Orasi Ilmiah
Pentingnya Penelitian Tata Kelola Air di Indonesia
Wisuda Sarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor
1 Juni 2015
Oleh:
Mohamad Mova Al’Afghani, SH, LL.M.Eur, PhD
Bismillahirrahmaanirrahim.
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, wassalatu wassalamu ala asrofil
anbiya’i wal mursalin wa ‘ala alihi wasohbihi ajmain amma ba’du.
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh,
Yang terhormat:
Rektor Universitas Ibn Khaldun Bogor beserta staf rektorat;
Ketua Yayasan Universitas Ibn Khaldun Bogor beserta staf yayasan;
Ketua dan Anggota Senat Universitas;
Para Dekan Fakultas;
Para Dosen, Karyawan, dan Pimpinan Lembaga Kemahasiswaan;
Para orangtua wisudawan;
Para wisudawan serta hadirin yang berbahagia;
Perkenankan saya, dengan segala kerendahan hati, pada hari yang
Sebagaimana kita ketahui1, manusia hanya bisa bertahan
3 (tiga) menit tanpa udara;
3 (tiga) hari tanpa air, dan;
21 (dua puluh satu) hari tanpa makanan;
Dengan demikian, air adalah komponen kedua terpenting bagi
manusia, setelah udara.
Air yang sedemikian penting, ternyata tidak tersedia secara
melimpah seperti yang selama ini kita kira. Air tawar jumlahnya
hanya 2,5% dari seluruh air yang tersedia di bumi ini. Dari yang
2,5% tersebut, 2/3 (dua per tiga) darinya berbentuk es di kutub.2
Maka, air tawar yang terdapat di sungai, danau, air tanah dan
uap itu jumlah totalnya tidak lebih dari 0,77% dari seluruh air
di Bumi ini. Sisanya, adalah air asin yang tidak bisa langsung
digunakan.
Air tawar yang hanya 0,77% itu digunakan oleh berbagai
kepentingan. Sumber daya air digunakan untuk keperluan sehari
hari seperti minum, mandi dan mencuci, juga untuk berbagai macam
industri dari mulai tekstil, assembling, semikonduktor sampai
pertambangan. Demikian juga untuk keperluan pembangkit listrik,
pertanian, perkebunan dan peternakan. Tidak ada sektor kehidupan
yang tidak memerlukan air karena air adalah kehidupan.
Dengan naiknya jumlah penduduk dan perubahan iklim, maka
permasalahan air menjadi semakin kompleks. Sungai yang paling
tercemar di dunia katanya berada di Indonesia. Namanya sungai
Citarum.3 Sementara itu penyedotan air tanah secara besar besaran
1 Corey Binns, ‘How Long Can a Person Survive Without Water?’ <http://x.crpg.info/1KYPUWs> accessed May
12, 2015
2 Sandra L Postel, Gretchen C Daily and Paul R Ehrlich, ‘Human appropriation of renewable fresh water’ 271
Science-AAAS-Weekly Paper Edition 785
3 Nana Terangna Bukit, ‘Water quality conservation for the Citarum River in West Java’ 31 Water Science and
mengakibatkan amblesnya permukaan tanah dan intrusi air laut. Di
beberapa daerah di Jakarta misalnya, saat ini airnya sudah payau.
Ada beberapa pakar yang mempresdiksikan bahwa apabila tidak
dilakukan tindakan cepat, Jakarta akan tenggelam pada tahun
2030.4
Saudara saudara sekalian…
Permasalahan air bukan itu saja. Sanitasi adalah permasalahan
besar.
Sekitar bulan November tahun lalu, kami mengadakan penelitian
lapangan ke Nusa Tenggara Timur. Kami berkunjung ke Pulau Ende,
Pulau yang seluruh penduduknya beragama Islam. Pulau Ende adalah
pulau pertama di Indonesia yang memperoleh status bebas dari
buang air besar sembarangan. Sebelum tahun 2011, Pulau Ende
disebut sebagai WC terpanjang di dunia karena setiap pagi dan
sore, warganya melingkari pantai untuk buang air besar.
Akibatnya, sering terjadi wabah diare dan berbagai penyakit
lainnya yang mengakibatkan kematian.
Karena karakter masyarakatnya yang keras, semua pendekatan tidak
ada yang berhasil. Sampai akhirnya, ditempuh pendekatan agama,
dengan menggunakan berbagai macam hadist dan riwayat tentang
kebersihan. Akhirnya dalam jangka waktu 5 tahun, tidak ada lagi
penduduk yang buang air besar sembarangan.
Butuh waktu 5 tahun, bapak dan ibu sekalian…
Sekarang, mari kita beralih ke yang lebih dekat, yakni Jakarta.
‘Citarum, the most polluted river in the world?’ The Telegraph <http://x.crpg.info/1Gh5ZXD> accessed May 17, 2015
4 Nat Berg, ‘Jakarta Is Sinking Itself Into the Ocean’ <http://x.crpg.info/1KYRh7t> accessed May 12, 2015 Jan Jaap
Dengan populasi 12 juta orang pada siang hari dan 10 juta pada
malam hari, jaringan gorong-gorong di Jakarta hanya mencakup 3%.
Dari situ kita bisa bertanya, lalu tinjanya pada dibuang kemana?
Jawabannya adalah ke kali atau danau. Setiap harinya ada sekitar
714 ton tinja yang dibuang ke kali di Jakarta atau setara dengan
berat 140 ekor gajah.5
Di seluruh perkotaan di Indonesia hanya 2% jaringan sanitasi yang
memilik sistem pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Angka
kematian akibat sanitasi buruk diperkirakan sekitar 50.000 orang
per tahun sedangkan kerugian ekonomi mencapai 58 triliun setiap
tahunnya.6
Dengan kondisi yang demikian buruk, maka relevan apabila kita
mengutip pepatah yang berlaku dalam masyarakat Jerman yang
berbunyi: wer zuspät kommt den bestraft das leben!. Artinya,
barangsiapa terlambat maka akan dihukum oleh kehidupan.
Hadirin yang berbahagia…
Setiap permasalahan pada hakekatnya merupakan sebuah kesempatan.
Kesempatan untuk mencari solusi. Kepakaran tata kelola air di
dunia tidak terlalu banyak. Setiap kali ada konferensi
Internasional, maka kita akan cenderung bertemu dengan wajah
wajah yang familiar. Di Indonesia apalagi, keahlian ini boleh
dibilang jarang. Yang unik dari permasalahan air adalah bahwa
permasalahan tersebut hanya bisa dipecahkan lewat pendekatan dari
berbagai disiplin.
Disiplin saya kebetulan adalah ilmu hukum. Namun demikian, bidang
hukum air adalah bidang yang belum dikenal di Indonesia. Baru
5 ‘Water Worries: Special Issue’ The Jakarta Globe (July 25, 2009)
<http://www.thejakartaglobe.com/pages/downloads/Water_Worries.pdf> accessed December 4, 2010
6 G Hutton and others, ‘Economic impacts of sanitation in Southeast Asia’ Washington DC: World Bank, Water and
setelah Mahkamah Konstitusi membatalkan Undang Undang Sumber Daya
Air bulan Februari lalu, banyak orang yang sadar bahwa kita
(dulunya) memiliki Undang Undang Air.
Mahkamah Konstitusi pun kelihatannya tidak terlalu familiar
dengan Hukum Air. Misalnya, dalam Putusan yang membatalkan Undang
Undang Sumber Daya Air, Mahkamah merujuk pada United Nations
Convention On The Law of The Sea atau Konvensi PBB tentang Hukum
Laut.7 Padahal, seperti sebelumnya dijelaskan, ketika kita
membahas Sumber Daya Air, kita sedang membahas air tawar yang
hanya 0,77% (nol koma tujuh puluh tujuh persen) itu. Sedangkan
UNCLOS membahas air laut.
Karena kurangnya pemahaman ini pula, akhir akhir ini berkembang
pemahaman bahwa agar dikuasai negara, rezim air hasrunya
merupakan rezim pengelolaan (beheersdaad) yang mana Badan Usaha
Milik Negara atau Daerah mengelolanya. Paradigma ini tidak
sepenuhnya tepat, sebab air bukanlah minyak. Minyak dapat
dikuasai oleh perusahaan tunggal milik negara, karena biaya
eksplorasi dan eksploitasi yang besar dan bendanya bukan bagian
dari kebutuhan biologis manusia.
Sedangkan air dibutuhkan oleh manusia, hewan dan tumbuhan dalam
kesehariannya. Tidak mungkin untuk menggali sumur perlu dilakukan
oleh BUMN/BUMD. Justru sebaliknya, sebisa mungkin masyarakat
7 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013 Tentang Pengujuan Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004
harus bisa mengambil air dari lingkungan untuk kebutuhan
sehari-hari, tanpa izin apapun.8
Pembatalan Undang Undang Sumber Daya Air, walaupun pahit, memaksa
negara kita untuk mencari model pengelolaan air yang sesuai
dengan ekonomi politik Indonesia.9 Karena air sangat vital
peranannya dalam berbagai aspek kehidupan, maka peraturan
pengganti Undang-Undang Sumber Daya Air harus cepat
diberlakukan. Dapat dibayangkan, apabila regulasi air tidak lekas
tuntas, maka hampir seluruh sektor industri kecuali jasa akan
terkena dampak langsung. Apalagi untuk dapat mengatasi krisis air
dan sanitasi sebagaimana dibahas sebelumnya, kepastian hukum
mutlak diperlukan.
Menemukan model pengelolaan air yang sesuai dengan karakter
Indonesia tidaklah mudah. Mahkamah Konstitusi ketika membatalkan
Undang-Undang Sumber Daya Air karena alasan komersialisasi dan
privatisasi10, tidak secara gamblang merekomendasikan alternatif
model pengelolaan air di Indonesia.
Hadirin yang berbahagia…
Kepakaran mengenai tata kelola air menjadi menarik, karena
keahlian dalam sektor ini masih minim walaupun kebutuhannya
sangat tinggi. Tahun lalu, kita memenangkan Australia Indonesia
Infrastructure Research Award (AIIRA), sebuah kompetisi pendanaan
riset yang kompetitif dari Pemerintah Australia. Alhamdullah,
setelah diadu konsep penelitiannya dengan berbagai lembaga di
dalam dan luar negeri, kita berhasil menang.11
8 Mohamad Mova Al'Afghani, ‘The Potential Role of the Human Right to Water in the Management of Indonesia’s
Water Resources’ Available at SSRN: : http://ssrncom/abstract=1723205 or http://dxdoiorg/102139/ssrn1723205
9 Al'Afghani, ‘The elements of ‘state control’’
10 Mohamad Mova Al'Afghani, ‘Anti Privatization Debate, Opaque Rules and Neglected ‘Privatised’Water Services
Provision: Some Lessons from Indonesia’ (STEPS II Conference, “Liquid Dynamics”, organized by the International Development Study (IDS) at the University of Sussex, Sussex, 22-23 March 2011)
11 Mohamad Mova Al'Afghani and others, Research Proposal; The Role of Regulatory Frameworks in Ensuring The
Beberapa bulan yang lalu, kampus kita beberapa kali kedatangan
tamu. Seorang professor dari Universitas Dundee datang pada bulan
Februari dan rombongan dari University of Technology Sydney yang
juga dipimpin oleh seorang professor datang pada bulan April.
Saat ini, kita menjalin kerja sama dengan beberapa lembaga
akademik, organisasi internasional, lembaga donor, LSM dan
berbagai perusahaan di dalam dan luar negeri dalam rangka
penelitian tata kelola air di Indonesia.
Dengan berbagai kerja sama internasional ini, tingkat persaingan
kita tidak lagi pada level lokal (kota Bogor) atau nasional,
melainkan internasional. Kolaborasi internasional ini bukan basa
basi belaka, melainkan ada produk intelektual konkret yang
dihasilkan dan jaringan penelitian internasional yang dibuat.
Karena permasalahan air adalah unik dan mencakup berbagai macam
sektor12, maka pemecahan masalahnya tidak bisa dilakukan hanya
oleh satu disiplin saja. Saya sudah menjelaskan di awal orasi
ini bagaimana perubahan perilaku sanitasi masyarakat di sebuah
Pulau terluar di Indonesia hanya bisa dilakukan lewat pendekatan
agama. Engineering adalah ilmu yang dominan dalam sektor air
selama berabad-abad. Namun demikian, ternyata permasalahan air
bukan hanya masalah pipa. Disiplin lain sangat diperlukan. Ilmu
pendidikan diperlukan dalam merubah perilaku masyarakat terhadap
sanitasi. Ilmu ekonomi diperlukan untuk menciptakan pelayanan air
yang efisien. Islamic water management adalah ilmu baru yang
sedang berkembang di beberapa belahan dunia.13
Water Law, Policy and Science, 2013) ; Mohamad Mova Al'Afghani and others, The Role of Regulatory Frameworks in Ensuring The Sustainability of Community Based Water And Sanitation (Forthcoming) (AIIRA Project -- CRPG UIKA, 2015)
12 Pada saat ini dikenal juga pendekatan nexus. Lihat Christopher A Scott and others, ‘Policy and institutional
dimensions of the water–energy nexus’ 39 Energy Policy 6622 Afreen Siddiqi and Laura Diaz Anadon, ‘The water– energy nexus in Middle East and North Africa’ 39 Energy Policy 4529
13 Walid A Abderrahman, ‘Water demand management and Islamic water management principles: A case study’ 16
Namun demikian, terdapat beberapa tantangan yang harus sama-sama
kita pecahkan. Pertama, kita perlu menaikkan kemampuan riset
kita. Apabila intensif dilakukan pelatihan riset, mungkin hal ini
bisa dicapai dalam waktu 1 atau 2 tahun. Kedua, kita perlu
meningkatkan kemampuan bahasa asing. Hal ini mungkin memerlukan
lebih banyak waktu ketimbang yang pertama. Kampus harus secara
serius melakukan investasi besar-besaran kepada kedua hal
tersebut. Tantangan ketiga adalah integrasi niche tata kelola air
dalam kegiatan akademik di Universitas sehingga melibatkan
mahasiswa. Hal ini dapat dilakukan lewat pengarusutamaan
penelitian air lewat kegiatan skripsi dan lain sebagainya.
Para wisudawan yang berbahagia… Hadirin sekalian …
Saya akan menyimpulkan orasi ilmiah ini dengan 4 poin utama.
Pertama, krisis air tidak peduli suku, agama, ras atau golongan,
miskin atau kaya. Sudah banyak peradaban masa lampau yang hancur
karena kesalahan tata kelola air.14
Kedua, kita harus segera menemukan model tata kelola air yang
sesuai dengan ekonomi politik Indonesia. Aturan main di sektor
air harus segera diperjelas.15 Wer zuspät kommt den bestraft das
leben! Barangsiapa terlambat maka akan dihukum oleh kehidupan.
International 481 Naser I Faruqui, Asit K Biswas and Murad J Bino, Water management in Islam (United Nations Univ 2001)
14 Jared Diamond, Collapse: How societies choose to fail or succeed (Penguin 2005). Manajemen Air adalah satu
dari 8 penyebab yang menghancurkan peradaban di masa lalu
15 Mohamad Mova Al'Afghani, ‘The Role of Legal Frameworks in Enabling Transparency in Water Utilities
Regulation’ (PhD Thesis, University of Dundee 2012); Mohamad Mova Al'Afghani, ‘When It Comes to Water Services, Jakarta Is Living in the Distant Past’ The Jakarta Globe, October 16, 2011
Jangan sampai kota kita mau tenggelam, kita masih sibuk berdebat
soal aturan.
Ketiga, spesialisasi adalah kunci dari keunggulan komparatif.
Kita mungkin bukan yang paling pintar atau yang paling hebat,
tapi kita harus tahu hal apa yang dibutuhkan banyak orang dan
belum banyak tersedia. Spesialisasi tidak dilakukan dengan
menutup diri dari ilmu pengetahuan lain, melainkan justru dengan
membuka dan mengambil inspirasi dari ilmu lain untuk bisa
diterapkan dalam disiplin kita.
Keempat, berbagai proyek penelitian dan kerja sama internasional
yang dilakukan membutuhkan pasokan sumber daya manusia yang
berkualitas. Peningkatan kualitas ini dibutuhkan terutama dalam
dua hal: keahlian riset dan kemampuan bahasa asing. Atas dua hal
ini perlu dilakukan investasi oleh kampus.
Akhirul kata, saya ucapkan selamat kepada para wisudawan beserta
keluarga. Semoga ilmu yang anda dapatkan di kampus kita ini
bermanfaat. Jangan lupa bahwa jaringan alumni juga berperan
penting dalam kegiatan penelitian dan pengembangan. Dengan izin
Allah dan kolaborasi antara kampus dengan alumni, cita cita untuk
menjadikan Universitas Ibn Khaldun Bogor sebagai Universitas
riset berkelas internasional akan dapat terlaksana.
Semoga Allah meridlai langkah kita.
Wabillahi Taufiq Walhidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi
Pustaka
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013 Tentang Pengujuan Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
‘Water Worries: Special Issue’ The Jakarta Globe (July 25, 2009) <http://www.thejakartaglobe.com/pages/downloads/Water_Worries.pdf> accessed December 4, 2010
Abderrahman WA, ‘Water demand management and Islamic water management principles: A case study’ 16 International Journal of Water Resources Development 465
Al'Afghani MM, ‘Can the court’s concern over water privatization be justified? (Part 2 of 2)’ The Jakarta Post (March 10 2015) Op-Ed 6 < http://www.thejakartapost.com/news/2015/03/10/part-2-2-can-court-s-concern-over-water-privatization-be-justified.html> accessed May 04, 2015 –––, ‘Court decision brings water governance reforms to a halt ( Part 1 of 2 )’ The Jakarta Post
(March 09 2015) Op-Ed 6 < http://www.thejakartapost.com/news/2015/03/09/court-decision-brings-water-governance-reforms-a-halt-part-1-2.html> accessed May 04, 2015
–––, ‘Constitutional Court's Review and the Future of Water Law in Indonesia’ 2 Law, Environment and Development (LEAD) Journal (2006)
–––, ‘Indonesia Needs a Strong Water Services Law’ The Jakarta Post, August 31, 2009 < http://www.thejakartapost.com/news/2009/08/31/indonesia-needs-a-strong-water-services-law.html> accessed November 26, 2011
–––, ‘The Potential Role of the Human Right to Water in the Management of Indonesia’s Water Resources’ Available at SSRN: : http://ssrncom/abstract=1723205 or
http://dxdoiorg/102139/ssrn1723205
–––, ‘Anti Privatization Debate, Opaque Rules and Neglected ‘Privatised’Water Services Provision: Some Lessons from Indonesia’ (STEPS II Conference, “Liquid Dynamics”, organized by the International Development Study (IDS) at the University of Sussex, Sussex, 22-23 March 2011)
–––, ‘When It Comes to Water Services, Jakarta Is Living in the Distant Past’ The Jakarta Globe, October 16, 2011 < http://www.thejakartaglobe.com/opinion/when-it-comes-to-water-services-jakarta-is-living-in-the-distant-past/471774> accessed May 24, 2012
–––, ‘The Role of Legal Frameworks in Enabling Transparency in Water Utilities Regulation’ (PhD Thesis, University of Dundee 2012)
–––, ‘The elements of ‘state control’’ The Jakarta Post (Jakarta, January 14 2013) 6
Al'Afghani MM and others, Research Proposal; The Role of Regulatory Frameworks in Ensuring The Sustainability of Community Based Water And Sanitation (Center for Water Governance and UNESCO Centre for Water Law, Policy and Science, 2013)
Al'Afghani MM and others, The Role of Regulatory Frameworks in Ensuring The Sustainability of Community Based Water And Sanitation (Forthcoming) (AIIRA Project -- CRPG UIKA, 2015)
Al-Jayyousi O, ‘Islamic water management and the Dublin Statement’ Water management in Islam 33
Amery HA, ‘Islamic water management’ 26 Water International 481
Berg N, ‘Jakarta Is Sinking Itself Into the Ocean’ <http://x.crpg.info/1KYRh7t> accessed May 12, 2015
Brinkman JJ, Flood Risk Management and Urban Resilience (2012)
Bukit NT, ‘Water quality conservation for the Citarum River in West Java’ 31 Water Science and Technology 1
Diamond J, Collapse: How societies choose to fail or succeed (Penguin 2005)
Faruqui NI, Biswas AK and Bino MJ, Water management in Islam (United Nations Univ 2001) Fulazzaky MA, ‘Water quality evaluation system to assess the status and the suitability of the Citarum river water to different uses’ 168 Environmental monitoring and assessment 669
Hendry SM, ‘An Analytical Framework for Reform of National Water Law’ (PhD thesis, University of Dundee 2008)
Hutton G and others, ‘Economic impacts of sanitation in Southeast Asia’ Washington DC: World Bank, Water and Sanitation Program
Postel SL, Daily GC and Ehrlich PR, ‘Human appropriation of renewable fresh water’ 271 Science-AAAS-Weekly Paper Edition 785
Scott CA and others, ‘Policy and institutional dimensions of the water–energy nexus’ 39 Energy Policy 6622
Siddiqi A and Anadon LD, ‘The water–energy nexus in Middle East and North Africa’ 39 Energy Policy 4529
WSP-EAP, Poor Sanitation Costs Indonesia Over Rp. 58 Trillion Per Year (2007)