adalah 1) Mendeskripsikan bentuk-bentuk gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu pada album Chambre 12 karya Louane, dan jenis serta makna gaya bahasa tersebut, 2) Mendeskripsikan bentuk dan jenis citraan yang digunakan dalam lirik lagu pada album Chambre 12 karya Louane.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diambil dari lirik-lirik lagu dalam album Chambre 12 karya Louane.

Objek dalam penelitian ini adalah perwakilan 4 lirik lagu dalam album Chambre 12 karya Louane. Penelitian ini menggunakan 2 teori yaitu teori gaya bahasa dan teori citraan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah 1) Menyimak lagu- lagu dalam album Chambre 12. 2) Mencatat lirik lagu dalam album Chambre 12.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah 1) Pengecekan data, 2) Menganalisis gaya bahasa, 3) Menganalisis citraan, dan 4) Menarik kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini adalah pertama, terdapat 64 data gaya bahasa yang telah ditemukan yang terdiri atas 19 data gaya bahasa metafora, 16 data gaya bahasa aliterasi, 8 data gaya bahasa asonansi, 6 data gaya bahasa personifikasi, 5 data gaya bahasa epitet, 5 data gaya bahasa hiperbol, 4 data gaya bahasa persamaan atau simile, dan 1 data gaya bahasa kiasmus. Hasil penelitian kedua yaitu terdapat 54 data citraan yang telah ditemukan yang teriri atas 36 data citraan gerak, 10 data citraan penglihatan, 6 data citraan perabaan, dan 2 data citraan pendengaran.

Penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut mengenai fungsi penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu pada album Louane yang lain atau pada sumber-sumber data lain seperti novel, puisi, dan film.

(13)

xiii ÉXTRAIT

Mangesti, Retno. 2020. La Figure de Style et L’Imagerie dans Les Paroles des Chansons de Louane dans L’Album Chambre 12. Programme d’études de la langue et de la littérature françaises. Département de langue et littérature, Université Brawijaya. Superviseur: Ria Yuliati S.Pd., M.A.

Mots-clés: Stilistique, La Figure de Style, Imagerie, Chansons, Paroles des chansons, Album Chambre 12 de Louane.

La recherche analyse la figure de style et l’imagerie dans les paroles des chansons de Louane dans l’album Chambre 12. Cet album se compose de 17 chansons, mais en raison de contraintes de temps, le chercheur n’analyse que 4 chansons ayant le même thème, à savoir la romance d’un couple dans une relation.

Les problématiques de la recherche sont: 1) quelles sont les figures de style utilisées présentées dans les paroles des chansons de Louane dans l’album Chambre 12, et quels sont les types et les sens de ces figures, 2) quelles sont les imagerie présentées dans les paroles des chansons de Louane dans l’album Chambre 12. La recherche a pour but de 1) Décrire les formes de figures de style utilisées dans les paroles des chansons de Louane dans l’album Chambre 12, ainsi que les types et le sens de ces figures, 2) Décrire les formes et le type des imagerie utilisées dans les paroles des chansons de Louane dans l’album Chambre 12.

Cette recherche est une recherche descriptive qualitative. La source de donné de cette recherche est les paroles des chansons de l'album Chambre 12 de Louane. Le sujet de cette recherche est 4 chansons de Louane dans l'album Chambre 12. La recherche utilisées 2 théories, ce sont la théorie de figure de la style et la théorie de l’imagerie. Les techniques de collecte de données de cette étude sont 1) Écouter les chansons de l'album Chambre 12, 2) Noter les paroles de ces chansons. Les techniques d'analyse des données de cette étude sont 1) Vérifier les données, 2) Analyser la figure de style, 3) Analyser les imagerie et 4) Tirer des conclusions.

Après avoir analysé la figure de style et l’imagerie dans les paroles des chansons de Louane dans l’album Chambre 12, le résultat de la recherche montre qu’il y a 64 données de figure de la style utilisée dans les chansons de Louane dans l’album Chambre 12. Ce sont 19 métaphores, 16 allitérations, 8 assonances, 6 personnifications, 5 épithètes, 5 hyperboles, 4 comparaisons, et 1 chiasme. Et il y a 54 données trouvées sur l’imagerie. Ce sont 36 imagerie de mouvement, 10 imagerie de vision, 6 imagerie de palpation et 2 imagerie d’auditive. Pour les futures recherches peuvent analyser la fonction de l'utilisation de figure de la style en utilisent les paroles des chansons d’autre album de comme source des données ou les autres sources comme roman, poésie, et film.

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan sebuah media berasal dari alat ucap manusia yang dijadikan alat komunikasi. Sebagai media komunikasi, bahasa terdiri dari atas rangkaian bunyi vokal dan konsonan yang memiliki kaitan makna antara bunyi- bunyi vokal-konsonan tersebut dengan suatu benda atau hal yang diwakilinya.

Makna ini merupakan isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi berupa tanggapan dari orang lain.

Bahasa memiliki banyak fungsi yang sangat berguna untuk semua orang, selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai media perantara untuk menyampaikan suatu perasaan atau pikiran seseorang. Hasil dari penyampaian suatu perasaan, pikiran, dan ekspresi ini dapat tertuang di dalam suatu karya sastra, salah satunya adalah lagu.

Lagu merupakan sebuah karya sastra bernada yang memiliki nilai keindahan dari seni suara dan lirik lagunya. Lagu merupakan gabungan antara keindahan nada serta keindahan lirik yang sering kali berisikan kata-kata kiasan agar terdengar lebih indah dan menarik perhatian para pendengarnya. Selain memiliki fungsi sebagai hiburan, lagu juga biasanya digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis suasana hati pendengar.

Untuk memperindah syair lagu, tidak jarang pula dalam lirik lagu mengandung berbagai gaya bahasa dan citraan. Gaya bahasa merupakan pengaturan

(15)

kata-kata atau kalimat yang dilakukan penulis atau pembicara untuk mengekspresikan ide, gagasan, atau pengalamnnya guna meyakinkan atau mempengaruhi pembaca atau pendengar. Gaya bahasa bermacam-macam sesuai kebutuhan keindahan yang diinginkan penulis atau pembicara. Selain gaya bahasa, dalam karya sastra tidak jarang pula menggunakaan citraan. Citraan merupakan sarana kepuitisan yang digunakan penulis atau pembicara untuk memperkuat gambaran pikiran dan perasaan pembaca atau pendengar, misalnya citraan penglihatan, citraan penciuman, citraan pendengaran, citraan gerak, atau citraan perabaan.

Untuk memahami makna dalam karya sastra termasuk dalam lirik lagu, terutama yang banyak mengandung gaya bahasa maupun citraan, dibutuhkan kajian ilmu linguistik yaitu stilistika. Stilistika merupakan salah satu ilmu linguistik yang membahas gaya bahasa pada suatu karya sastra. Stilistika merupakan ilmu yang berhubungan dengan gaya bahasa yang meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia seperti menganalisis gaya bahasa yang terkandung di dalam suatu karya sastra.

Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti tentang penggunaan gaya bahasa dan citraan yang terkandung pada lirik lagu dalam album Chambre 12 karya Louane. Dalam sebuah lagu sering kali berisikan kata-kata indah yang mengandung beberapa gaya bahasa, begitu pula dalam lirik-lirik lagu dalam album Chambre 12 karya Louane. Gaya bahasa merupakan salah satu cara khusus yang dilakukan oleh pengarang karya sastra dengan memilih kata-kata yang bersifat puitis. Gaya Bahasa

(16)

yang ada pada lagu memiliki fungsi untuk menampilkan berbagai keindahan yang dihasilkan dari pemilihan kata-kata dan diksi.

Dalam sebuah lirik lagu, selain menciptakan serangkaian kata-kata yang indah, penulis lagu terkadang juga menambahkan beberapa jenis citraan agar lirik lagu tersebut menjadi lebih hidup. Citraan merupakan gambaran imajinatif yang dihasilkan dari alat indera yang dimiliki oleh setiap manusia. Citraan ialah gambar- gambar dalam pikiran yang dicipatakan oleh alat indera yang dimiliki setiap manusia dan bahasa yang menggambarkannya. Setiap gambar pikiran disebut dengan citra atau imaji. Citraan berperan penting dalam sebuah karya sastra karena didalam karya sastra tidak selalu berhubungan dengan kata-kata yang indah dan puitis, namun juga bagaimana sang penikmat karya sastra dapat menggambarkannya melalui alat indera yang dimiliki, termasuk juga dalam lirik- lirik lagu dalam album Chambre 12 karya Louane.

Dalam penelitian ini penulis memilih lagu-lagu yang ada dalam album Chambre 12 karya Louane sebagai objek penelitian. Album ini merupakan album pertama yang di rilis oleh Louane pada tanggal 2 Maret 2015. Di lansir dalam chartsinfrance.net, album Chambre 12 karya Louane ini berhasil menduduki peringkat 2 dalam penjualan album terbaik di Prancis pada tahun 2015. Album ini telah terjual sebanyak 772.300 kopi. Album ini terdiri dari 17 lagu namun karena keterbatasan waktu maka yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah perwakilan 4 lagu yang terkenal, yaitu Jour 1, Avenir, Maman, dan Alien. Keempat perwakilan lagu ini memiliki tema yang sama, yaitu percintaan. Pada lagu Jour 1 dan Alien penulis lagu memberikan tema yang sama tentang dirinya yang tergila-

(17)

gila karena seseorang yang dicintainya. Pada lagu Avenir dan Maman, tema yang diangkat juga sama yaitu mengenai keputusasaan penulis lagu setelah ditinggalkan oleh kekasihnya.

Penulis memilih lagu-lagu dalam album Chambre 12 karya Louane ini karena album ini populer dan penulis menemukan lirik-lirik yang mengandung gaya bahasa dan citraan. Selain itu, penulis juga menemukan beberapa kalimat dari lirik lagu ini yang memiliki beberapa gambaran imajinatif. Hal ini membuat penulis tertarik untuk meneliti lirik lagu tersebut lebih lanjut. Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti penggunaan gaya bahasa dan citraan dalam lagu-lagu tersebut. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Gaya Bahasa dan Citraan pada Lirik Lagu dalam Album Chambre 12 Karya Louane”.

Penelitian mengenai gaya bahasa sebelumnya sudah pernah diteliti oleh Tina Inggriyawati, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya (2017) yang berjudul “Penggunaan Gaya Bahasa Kiasan dan Fungsinya dalam Lirik Lagu Pour Que Tu M’Aimes Encore (Céline Dion). Dalam penelitiannya, Inggriyawati (2017) menemukan adanya 3 jenis gaya bahasa kiasan yaitu diantaranya gaya bahasa kiasan ironi, gaya bahasa kiasan persamaan (simile) dan gaya bahasa kiasan metafora. Sementara fungsi gaya bahasa yang ditemukan yaitu menciptakan keadaan hati yang sedih dan miris, mempengaruhi dan meyakinkan pendengar bahwa suatu hal itu sama dengan hal lain, dan fungsi memperkuat efek. Selain itu penelitian yang membahas citraan pernah diteliti oleh Ulfah Fairuz (2018) dari Universitas Diponegoro, yang meneliti “Citraan dan Fungsi Penggunaan Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu Album Duty karya Ayumi Hamasaki (Kajian Stilistika).

(18)

Dalam penelitiannya, Fairuz (2018) menemukan adanya 34 data citraan yang terdiri dari citraan visual, citraan pendengaran, citraan sensation, citraan kinetik dan citraan taklitis. Sementara, fungsi penggunaan gaya bahasa pada penelitian tersebut yaitu sebagai penyampaian terdiri dari metafora, simile dan paradoks, dan fungsi penggunaan gaya bahasa sebagai penekanan yaitu terdiri dari oksimoron, sinekdoks, retoris, personifikasi, dan repetisi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, terdapat rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

1. Gaya bahasa apa saja yang digunakan dalam lirik lagu pada album Chambre 12 karya Louane, dan bagaimana jenis serta makna gaya bahasa tersebut?

2. Citraan apa saja yang digunakan dalam lirik lagu pada album Chambre 12 karya Louane?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu pada album Chambre 12 karya Louane, dan jenis serta makna gaya bahasa tersebut.

2. Mendeskripsikan bentuk dan jenis citraan yang digunakan dalam lirik lagu pada album Chambre 12 karya Louane.

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembaca, baik manfaat teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca khususnya mengenai gaya bahasa dan citraan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca dalam mempelajari bahasa Prancis terutama mengenai gaya bahasa dan citraan, khususnya gaya bahasa dan citraan dalam bahasa Prancis.

1.5 Definisi Istilah Kunci

Pada penelitian ini, terdapat beberapa istilah kunci yang digunakan. Berikut merupakan penjelasan mengenai istilah-istilah kunci dalam penelitian ini.

1. Stilistika

Stilistika merupakan salah satu kajian ilmu linguistik yang menganalisis gaya bahasa yang digunakan dalam suatu karya sastra.

2. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah suatu cara khusus yang dilakukan oleh penulis karya sastra dalam mengungkapkan atau mengekspresikan pikirannya melalui pemilhan kata-kata yang bersifat puitis dan menarik hati para penikmat karyanya.

(20)

3. Citraan

Imaji atau citraan adalah sebuah gambaran yang dihasilkan oleh alat indera yang dimiliki oleh manusia pada saat membaca atau mendengarkan suatu karya sastra.

4. Lagu

Lagu adalah sebuah karya sastra yang memiliki nilai keindahan yang berasal dari seni dan lirik lagu yang mencakup gaya bahasa.

5. Lirik Lagu

Lirik adalah pesan yang berupa kata-kata kiasan yang terkandung di dalam sebuah lagu.

6. Album Chambre 12 karya Louane

Album Chambre 12 ini merupakan album pertama dari musisi wanita Prancis bernama Louane. Louane mengeluarkan album lagu ini di bawah label rekaman Universal Music France/ Mercury Music Group. Dalam album ini terdapat 17 lagu (sumber www.amazon.com).

(21)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Stilistika

Menurut Shipley dalam Ratna (2013, hal 8), stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya (style). Style itu sendiri berasal dari akar kata stilus (bahasa Latin) yang berarti alat berujung runcing yang digunakan untuk menulis di atas bidang berlapis lilin. Benda runcing sebagai alat untuk menulis ini dapat diartikan bermacam-macam, diantaranya yaitu menggores, melukai, menembus, dan menusuk bidang datar sebagai tulisan. Dengan konotasi lain, stilus memiliki arti

“menggores” atau “menusuk” perasaan pembaca, bahkan juga penulis itu sendiri sehingga menimbulkan efek tertentu. Dari pengertian dasar tersebut dapat disimpulkan bahwa kata stilus memiliki arti gaya bahasa sekaligus berfungsi sebagai penggunaan bahasa yang khas.

Stilistika (stylistic) merupakan ilmu tentang gaya. Ratna (2013, hal 5) menjelaskan bahwa gaya adalah ciri-ciri, standar bahasa, gaya adalah cara berekspresi. Pada umumnya, gaya dianggap sebagai sebuah istilah khusus yang dapat dibicarakan dan dimanfaatkan dalam bidang tertentu, misalnya bahasa dan sastra. Dalam hal ini dengan pertimbangan bahwa gaya menyangkut masalah penggunaan bahasa secara khusus dan karya sastra yang dianggap sebagai sumber data utamanya. Pada dasarnya, gaya ada dan digunakan dalam kehidupan sehari- hari. Hampir setiap tingkah laku dan perbuatan tanpa kita sadari kita melakukan aktivitas tersebut menggunakan cara tertentu. Dengan demikian, semua hasil

(22)

aktivitas manusia yang dijadikan sebagai suatu kebiasaan atau kebudayaan diwujudkan melalui cara tertentu sesuai dengan minat, selera, dan kemauan penciptanya. Stilistika dalam karya sastra merupakan bagian stilistika budaya itu sendiri. Meskipun demikian, dengan adanya intensitas penggunaan bahasa, maka dalam karya sastralah pemahaman stilistika paling banyak dilakukan.

Berdasarkan pengertian stilistika yang dijabarkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa stilistika merupakan salah satu kajian ilmu linguistik yang mempelajari atau menganalisis jenis gaya bahasa yang digunakan di dalam karya sastra. Dalam membuat suatu karya sastra, seorang penulis ataupun penyair pasti selalu menggunakan gaya bahasa dengan tujuan untuk menimbulkan efek tertentu yang berhubungan dengan faktor keindahan dan artistik yang dapat dirasakan oleh para penikmat karya sastra tersebut.

2.2 Gaya Bahasa

Keraf (1984, hal 112) menjelaskan bahwa gaya atau gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah Style. Kata Style itu berasal dari kata Latin “stilus”

yang berarti alat untuk menulis pada lempengan lilin. Kemudian, style berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Seiring perkembangan waktu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu.

Menurut Ratna (2013, hal 161), proses penciptaan gaya bahasa jelas disadari oleh penulisnya. Dalam penulisan, untuk memperoleh aspek keindahan secara

(23)

maksimal dalam menemukan satu atau kelompok kata-kata yang dianggap tepat, penulis melakukannya berulang kali. Peristiwa seperti ini dapat dibuktikan dengan adanya konsep yang dibuat oleh penulis dengan penuh coretan, penghapusan, dan penggantian dengan kata-kata yang baru.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan suatu cara khusus yang dilakukan oleh penulis dalam mengungkapkan atau mengekspresikan pikirannya melalui pemilihan kata-kata yang bersifat puitis dan menarik hati para penikmat karyanya.

2.3 Jenis-jenis Gaya Bahasa

Keraf (1984, hal 115) menjelaskan bahwa gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandangan. Pandangan-pandangan tentang gaya bahasa sejauh ini dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu pertama dilihat dari segi non bahasa dan kedua dilihat dari segi bahasanya. Dari segi non bahasa, Keraf membagi 7 kelompok yaitu diantaranya: a) berdasarkan pengarang, b) berdasarkan masa, c) berdasarkan medium, d) berdasarkan subyek, e) berdasarkan tempat, f) berdasarkan hadirin, dan g) berdasarkan tujuan. Dari segi bahasa, Keraf membagi 4 kelompok berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang digunakan yaitu diantaranya: a) gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, b) gaya bahasa yang terkandung dalam wacana, c) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan d) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.

Pada penelitian ini, penulis memilih analisa jenis gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Menurut Keraf (1984, hal 129), gaya bahasa berdasarkan

(24)

ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut Trope atau Figure of Speech. Istilah Trope atau Figure of Speech ini sudah terkenal sejak dulu hingga abad XVIII. Trope atau Figure of Speech memiliki banyak fungsi diantaranya yaitu menjelaskan, memperkuat, menghidupkan obyek mati, menstimulasi asosiasi, menimbulkan gelak tawa, dan juga untuk hiasan. Dalam hal ini, Keraf membagi 2 kelompok gaya bahasa yang disebut dengan Trope atau Figure of speech ini, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.

a. Gaya Bahasa Retoris

Menurut Keraf (1984, hal 130), gaya bahasa retoris adalah sebuah gaya bahasa yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai suatu efek tertentu. Keraf membagi menjadi 21 kelompok jenis gaya bahasa retoris yaitu diantaranya: aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis atau preterisio, apostrof, asindenton, polisidenton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron proteron, plenasme dan tautologi, perifrasis, proplepsi atau antisipasi, erotesis atau pertanyaan retoris, silepsi dan zeugma, koreksio atau epanortosis, hiperbol, paradoks, dan oksimoron.

1. Aliterasi

Keraf (1984, hal 130) menjelaskan bahwa aliterasi adalah jenis gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Aliterasi biasa digunakan dalam puisi atau prosa agar berfungsi sebagai suatu perhiasan atau untuk penekanan.

(1) Keras-keras kerak kena air lembut juga. (Keraf 1984, hal 130)

(25)

Pada kalimat (1) terdapat pengulangan huruf konsonan yaitu huruf konsonan [k] dan konsonan [r].

2. Asonansi

Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya terdapat dalam puisi dan juga prosa agar memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan (Keraf 1984, hal 130).

(2) Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.

(Keraf 1984, hal 130) Pada kalimat (2) terdapat pengulangan huruf vokal yaitu vokal [a] dan [u].

3. Anastrof

Anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat (Keraf 1984, hal 130).

(3) Bersorak-sorak orang di tepi jalan memukul bermacam-macam bunyi- bunyian melalui gerbang dihiasi bunga dan panji berkibar.

(Keraf 1984, hal 130) Pada kalimat (3) menunjukkan adanya gaya bahasa anastrof karena terdapat pembalikan kata yaitu “bersorak-sorak orang di tepi jalan …” seharusnya kalimat tersebut ditulis menjadi “orang bersorak-sorak di tepi jalan …”.

4. Apofasis atau Preterisio

Apofasis atau preterisio merupakan sebuah gaya dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu tetapi tampaknya menyangkal (Keraf 1984, hal 130).

(4) Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa Saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.

(Keraf 1984, hal 131)

(26)

Pada kalimat (4) juga terdapat gaya bahasa apofasis atau preterisio karena penulis seolah-olah berpura-pura menyembunyikan sesuatu akan tetapi ia justru mengatakannya.

5. Apostrof

Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir (Keraf 1984, hal 131).

(5) Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air tercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kamu perjuangkan.

(Keraf 1984, hal 131) Pada contoh kalimat (5) juga terdapat gaya bahasa apostrof karena di dalam kalimat pidato tersebut terdapat suatu penyampaian langsung kepada sesuatu yang tidak hadir. Kalimat tersebut adalah “hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air tercinta ini,…”.

6. Asindeton

Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat dimana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung (Keraf 1984, hal 131).

(6) Materi pengalaman diaduk-aduk, modus eksistensi dari cogito ergo sum dicoba, medium bahasa dieksploitir, imaji-imaji, metode, prosedur, dijungkir balik, masih itu-itu juga. (Keraf 1984, hal 131) Pada contoh kalimat (6) menunjukkan adanya gaya bahasa asindeton karena pada kedua kalimat tersebut ditandai dengan tidak digunakannya kata sambung melainkan menggunakan tanda koma (,) sebagai pemisah antara kata atau frasa pada kalimat tersebut.

(27)

7. Polisindeton

Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton, yaitu menggunakan kata sambung untuk menggabungkan beberapa kata, klausa, dan frasa yang berurutan dalam suatu kalimat (Keraf 1984, hal 131).

(7) Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokkan bulu-bulunya.

(Keraf 1984, hal 131) Pada contoh kalimat (7) terdapat gaya bahasa polisindeton karena ditandai dengan penggunaan kata sambung “dan” dan “yang” pada kalimat tersebut.

8. Kiasmus

Kiasmus (chiasmus) adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari 2 bagian, baik frasa atau klausa yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain tetapi susunan frasa dan klausanya terbalik jika dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya (Keraf 1984, hal 132).

(8) Sudah lazim dalam hidup ini bahwa orang pintar mengaku bodoh, tetapi orang bodoh mengaku dirinya pintar.

(Tarigan 1985, hal 187) Pada contoh kalimat (8), terdapat gaya bahasa kiasmus yaitu pada kata

“pintar” dan “bodoh”. Kedua kata tersebut saling dipertentangkan dalam klausa pertama dan klausa kedua pada kalimat tersebut.

9. Elipsis

Ellipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku (Keraf 1984, hal 132).

(28)

(9) Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa apa, badanmu sehat; tetapi psikis … (Keraf 1984, hal 132)

Pada contoh kalimat (9) terdapat gaya bahasa elipsis yaitu ditandai dengan adanya penghilangan suatu unsur kalimat. Seharusnya kalimat tersebut tersusun rapi seperti ini “Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa- apa, badanmu sehat tetapi psikismu tidak sehat”.

10. Eufemismus

Kata eufemisme atau eufemismus diturunkan dari kata Yunani yaitu euphemizein yang berarti “mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik”. Sebagai gaya bahasa, eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan (Keraf 1984, hal 132).

(10) Ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah mereka.

(Keraf 1984, hal 132) Pada contoh kalimat (10) terdapat gaya bahasa eufismus. Makna sebenarnya dalam kalimat tersebut adalah ayahnya sudah meninggal.

11. Litotes

Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri atau suatu pikiran yang dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya (Keraf 1984, hal 133).

(11) Rumah yang buruk inilah yang merupakan hasil usaha kami bertahun-tahun lamanya. (Keraf 1984, hal 133)

(29)

Pada contoh kalimat (11) terdapat gaya bahasa litotes. Penulis ingin menyampaikan sesuatu hal yang bersifat positif namun melalui pernyataan yang bersifat negatif.

12. Histeron Proteron

Histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan pada awal peristiwa sesuatu yang sebenarnya terjadi di kemudian.

(Keraf 1984, hal 133).

(12) Setelah berhasil mendaki bukit pasir itu, sampailah ia di padang rumput yang sangat hijau dan subur. (https://haloedukasi.com/)

Pada contoh kalimat (12) tersebut terdapat gaya bahasa histeron proteron karena terdapat ungkapan sesuatu yang tidak logis. Secara logika, bukit pasir tidak memiliki rumput hijau yang subur.

13. Pleonasme dan Tautologi

Pada dasarnya pleonasme dan tautologi adalah sebuah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. Walau secara praktis kedua istilah itu sama saja namun ada yang membedakan dari keduanya. Suatu acuan dapat dikatakan pleonasme jika kata yang berlebihan itu dihilangkan namun artinya tetap utuh.

Sebaliknya, acuan tersebut dikatakan tautologi jika kata yang berlebihan itu sebenarnya mengandung perulangan dari kata yang lain (Keraf 1984, hal 133).

(13) Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.

Saya telah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri Darah yang merah itu melumuri seluruh tubuhnya.

(30)

(Keraf 1984, hal 133) Pada contoh kalimat (13) terdapat gaya bahasa pleonasme karena semua kalimat tersebut akan tetap utuh dengan makna yang sama, walaupun sudah dihilangkan kata-kata sebagai berikut: dengan telinga saya, dengan mata kepala saya, dan yang merah itu.

14. Perifrasis

Perifrasis adalah sebuah gaya yang mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata yang lebih banyak dari yang diperlukan namun perbedaannya terletak dalam hal bahwa kata-kata yang berlebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja (Keraf 1984, hal 134).

(14) Ia telah beristirahat dengan damai. (Keraf 1984, hal 134) Pada contoh kalimat (14) terdapat gaya bahasa perifrasis karena kalimat tersebut sebenarnya bisa dipersingkat menjadi “ia telah meninggal dunia”.

15. Prolepsis atau Antisipasi

Prolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi (Keraf 1984, hal 134).

(15) Mobil yang malang itu ditabrak oleh truk pasir dan jatuh ke jurang.

(Tarigan 1985, hal 33) Pada contoh kalimat (15) juga terdapat gaya bahasa prolepsis atau antisipasi.

Pada kalimat tersebut penulis sudah menggunakan kata mobil yang malang untuk mengungkapkan rasa prihatin yang ditujukan untuk sebuah mobil yang mengalami kecelakaan tersebut.

(31)

16. Erotesis atau Pertanyaan Retoris

Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Dalam pertanyaan retoris terdapat asumsi bahwa hanya ada satu jawaban yang mungkin (Keraf 1984, hal 134).

(16) Rakyatkah yang harus menanggung akibat semua korupsi dan manipulasi di negara ini? (Keraf 1984, hal 135)

Pada contoh kalimat (16) tersebut terdapat gaya bahasa erotesis atau pertanyaan retoris karena terdapat tanda tanya (?) yang menunjukkan adanya pertanyaan retoris. Pertanyaan dalam kalimat tersebut sebenarnya sudah memiliki jawaban dan sudah dijabarkan oleh penutur sebelum mengajukan pertanyaan.

17. Silepsis dan Zeugma

Silepsis dan zeugma adalah sebuah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama (Keraf 1984, hal 135).

(17) Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya. (Keraf 1984, hal 135) Pada contoh kalimat (17) terdapat gaya bahasa silepsis. Dalam silepsis, konstruksi kalimat yang dipergunakan yaitu secara gramatikal benar namun secara semantik tidak benar. Konstruksi pada kalimat tersebut adalah kehilangan topi dan kehilangan semangat, yang satu memiliki makna denotasional dan yang satu lagi memiliki makna kiasan.

(32)

18. Koreksio atau Epanortosis

Koreksio atau epanortosis adalah suatu gaya yang mula-mula menegaskan sesuatu tetapi kemudian memperbaikinya (Keraf, 1984 hal, 135).

(18) Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima

kali. (Keraf 1984, hal 135)

Pada contoh kalimat (18) terdapat gaya bahasa koreksio atau epanortosis karena penulis awalnya menegaskan sudah empat kali mengunjungi daerah itu namun kemudian penulis memperbaiki kalimat tersebut dengan memberikan kata ah bukan, sudah lima kali.

19. Hiperbol

Hiperbol adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal (Keraf 1984, hal 135).

(19) Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak

aku. (Keraf 1984, hal 135)

Pada contoh kalimat (19) terdapat gaya bahasa hiperbol karna ditandai dengan kata meledak. Kata meledak tersebut mengandung makna yang berlebihan karena menggambarkan seseorang yang dapat meledak karena amarah yang berlebihan.

20. Paradoks

Paradoks adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada, biasanya paradoks juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya (Keraf 1984, hal 136).

(20) Ia mati kelaparan di tengah-tengah kekayaannya yang berlimpah-

limpah. (Keraf 1984, hal 136)

(33)

Pada contoh kalimat (20) terdapat gaya bahasa paradoks yaitu terletak pada kata “kelaparan” dan “kekayaan yang berlimpah-limpah”. Kedua kata tersebut bertentangan karena kekayaan yang berlimpah-limpah tidak akan menyebabkan seseorang menjadi kelaparan.

21. Oksimoron

Oksimoron terdiri dari kata okys yang berarti tajam dan moros yang berarti gila atau tolol. Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan (Keraf 1984, hal 136).

(21) Keramah-tamahan yang bengis. (Keraf 1984, hal 136)

Pada contoh kalimat (21) terdapat gaya bahasa oksimoron yang ditandai dengan adanya kata-kata yang saling bertentangan di dalam satu kalimat yaitu pada kata “keramah-tamahan” yang berarti suatu sikap atau perilaku yang baik dan kata

“bengis” yang berarti keras atau kejam.

b. Gaya Bahasa Kiasan

Menurut Keraf (1984, hal 136), gaya bahasa kiasan pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung dan perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Berikut merupakan jenis-jenis gaya bahasa kiasan menurut Keraf (1984, hal 138).

(34)

1. Persamaan atau Simile

Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit yaitu perbandingan yang langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain.

Biasanya kata-kata yang digunakan adalah: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana dan lain sebagainya (Keraf 1984, hal 138).

(22) Bibirnya seperti delima merekah. (Keraf 1984, hal 138)

Pada contoh kalimat (22) mengandung gaya bahasa kiasan persamaan atau simile karena ditandai dengan membandingkan bagian tubuh manusia yaitu bibir dengan buah delima yang merekah atau yang berwarna merah.

2. Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat (Keraf 1984, hal 139).

(23) Perpustakaan gudang ilmu. (Tarigan 1985, hal 16) Kalimat (23) mengandung gaya bahasa metafora karena ditandai dengan perbandingan antara perpustakaan dengan gudang ilmu. Jadi perpustakaan diibaratkan sebagai tempat atau sebuah bangunan yang memiliki beberapa koleksi dari berbagai sumber ilmu seperti buku, koran, majalah, jurnal dan lain sebagainya.

3. Alegori, Parabel, dan Fabel

Menurut Keraf (1984, hal 140) alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan biasanya makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Biasanya di dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak serta tujuannya selalu jelas tersurat.

(35)

(24) Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang?

Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu. (Dee 2006, hal 97)

Parabel atau parabola adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh biasanya manusia yang selalu mengandung tema moral. Istilah parabel dipakai untuk menyebut cerita-cerita fiktif di dalam kitab suci yang bersifat alegoris untuk menyampaikan suatu kebenaran moral atau kebenaran spiritual (Keraf 1984, hal 140). Misalnya dalam cerita rakyat “Malin Kundang” terdapat nilai moral yang ingin disampaikan yaitu sebagai manusia kita harus berbakti dan menghormati kedua orang tua. Selain itu, kita harus mengakui keberadaan seorang ibu dalam hidup kita, bagaimanapun keadaanya, beliaulah yang telah melahirkan kita dari rahimnya.

Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang dimana binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah-olah sebagai manusia. Tujuan fabel sama seperti parabel yaitu ingin menyampaikan nilai-nilai moral atau budi pekerti (Keraf 1984, hal 140).

Misalnya dalam cerita fabel Si Kancil dan Harimau. Dalam cerita tersebut terdapat pesan moral yang ingin disampaikan penulis untuk pembaca yaitu jika mendapat masalah gunakan akal sehatmu untuk menghadapinya, dan jika masalahnya sulit, mintalah bantuan orang tuamu untuk menyelesaikannya.

(36)

4. Personifikasi atau Prosopopoeia

Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan (Keraf 1984, hal 140).

(25) Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi

ketakutan kami. (Keraf 1984, hal 140)

Pada contoh kalimat (25) terdapat gaya bahasa personifikasi karena ditandai dengan kalimat “angin yang meraung”. Angin merupakan benda mati dan meraung hanya dilakukan oleh makhluk hidup saja.

5. Alusi

Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Biasanya, alusi adalah suatu referensi yang eksplisit atau implisit kepada peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, atau tempat dalam kehidupan nyata (Keraf 1984, hal 141).

(26) Kartini kecil itu turut memperjuangkan persamaan haknya.

(Keraf 1984, hal 141).

Kalimat (26) menggunakan gaya bahasa alusi karena penulis mensugestikan persamaan kepada seorang tokoh yang terkenal yaitu “Kartini”. Tokoh Kartini mempunyai sifat yang ingin memperjuangkan kesamaan hak-hak wanita.

6. Eponim

Eponim adalah gaya bahasa dimana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu (Keraf 1984, hal 141). Misalnya, penggunaan kata Hercules untuk

(37)

menyatakan kekuatan kemudian penggunaan kata Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan (Keraf 1984, hal 141).

7. Epitet

Epitet (epiteta) adalah acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang (Keraf 1984, hal 141). Misalnya pada kata “lonceng pagi” yang menunjukkan bentuk epitet karena ungkapan tersebut mengandung hal yang dibandingkan namun tidak dihadirkan, yaitu ayam jantan yang berkokok di pagi hari (Keraf 1984, hal 141).

8. Sinekdoke

Menurut Keraf (1984, hal 142), sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata Yunani synekdechesthai yang berarti menerima bersama-sama.

Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte).

(27) Dalam pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia di Stadion Utama Senayan, tuan rumah menderita kekalahan 3-4.

(Keraf 1984, hal 142) Pada contoh kalimat (27) terdapat gaya bahasa sinekdoke karena ditandai dengan kata “Indonesia” dan “Malaysia”. Pada kedua kata tersebut sebenarnya merupakan unsur sebagian yang mewakili keseluruhan atlet sepak bola dari kedua negara tersebut.

(38)

9. Metonimia

Menurut Keraf (1984, hal 142), kata metonimia berasal dari kata Yunani yaitu meta yang berarti menunjukkan perubahan dan anoma yang berarti nama.

Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.

(28) Ia membeli sebuah Chevrolet. (Keraf 1984, hal 142) Pada contoh kalimat (28) tersebut terdapat gaya bahasa metonimia karena ditandai dengan adanya kata “Chevrolet”. Kata tersebut sebenarnya bermakna mobil yang bermerek Chevrolet.

10. Antonomasia

Antonomasia merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri (Keraf 1984, hal 142).

(29) Yang mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.

(Keraf 1984, hal 142).

Pada contoh kalimat (29) terdapat gaya bahasa antonomasia karena ditandai dengan adanya kata “Yang Mulia”. Kata tersebut sebenarnya menggantikan identitas dari subjek pada kalimat tersebut.

11. Hipalase

Menurut Keraf (1984, hal 142), hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain.

(30) Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah. (Keraf 1984, hal 142)

(39)

Pada contoh kalimat (30) terdapat gaya bahasa hipalase yaitu pada frase

“yang gelisah”. Makna sebenarnya dari kata tersebut menunjukkan bahwa yang gelisah itu manusianya bukan bantalnya.

12. Ironi, Sinisme, dan Sarkasme

Menurut Keraf (1984, hal 143), ironi berasal dari kata eironeia yang berarti penipuan atau pura-pura. Ironi atau sindiran merupakan sebuah bahasa kiasan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.

(31) Rapi benar kamar tidurmu, selimut tiada berlipat, bantal di bawah tempat tidur, sepatu berantakan, pakaian bergantungan di dinding.

(Tarigan 1985, hal 62) Kalimat (31) mengandung gaya bahasa ironi karena terdapat kata “rapi benar kamar tidurmu” yang diucapkan oleh penutur dengan tujuan untuk menyindir bahwa kamar tersebut sebenarnya tidak rapi kepada pemilik kamar tersebut.

Menurut Keraf (1984, hal 143), sinisme adalah suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.

Sinisme dianggap lebih keras dari ironi walau terkadang masih sukar diadakan perbedaan antara keduanya.

(32) Memang Anda adalah seorang gadis tercantik di seantero jagad ini yang mampu menghancurkan seluruh isi jagad ini.

(Keraf 1984, hal 143) Kalimat (32) mengandung gaya bahasa sinisme, yaitu pada pernyataan penutur yang begitu sinis yaitu “yang mampu menghancurkan seluruh isi jagad ini”.

(40)

Keraf (1984, hal 143) menjelaskan bahwa sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Sarkasme merupakan acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir yang dapat menyakiti hati.

(33) Lihat Sang Raksasa itu. (Keraf 1984, hal 143) Pada contoh kalimat (33) mengandung gaya bahasa sarkasme karena makna sebenarnya dari kata “Sang Raksasa” dalam kalimat tersebut adalah sebuah sindiran untuk orang yang pendek, tidak tinggi, gemuk.

13. Satire

Keraf (1984, hal 144) menjelaskan bahwa satire berasal dari kata satura yang berarti talam yang penuh berisi macam-macam buah-buahan. Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu, biasanya satire mengandung kritik pada manusia agar diadakan perbaikan secara etis maupun estetis.

(34) Astaga, pekerjaan semudah ini kamu tidak bisa mengerjakannya.

Pada contoh kalimat (34) mengandung gaya bahasa satire karena ditandai dengan adanya kata “semudah ini kamu tidak bisa mengerjakan”. Kata tersebut mengandung satire yang bersifat halus dengan tujuan agar orang tersebut mau melakukan perbaikan pada dirinya tanpa harus membuatnya tersinggung.

14. Inuendo

Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Inuendo menyatakan kritik dengan sugesti tidak langsung dan sering tampak tidak menyakitkan hati kalau dilihat sambil lalu (Keraf 1984, hal 144).

(35) Ia menjadi kaya-raya karena sedikit mengadakan komersialisasi

jabatannya. (Keraf 1984, hal 144)

(41)

Pada contoh kalimat (35) mengandung gaya bahasa inuendo karena ditandai dengan adanya kata “sedikit”. Kata tersebut diungkapkan untuk menyatakan kritik secara tidak langsung dan juga agar tidak menyakitkan hati orang tersebut.

15. Antifrasis

Menurut Keraf (1984, hal 144), antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan kata dengan makna kebalikannya yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri. Antifrasis akan diketahui dengan jelas jika pembaca mengetahui kenyataannya bahwa yang dikatakan itu adalah sebaliknya.

(36) Engkau memang orang yang mulia dan terhormat!

(Keraf 1984, hal 145) Pada contoh kalimat (36) tersebut mengandung gaya bahasa antifrasis karena maksud sebenarnya dari kata “orang yang mulia dan terhormat” pada kalimat tersebut adalah Sang Koruptor.

16. Pun atau Paronomasia

Menurut Keraf (1984, hal 145), pun atau paronomasia adalah kiasan dengan mengggunakan kemiripan bunyi. Pun atau paronomasia merupakan permainan kata yang berdasarkan kemiripan bunyi namun terdapat perbedaan besar dalam makna.

(37) Engkau orang kaya! Ya kaya monyet! (Keraf 1984, hal 145)

Pada contoh kalimat (37) terdapat gaya bahasa pun atau paronomasia karena ditandai dengan adanya kemiripan bunyi pada kata “kaya”. Kata “kaya” bisa berarti orang yang mempunyai harta yang banyak dan bisa juga berarti seperti.

(42)

2.4 Citraan

Menurut Pradopo (2009, hal 80), imaji atau citraan adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai (gambaran) dan dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata, syaraf penglihatan, dan daerah- daerah otak yang berhubungan atau bersangkutan. Coombes dalam Pradopo (2009, hal 80) mengungkapkan bahwa dalam tangan seorang penyair yang bagus, imaji itu akan segar dan hidup berada dalam puncak keindahannya untuk mengintensifkan dan menjernihkan.

Nurgiyantoro (2018, hal 411) mengungkapkan bahwa citraan merupakan suatu gaya penuturan yang banyak dimanfaatkan dalam penulisan karya sastra.

Citraan ini dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan-gagasan yang sebenarnya abstrak melalui kata-kata dan ungkapan yang mudah membangkitkan imajinasi pendengar karya sastra tersebut. Melalui daya tanggap indera imajinasi, pembaca dapat dengan mudah membayangkan, merasakan, dan menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang karya sastra. Jadi citraan atau imaji adalah sebuah gambaran yang dihasilkan oleh alat indera yang dimiliki oleh manusia pada saat membaca atau mendengarkan suatu karya sastra.

2.5 Jenis-Jenis Citraan

Menurut Pradopo (2009, hal 81), citraan itu ada bermacam-macam yang dihasilkan oleh alat indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecapan, penciuman bahkan dapat juga diciptkan oleh pemikiran dan gerakan. Berikut ini jenis-jenis citraan atau imaji dalam Pradopo (2009, hal 81).

(43)

1. Citraan Penglihatan

Citraan penglihatan adalah jenis citraan yang paling sering digunakan oleh penyair dibandingkan dengan citraan lain. Menurut Pradopo (2009, hal 81), citraan penglihatan memberi rangsangan kepada indera penglihatan sehingga sering hal- hal yang tidak terlihat seolah-olah dapat terlihat.

(38) Bersandar pada tari warna pelangi

Kau di depan ku bertudung sutra senja

Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda.

(Chairil Anwar dalam Pradopo 2009, hal 81) 2. Citraan Pendengaran (Auditory Imagery)

Altenberd dalam Pradopo (2009, hal 82) menjelaskan bahwa citraan pendegaran dihasilkan dari menyebutkan atau menguraikan bunyi suara. Citraan ini juga sangat sering digunakan oleh penyair.

(39) Karena Kasihmu, puisi karya Amir Hamzah.

Sunyi sepi pitunang Poyang Tidak meletak dendang dambaku Layang lagu tiada melangsing Haram gemerincing genta rebana.

(Pradopo 2009, hal 82) 3. Citraan Perabaan (Tactile atau Thermal Imagery)

Menurut Pradopo (2009, hal 83), citra perabaan tidak terlalu sering dipakai oleh penyair seperti citra penglihatan dan citra pendengaran. Citraan perabaan memberikan rangsangan kepada penikmat karya sastra mengenai hal-hal yang tidak bisa diraba seolah-olah bisa diraba oleh tangan seseorang.

(40) Blues untuk Bonne, puisi karya W.S Rendra Maka dalam blingsatan

Ia bertingkah bagai gorilla

(44)

Gorilla tua yang bongkok meraung-raung Sembari jari-jari galak di gitarnya

Mencakar dan mencakar

Menggaruki rasa gatal di sukmanya.

(Pradopo 2009, hal 83)

4. Citraan Penciuman dan Pencecapan

Menurut Pradopo (2009, hal 85), citraan yang tidak begitu sering digunakan adalah citraan penciuman dan pencecapan. Citraan penciuman diperoleh dari alat indera penciuman begitu juga citraan pencecapan dihasilkan oleh alat indera pengecapan.

(41) Citraan penciuman

Nyanyian Suto untuk Fatima, puisi karya W.S Rendra Dua puluh tiga matahari

Bangkit dari pundakmu

Tubuhmu menguapkan bau tanah.

(Pradopo 2009, hal 85) (42) Citraan pencecapan

Pembicaraan, puisi karya Subagio Sastrowardojo Hari mekar dan bercahaya

Yang ada hanya sorga

Neraka adalah rasa pahit di mulut Waktu bangun pagi.

(Pradopo 2009, hal 85) 5. Citraan Intelektual

Altenbernd dalam Pradopo (2009, hal 86) menjelaskan bahwa citraan dapat dihasilkan dengan asosiasi-asosiasi intelektual. Menurut Al-Ma’ruf (2009, hal 86), pengalaman intelektual yang pernah dirasakan dapat dihidupkan kembali dengan citraan.

(45)

(43) Ballada Teduhnya Atmokarpo, puisi karya W.S Rendra

Bedah perutnya tapi masih setan ia menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala. (Pradopo 2009, hal 86)

6. Citraan Gerak (Movement imagery atau Kinaesthetic imagery)

Menurut Pradopo (2009, hal 87), citraan gerak ini menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak tetapi dilukiskan dapat bergerak ataupun gambaran gerak pada umumnya.

(44) Senja di Pelabuhan Kecil, puisi karya Chairil Anwar

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan.

Tidak bergerak dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak.

(Pradopo 2009, hal 88)

2.6 Penelitian Terdahulu

1. Penggunaan Gaya Bahasa Kiasan dan Fungsinya dalam Lirik Lagu Pour Que Tu M’Aimes Encore Karya Celine Dion oleh Tina Inggriyawati, Universitas Brawijaya, 2017

Pada penelitian tersebut, Inggriyawati (2017) menganalisis jenis-jenis gaya bahasa kiasan dan fungsi penggunaan gaya bahasa kiasan tersebut dalam lirik lagu Pour que tu m’aimes encore karya Celine Dion. Pada penelitian tersebut, objek penelitian yang dikaji adalah lirik lagu berbahasa perancis yang berjudul Pour Que Tu M’aimes Encore karya Celine Dion. Teori yang digunakan pada penelitian tersebut menggunakan teori gaya bahasa yang ada di dalam buku Gorys Keraf.

Hasil dari penelitian tersebut ditemukan adanya 3 gaya bahasa kiasan yang digunakan, yaitu diantaranya gaya bahasa kiasan ironi, gaya bahasa kiasan simile

(46)

(persamaan), dan gaya bahasa kiasan metafora. Sementara fungsi gaya bahasa yang ditemukan yaitu menciptakan keadaan hati yang sedih dan miris, mempengaruhi dan meyakinkan pendengar akan adanya persamaan antara suatu hal dengan hal lain, dan fungsi memperkuat efek.

2. Citraan dan Fungsi Penggunaan Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu Album Duty Karya Ayumi Hamasaki oleh Ulfah Fairuz, Universitas Diponegoro, 2018

Pada penelitian tersebut, Fairuz (2018) menganalisis jenis-jenis citraan dan fungsi penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu album Duty karya Ayumi Hamasaki. Objek penelitian pada penelitian tersebut adalah lirik lagu berbahasa Jepang dalam album Duty karya Ayumi Hamasaki. Penelitian tersebut meneliti jenis-jenis citraan menggunakan teori citraan yang ada di dalam buku Hermintoyo.

Penelitian tersebut tidak hanya meneliti citraan saja namun juga meneliti fungsi penggunaan gaya bahasa yang ada di dalam lirik lagu pada album Duty karya Ayumi Hamasaki.

Hasil dari penelitian tersebut ditemukan adanya 34 jenis citraan yang terdiri dari citraan visual, citraan pendengaran, citraan sensation, citraan kinetik, dan citraan taklitis. Sementara fungsi penggunaan gaya bahasa yang telah ditemukan pada penelitian tersebut yaitu ada 18 data yang terdiri dari 2 fungsi, fungsi penyampaian dan penekanan. Fungsi gaya bahasa sebagai penyampaian terdiri dari metafora, simile, dan paradoks. Kemudian fungsi sebagai penekanan yaitu terdiri dari oksimoron, sinekdoks, retoris, personifikasi, dan repetisi.

(47)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan deskripstif kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010, hal 4) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang telah diamati. Sugiyono (2013, hal 15) juga menjelaskan bahwa penelitian kualitatif menempatkan objek sebagai sesuatu yang berkembang apa adanya sebagai hasil konstruksi pemikiran yang utuh, dinamis dan tidak dapat dimanipulasi oleh peneliti. Pada penelitian ini, penulis akan menyajikan data dengan menguraikan hasil data yang telah dianalisis berupa gaya bahasa dan citraan yang digunakan dalam lirik lagu pada album Chambre 12 karya Louane.

3.2 Sumber Data

Lofland (dalam Moleong 2010, hal 157) mengungkapkan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen-dokumen lainnya. Sumber data utama dalam penelitian ini merupakan lirik-lirik lagu pada album Chambre 12 karya Louane. Album Chambre 12 dirilis pada tanggal 2 maret 2015 dengan label rekaman Universal Music France/Mercury Music Group. Objek penelitian ini adalah kata-kata, frase, ataupun kalimat dalam lirik-lirik lagu album Chambre 12

(48)

karya Louane. Jumlah lagu yang ada pada album ini ada 17 lagu namun karena keterbatasan waktu maka yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah perwakilan 4 lagu yang cukup terkenal, menarik, dan mengandung banyak gaya bahasa dan citraan di dalamnya. Selain itu, pada ke-empat lagu ini memiliki tema yang sama yaitu tentang percintaan. Berikut merupakan perwakilan 4 lirik lagu dalam album Chambre 12 karya Louane.

1. Jour 1 2. Avenir 3. Maman 4. Alien

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menyimak lagu-lagu dalam album Chambre 12 karya Louane.

2. Memilih 4 lagu perwakilan dalam album Chambre 12 karya Louane.

3. Mencatat lirik-lirik 4 lagu yang ada pada album Chambre 12 karya Louane yang diunduh melalui website azlyrics.com.

4. Menerjemahkan lirik 4 lagu tersebut ke dalam bahasa Indonesia agar penulis lebih mudah memahami.

5. Memvalidasi hasil terjemahan dari lirik lagu tersebut dengan meminta bantuan melalui Expert Judgement.

(49)

6. Mencatat data penelitian berupa frasa, klausa, atau kalimat yang mengandung gaya bahasa dan citraan ke dalam Tabel Data.

7. Memberi kode pada data penelitian untuk mempermudah identifikasi.

Tabel 1 Contoh Tabel Data Gaya Bahasa dan Citraan

Keterangan:

No : nomor urut data

Kode Gaya Bahasa : kode data gaya bahasa dan citraan GB1 : Gaya Bahasa nomor urut 1 L1 : Lagu ke 1

/1-3 : larik ke 1-3

C1 : Citraan nomor urut 1

Kelompok Kata/Kalimat yang Mengandung Gaya Bahasa

: kelompok kata atau kalimat yang mengandung gaya bahasa dan citraan

Jenis Gaya Bahasa : jenis gaya bahasa

Makna Gaya Bahasa : makna yang terkandung dalam gaya bahasa

Jenis Citraan : jenis citraan yang terkandung di dalam gaya bahasa No Kode Gaya

Bahasa

Kelompok Kata/Kalimat yang Mengandung Gaya

Bahasa

Jenis Gaya Bahasa

Makna Gaya Bahasa Jenis Citraan

1. GB1/L1/1-3 .

5. GB5/L1/9-10 C2/L1/9-10

(50)

3.4 Teknik Analisis Data Penelitian

Peneliti akan melakukan analisis data sesuai dengan rumusan masalah yang ada pada penelitian ini. Tujuan dari analisis data adalah untuk menganalisis gaya bahasa dan citraan dalam lagu. Setelah data-data penelitian terkumpul, penulis akan melalukan beberapa tahapan dalam menganalisis data.

1. Pengecekan Data

Peneliti melakukan pengecekan data yang telah dikumpulkan. Pengecekan ini dilakukan dengan tujuan jika ada data yang terlewati maka peneliti akan melengkapi data tersebut.

2. Menganalisis gaya bahasa

Penulis menganalisis data-data penelitian berupa gaya bahasa, jenis, serta makna yang ada dalam 4 lirik lagu pada album Chambre 12 karya Louane.

3. Menganalisis citraan

Penulis menganalisis data-data penelitian berupa bentuk-bentuk dan jenis citraan yang ada dalam 4 lirik lagu pada album Chambre 12 karya Louane.

4. Menarik kesimpulan

Penulis menarik kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan sebagai tahapan akhir dan kemudian akan menjawab rumusan masalah yang ada pada penelitian ini.

(51)

38 BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan

Penelitian ini menganalisis mengenai gaya bahasa dan citraan pada 4 lirik lagu dalam album Chambre 12 karya Louane, yaitu lagu Jour 1, Avenir, Maman, dan Alien. Empat lirik lagu ini dipilih sebagai perwakilan analisis karena merupakan lagu yang cukup terkenal, menarik, dan ditemukan banyak gaya bahasa dan citraan.

Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan 64 bentuk gaya bahasa yang terdiri atas 8 jenis yaitu: 19 data gaya bahasa metafora, 16 data gaya bahasa aliterasi, 8 data gaya bahasa asonansi, 6 data gaya bahasa personifikasi, 5 data gaya bahasa hiperbol, 5 data gaya bahasa epitet, 4 data gaya bahasa persamaan atau simile, dan 1 data gaya bahasa kiasmus. Selain itu, dalam empat lagu dalam album Chambre 12 karya Louane tersebut terdapat juga 54 bentuk citraan yang terdiri atas 4 jenis yaitu: 36 data citraan gerak, 10 data citraan penglihatan, 6 data citraan perabaan, dan 2 data citraan pendengaran. Berikut adalah tabel ringkasan hasil penelitian.

(52)

Tabel 2 Hasil Penelitian

No Gaya Bahasa Jumlah No Citraan Jumlah

1. Metafora 19 1. Citraan gerak 36

2. Aliterasi 16 2. Citraan penglihatan 10

3. Asonansi 8 3. Citraan perabaan 6

4. Personifikasi 6 4. Citraan pendengaran 2

5. Hiperbol 5

6. Epitet 5

7. Persamaan/simile 4

8. Kiasmus 1

Total 64 data 54 data

4.2 Pembahasan

Pada bagian ini penulis akan membahas secara rinci mengenai data gaya bahasa dan citraan yang diperoleh dari hasil penelitian pada 4 lirik lagu dalam album Chambre 12 karya Louane, yaitu lagu Jour 1, Avenir, Maman, dan Alien.

Dari penelitian yang telah dilakukan terdapat 64 bentuk gaya bahasa yang terdiri atas 8 jenis yaitu: 19 data gaya bahasa metafora, 16 data gaya bahasa aliterasi, 8 data gaya bahasa asonansi, 6 data gaya bahasa personifikasi, 5 data gaya bahasa hiperbol, 5 data gaya bahasa epitet, 4 data gaya bahasa persamaan atau simile, dan 1 data gaya bahasa kiasmus. Selain itu, terdapat juga 54 bentuk citraan yang terdiri atas 4 jenis yaitu: 36 data citraan gerak, 10 data citraan penglihatan, 6 data citraan perabaan, dan 2 data citraan pendengaran. Mengingat data penelitian yang cukup banyak maka penulis akan membahas perwakilan 2 data dari masing-masing bentuk gaya bahasa dan juga 2 data dari masing-masing bentuk citraan.

Referensi

Dokumen terkait

adalah Gaya Bahasa Hiperbola Pada Lirik Lagu-Lagu Dalam Album Ratu.. Peneliti ingin mengetahui bentuk gaya bahasa yang terdapat

Penggunaan gaya bahasa repetisi dalam sebuah karya khususnya lirik lagu album religi karya Opick menjadi hal yang menarik untuk diteliti.. Karena mampu

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan latar sosiohistoris kelompok musik Ada Band, menganalisis gaya kata (diksi) pada lirik lagu album Romantic Rhapsody karya Ada Band

Obyek penelitian ini adalah unsur-unsur stilistika yang berupa aspek citraan dan majas yang ada dalam lirik lagu album Best of The Best karya Ebiet G.Ade.. Data dan

Sembilan jenis ungkapan gaya bahasa metafora tersebut terdapat dalam lirik lagu pada album Inti Bumi karya Rasukma, yaitu gaya bahasa metafora being (keadaan), metafora cosmos

Penulis menganalisis ekspresi kebebasan melalui citraan pada lirik lagu Hamasaki Ayumi dalam album My Story. Berikut uraian analisis empat lirik lagu dalam album My

Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan unsur citraan yang digunakan dalam lirik lagu pada album Bancano Bukik Lantiak yang dinyanyikan Odi Malik dan unsur

Penulis pun menjadikan latar belakang ini menjadi sebuah judul penelitian “Analisis Gaya Bahasa Perulangan pada Lirik Lagu dalam Album Monokrom Karya Tulus dan Implikasinya Terhadap