• Tidak ada hasil yang ditemukan

landasan psikologis pendidikan psikologis psikologis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "landasan psikologis pendidikan psikologis psikologis"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

OLEH

AWAL AKBAR JAMALUDDIN

NIM 160614801335

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

2016

(2)

ARTIKEL

Diajukan

Untuk memenuhi salah satu persyaratan

Dalam menyelesaikan tugas mata kuliah

Landasan Pendidikan dan Pembelajaran

Oleh

Awal Akbar Jamaluddin

NIM 160614801335

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

2016

LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

(3)

Jurusan Pendidikan Olahraga, Progam Pascasarjana Matakuliah Landasan Pendidikan dan Pembelajaran

Universitas Negeri Malang Email: awalakbarj@gmail.com

Abstrak: Psikologis dalam pendidikan sangat berperan penting untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, karena bersinggungan langsung dengan jiwa atau karakter peserta peserta didik itu sendiri, dan dalam hal ini pendidik diharuskan peka terhadap kejiwaan peserta didiknya, oleh sebab itu guru perlu memahami tentang konsep psikologis dalam pendidikan.

Kata Kunci: Landasan, Psikologis, Pendidikan

PENDAHULUAN

Dalam membicarakan masalah pendidikan dan pembelajaran tidak akan pernah berkesudahan, karena materi maupun objek formanya adalah manusia yang senantiasa berkembang secara progresif. Karasteristik yang tidak berkesudahan ini tidak serta merta menyalahkan gagasan sebelumnya, melainkan sebagai gagasan untuk lebih meluaskan cakrawala dalam memformulasikan pendidikan dan pembelajaran yang sesuai sepanjang dan sejagad hayat. Berbicara mengenai pendidikan dan proses belajar mengajar tentulah bukan hal yang sepele ada beberapa indikator yang mempengaruhinya, terkhusus bagaimana perilaku siswa atau guru terhadap proses belajar mengajar demi untuk menuju tujuan dari pendidikan itu sendiri.

Selaku pendidik kita mesti sedikit banyak dituntut untuk berinovasi dalam mendidik, tentu dalam hal ini kita harus mengetahui aspek-aspek yang ada dalam pendidikan itu sendiri, khususnya aspek psikologi, Psikologi

pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu pilar utama demi berdirinya suatu sistem pendidikan yang kompleks, belajar tentang psikologi pada dasarnya bermuara pada perkembangan, dan kitapun selaku guru harus bisa merumuskan masalah-masalah terkait dengan perkembangan individu anak didik kita agar supaya setiap individu itu mempunyai hak dan perlakuan yang sama.

Pendidikan tak pernah lepas dari masalah, terlebih masalah yang di hadapi individu selaku pelaku dalam pendidikan, dalam hal ini adalah anak didik itu sendiri, pentingnya pemahaman serta metode oleh para Pendidik terkait dari masalah-masalah belajar siswa itu sendiri agar dalam proses pembelajaran nantinya semua anak bisa memiliki keinginan besar untuk bisa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

PEMBAHASAN

(4)

a. Defenisi Psikologi Pendidikan

Istilah psikologi pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah frasa yang terdiri atas 2 susku kata, yaitu psikologi dan pendidikan. Oleh karena itu untuk mengetahui keduanya mari kita pisahkan terlebih dahulu antara pengertian psikologi dan pendidikan.

1) Pengertian Psikologi, berasal dari bahasa yunani yaitu psyce yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa atau tingkah laku manusia baik sebagai individu maupun kelompok serta pengaruh yang muncul akibat hubungan individu tersebut dengan lingkungan sekitarnya.

2) Pengertian Pendidikan, Usaha untuk mendewasakan dan memandirikan manusia melalui kegiatan yang terencana dan disadari melalui kegiatan belajar dan pembelajaran yang melibatkan pendidik dan peserta didik.

3) Psikologi Pendidikan, dapt dipahami sebagai cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari tentang penerapan-penerapan teori-teori psikologi dalam dunia pendidikan terhadap siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik serta hubungan keduanya dengan lingkungan dalam proses belajar mengajar.

b. Pentingnya Psikologi Pendidikan dalam Pembelajaran

Psikologi pendidikan memiliki peran yang penting dalam mendampingi dan membimbing guru dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran. Kebermanfaatan psikologi pendidikan dalam pembelajaran adalah prinsip-prinsip psikologis dalam dunia pendidikan yang dapat digunakan oleh pendidik dalam membantu siswa mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar untuk membangun kepribadian, kematangan, dan kedewasaan.

Menurut Sumadi Suryabrata (2011: 1-2), mengacu pada pengertian psikologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan untuk memahami sesama manusia agar memperlakukannya dengan baik, pengetahuan guru terhadap kondisi psikologis siswa adalah penting Hal itu menjadikan psikologi pendidikan memiliki kedudukan yang penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran.

(5)

maka akan semakin mampu melaksanakan proses belajar dan pembelajaran yang lebih baik.

c. Tujuan mempelajari Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan membahas tentang siswa dengan berbagai karasteristiknya dalam belajar dan juga guru dalam mengajar. Oleh sebab itu, tujuan dari psikologi secara umum, pada dasarnya sebagai berikut :

1) Memahami bentuk-bentuk gejala psikologis individu (siswa) secara umum dalam bentuk sikap dan tingkah laku selama mengikuti proses pembelajaran.

2) Memahami kemampuan-kemampuan dan potensi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

3) Membantu siswa mengembangkan berbagai jenis kemampuan dan potensi yang dimiliki dalam bentuk proses-proses pembelajaran yang berbasis pengembangan siswa.

4) Memahami bagaimana seharusnya pelaksanaan proses belajar dan pembelajaran agar tercapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif.

5) Membantu siswa menyelesaikan program pembelajaran sehingga dengan pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat memberikan bantuan pada siswa dalam

menyelesaikan program-program pembelajaran sampai tuntas.

d. Ruang lingkup kajian psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan membahas proses belajar mengajar dari berbagai sudut pandang psikologis siswa dan guru. Psikologi pendidikan memandang guru dan siswa sebagai objek yang menjadi fokus pembahasan proses belajar mengajar tersebut , terutama dalam setting pendidikan formal disekolah. Secara lebih khusus, psikologi pendidikan membahas sikap dan tingakah laku siswa sebagai individu, anggota kelompok, dan hubugan antara keduanya dengan lingkungan sekitar (guru, lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat) dalam proses belajar mengajar.

(6)

2. PERKEMBANGAN MANUSIA, PERILAKU DAN PRIBADI.

Mengenai pembawaan psikologis, ada yang sama sekali tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan, ada yang sedikit banyak terkena pengaruh dari luar. Mata, pola gambaran tangan dan kaki, demikian pula letak hidung dan telinga tidak dapat diubah oleh pengaruh lingkungan.

Proses-proses seperti belajar, penggunaan ingatan, penanaman kebiasaan yang dalam pendidikan dan pengjaran merupakan unsur-unsur penting, tidak hanya ditemui pada taraf psikis tetapi juga pada taraf biologis. Dengan demikian jelaslah kegunaan pendidikan dan pengajaran pada taraf kehidupan biologis. Para ahli pendidikan dan psikologis berpendapat bahwa : Jalan hidup seseorang ditentukan oleh pendidikannya semasa kecil.

1) Perkembangan Fisik dan Prilaku

a) Perkembangan fisik

Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis (Allport, 1957).

 Perkembangan Anatomis

Perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitatif pada

struktur tulang belulang. Dalam taraf perkembangan selanjutnya, normalitas dari konstitusi, struktur, dan kondisi jasmaniah seseorang akan mempengaruhi normalitas kepribadiannya, khususnya yang berkaitan dengan masalah body-image, self-concept, self-esteem, dan rasa harga dirinya. Perkembangan fisik ini mencakup aspek-aspek anatomis dan fisiologis. Indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajegan badan secara keseluruhan :

 Tulang belulang pada masa bayi berjumlah 27

yang masih lentur, berpori dan persambugannya longgar; pada awal masa remaja menjadi 350 (proses diferensiasi fungsi) dan pada usia menjelang dewasa menjadi 200 integrasi, persenyawaan dan pergeseran (Crow & Crow 1956 : 36);

 Berat dan tinggi badan pada waktu lahir

umumnya sekita 3-4 kg dan 0,60 cm, masa kanak-kanak sekitar 12-15 kg dan 90-120 cm, pada awal masa remaja sekitar 30-40 kg dan 140-160 cm, dan selanjutnya kepesatan cenderung berkurang bahkan mapan.

 Proporsi tinggi kepala dan badan pada masa

(7)

Adanya abnormalitas dalam perkembangan fisik secara anatomis akan berpengaruh atas segi-segi kepribadiannya.

 Perkembangan Fisiologis

Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara kuantitatif, kualitatif, dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati seperti kontraksi otot, peredaran darah dan pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan pencernaan :

 Perubahan Bentuk otot.

 Frekuensi denyut jantung pada masa bayi

sekitar 140 permenit dengan meningkatnya usia dapat berkurang sampai 62-63 meskipun normalnya pada orang dewasa sekitar 72.

 Presentase tingkat kesempurnaan

perkembangan secara fungsional.

 Keaktifan dan tingkat kematangannya sekreksi

tubuh.

 Proses Jalannya Perkembangan Fisik

Perkmbangan fisik berlangsung mengikuti prinsip-prinsip cepalocaudal (mulai dari bagian kepala menuju ekor kaki) dan proximodistal (mulai bagian tengah ke tepi atau tangan). Laju perkembangan berjalan secara berirama; Pada masa bayi dan kanak-kanak perubahan fisik

sangat pesat, pada usia sekolah menjadi lambat, mulai masa remaja terjadi amat mencolok. Kemudian (pada permulaan masa remaja akhir bagi wanita dan penghujung remaja akhir bagi pria) laju perkembangan menurun sangat lambat.

b) Perkembangan Perilaku Motorik

Perilaku psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara neuronmuscular system (persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konatif).

Loree (1970 : 75) menyatakan bahwa ada 2 macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal harus dikusasai oleh setiap individu pada masa bayi atau pada masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegang benda (prehension). Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini merupakan basis bagi perkembangan ketrampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working).

(8)

Berjalan dan Memegang Benda

Perkembangan psikomotorik dasar itu berlangsung secara sekuensial, sebagai berikut (1) keterampilan bergulir (rool over) dari telentang menjadi telungkup (5 : 8 bulan), (2) gerak duduk (sit up) yang bebas (8,3 bulan), (3) berdiri bebas (9,0 bulan) berjalan dengan bebas (13,8 bulan) (Lorre, 1970 :75).

Dengan demikian, maka dalam gerakan-gerakan psikomotorik dasar itu tingkatan penguasaannya sudah dapat diprediksi. Kalau terjadi kelambatan-kelambatan dari ukuran normalitas waktu diatas, berarti menandakan adanya kelainan tertentu.

Bermain dan Bekerja

Dengan dikuasainya keterampilan berjalan maka anak akan menjadi lebih aktif, lebih banyak melakukan aktifitas dan memanfaatkan benda disekitarnya. Kalau diberikan atau disediakan alat-alat tertentu maka mereka akan membuat sebuah kontruksi.

Mulai usia 4-5 tahun bermain kontruksi yang fantastik itu dapat beralih kepada berbagai bentuk gerakan bermain yang ritmis dan dinamis, tetapi belum terikat dengan aturan-aturan yang ketat.

Pada usia remaja kegiatan motorik sudah tertuju kepda persiapan-persiapan kerja,

keterampilan-keterampilan menulis, mengetik, menjahit, dan sebagainya sangat tepat saatnya mulai dikembangkan.

Proses Perkembangan Motorik

Di samping faktor hereditas, faktor-faktor lingkungan alamiah, sosial, kultural, nutrisi dan gizi serta kesempatan dan latihan merupakan hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap proses dan produk perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik.

2) Perkembangan Bahasa dan Prilaku Kognitif

a) Perkembangan Bahasa

Kemampuan berbahasalah yang membedakan manusia dengan hewan. Dengan bahasanya manusia mampu :

Mengkondisifikasikan, mencatat, dan

menyimpan berbagai kesan dan tanggapan (persepsi), informasi, fakta, dan data, konsep atau pengertian (concept and ideas), dalil atau kaidah atau hukum (principles) sampai kepada bentuk ilmu pengetahuan (body of knowledge) dan sistem-sistem nilai (Value system)

 Mentransformasikan dan mengolah berbagai

(9)

komparasi, kausalitas, prediksi, konklusi, generalisasi, interpretasi dan inferensi) dalam rangka pemecahan masalah (problem solving) dan mencari, mengkreasikan dan menemukan hal-hal baru.

 Mengkoordinasikan dan mengekspresikan

cita-cita, sikap, penilaian, dan penfhayata (etis, estetis, ekonoms, sosial, politis, religius, dan kultural.

 Mengkomunikasikan (menyimpan dan

menerima) berbagai informasi, buah pikiran, opini, sikap, penilaian, aspirasi, kehendak, dan rencana kepada orang lain.

Indikator Perkembangan Bahasa

Memperhatikan penjelasan diatas dapat dirumuskan indikatornya antara lain : jumlah pembendaharaan kata (vocabulary), jenis, struktur dan bentuk kalimat, isi yang dikandungnya; gambar dan lukisan, bentuk gerakan-gerakan tertentu yang bersifat ekspresif. Dengan menggunakan berbegai indikator tersebut maka dapatlah dideskripsikan perkembangan bahasa pada manusia itu, sebagai berikut.

a. pada masa bulan pertama dari masa bayi, individu berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungannya secara spontan dan instiktif secara positif (menerima, meraih, atau mendapat benda-benda atau suara yang

menyenangkan, misalnya botol susu hangat, belaian suara ibu, dan sebagainya) atau gerakan negatif (menolak benda yang dingin, dan sebagainya) ; bahasa mimik (senyuman dan tawa) ; bahasa emosional ekpresif (menangis kalau lapar, kedinginan, atau mendengar suara keras meraba dan sebagainya).

b. Pada masa enam bulan kedua dari masa bayi, bahasa sensorimotorik tersebut berangsur berkurang, sedangkan bahasa merabanya semakin terarah dan berbentuk dengan dapatnya meniru kata-kata tertentu yang diucapkan orang disekitarnya.

c. Pada masa kanak-kanak, individu sudah mengenal dan menguasai sejumlah pembendaharaan kata-kata (vocabulary); usia sekitar 3-4 tahun perbendaharaannya sekitar 300 dan pada usia 6-7 tahun mencapai 2.500 kata, bahkan dapat diduga lebih dari jumlah tersebut (Lefrancois, 1975:186; Crow & Crow, 1956:65)

(10)

e. Pada masa remaja awal, mereka senang menggunakan bahasa sandi, atau bahasa rahasia yang berlaku pada gang-nya sehingga banyak menimbulkan kepenasaran pihak luar, mereka berusaha memahaminya, perhatiannya ke arah mempelajari bahasa asing mulai berkembang.

 Proses Perkembangan Bahasa

Para ahli sependapat bahwa pembentukan bahasa pada anak-anak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor latihan dan motivasi (kemauan) untuk belajar dengan melalui proses canditioning dan reinforcement (Lefrancois, 1975).

b) Perkembangan Perilaku dan Fungsi-fungsi Kognitif

Terdapat hubungan yang amat erat antara perkembangan bahasa dan perilaku kognitif. Taraf-taraf penguasaan keterampilan berbahasa dipengaruhi, bahkan bergantung pada tingkat-tingkat kematangan dalam kemampuan intelektual. Sebaliknya, bahasa merupakan sarana dan alat yang strategis bagi lajunya perkembangan perilaku kognitif. Dalam laju perkembangan perilaku ditunjang oleh 2 hal yaitu : (a). Perkembangan Fungsi-fungsi Kognitif secara Kuantitatif, (b). Perkembangan perilaku Kognitif Secara Kualitatif.

3. Perkembangan Perilaku Sosial, Moralitas, dan Keagamaan

a. Perkembangan Perilaku Sosial

Secara potensial (fitriah) manusia dilahirkan sebagai mahluk sosial (zoon politicon), kata Plato.

Namun untuk mewujudkan potensi tersebut harus berada dalam interaksi dengan lingkungan manusia-manusia lain.

Proses sosialisasi dan perkembangan sosial

Secepat individu menyadari bahwa di luar dirinya itu ada orang lain, maka mulailah pula menyadari bahwa ia harus belajar apa yang seyogianya ia perbuat seperti yang diharapkan orang lain. Proses belajar untuk menjadi mahkluk sosial ini disebut Sosialisasi.

Kecenderungan Pola Orientasi Sosial

Branson (Loree, 1970:87-89) mengidentifikasi berdasarkan hasil studi longitudinalnya terhadap anak usia 5-16 tahun bahwa ada tiga pola kecenderungan sosial pada anak, ialah (1) withdrawal-expansive, (2) reactivity-placidity, (3) passivity-dominance. Kalau seseorang telah memperlihatkan orientasinya pada salah satu pola tersebut, maka cenderung diikutinya sampai dewasa.

(11)

Secara individu menyadari bahwa ia merupakan bagian anggota kelompoknya secepat itu pula pada umumnya individu menyadari bahwa terdapat aturan-aturan perilaku yang boleh, harus atau terlarang melakukannya.

Proses penyadaran tersebut berangsur tumbuh melalui interaksi dengan lingkungannya dimana ia mungkin mendapat laragan, suruhan, pembenaran atau persetujuan, kecaman atau celaan, atau merasakan akibat-akibat tertentu yang mungkin menyenangkan atau memuaskan mungkin pula mengecewakan dari perbuatan-perbuatan yang dilakukannya.

c. Perkembangan Penghayatan Keagamaan

Dengan kehalusan perasaan (fungsi-fungsi afektifnya disertai kejernihan akal budi (Fungsi-fungsi kognitif)-nya, dan didorong keihklasan itikad (fungsi-fungsi konatif)-nya, pada saat tertentu, seseorang setidak-tidaknya mengalami, mempercayai, bahkan meyakini dan menerimanya tanpa keraguan (mungkin pula masih ada yang masih ragu), bahwa di luar dirinya ada sesuatu yang mahaagung yang melebihi apapun termasuk dirinya. Brightman (1956:17) menjelaskan bahwa pengahayatan keagamaan tidak sampai hanya kepada pengakuan atas keberadaan melainkan juga mengakuinya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang eternal (abadi) yang

mengatur tata hidup manusia dan alam semesta ini. Karenanya, manusia mematuhi aturan itu dengan penuh kesadaran, ihklas disertai penyerahan diri dalam bentuk ritual (kebaktian) baik secara individual maupun kolektif, baik secara simbolik maupun dalam bentuk nyata dalam kehidupan sehari-hari.

3. GEJALA-GEJALA PSIKOLOGIS SISWA DALAM BELAJAR

A. Pengindraan dan Persepsi serta Aplikasinya dalam Pembelajaran

1. Konsep Dasar Pengindraan dan Persepsi

(12)

Hasil proses pengindraan kemudian dimasukkan dan disimpan dalam otak untuk diintrepetasikan dalam proses persepsi. Pengertian dasar persepsi adalah proses penerjemahan atau mengintrepetasikan stimulus yang masuk melalui alat indra oleh individu yang melakukan proses pengindraan sebagai sebuah pengetahuan baru (Sugihartono dkk, 2007 : 8).

2. Implikasi Pengindraan dan Persepsi dalam Proses Pembelajaran

Perbedaan interpretasi atau penerjamahan pengamatan sebagai hasil persepsi muncul salah satunya dipengaruhi oleh perbedaan sudut pandang ruang, waktu, dan arti. Oleh sebab itu, sudah selayaknya menjadi perhatian guru dalam melaksanakan proses pembeljaran. Hal ini penting diperhatikan agar materi pembelajaran yang disampaikan dapat diterima siswa seperti apa yang diharapkan guru, dan tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, proses penyamaan persepsi dalam proses pembelajaran perlu dilakukan guru sebagai berikut.

 Ketika guru akan menjelaskan sebuah materi

pelajaran, disampaikan juga tujuan-tujuan dari mempelajari materi tersebut.

 Apabila menjelaskan secara lisan, gunakan

suara yang keras dan jelas agar terdengar oleh seluruh siswa, dan pastikan terdengar oleh siswa yang duduk paling belakang.

 Ketika menggunakan alat peraga, siswa

hendaknya diberikan waktu untuk mengenali lebih dekat alat peraga serta mengenalinya secara keseluruhan dari berbagai sudut pandang.

 Selalu adakan proses diskusi atau tanya jawab

selama proses pembelajaran untuk membentuk kesamaan persepsi.

 Pastikan guru mampu menguasai kelas dalam

bentuk kemampuan melakukan gerak dan perpindahan tempat dengan baik sehingga tidak sekadar duduk saja atau bahkan berdiri saja. Hal inidisebabkan oleh rangsangan stimulus yang bergerak lebih menarik perhatian daripada stimulus yang diam.

B. Ingatan atau Memori dan Aplikasinya dalam Pembelajaran

a. Konsep Dasar Ingatan atau Memori

(13)

kecakapan-kecakapan dalam menerima, menyimpan, dan memproduksi kembali kesan-kesan atau pengetahuan sebagai hasil belajar dan pengalaman (Suryabrata, 2011 : 44).

Proses terciptanya sebuah memori tidak lepas dari proses-proses pengamatan yang mendahuluinya, yang pastinya berbed pada masing-masing individu. Oleh sebab itu, terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan memori atau ingatan sebagai berikut:

 Memori tergangtung pada pengamatan dan

persepsi

 Memori pada setiap individu Berbeda-beda

 Proses pengamatan ada yang tidak tersimpan

dibagian otak tertentu sehungga kadang mudah terlupakan

 Dalam aktivitas mengingat atau memori selain

bisa ingat, juga terjadi bisa lupa.

Memori terbagi atas 2, yaitu, (a). Meromi jangka pendek (short term memory) atau disebut juga immediate memory merupakan jenis memori yang bekerja sangat singkat dan hanya bertahan sesaat. Memori ini dikatakan memori jangka pendek disebabkan rentan waktu tersimpannya sangat singkat, juga karena proses mengingat yang cenderung dipaksakan dan disegerakan, dan juga menghapalnya informasi/pengetahuan tersebut

(14)

b. Konsep Dasar Terjadinya Lupa

Berbicara tentang ingatan maka akan selalu akan terasosiasi dengan lupa. Lupa pada dasarnya merupakan ketidakmampuan individu memunculkan atau memanggil kembali informasi atau pengetahuaan yang pernah dimilikinya pada saat yang dibutuhkan dengan tepat.

c. Implikasi adanya Memori dalam Proses Pembelajaran

`Adanya memori, baik jangka pendek maupun panjang pada individu penting diperhatikan dan dilakukan selama proses pembelajaran. Hal ini tidak lepas dari kondisi-kondisi dalam pembelajaran yang membutuhkan efektivitas dan efisiensi guru membantu siswa untuk berkembang dan menyelaseaikan tugas-tugas belajar dengan baik. Penerapannya dalam pembelajaran tidak lepas dari adanya jenis memori jangka pendek dan panjang. Proses belajar dan Pembelajaran memiliki keterkaitan dan hubungan dengan ingatan. Oleh sebab itu pendidik atau guru perlu memperhatikan kemampuan siswa dalam mengingat.

Dengan demikian, pelaksanaan proses pembelajaran yang memerhatikan kemampuan memori siswa dan kemungkinan terjadinya lupa, dapat diantisipasi dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

 Menggunakan strategi-strategi mengingat

dalam proses pembelajaran dengan menggunakan jembatan keledai dan sebagainya.

 Tidak membebani individu untuk mengingat

materi yang panjang dalam waktu yang singkat dan segera. Hal ini tidak lepas dari kemampuan memori jangka pendek individu

 Melakukan proses pengulangan-pengulangan

materi pelajaran, terutama poin-poin penting dalam pelajaran

 Menghubung-hubungkan materi dan aktivitas

belajar dengan kondisi keseharin yang nyata-nyata ada dan sering dijumpai siswa disekitar lingkungannya. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan memori jangka panjang dan memori kerja.

 Memberikan korelasi materi pelajaran dengan

pengalaman siswa dalam memori jangka panjang dan kebermanfaatannya bagi individu siswa dalam jangka pendek maupun panjang.

 Mengikutkan dan memunulkan emosi siswa

(senang, ceria, semangat, dan sebagainya) selama proses pembelajaran terutama untuk memori jangka panjang.

(15)

a. Konsep Dasar Berpikir

Pada umumnya, berfikir hanya dilakukan oleh orang-orang yang sedang mengalami sebuah problem atau permasalahan, baik dalam bentuk soal ujian, kehilangan sesuatu, pengambilan keputusan dan sebagainya. Dengan demikian, pada dasarnya proses berfikir pada seseorang muncul sebagai usaha untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

b. Macam-Macam Berfikir

 Berfikir Otak Kiri

”Melakukan proses berfikir secara runtun atau berurutan, mencoba memahami sesuatu dari detail ke global, membimbing untuk membaca berdasar fonetik yang berupa kata-kata, simbol, dan huruf, fokus kerjanya adalah pada internal individu atau pengetahuan yang telah dimiliki dan informasinya bersifat faktual”.

 Berfikir Otak Kanan

“Melakukan proses berfikir secara acak, memahami sesuatu dari global ke detail, membaca dengan cara menyeluruh, lebih fokus pada bentuk gambar dan grafik, proses belajar diawali dengan melihat dahulu atau mengalami yang kemudian terjadi proses belajar secara alamiah dan spontan yang lebih fokus pada eksternal.

c. Implikasi Adanya Proses Berfikir Siswa dalam Pembelajaran

Berfikir merupakan proses yang penting dalam pendidikan, belajar dan pembelajaran. Proses berfikir pada siswa merupakan wujud keseriusannya dalam belajar. Berfikir membantu siswa untuk menghadapi persoalan atau masalah dalam proses pembelajaran, ujian, dan kegiatan pendidikan lain seperti eksperimen, observasi, dan praktik lapangan lainnya. Proses berfikir pada siswa dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk membangun dan membentuk kebiasaan siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan baik, benar, efektif dan efisien. Ttujuan akhirnya adalah berharap siswa akan menggunakan keterampilan-keterampilan berfikirnya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat.

Menurut Wasty Soemanto (2006 : 33-34), terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembngkan kemampuan berfikir siswa sebagai berikut :

 Guru membantu mengembangkan

kemampuan dan keterampilan berbahasa siswa sebagai dasar berfikir.

 Proses pembelajaran yang dilakukan bukan

(16)

membimbing pikiran dan struktur kognitif siswa dalam memahami sesuatu dengan memberikan sejumlah pengertian atau konsep dasar yang fungsional tentang sebuah pengetahuan baru dengan tujuan memicu perkembangan keterampilan berfikir siswa.

 Proses pembelajaran dilakukan denga cara

guru memberikan pengertian-pengertian kunci atau konsep dasarnya agar siswa dapat berfikir cepat dan tepat serta mengembangkan kemampuan logikanya.

Aplikasi adanya proses berfikir siswa dimanfaatkan dalam bentuk pelaksanaan ujian, pelaksanaan pembelajaran praktikum, dan pembelajaran berbasis masalah. Tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut adalah untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa, baik berfikir reflektuf (proses bagaimana memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah) danterutama berfikir kreatif.

D. Intelegensia atau Kecerdasan dan Aplikasinya dalam Pembelajaran

Istilah intelegensia memiliki arti yang sama dengan kecerdasan. Namun demikian, banyak ahli yang bersepakat bahwa sulit untuk mendefenisikan kecerdasan atau intelensia secara akurat dan tepat serta disepakati oleh para praktisi kecerdasan. Meskipun demikian, dibalik banyaknya perbedaan konsep dasar

kecerdasan, pemahaman guru terhadap konsep intelegensia sangat penting untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif bagi siswa.

a. Konsep Dasar Intelegensia

Intelegensia memiliki defenisi dan tafsir yang sangat luas. Oleh sebab itu, terdapat banyak tokoh yag menerjemahkan intelegensia tersebut sehingga muncul banyak defenisi dengan berbagai sudut pandangnya. Namun demikian, secara umum terdapat tiga kelompok besar yang menerjemahkan defenisi intelegensia secara berbeda yang paling banyak digunakan dan disepakati. Tiga hal tersebut yakni, (a). Intelegensia sebagai Kemampuan untuk Menyesuaikan Diri, (b). Intelegensia sebagai Kemampuan untuk Belajar, (c). Intelegensia sebagai Kemampuan untuk Berfikir Abstrak.

b. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perkembangan Intelegensia

(17)

(2006:10-11), terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan Intelegensia siswa yaitu, (a). Faktor Bawaan, dan (b. Faktor Lingkungan

c. Macam-macam Bentuk Intelegensia.

Garner dalam Sugihartono dkk (2007:18) mengemukakan setidaknya ada delapan bentuk intelegensia, antara lain :

 Intelegensia Linguistik,

 Intelegensia Matematik-Logik

 Intelegensia Spasial

 Intelegensia Kinestetik-Jasmani

 Intelegensia Musikal

 Intelegensia Intrapersonal, dan

 Intelegensia Naturalistik

d. Peran Intelegensia Dalam Belajar

Peran nyata intelegensia dalam proses belajar tidak dapat diamati secara sederhana. Untuk mengetahuinya dilakukan bebrapa penelitian yang menghubungkan antara intelegensia seseorang dengan proses belajar dan hasil belajar yang diperoleh, memang dalam kebanyakan penelitian ditemukan bahwa Individu dengan IQ (intelegensia) di

atas rata-rata cenderung melebihin individu lainnya dalam hal hasil prestasi belajar namun penelitian lain menunjukkan bahwa orang dengan intelegensia tinggi belum tentu sukses dikehidupan mendatang.

e. Implikasi Intelegensia Dalam Pembelajaran

Pemahaman guru terhadap tingkat intelegensia atau kecerdasan individu sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran siswa disekolah. Hal ini disebabkan perbedaan individu masing-masing siswa dengan siswa lainnya juga dapat terjadi pada tingkat kecerdasan atau intelegensia yag mereka miliki. Siswa dalam satu kelas sangat dimungkinkan terdiri dari siswa dengan tingkat kecerdasan sangat tinggi, kecerdasan tinggi, rata-rata, bahkan dibawah rata-rata. Oleh sebab itu, guru harus mampu menyesuaikan metode dan model penyampaian materi pelajaran dengan kondisi siswa.

E. Motivasi dan Emosi serta Aplikasinya dalam Pembelajaran

a. Konsep Dasar Emosi dan Motivasi

(18)

melakukan sesuatu dan bertahan dalam melakukannya. Emosi dan motivasi memiliki keterkaitan yang cukup erat.

Motivasi belajar yang tinggi tercermin dalam ketekunan yang tidak mudah patah semangat atau pantang menyerah sebelum mendapatkan apa yang diinginkan. Motivasi yang tinggi dapat menggerakkan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar. Motivasi yang tinggi akan sangat mungkin muncul pada siswa ketika adanya keterlibatan siswa yang tinggi dalam pembelajaran, adanya keterlibatan dan keaktifan siswa dalam belajar, dan adanya upaya dari guru untuk memelihara agar siswa senantiasa memiliki motivasi belajar yang tinggi.

b. Macam-macam motivasi

Motivasi yang dimiliki oleh individu biasanya lebih dari satu macam. Dalam proses belajar, ada siswa yang belajar karena memang menyukai mata pelajarannya dan ada juga yang termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang tinggi sehingga dapat melanjutkan ke sekolah favorit. Menurut Sri Rukmini dkk (2006: 12), motivasi dapat dibedakan berdasarkan hal berikut, (a). Motivasi berdasarkan kemunculannya, (b). Motivasi berdasarkan sumbernya, (c). Motivasi berdasarkan Isinya.

c. Peran Emosi dan Motivasi dalam Proses Belajar

Emosi dalam proses pembelajaran memberikan pengaruh dalam bentuk cepat atau lambatnya proses belajar siswa. Emosi pada individu juga berpengaruh dalam membantu proses pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

d. Implikasi Adanya Emosi dan Motivasi dalam Pembelajaran

Motivasi yang dimiliki siswa memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran yang diikuti dan proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Motivasi yang dimiliki siswa memberikan enegi dan semangat bagi siswa untuk mempelajari sesuatu. Atas dasar itulah, guru diharapkan memahami dan mengerti motivasi siswanya dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru Perlu memunculkan dan menjaga motivasi siswa tetap tinggi sangat diperlukan selama proses pembelajaran.

Selain melibatkan motivasi, keterlibatan emosi siswa dalam proses belajar mengajar juga perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan, emosi yang positif akan memicu sikap-sikap dan perilaku positif yang mempermudah dan memperlancar proses penyerapan informasi di otak.

(19)

Pada pembahasan dari latar belakang masalah tentang landasan Psikologis Pendidikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologis adalah hal yang wajib diketahui oleh para calon pendidik agar supaya para pendidik tersebut mampu memilih metode apa yang bisa diterapkan untuk menghadapi para peserta didik dalam proses belajar mengajar, mampu menguasai kelas dengan keadaan jiwa dan karakter yang berbeda-beda, dengan emosiyang pasang surut.

Oleh sebab itu para pendidik diwajibkan mempunyai pedoman dalam mengajar, dan salah satu pedoman tersebut adalah Psikologi pendidikan yang dimana bermuara pada kondisi perkembangan kejiwaan dan emosi peserta didik terutama dalam proses belajar mengajar. Jadi pendidik atau calon pendidik dituntut bisa dalam menghadapi kondisi, emosi, keadaan peserta didik agar supaya nantinya perlahan demi perlahan kita tetap bisa berada pada jalur yang dimana bisa mewujudkan pendidikan nasional secara umum.

Daftar Rujukan

Irham, M & Wiyani , N. A. 2015, Psikologi Pendidikan, Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Makmun, A. 2001. Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung : Rosdakarya

Nurhayati, E. 2011. Psikologi Pendidikan Inovatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat

Apabila data-data, bukti-bukti riil, maupun empat hal penting di atas dikaitkan dengan pendapat al-Maududi bahwa sistem perbankan konvensional yang sarat dengan riba

Adanya growth plate (atau fisis) pada tulang anak-anak merupakan satu perbedaan yang besar. Growth plate tersusun atas kartilago. Ia bisa menjadi bagian terlemah pada

Nah, seminar FKMTHI tahun 2005, yang penulis ceritakan diawal, bertujuan agar kajian-kajian Qur’an as living phenomenon ini diakui secara akademis sebagai wilayah kajian

Java” , dan masih banyak lagi yang lainnya. Diperlukan suatu strategi komunikasi yang matang dalam penerapan City Branding. Hal ini dikarenakan harus ada sinergi antara

Theory of Economic Dynamics: An Essay on Cyclical and Long-Run Changes in Capitalist Economy.. Introduction to

Ini berarti bahwa pendidik dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki mental dan sikap yang kuat, yang disandarkan pada keagungan Allah sebagai dasar kekuatan bagi

Tujuan penelitian ini adalah unutk menganalisis pemikiran dua tokoh Indonesia masa revolusi kemerdekaan Indonesia yaitu Sutan Sjahrir dan Tan Malaka dalam usaha