• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebijakan Dolarisasi Dalam Mone

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kebijakan Dolarisasi Dalam Mone"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS KEBIJAKAN DOLARISASI DALAM MONETER DOMESTIK DALAM KRISIS EKUADOR

MAKALAH

TEORI EKONOMI POLITIK INTERNASOINAL

Alleya Hanifa - 1406618820 Astrella Depari - 1406541221 Genta Maulana - 1406618833 Jonathan Alfa R. -1406578331

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ekuador adalah salah satu negara Amerika Selatan yang memiliki keragamaan budaya dan geografis. Hal ini tentunya mempengaruhi kekayaan sumber daya alam Ekuador yang terdiri atas keragaman agrikultur, minyak, dll. Tidak heran hal ini kemudian membuat perdagangan ekspor Ekuador menjadi salah satu sumber pendapatan nasionalnya. Ekonomi Ekuador merupakan salah satu dari delapan pertumbuhan ekonomi terbaik di Amerika Selatan.

Meskipun begitu, keadaan ekonomi tiap negara tentunya tidak terlepas goncangan-goncangan yang mengancam stabilitas negara tersebut. Bagi Ekuador, 1995-2000 merupakan titik terbawah ekonomi dimana Ekuador jatuh kedalam krisis ekonomi cukup parah. Krisis ini secara umum disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain ​conflict of interest dalam pemerintahan Ekuador dan kondisi cuaca yang kemudian memposisikan ekonomi Ekuador di titik terbawahnya. Dalam menanggapi krisis ekonomi, setiap negara memiliki caranya masing-masing. Pada 6 Januari 2000, Presiden Jamil Mahuad kemudian mengumumkan secara resmi keputusannya untuk mengambil kebijakan dolarisasi sebagai solusi krisis ekonomi domestik ini, dimana definisi dolarisasi secara umum adalah adopsi mata uang Amerika sebaga mata uang nasional.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, makalah ini kemudian akan berusaha menjawab pertanyaan terkait ​“Bagaimana rezim dolarisasimemperbaiki stabilitas ekonomi dalam moneter Ekuador?”

Dalam menjawab pertanyaan pemicu tersebut, tim penulis akan menggunakan konsep rezim dalam menjelaskan kebijakan dolarisasi. Makalah ini akan berusaha memaparkan proses Ekuador yang pada akhirnya memilih untuk “tunduk” pada rezim dolarisasi sebagai solusi krisis domestik. Dampak dan perubahan yang dibawa oleh kebijakan ini kemudian akan memberikan jawaban tentang bagaimana efektivitas dolarisasi sebagai solusi krisis moneter.

1.3 Kerangka Konsep

Dalam menjelaskan dan menganalisis studi kasus ini, tim penulis menggunakan salah satu pendekatan rezim internasional oleh Haggard dan Simmons. Dalam tulisan​Theories of International Regimes​, Haggard dan Simmons meminjam definisi Krasner mengenai rezim yaitu kumpulan prinsip, norma, aturan, dan prosedur pengambilan keputusan yang mengumpulkan ekspetasi aktor-aktor dalam hubungan internasional Menurut Viotti Kaupi1 konsep ini adalah salah satu bentuk dari institusi internasional yang dapat diartikan sebagai sekumpulan aturan yang disetujui oleh beberapa negara dalam sebuah isu tertentu. Konsep 2 ini pada dasarnya “dipinjam” dari politik domestik dimana fungsinya adalah sebagai sebuah constitutional order. Dalam cakupan internasional, rezim umumnya dibentuk secara sukarela oleh salah satu negara yang kemudian menentukan ukuran dalam pengaturan di hubungan internasional. Dalam pandangan liberal, konsep ini merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ​interdependence​antar negara. Secara umum, terdapat dua teori besar yang dapat menjelaskan bagaimana sebuah rezim internasional terbentuk. Teori pertama berasal dari kaum realis yang melihat bahwa adanya rezim tidak lepas dari peran negara untuk menciptakan atau mempertahankan sumber-sumber ​poweryang ada. Hal ini berbeda dengan3 teori kedua yang menekankan peran ​epistemic communities dalam pembentukan rezim

1 Stephen Haggard dan Beth A. Simmons, “ Theories of International Regimes,” International Organization,

Vol.41, No 3 ( Summer, 1987), hlm. 493.

2 Paul R. Viotti dan Mark V. Kauppi. International Relations Theory, 5th Ed (New York :Pearson Education,

2012) ,hlm. 145.

(4)

internasional. Dalam makalah ini, tim penulis akan fokus pada teori pertama yang menyatakan adanya ikut campur suatu negara dalam pembentukan sebuah rezim internasional. Kebangkitan atau kejatuhan sebuah aktor hegemon berpengaruh pada kebangkitan atau penolakan sebuah rezim internasional. Hal ini kemudian melihat bahwa rezim internasional4 memberikan keuntungan bagi negara besar yang membentuknya.

Menurut Haggard dan Simmons terdapat beberapa dimensi yang dapat digunakan untuk mengukur rezim internasional. Dimensi pertama adalah5 ​strength​yang dapat digunakan untuk melihat seberapa patuh sebuah negara terdapat suatu rezim internasional. Kepatuhan ini dapat digunakan untuk melihat ​strength ​rezim tersebut dalam mengikat negara-negara dibawhanya dalam suatu isu tertentu. Dimensi kedua adalah bentuk organisasi yang berpengaruh pada pengaturan dan ​design ​dari praktik rezim itu sendiri. Selain itu, cakupan juga menjadi salah dimensi yang dapat digunakan dalam melihat sebuah rezim internasional. Dimensi ini melihat seberapa besar cakupan isu yang diatur dalam sebuah rezim. Menurut 6 Haggard dan Simons, berubahnya ​scope ​dari suatu rezim seringkali diabaikan, padahal kelalaian tersebut seringkali juga mempengaruhi karakteristik rezim. Selain itu, luasnya ​scope tidak selalu diikuti dengan perkembangan rezim tersebut, karena​scopeyang terlalu luas hanya akan memperumit kompleksitas hubungan sementara ​scope yang terlalu sempit akan mempersulit proses ‘tawar-menawar’ di dalamnya. Dimensi terakhir adalah mode alokasi yang melihat bahwa rezim internasional mempengaruhi mekanisme alokasi. Haggard dan Simmons memberikan dua jenis bentuk alokasi model ; (1)7 ​market-oriented , yang mendukung adanya alokasi pribadi dan menjamin hak properti serta menghiraukan adanya kontrol pemerintah nasional. (2) ​authoritative allocation​, dimana adanya kontrol langsung sumber daya dari otoritas rezim. Salah satu contoh dari model ini adalah peran IMF sebagai rezim keuangan dalam neraca perdagangan internasional.

Berbeda dengan Viotti Kaupi yang hanya menyediakan dua jenis teori, Haggard dan Simmons mengajukan empat jenis teori yang dapat digunakan dalam menjelaskan rezim internasional. Keempat tersebut terdiri atas ​structuralism, ​pendekatan ​game-theoretic​, teori fungsional, dan teori kognitif. Masing-masing memiliki pandangan yang berbeda tentang

4 Hidetaka Yoshimatsu, “International Regimes, International Society, and Theoretical Relations”, Working

Paper Series ​Vol. 98-10 (Mei, 1998), hlm 6.

5 Stephen Haggard dan Beth A. Simmons, “ Theories of International Regimes,” International Organization, hlm

496

6Ibid., hlm. 497.

(5)

fungsi dan posisi rezim dalam hubungan internasional. Dalam makalah ini, tim penulis tidak akan membahas keempatnya melainkan hanya fokus pada teori fungsional. Keohane sebagai salah satu tokoh yang mendukung teori ini pada awalnya melihat bahwa tradisi rational-choice dalam melihat peran kekuatan dominasi dalam mempertahankan rezim gagal menjelaskan perubahan baik dalam struktur ​power maupun dalam rezim internasional itu sendiri. Teori8 ​rational choice ​dianggap tidak dapat menjelaskan perubahan cakupan rezim yang semakin luas dewasa ini. Keohane kemudian mengajukan pendekatan ​supply-demand dalam melihat terbentuknya rezim. Keohane melihat adanya rezim disebabkan adanya permintaan-penawaran terhadap hal-hal seperti ; (1) kerangka legal (2) informasi sempurna9 (3) biaya transaksi nihil.

Pendekatan ​demand-supply menurut Keohane tersebut menyatakan bahwa adanya rezim didorong akan kebutuhan negara anggota terhadap beberapa hal. Hal ini sesuai dengan teori fungsional menurut Haggard dan Simmons yang melihat rezim dari efek yang ditimbulkan. Jika sebuah rezim dapat menjadi10 ​sarana untuk mengurangi biaya transaksi diantara negara anggotanya maka kepatuhan negara terhadap sebuah rezim akan meningkat. Adapun hal ini berpengaruh sebaliknya jika modifikasi terhadap rezim menjadikan rezim dysfunctional maka eksistensi rezim akan terancam. Teori ini menjelaskan kekuatan rezim terutama menjawab pertanyaan tentang mengapa kepatuhan terhadap rezim tidak terpengaruh oleh adanya perubahan kondisi structural. Kepatuhan anggota terhadap sebuah rezim dipengaruhi oleh fungsi dari rezim itu sendiri bagi negara-negara anggotanya. Teori ini juga dapat menjelaskan kapan sebuah rezim dibutuhkan. Selain itu, adanya11 ​benefit ​yang ditawarkan oleh sebuah rezim internasional juga ternyata mempengaruhi perilaku sebuah negara. Ukuran seberapa penting sebuah rezim kemudian dilihat dari seberapa banyak​benefit yang dapat diberikan sebagai ganti ​compliance ​yang diberikan sebuah negara. Haggard dan Simmons kemudian menyatakan bahwa teori fungsional menekankan peran rezim dalam memfasilitasi realisasi​common interest negara. Namun hal ini ternyata menimbulkan dampak

8 Robert O. Keohane, “The Demand for International Regimes” International Organization, Vol. 36, No 2

(1982), hlm. 326.

9Ibid, hlm. 338.

10 Stephen Haggard dan Beth A. Simmons, “ Theories of International Regimes,” International Organization,

hlm 508.

(6)

negative dalam praktiknya yaitu fakta bahwa rezim dapat menjadi saran institusionalisasi inequalities.12

Dari kerangka teori diatas, penulis akan akan memfokuskan tulisan ini pada teori funsional dalam menjelaskan kebijakan dolarisasi. Adanya​demand​dari Pemerintah domestik Ekuador serta ​supply ​dari arena internasional tentang solusi krisis ekonomi domestik menjelaskan posisi rezim internasional, dalam hal ini dolarisasi bagi Ekuador. Teori fungsional rezim internasional menurut Haggard dan Simmons akan menjadi acuan utama tim penulis dalam menjelaskan peran dolarisasi. Eksisensi dolarisasi sebagai sebuah rezim internasional juga akan dijelaskan pada bab berikutnya. Dalam prosesnya, teori realis mengenai​power-based ​juga akan digunakan dalam menjelaskan kekuatan-kekuatan lain yang berpartisipasi dalam pemberlakuan kebijakan dolarisasi di Ekuador.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Ekonomi Politik Domestik Ekuador

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Ekuador merupakan negara di Amerika Selatan yang memiliki potensi ekonomi yang signifikan. Negara ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, dan memiliki teritori yang dapat dikategorikan strategis untuk dapat dilewati jalur perdagangan. Selain itu, Ekuador juga tergabung dan aktif didalam beberapa institusi perekonomian semacam WTO, CAF, IDB, dll. Oleh karena itu, Ekuador merupakan negara di Amerika Selatan yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar.

Meskipun begitu, negara yang terletak di antara Kolombia dan Peru ini tidak pernah jauh dari krisis ekonomi. Bahkan, menurut Stanley Fischer, secara historis Ekuador tidaklah memiliki kondisi ekonomi yang baik sejak kemerdekaannya pada 1830 . Pada masa itu,13 negara Ekuador terbagi menjadi dua kelompok masyarakat besar yaitu Costa, mereka yang tinggal di sekitar pantai, dan Sierra, atau mereka yang tinggal di daerah pegunungan. Kedua kelompok masyarakat ini memiliki karakteristik ekonomi dan sosial yang berbeda sehingga ketegangan regional domestik seringkali terjadi. Sementara itu, partai-partai politik di Ekuador terbentuk berdasarkan ​interest dari wilayah tersebut. Ini menyebabkan lemahnya sentralitas pemerintahan Ekuador, karena kebijakan-kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan stabilitas moneter atau pertumbuhan ekonomi terpaksa ‘dikorbankan’ demi mencapai ​regional balance​. Dampaknya adalah kondisi ekonomi Ekuador yang sangat terstratifikasi. Orang-orang kaya dan pemilik tanah tinggal berdampingan dengan orang-orang yang kurang mampu, serta instabilitas politik karena kekuatan politik sentral sulit untuk membuat kebijakan yang bersifat kohesif dan berdasarkan konsensus . 14

Dalam usaha untuk mencapai kemakmuran, Ekuador merupakan negara yang sangat bergantung kepada ekspor dari komoditas seperti kakao, udang-udangan, dan minyak. Akan tetapi, institusi-institusi ekonomi dalam negeri, seperti perbankan, yang mengatur perdagangan tidaklah berjalan efisien sehingga menyebabkan Ekuador sejatinya sangat ‘rentan’ terhadap siklus perubahan harga-harga komoditas tersebut. Misalnya, hancurnya

13 Stanley Fischer, “Ecuador and the IMF,” International Monetary Fund, diakses 16 Mei 2016,

https://www.imf.org/external/np/speeches/2000/051900.htm.

14 Paul Beckerman dan Andres Solimano. Crisis and dollarization in Ecuador: Stability, growth, and social

(8)

harga pada tahun 1980-an membuat pertumbuhan GDP Ekuador turun dari 9% menjadi 2% saja, terendah dalam 50 tahun terakhir . Kekuatan ekonomi Ekuador lalu menjelang stabil 15 hingga tahun 1995, dimana Ekuador mulai mengalami konflik perbatasan dengan Peru. Pada masa itu Ekuador terpaksa meningkatkan anggaran militer sehingga saldo keuangan negara yang tadinya ​balance berubah menjadi defisit. Ini berdampak kepada kredibilitas Duran Ballen selaku Presiden Ekuador pada saat itu serta aktor-aktor dalam pemerintahannya. Bahkan, Alberto Dahik selaku wakil presiden melarikan diri ke Costa Rica karena adanya dugaan korupsi. Abdala Bucaram selaku pengganti Duran pada tahun 1996 juga tidak mampu berbuat banyak karena langsung diganti setahun kemudian, juga karena kasus korupsi. Selain itu, bencana ​El Nino​pada tahun 1997 yang menghantam komoditas pertanian dan merugikan ekonomi Ekuador hingga 13% dari GDPnya . 16

Diangkatnya presiden baru Jamal Mahuad pada tahun 1998 memberikan harapan tersendiri , namun ia juga harus memperhatikan bahwa kebijakan-kebijakan yang dilakukan17 oleh presiden-presiden sebelumnya seperti mengurangi subsidi, liberalisasi ekonomi, menaikkan ​interest rate ​dan melakukan devaluasi atas ​exchange-rate memanglah tidak memberikan hasil yang signifikan. Dalam kondisi mengalami regres di sistem perbankan, kesulitan untuk mencari kreditur eksternal, serta terlalu banyak meminjam uang berupa USD, Ekuador mengalami krisis ekonomi hebat dimana mereka harus membayar hutang sebesar lebih dari 16 miliar USD . Banyaknya masalah dalam krisis finansial dan moneter membuat 18 Ekuador mulai mempertimbangkan untuk bernegosiasi dengan IMF pada akhir tahun 1998. Akan tetapi, negosiasi berjalan dengan lambat karena kondisi keuangan Ekuador yang tidak bisa mendukung kebijakan-kebijakan yang ditawarkan oleh IMF sebagai solusi . Sementara19 itu, nilai Sucre sebagai mata uang terus mengalami depresiasi dari 800 Sucres/USD pada tahun 1990, hingga 25000 Sucres/USD. Akhirnya pada tahun 2000, Ekuador di bawah presiden Jamal Mahuad, dengan kondisi angka kemiskinan mencapai 45% dan pengangguran 17% dari total populasi, memutuskan untuk mengambil kebijakan dolarisasi. Padahal, kebijakan ini bisa dibilang sangat berisiko karena kondisi-kondisi yang bisa mendukung

15 Ibid, hlm. 5.

16 Stanley Fischer, “Equador.” 17 Ibid.

18 Hale E Sheppard, "Dollarization of Ecuador: Sound Policy Dictates US Assistance to This Economic Guinea

Pig of Latin America," ​Ind. Int'l & Comp. L. Rev.​ 11, (2000): hlm. 81-84.

19 Cristobal Perez, “Dollarization and Banking Stability in Ecuador,” Economics Honors Papers 6, (2012): hlm.

(9)

kesuksesan dolarisasi ini sendiri, seperti sistem fiskal dan perbankan yang sehat, tidak bisa dipenuhi oleh Ekuador pada masa itu. 20

2.2 Definisi Dolarisasi sebagai Sebuah Rezim Internasional

Pertama-tama, tim penulis akan menjelaskan mengenai dasar-dasar dolarisasi. Dolarisasi merupakan nama lain dari suatu kebijakan bernama substitusi mata uang (​currency substitution)​. Kurt Schuler mendefinisikan​currency substitution sebagai sesuatu yang terjadi ketika penduduk suatu negara menggunakan mata yang asing secara ekstensif bersamaan atau untuk menggantikan mata uang domestik. Kini, terma dolarisasi tidak secara eksklusif21 digunakan merujuk kepada penggunaan dolar AS oleh sebuah negara (selain AS), namun juga substitusi mata uang secara umum.

Terdapat dua jenis dolarisasi, yaitu tidak resmi (​de facto)​dan resmi (​de jure​). Dolarisasi tidak resmi terjadi ketika mata uang asing hanya digunakan sebagai alat pertukaran (alat transaksi) atau sebagai cara penyimpanan dalam bentuk fisik. Dolarisasi22 ​de facto​ini ditandai ketika masyarakat sebuah negara banyak menyimpan asetnya dalam bentuk valuta asing. Menurut Schuler, dolarisasi jenis ini dilakukan dalam tiga tahap. Di tahap pertama, terjadi proses subtitusi aset, yaitu saat masyarakat memiliki obligasi dan simpanan asing di luar negeri dengan alasan ingin melindungi kekayaannya di tengah inflasi atau penyitaan kekayaan langsung. Pada tahap kedua, yaitu substitusi mata uang, masyarakat memiliki mata uang asing dalam jumlah besar dalam sistem perbankan domestik sebagai sarana pembayaran atau penyimpanan nilai. Di tahap ini, komoditas bernilai tinggi seperti kendaraan dan rumah seringkali dibayarkan dalam valuta asing. Tahap terakhir, masyarakat negara tersebut sudah terbiasa dengan valuta asing terebut hingga harga-harga dalam mata uang domestik pun diindeks terhadap nilai tukar. Schuler menyatakan sulit untuk mendeteksi negara-negara23 yang mengalami dolarisasi tidak resmi akibat keterbatasan statistik mengenai jumlah mata uang asing yang dimiliki masyarakat suatu negara.

20 Andres Solimano, hlm. 6.

21 Kurt Schuler, “Basics of Dollarization,” Global Policy, diakses pada 15 Mei 2016,

https://www.globalpolicy.org/pmscs/30435.html.

22 Patricia Alvarez-Plata dan Alicia Garcia-Herrero, To dollarize or de-dollarize: Consequences for Monetary

Policy​, Paper AIDB 2007, hlm 3.

(10)

Dolarisasi resmi terjadi ketika mata uang asing diterapkan sebagai alat pembayaran resmi (​legal tender)​. Dalam kondisi ini, mata yang asing dapat secara resmi digunakan24 dalam perjanjian antar pihak-pihak swasta dan pemerintahnya pun menggunakannya untuk melakukan pembayaran. Beberapa negara yang melakukan dolarisasi resmi, atau juga25 dikenal sebagai dolarisasi penuh, tidak memiliki mata uang domestiknya sendiri. Jikalau ada, maka mata uang domestik tersebut menduduki posisi sekunder. Schuler menyatakan bahwa dolarisasi resmi memberikan kebebasan pilihan bagi negara penganut yang sekaligus memberikan proteksi ketika salah satu dari mata uang yang digunakan menjadi tidak stabil.26 Beberapa negara yang menerapkan dolarisasi penuh di antaranya adalah Panama, Timor Leste, dan Ekuador.

Dalam makalah ini, dolarisasi resmi akan menjadi perhatian utama sebab rezim tersebutlah yang diadopsi oleh Ekuador. Ketika suatu negara melakukan dolarisasi, maka negara tersebut harus merelakan pengaturan moneter domestiknya dan mengimpor kebijakan moneter yang diatur oleh negara pemilik mata uang yang diadopsinya. Dengan memiliki27 mata uang yang sama, maka negara tersebut dapat mengambil keuntungan berupa biaya transaksi yang lebih rendah dengan negara sesama pengguna mata uang tersebut. Bahkan, dalam kasus dolarisasi yang menggunakan dolar AS, negara pengadopsi dapat mengurangi biaya transaksi dengan mata uang lain. 28

Alexandre Miranda menyebutkan bahwa dolarisasi resmi seperti yang dilakukan oleh Ekuador memiliki beberapa keuntungan. Hal-hal yang menjadi pemicu suatu negara melakukan dolarisasi di antaranya adalah menurunkan tingkat inflasi dan biaya transaksi sehingga dapat memperkuat perdagangan serta integrasi fiskal dan finansial, serta eliminasi penciptaan moneter untuk membiayai ekonomi yang akan menguntungkan perkembangan sektor perbankan. 29

Dalam tulisan ini, tim penulis sepakat pada asumsi bahwa dolarisasi adalah salah satu bentuk rezim internasional. Asumsi ini didasarkan dari kerangka teori yang telah ditentukan penulis sebelumnya. Seperti yang telah dikatakan Haggard dan Simmons, sebuah rezim

24 Alvarez-Plata dan Garcia-Herrero, To dollarize. 25 Schuler, “Basics.”

26Ibid,.

27Ibid,.

28Ibid..

29Alexandre Minda, "Full Dollarization: A Last Resort Solution to Financial Instability in Emerging Countries?."

(11)

internasional terdiri atas beberapa elemen. Elemen pertama adalah30 ​strength ​yang berusaha seberapa “kuat” suatu rezim dalam mengikat negara dibawahnya. Dolarisasi umumnya dipilih menjadi solusi dalam menyelesaikan masalah ekonomi domestik suatu negara khususnya inflasi. Hal ini terbukti dari banyaknya negara yang memilih mengaplikasikan rezim ini ketika mengalami krisis. Dolarisasi secara umum memiliki beberapa fungsi seperti mengurangi tingkat inflasi, mengurangi otoritas moneter, serta meningkatkan paparan sistem perbankan.31 Adanya fungsi-fungsi krusial yang dibawa oleh dolarisasi ini kemudian meningkatkan “kekuatan” dolarisasi ini terhadap seberapa besar kerelaan suatu negara untuk tunduk terhadap aturan rezim ini. Selain itu, besarnya manfaat yang dirasakan dari penerapan rezim ini, dalam studi kasus dolarisasi Ekuador, masyarakat Ekuador menolak rencana de-dolarisasi yang sempat direncanakan. Tim penulis kemudian dapat mengatakan rezim ini memiliki kekuatan32 cukup besar dalam mengatur negara yang menggunakan dolarisasi. Meskipun rezim ini tidak memiliki sanksi tertentu, namun adanya manfaat yang diciptakan dolarisasi menciptakan keadaan dimana negara ​dependent ​kepada rezim ini.

Elemen kedua adalah bentuk organisasi, dimana dalam dolarisasi memberikan mekanisme baru bagi keuangan suatu negara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dolarisasi memiliki tahap-tahap tersendiri hingga pada akhirnya sampai pada titik mata uang asing benar-benar menggantikan posisi mata uang nasional. Dilihat dari elemen33 ​scope, dolarisasi hanya berfokus pada aspek ekonomi yang terdiri atas moneter dan finansial. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aturan dolarisasi yang menjustifkasi adopsi suatu mata uang luar negeri menjadi mata uang nasional tentunya memiliki dampak bagi moneter dan finansial suatu negara. Adanya pengubahan mata uang ini secara langsung aktivitas ekonomi dalam suatu negara. Berbagai kebijakan ekonomi yang diambil sebagai dampak dolarisasi juga akan dijelaskan lebih lanjut pada sub-bab berikutnya. Pada elemen terakhir, mode alokasi. Dari kedua jenis mode alokasi, dolarisasi dapat dikategorikan sebagai marke​t-​oriented dimana individu dari negara masih tetap memiliki akses sumber daya. Meskipun adanya dolariasi seakan-akan membuka pintu intervensi pihak luar bagi ekonomi

30 Stephen Haggard dan Beth A. Simmons, “ Theories of International Regimes,” International Organization,

hlm 496

31Mohsen Bahmani​-​Oskooee dan Ilker Domac, "On the link between dollarisation and inflation: Evidence from Turkey," ​Comparative Economic Studies​ 45, no. 3 (2003), hlm 307.

32 "The End of Dollarization in Ecuador: The Crisis Has Begun," Investor's Business Daily, diakses pada 12 Mei

2016, http://www.investors.com/politics/editorials/ecuador-weakens-us-dollar-as-its-official-currency/.

(12)

nasional namun, rezim ini tidak dapat mengontrol secara langsung sumber-sumber daya negara lain. Dolarisasi dalam hal ini hanya terbatas dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara namun tidak memegang kuasa secara langsung. Keempat poin ini kemudian akan tim penulis jadikan landasan dalam melihat dolarisasi sebagai sebuah rezim dalam menganalisis pada sub-bab berikutnya.

Dalam proses pembentukannya, rezim dolarisasi dapat kategorikan sebagai rezim yang power-based. ​Ekuador sebagai bagian dari Amerika Selatan menggunakan dollar USD sebagai mata uang dolarisasi-nya tentunya atas dasar alasan tertentu. Dollar AS memiliki kekuatannya sendiri yang cenderung stabil dan merupakan hegemon ekonomi di regional Amerika. Dolarisasi juga sebagai rezim tentunya memiliki manfaat antara lain pengurangan34 biaya transaksi. Hal ini disebabkan adanya persamaan penggunaan mata uang yang35 mengarah pada integrasi ekonomi. Penjelasan mengenai manfaat dolarisasi ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan studi pada sub-bab berikutnya.

Selan itu, faktor yang juga menunjukkan proses dolarisasi merupakan sebuah rezim adalah fakta bahwa perlu ada “persetujuan” Amerika. Amerika tidak serta merta membiarkan sebuah negara melakukan proses dolarisasi untuk dilaksanakan tanpa ​benefit ​yang dapat dikeruk. Maka dari itu, Amerika juga memberikan sebuah pakta kerjasama yang kurang36

lebih menerangkan bahwa Ekuador membuka slot untuk perusahaan Amerika melaksanakan kegiatan ekonomi di sana. Alasan ini juga ditujukan sebagai pembuat landasan alasan penyebaran mata uang dolar yang lebih cepat, melalui dibukanya berbagai perusahaan AS yang secara alngsung berinteaksi dengan kehidupan masyarakat Ekuador sehari-hari. 37

2.3 Kebijakan dan Implikasi Dolarisasi terhadap Sistem Moneter Ekuador

Pada bagian ini, tim penulis akan menjabarkan mengenai bagaimana implikasi dolarisasi terhadap sistem moneter Ekuador. Penjabaran ini dibagi ke dalam dua bagian, yakni: 1) Pemberlakuan Dolarisasi, yang menjelaskan mengenai mekanisme dan teknis

34B.J. Cohen, "US policy on dollarisation: a political analysis," dalam Geopolitics 7, no. 1 (2002): hlm. 70. 35 Robert O. Keohane, “The Demand for International Regimes” International Organization, Vol. 36, No 2

(1982)​​ hlm. 338.

36Galindo, Arturo José, and Leonardo Leiderman. "Living with Dollarization and the Route to

Dedollarization." (2005).

37 Helleiner, Eric. "Dollarization diplomacy: US policy towards Latin America coming full circle?."

(13)

dolarisasi pada sistem moneter Ekuador; dan 2) Pasca ​Dolarisasi yang memaparkan identifikasi signifikansi perbaikan kondisi perekonomian Ekuador pasca pemberlakuan kebijakan dolarisasi. Bagian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian, yaitu menjelaskan bagaimana rezim dolarisasi dapat memperbaiki stabilitas ekonomi dalam moneter Ekuador, juga dijelaskan mengenai pengaruhnya pada stabilitas politik Ekuador.

2.3.1 Pemberlakuan Dolarisasi

Pada Januari 2000, di tengah ketidakstabilan kondisi sosial dan kurangnya dukungan kongres untuk melaksanakan reformasi struktural, Pesiden Jamil Mahuad meminta untuk melaksanakan dolarisasi penuh untuk mencegah runtuhnya sistem perbankan. Tetapi, beberapa hari kemudian Mahuad diberhentikan oleh mahkamah konstitusi Ekuador, yang juga mengkonfirmasi bahwa Gsutavo Noboa yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden .38 Noboa melanjutkan titah Mahuad dengan melakukan dolarisasi penuh yang ditujukan untuk menstanbilkan kembali stabilitas ekonomi . Pada sistem ekonomi yang sudah semi-dolarisasi,39 nilai tukar telah bertengger pada 25,000 sucre per Dolar AS . 40

Dengan dolarisasi penuh yang diatur dalam the Economic Transformation Law (Ley de Transformación Económica atau LdTE), yang mengatur : 41

1. Pemberian insentif pada investasi swasta khususnya pada sektor energi, pengaturan ini berupaya untuk merevitalisasi industri energi Ekuador melalui pihak swasta agar penyebaran uang dolar Amerika dapat terlaksana. Asumsi tersebut didasarkan pada fakta bahwa memang sirkulasi ata uang dolar AS paling banyak terjadi pada bidang swasta bukan di pemerintahan.

2. Pelaksanaan privatisasi pada berbagai perusahaan negara, dengan asumsi yang sama, pemerintah yang merasa kewalahan untuk mengatur teralu banyak perusahaan BUMN, pemerintah Ekuador berupaya untuk membuka kesempatan pada pihak swasta sebagai penggerak pasar modal dolar AS agar berpartisipasi.

3. Pembatasan pasar pekerja lebih fleksibel, pengaturan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membuka akses sebesar-besarnya bagi pihak swasta dalam mengembangkan industrinya yang memungkinkan meluasnya lapangan pekerjaan bagi

38 Hale E Sheppard,. "Dollarization of Ecuador: Sound Policy Dictates US Assistance to This Economic Guinea

Pig of Latin America." ​Ind. Int'l & Comp. L. Rev.​ 11 (2000, hlm 79)

39Ibid.,

40Ibid.,

41 Quispe-Agnoli, Myriam, and Elena Whisler. "Official dollarization and the banking system in Ecuador and El

(14)

para pekerja Ekuador. Pasar pekerja yang biasanya diatur oleh pemerintah dibebaskan kepada pihak swasta dalam pengelolaanya . 42

4. Selain itu, bank sentral juga membeli kembali hampir semua​“outstanding stock” atau saham-saham luar biasa, dan semua akun sucre bank nasional dan dikonversi kedalam dolar . Pemerintah juga merasa perlu melakukan intervensi langsung pada43 perbankan Ekuador untuk mempercepat proses dolarisasi apabila efek privatisasi tidak cukup cepat.

Di luar pengaturan LdTE, IMF juga kemudian menandatangani perjanjian ‘penjagaan’ dengan pemerintah Ekuador untuk membantu stabilitas ekonomi dan perbaikan kondisi ekonomi, yang menarik pembiayaan tambahan dari berbagai institusi multilateral lain . 44

2.3.2 Pasca Dolarisasi

Ekuador menikmati keuntungan yang diharapkan bahkan sebelum dolarisasi penuh diadopsi pada 9 September 2009 . Perbaikan ekonomi mulai terasa sejak kuartal pertama 45 tahun 2000 dengan turunya angka inflasi pada Juli merepresentasikan efek stabilisasi dolarisasi penuh. Ekuador juga merestrukturisasi hutang eksternalnya pada Agustus 2000, mengurangi total hutang eksternal dari rasio 106% GDP di akhir 1999 menjadi sekitar 98% di 2000 . 46

Dolarisasi penuh mengurangi resiko mata uang di Ekuador, meskipun resiko negara tidak berkurang dengan segera dengan pengumuman dolarisasi penuh pada Januari 2000 .47 Selanjutnya, resiko negara menjadi lebih rendah setelah proses legalisasi dolarisasi dilaksanakan pada September, dan berakhir setelah terdapat negosiasi kembali dengan organisasi internasional lainnya. 48

Pada dasarnya, dolarisasi Dolarisasi diadopsi di Ekuador intinya adalah ditujukan untuk menghentikan inflasi yang berlebihan, tetapi dolarisasi itu sendiri tidak membantu

42 Paul Beckerman, and Andres Solimano. Crisis and dollarization in Ecuador: Stability, growth, and social

equity​. Washington, DC: World Bank, 2002.

43 Guillermo Calvo, A. "Capital markets and the exchange rate, with special reference to the dollarization debate

in Latin America." ​Journal of Money, Credit and Banking​ (2001), hlm 312-334.

44 Roberto Chang, , and Andres Velasco. "Financial fragility and the exchange rate regime." Journal of economic

theory​ 92, no. 1 (2000), hlm 1-34.

45Ibid.,

46 Fitch Ratings. "Country Reports, Financial Institutions. The Ecuadorian prudential regulations and The

Ecuadorian banking system: An overview, January 31." (2003).

47Ibid.,

(15)

banyak dalam mengurangi angka inflasi; pengaturannya kedalam angka yang rendah memakan waktu beberapa tahun. Keterlambatan penyesuasian harga dan peningkatan perbelanjaan fiskal menghambat konvergensi harga sampai level internasional . Sampai49 tahun 2003, tingkat inflasi masih bertahan pada angka 7,9%, pertama kalinya sejak tahun 1972 dengan hanya satu angka (biasanya berkisar di atas 10%). Lalu pada tahun 2004, tingkat inflasi hanya mencapai 2,7%, yang kemudian menyamai tingkat inflasi Amerika Serikat . 50

Selain dalam ranah stabilisasi dan pengurangan tingkat inflasi, tanda-tanda jelas atas perbaikan ekonomi dan stabilitas moneter muncul pada 2001, dengan perkembangan PDB sebesar 5,1% selama 2001 . Meskipun perkembangan ekonomi hanya mencapai 3,4% dan51 2,7% pada 2002 dan 2003, kondisi ekonomi kembali membaik pada 2004 dengan pertumbuhan sebesar 7% dengan bantuan penambahan hasil tambang minyak pada jaringan pipa baru “Oleoducto de Crudos Pesados” . Kemudian, tingginya harga komoditas dunia 52 turut membantu perkembangan ekonomi dengan perkembangan sebesar 2,9% pada 2005 dan 3% pada 2006 . 53

Sedangkan, dilihat dari sisi politik, dapat pula dicermati bahwa kondisi politik menjadi arguably lebih stabil, apabila menggunakan asumsi yang sama pada perkembangan ekonomi dan GDP yang terjadi. Sebelum kondisi ekonomi menjadi lebih stabil dan mapan (yang54 dicirikan dengan berkurangnya tingkat inflasi dan angka GDP), terjadi pergantian presiden sebanyak sepuluh kali dalam jangka waktu lima belas tahun (1992-2007). Dengan asumsi55 stabilitas kondisi sosial dapat tercapat saat kondisi ekonomi yang stabil juga terpenuhi, premis tersebut ini secara tidak langsung membuktikan bahwa perbaikan ekonomi ekuador dalam moneter melalui rezim dolarisasi juga turut mempengaruhi stabilitas politik Ekuador . Pasca56 2004, setelah terdapatnya perkembangan ekonomi lewat GDP yang lebih​sustain,juga tingkat

49David S. Hoelscher, Alain Ize, David Marston, and Gianni De Nicoló. Financial stability in dollarized

economies​. Vol. 230. (Washington, DC: International Monetary Fund, 2004): hlm 32-39.

50Ibid.,

51 Roberto Duncan, "Exploring the implications of official dollarization on macroeconomic volatility."

Documentos de Trabajo (Banco Central de Chile)​ 200 (2003), hlm 1-40.

52Ibid.,

53Ibid.,

54 Aníbal Pérez-Liñán,. Presidential impeachment and the new political instability in Latin America. Cambridge

University Press, 2007.

55“”, "Ecuador's Political Instability: 8 presidents in 13 years," TheTelegraph, diakses pada 16 Mei 2016,

http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/southamerica/ecuador/8035942/Ecuadors-political-instability-8-pre sidents-in-13-years.html.

56 Paul Beckerman and Andres Solimano. Crisis and dollarization in Ecuador: Stability, growth, and social

(16)

inflasi yang rendah hanya terjadi satu kali lagi pergantian presiden. Sampai kemudian pada tahun 2007, presiden yang baru terpilih dan menjabat hingga hari ini setelah sembilan tahun (Mei 2016, melalui dua periode pemilihan).

2.4 Analisis Efektvitas Dolarisasi terhadap Stabilitas Moneter Ekuador

Setelah melihat pemaparan dari data-data di beberapa sub-bab sebelumnya, pada bagian ini tim penulis akan memaparkan analisis kasus dolarisasi Ekuador dengan kerangka konsep yang telah dijelaskan pada bab pertama. Argumen utama yang dibawa tim penulis pada makalah ini adalah dolarisasi sebagai rezim internasional memiliki fungsi tertentu dalam sistem moneter domestic dalam studi kasus krisis Ekuador pada akhir 1990-an. Seperti salah satu pendekatan yang dikatakan Haggard dan Simmons yaitu teori fungsional dimana rezim akan bertahan eksistensi selama rezim tersebut memiliki fungsi bagi negara-negara pengikutnya. Seperti yang telah pada sub-bab berikutnya, tim penulis sepakat dengan anggapan bahwa dolarisasi sebagai sebuah rezim internasional.

Seperti yang dipaparkan di sub-bab sebelumnya, berbagai dampak terjadi akibat pengambilan kebijakan ini. Tim Penulis melihat adanya dolarisasi secara umum memberikan benefit yang cukup baik bagi moneter dan finansial Ekuador. Meskipun pada kenyataannya kebijakan juga menimbulkan beberapa dampak negatif dan cenderung berisiko, namun keputusan Presiden Mauhad dalam mengambil kebijakan ini, tim penulis rasa sebagai suatu keputusan yang tepat. Adanya kebutuhan pemerintah Ekuador tentang solusi menghadapi krisis ekonomi bertemu dengan adanya penawaran rezim dolarisasi yang ditawarkan oleh dunia internasional terutama Amerika. Keberhasilan rezim ini dalam memperbaiki krisis ekonomi di negara-negara berkembang sebelumya seperti Panama menjadi pendorong diambilnya kebijakan ini.

Tingkat Inflasi di Negara yang Menerapkan Dolarisasi Penuh57

(17)

Menilik bagan yang dilampirkan di atas, adopsi mata uang dollar USD ternyata menimbulkan dampak positif meskipun pada praktiknya membutuhkan waktu hingga sampai mencapai efek positif maksimalnya. Dalam bagan dapat terlihat, sejak tahun 1996-2000, tingkat inflasi di Ekuador menanjak pesat. Fenomena ini menimbulkan ketidakstabilan baik ekonomi dan juga sosial politik domestik Ekuador. Namun titik tersebut kemudian menurun secara perlahan yang dimulai ketika kebijakan dolarisasi diambil. Penggunaan USD sebagai mata uang pengganti Sucre telah memicu terjadinya stabilitas ekonomi. Aspek ekonomi adalah memiliki peranan penting dalam membangun stabilitas nasional secara sosial politik. Hal tersebut terlihat dari pergantian presiden yang hanya terjadi sekali setelah diimplementasikannya dolarisasi

Perkembangan GDP Ekuador dan Amerika Latin58

Asumsi tim penulis tentang efektivitas dolarisasi sebagai pendorong stabilitias ekonomi juga didorong dengan fakta bahwa Ekuador mengalami peningkatan GDP pasca kebijakan ini diambil. Dalam tabel dapat terlihat, bawa akibat inflasi ekonomi yang terjadi pada Ekuador berdampak pada pendapatan per kapita masyarakat Ekuador yang menurun tajam dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2000, pasca kebijakan dolarisasi diambil pendapatan per kapita masyarakat Ekuador kemudian menanjak perlahan. Meskipun

(18)

pada tahun 2002, Ekuador sempat mengalami penurunan kembali, namun tidak menyentuh titik terendah pada krisis 1999.

Dilihat dari kedua aspek di atas, ekonomi dan politik tidaklah heran rezim ini memiliki peranan krusial dalam domestik Ekuador. Dampak yang diciptakan dollarisaisi dalam Ekuador memberikan daya ikat tersendiri bagi Ekuador untuk tetap “tunduk” pada rezim ini. Mengacu pada teori fungsional dari Haggard dan Simmons, sebuah rezim akan tetap eksis selama masih memiliki fungsi. Konsepsi ini tercermin dalam dolarisasi bagi Ekuador, Pemerintah Ekuador sebenarnya memiliki pilihan untuk keluar dari rezim dolarisasi namun hal ini tidak dilakukan, karena seandainya pemerintah Ekuador memutuskan untuk kembali ke sistem Sucre atau membuat mata uang elektronik, seperti yang telah direncanakan pada bulan Mei 2015, maka USD yang dikembalikan ke bank diperkirakan akan berputar kembali dengan jumlah yang besar dan justru berpotensi menimbulkan inflasi lagi . 59

Dari pemaparan kasus dan analisis diatas, tim penulis kemudian dapat memprediksi bahwa penerapan rezim dolarisasi dalam Ekuador akan tetap dilakukan selama keadaan ekonomi Ekuador belum cukup mapan untuk terlepas dari dollar USD. Asumsi ini melihat dari fungsi dolarisasi sebagai pemicu stabilitas ekonomi domestik di Ekuador, Hal ini kemudian sesuai dengan kerangka teori yang tim penulis ajukan diawal, dimana sebuah rezim akan bertahan eksistensi-nya bagi Ekuador selama rezim tersebut memiliki fungsi.

59 “”, “Editorials : The End Of Dollarization In Ecuador: The Crisis Has Begun,” Investor’s Bussiness Daily,

diakses pada 15 Mei 2016,

(19)

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan

(20)
(21)

DAFTAR PUSTAKA

____. “Ecuador's Political Instability: 8 presidents in 13 years." ​The​​Telegraph​. Diakses pada 16 Mei 2016.

http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/southamerica/ecuador/8035942/Ecuadors -political-instability-8-presidents-in-13-years.html​.

_______. ​"The End of Dollarization in Ecuador: The Crisis Has Begun," Investor's Business Daily, diakses pada 12 Mei 2016,

http://www.investors.com/politics/editorials/ecuador-weakens-us-dollar-as-its-official-currency/​.

Alvarez-Plata, Patricia dan Alicia Garcia-Herrero,​To dollarize or de-dollarize: Consequences for Monetary Policy​, Paper AIDB 2007, hlm 3.

Bahmani​-​Oskooee, Mohsen ​dan Ilker Domac, "On the link between dollarisation and inflation: Evidence from Turkey," ​Comparative Economic Studies​ 45, no. 3 (2003)

Beckerman, Paul dan Andres Solimano. ​Crisis and dollarization in Ecuador: Stability, growth, and social equity​. Washington, DC: World Bank, 2002.

Beckerman, Paul, and Andres Solimano. ​Crisis and dollarization in Ecuador: Stability, growth, and social equity​. Washington, DC: World Bank, 2002.

Calvo, Guillermo A. "Capital markets and the exchange rate, with special reference to the dollarization debate in Latin America." ​Journal of Money, Credit and Banking (2001), hlm 312-334.

Chang, Roberto, and Andres Velasco. "Financial fragility and the exchange rate regime." Journal of economic theory​ 92, no. 1 (2000), hlm 1-34.

Cohen, Benjamin J. "US policy on dollarisation: a political analysis." ​Geopolitics​ 7, no. 1 (2002): 63-84.

Duncan, Roberto. "Exploring the implications of official dollarization on macroeconomic volatility." ​Documentos de Trabajo (Banco Central de Chile)​ 200 (2003), hlm 1-40. Fischer, Stanley. “Ecuador and the IMF.” ​International Monetary Fund​. Diakses 16 Mei

2016. https://www.imf.org/external/np/speeches/2000/051900.htm.

(22)

Hoelscher, David S., Alain Ize, David Marston, and Gianni De Nicoló. ​Financial stability in dollarized economies​. Vol. 230. Washington, DC: International Monetary Fund, 2004. Kohane, Robert O. “The Demand for International Regimes” ​International Organization,​Vol.

36, No 2 (1982)

Minda, Alexandre, "Full Dollarization: A Last Resort Solution to Financial Instability in Emerging Countries?." ​The European journal of development Research 17, no. 2 (2005), hlm 302

Perez, Cristobal. "Dollarization and banking stability in ecuador." ​Economics Hononary

Papers​ 6​​ (2012)

Pérez-Liñán, Aníbal. ​Presidential impeachment and the new political instability in Latin America​. Cambridge University Press, 2007.

Quispe-Agnoli, Myriam, and Elena Whisler. "Official dollarization and the banking system in Ecuador and El Salvador." ​Economic Review-Federal Reserve Bank of Atlanta 91, no. 3 (2006)

Ratings, Fitch. "Country Reports, Financial Institutions. The Ecuadorian prudential regulations and The Ecuadorian banking system: An overview, January 31." (2003). Schuler, Kurt “Basics of Dollarization,” ​Global Policy, ​diakses pada 15 Mei 2016,

https://www.globalpolicy.org/pmscs/30435.html​.

Sheppard, Hale E. "Dollarization of Ecuador: Sound Policy Dictates US Assistance to This Economic Guinea Pig of Latin America." ​Ind. Int'l & Comp. L. Rev.​ 11 (2000)

Viotti, Paul R. dan Mark V. Kauppi. ​International Relations Theory​, 5th Ed . New York :Pearson Education,2012

Referensi

Dokumen terkait

•• PROCEDURAL FAIRNESS yaitu sampai seberapa PROCEDURAL FAIRNESS yaitu sampai seberapa jauh orang yang terkena dampak kebijakan publik jauh orang yang terkena dampak kebijakan

Tindakan yang diambil Pemerintah Cina tersebut dilakukan berdasarkan pada norma internasional yaitu rezim climate change yang kemudian membentuk identitas Cina sebagai

Pengaruh adalah proses politik internasional yang dimulai bila satu aktor berusaha melalui berbagai tindakan atau isyarat untuk mengubah atau mendukung perilaku (tindakan, citra,

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis elemen-elemen utama brand equity (ekuitas merek), yaitu yang pertama brand awareness atau pengenalan merek dari elemen

dalam penelitian ini yang pertama adalah logo sebagai produk desain komunikasi visual terdiri dari beberapa elemen-elemen desain dan tentunya memiliki makna konotasi dalam

Oleh karena itu melalui rumusan masalah yang telah dikemukakan, penulis berusaha memberi kontribusi pada perkembangan Ilmu Hubungan Internasional terutama yang berkaitan

Pada hipotesis pertama sampai dengan keempat (H4) dilakukan uji kekuatan variabel penentu (proporsi kepemilikan saham yang terdiri dari: persentase kepemilikan saham

Namun secara umum orientasi strategi dapat dikelompokkan menjadi tiga elemen utama, yaitu: pertama market orientation, yang terdiri dari pengetahuan, kompetensi dan keterampilan