• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Lahirnya Dewan Perwakilan Daerah Hasil Penelitian. 50

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sejarah Lahirnya Dewan Perwakilan Daerah Hasil Penelitian. 50"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

  2.2.4. Sejarah Lahirnya Dewan Perwakilan Daerah………. 45  BAB 3 ANALISA DATA 

3.1  Hasil Penelitian……….  50  3.1.1 Hasil dan Pembahasan Wwancara Terhadap Parlingdungan Purba, SH.,  M.M (Anggota DPD Periode DPD 2009‐2014)……… 50  3.1.2 Hasil dan Pembahasan Wwancara Terhadap Drs. Ramadhan Pohan, MIS  (Anggota DPR RI 2009‐2014)……… 58  3.1.3 Hasil dan Pembahasan Wwancara Terhadap Eri Mulya, SH., Seorang Ahli  Tata Negara Fakultas Hukum USU……… 63  BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN  4.1  Kesimpulan………  66  4.2  Saran………..  69                         

BAB 1

PENDAHULUAN

(2)

1.1. Latar Belakang

Menelusuri salah satu alasan dibalik lahirnya sistem demokrasi dapat dilihat melalui teori kontrak sosial yang ditulis oleh Jean-Jacques Rousseau dalam salah satu karya tulisnya yang berjudul “Du Contract Social Ou Principes Du Droit Politique” dimana didalam karyanya tersebut Rousseau mencoba menggambarkan posisi masyarakat alamiah atau masyarakat alam yang masih menjalani hidup tidak secara teratur, tidak ada kepemimpinan diantara mereka, sehingga mereka sulit untuk membuat suatu keputasan. Kondisi primitif tersebut menurut Rousseau tidak dapat bertahan lama, dan ras manusia akan punah kecuali mengubah sikap keberadaannya.1 Karena tak seorang pun memiliki kewenangan alami atas sesamanya, dan kekuatan tidak menciptakan hak, maka Rousseau menawarkan suatu kontrak dimana setiap individu memberikan sebagian dari haknya kepada sekelompok orang yang dipercaya untuk mengatur kehidupan mereka. Teori ini disebut dengan teori kontrak sosial.

Kenyataan pelaksanaan demokrasi dapat diklasifikasi berdasarkan pelaksanaan pemerintahan demokrasi berdasarkan cara yang digunakan, pada umumnya dibagi dua, yaitu:2

a. Demokrasi langsung (direete democratic) yaitu apabila semua rakyat berkumpul bersama-sama untuk membuat undang-undang. Sistem ini masih dilaksanakan di Swiss dengan sistem referendum

b. Demokrasi perwakilan (representative demoeratie) yaitu apabila rakyat yang telah dewasa memilih wakil-wakilnya untuk duduk dalam dewan

      

1

Jean-Jacques Rousseau, Perihal Kontrak Sosial, (Jakarta : Forum Jakarta – Paris, 2010), hal 67.

2

Naning Ramdlon, Aneka Asas Ilmu Negara, (Surabaya : Bina Ilmu, 1982), hal 52. 1

(3)

perwakilan rakyat baik pusat maupun di daerah yang akan melaksanakan mekanisme pemerintahan

Demokrasi langsung menurut Franz Magnis Suseno, bukan hanya tidak dapat direalisasikan, melainkan juga secara etis tidak perlu. Yang harus dituntut adalah bahwa pemerintahan negara tetap berada dibawah kontrol efektif warga negara. Rakyat membuat undang-undang melalui para wakil yang mereka pilih. Dalam demokrasi pewakilan memang ada unsur elitarisme. Kontrol warga negara dilakukan melalui dua cara, yaitu secara langsung melalui pemilihan umum dan secara tidak langsung melalui keterbukaan pemerintah. Dalam demokrasi perwakilan, fungsi pemerintah dialihkan dari warga negara kepada organ-organ khusus. Hak menentukan nasib sendiri dalam demokrasi dibatasi pada prosedur untuk membentuk dan memilih organ ini.

Salah satu cara untuk menjaga agar kekuasaan yang telah diberikan rakyat tidak disalahgunakan adalah dengan melakukan pemisahan kekuasaan. Gagasan pemisahan kekuasaan telah muncul dalam karya Aristoteles dalam buku "Politics".3 Kekuasaan suatu negara dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ; pertama, kekuasaan mengadakan peraturan-peraturan dalam garis besar, yang membuat prinsip-prinsip yang harus diataati oleh warga negara yang disebut kekuasaan legislatif. Kedua, kekuasaan untuk melaksanakan prinsip-prinsip itu yang disebut kekuasaan eksekutif. Ketiga, adalah kekuasaan yang menyatakan apakah anggota masyarakat bertingkah laku sesuai dengan peraturan legislatif dan apakah eksekutif juga melaksanakan peraturan legislatif, tidak menyimpang dari prinsip-prinsip yang ada didalamnya. Kekuasaan ini disebut dengan kekuasaan yudikatif.

      

3

(4)

Salah satu kekuasaan organ negara adalah kekuasaan membentuk undang-undang atau kekuasaan legislatif. Istilah legislatif berasal dari "legislate" yaitu membuat undang-undang. Namun, perkembangan negara modern menunjukkan bahwa membuat undang-undang hanyalah salah satu tugas dari lembaga perwakilan rakyat. Parlemen dalam sistem demokrasi modern merupakan wakil rakyat yang pada umumnya, bertugas membuat undang-undang dan mengawasi jalannya pemerintahan. Sistem perwakilan rakyat negara-negara di dunia ada yang memiliki satu badan/kamar (unicameral) dan ada yang memiliki dua badan/kamar (bicameral). Sistem perwakilan unikameralisme dan bikameralisme sering dikaitkan dengan bentuk negara federal dan negara monarki. Namun, pada perkembangannya sistem satu ataupun dua kamar tidak terkait dengan landasan bernegara tertentu, dan juga tidak terkait dengan bentuk negara, bentuk pemerintahan, atau sistem pemerintahan tertentu.

Sistem parlemen unikameral dalam tipe satu kamar ini, tidak dikenal adanya dua badan yang terpisah seperti adanya DPR dan Senat, ataupun Majelis Tinggi dan Majelis Rendah. Negara-negara yang berukuran kecil dengan masyarakatnya yang homogen lebih menyukai model satu kamar dibanding dua kamar, seperti masalah keseimbangan kekuatan politik sangat kecil kesulitan untuk memecahkannya dibanding negara besar. Di negara-negara kesatuan sosialis, sistem bikameral dipandang membawa komplikasi-komplikasi, penundaan-penundaan dan biaya-biaya dengan sedikit kompensasi yang menguntungkan. Sedangkan sistem parlemen bikameral adalah sistem parlemen yang terdiri dari dua kamar/badan. Kamar pertama (First Chamber) biasa disebut Majelis Rendah (Law Majesty) atau DPR atau House of Commons atau House of Representatives,

(5)

sedangkan kamar kedua atau (Second Chamber) disebut Majelis Tinggi (High Majesty), atau DPD atau House of Lords. Majelis Rendah pada umumnya mewakili kepentingan partai yang skalanya nasional, sedangkan Majelis Tinggi pada umumnya adalah lembaga yang mewakili kepentingan kewilayahan atau kelompok-kelompok fungsional.

Indonesia sebagai suatu negara dengan sistem demokrasi perwakilan sebelum era reformasi memiliki sistem perwakilan yang bernama DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang merupakan wadah wakil-wakil partai politik (parpol) hasil pemilu. Akan tetapi, tidak semua orang masuk ke dalam parpol sehingga DPR tidak mewakili "seluruh" rakyat Maka diadakanlah badan yang lebih besar yaitu MPR, yang terdiri dari anggota DPR ditambah dengan wakil rakyat non-parpol, yaitu para utusan daerah dan golongan. Namun, setelah bergulirnya reformasi, dilakukan perubahan amandemen UUD 1945 pada tahun 1999, dimana terdapat perubahan ketatanegaraan yaitu perubahan struktur MPR menjadi bikameral dengan adanya dua kamar, yaitu DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah).4 Sesuai dengan Pasal 2 atay (1) UUD 1945 sebagaimana diubah dalam Perubahan Keempat, anggota DPD bersama-sama dengan anggota DPR adalah anggota MPR. DPD diatur dalam UUD 1945 pasal 22C dan pasal 22D. Anggota DPD dipilih dari setiap propinsi dengan jumlah yang sama melalui pemilihan umum. Jumlah anggota DPD tidak lebih dari sepertiga anggota DPR. DPD bersidang sedikitnya sekali dalam setahun yang susunan dan kedudukannya diatur dalam undang-undang. Susunan dan kedudukan DPD diatur dengan undang-undang.

      

4

Dede Mariana, Demokrasi dan Politik Desentralisasi (Yogya : Graha Iilmu, 2008) hal 27.

(6)

Usulan pembentukan DPD tidak terlepas dari hilangnya wakil-wakil rakyat dari kalangan non partai politik pasca bergulirnya era reformasi. Hal ini menyebabkan lembaga perwakilan hanya di isi oleh wakil-wakil rakyat yang berasal dari parpol saja. Dengan demikian lembaga perwakilan akan menjadi sarat akan kepentingan partai politik. Sehingga dengan demikian diperlukan lembaga perwakilan yang independen yang terlepas dari kepentingan partai politik. Alasan lain dibentuknya DPD adalah karena sulimya untuk mengangkat permaslahan yang ada di daerah ke tingkat nasional, sehingga problem daerah seakan kurang mendapat perhatian yang serius. Oleh sebab itu diperlukan suatu badan perwakilan yang dapat melihat seeara jeli permaslaahan di setiap daerah untuk dijadikan sebagai sebuah agenda nasional.

DPD dapat dikatakan sebagai sebuah lembaga baru dalam lembaga perwakilan Indonesia. Namun walaupun demikian, sistem pemilihan anggota DPR dan DPD di Indonesia dilakukan dengan cara yang sama yaitu melalui pemilihan umum yang dipilih langsung oleh rakyat. Yang berarti pemilihan wakil-wakil rakyat dipilih secara demokratis tanpa adanya intervensi dari pihak manapun. Sekalipun kedua lembaga ini dimanifestasikan dalam lembaga yang sama (parlemen), namun dalam pelaksanaannya kedua sistem perwakilan ini dipisahkan berdasarkan hak dan wewenang yang diatur dalam Undang-Undang. Dimana DPR bersifat mewakili rakyat secara umum (keseluruhan) sedangkan DPD merupakan wakil rakyat yang sifatoya mewakili daerah masing-masing (provinsi). Untuk melihat penerapan fungsi di Indonesia, maka peneliti Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang studi perbandingan

(7)

terhadap peran dan kedudukan antara DPR dan DPD dalam system bicameral di Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Setelah masa reformasi, terdapat sebuah perkembangan didalam sistem lembaga perwakilan di Indonesia, dimana lembaga tersebut dibagi menjadi dua kamar yaitu DPR dan DPD yang keduanya memiliki susunan dan kedudukan serta hak dan wewenangnya. Untuk melihat apakah kedua lembaga ini memiliki fungsi yang seimbang (check and balance), sehingga untuk melihat perbedaan tersebut dibutuhkan analisa dalam setiap hak dan wewenang yang dimiliki oleh kedua tembaga perwakilan tersebut sehingga dapat dilihat apakah peran dan kedudukan kedua lembaga perwakilan tersebut seimbang satu sama lainnya. Hal ini bertujuan untuk melihat kategori bikameralisme apa yang terdapat dalam sistem perwakilan di Indonesia. Berdasarkan hal diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan terhadap peran dan kedudukan antara DPR dan DPD dalam sistem bikameralisme di Indonesia.

1.3. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini menjadi lebih terfokus dan menghasilkan uraian yang sistematis, maka diperlukan batasan-batasan masalah sehingga dapat diidentifikasikan hal apa saja yang menjadi masalah penelitian. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian ini terfokus pada mengkaji tentang peran dan kedudukan lembaga DPR dan DPD sejak tahun 2004-2009.

(8)

Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan kedudukan lembaga perwakilan DPR dan DPD di Indonesia.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis penelitian ini merapakan kajian ilmu politik yang diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran konsep-konsep dalam ilmu politik, terutama menyangkut konsep sistem perwakilan bikameralisme di Indonesia.

b. Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah referensi bagi para peminat ilmu politik terutama dalam melihat studi komparasi penerapan sistem bikameral di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian lain [18] yang bertujuan untuk meninjau model dari deep learning dalam mendeteksi dan memprediksi Coronavairus, peneliti meninjau lebih banyak publikasi mengenai

Dari uraian diatas mengenai program IMC yang telah dilakukan oleh SPC Mobile sebagai bagian dari aktifitas promosi, penulis menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik untuk induksi tunas dari eksplan batang satu buku adalah perlakuan modifikasi medium MS + 0,5 mg/l BA dengan rata-rata

Bisa disimpuilkan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap asing memang cukup besar dan diluar batas atas standard deviasi dari data yang digunakan, dibanding Russia,

Temuan penelitian oleh Hoover-Dempsey tersebut ini telah menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan di sekolah memainkan peran penting dalam

Hasil dari penelitian telah menunjukan bahwa secara simultan dan parsial variabel bauran pemasaran yang teridri dari Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3) dan Distribusi

Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu menjelaskan metoda dan teknik pembuatan bahan dekorasi patiseri Jumlah Pertemuaan : 2 (satu) kali. Pertemuan Tujuan Pembelajaran

Pengakuan adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur