• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOLIDARITAS dalam MASYARAKAT MULTIKULTURAL TUB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SOLIDARITAS dalam MASYARAKAT MULTIKULTURAL TUB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SOLIDARITAS MASYARAKAT MULTIKULTURAL TUBAN DI TENGAH KEBERAGAMAN DAN KEBHINEKAAN KEHIDUPANNYA

Kata Pengantar

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam esai bebas ini saya membahas mengenai Solidaritas Masyarakat Multikultural Tuban di Tengah Keberagaman dan Kebhinekaan Kehidupannya.

Esai ini dibuat dengan berbagai literatur dan beberapa bantuan dari berbagai pihak terutama dari dosen mata kuliah Antropologi yang setia mendampingi selama di Tuban, Bapak Mohammad Adib, drs., M.Si untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan esai ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan esai ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada esai ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan esai selanjutnya.

Akhir kata semoga esai ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Surabaya, 29 September 2014

(2)

Konsep Pokok

Solidaritas adalah perasaan setia kawan (KBBI, 2014). Sedangkan menurut seorang ahli, solidaritas menunjukkan pada suatu keadaan antar individu dan atau kelompok yang didasarkan perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama, yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama (Paul Johnson, 1980). Bisa disimpulkan bahwa solidaritas adalah perasaan setia kawan yang dimiliki oleh suatu kelompok, kelompok yang dimaksud dalam esai ini adalah masyarakat multikultural Tuban. Masyarakat Multikultural sendiri adalah masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas (kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain (Furnival, 2014).

Keberagaman dan kebhinekaan sebenarnya memiliki artian yang sama yaitu adanya perbedaan dalam suatu golongan atau kelompok. Kebhinekaan berasal dari kata Bhinneka yang terdapat dalam semboyan bangsa Indonesia yang berarti berbeda-beda. Perbedaan tersebut terlihat di dalam kehidupan masyarakat Tuban. Keberagaman dalam berbagai bidang, mulai dari agama, pekerjaan, etnis, karakter penduduk, dan sebagainya yang kesemuanya itu dapat bersatu membangun Kabupaten Tuban yang damai dan sejahtera tanpa diiringi konflik.

(3)

PembahasanRegistrasi dan Pelepasan di Kampus C UNAIR

Pada Sabtu pagi tanggal 11 Oktober 2014, saya sudah berencana akan mengikuti Study Excursie ke Tuban. Sebenarnya, diberitahukan bahwa rombongan akan harus sudah berada di depan Rektorat pukul 05.30, tetapi saya baru bangun jam 5 pagi jadinya terlambat datang karena masih menjemput teman saya. Sesampai saya di sana, saya langsung menuju tempat presensi kehadiran untuk tanda tangan, kemudian mendapatkan seragam, buku, pin, dan ID Card yang dipakai selama kegiatan ini.

Setelah itu, semua peserta berkumpul di depan Kantor Rektorat untuk melaksanakan upacara pelepasan. Tentu saja, yang memberikan sambutan di upacara tersebut adalah pimpinan Universitas Airlangga yang kebetulan waktu itu diwakili oleh wakil rektor 1, Prof. Dr. H. Syahrani, Apt., MS. Tidak lupa juga dinyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne Airlangga. Beliau menyampaikan tentang pentingnya mempelajari masyarakat multikultural, khususnya yang ada di Kabupaten Tuban. Hal itu menjadi sangat penting mengingat bangsa Indonesia akan menghadapi AFTA 2015 yang menjadikan warga negara asing dapat dengan mudah masuk ke negara kita dan meningkatkan keberagaman di negara Indonesia yang tercinta ini. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus harus mulai mempersiapkan diri menghadapi itu semua, salah satunya adalah dengan mempelajari masyarakat multikultural ini.

Kemudian, beliau juga membahas bahwa kita adalah generasi emas bangsa karena di tahun 2045, yang mana di tahun tersebut negara Indonesia diprediksikan akan menjadi negara yang besar, kita akan akan menjadi pemimpin bangsa di kala itu. Untuk mempersiapkan diri sebagai calon pemimpin bangsa dibutuhkan wawasan yang luas tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa di tengah keberagaman masyarakat Indonesia. Seusai beliau menyampaikan sambutan, pemberi sambutan dilanjutkan oleh Pak Adib yang selalu bersemangat. Kembali beliau mengingatkan tentang keenam kata penyemangat yang beliau kreasikan sendiri. Itupun yang akan membuat kegiatan ini semakin berwarna nantinya.

(4)

Lokasi 1 : Kantor Bupati Tuban

Lokasi pertama yang dikunjungi di Tuban adalah Pendopo Kantor Bupati Tuban. Di situ, kami para peserta mendapatkan kuliah tentang multikultural dari Wakil Bupati Tuban, Ir. H. Noor Nahar Husein dan Wakil Rektor 1 Universitas Airlangga. Bapak Husein lebih condong menjelaskan tentang kabupaten Tuban itu sendiri. Beliau juga bercerita bahwa di Tuban tidak selalu damai dan pernah ada konflik, yaitu pada tahun 2006 warga Kabupaten Tuban beramai-ramai membakar pendopo. Untunglah, pendopo sekarang sudah direnovasi dan telah pulih kembali. Aksi tersebut dikarenakan tidak sembarang orang yang bisa masuk ke pendopo dan setelah kejadian tersebut, setiap orang bisa masuk ke pendopo tanpa ada larangan lagi. Pada awalnya, saya menganggap bahwa menjadi bupati itu pasti pekerjaannya mudah, apalagi hanya sebagai wakil. Saya juga beranggapan mengatur masyarakat yang multikultural di Indonesia ini cukup mudah karena kedamaian sangat terjaga di Indonesia. Namun, semua itu ternyata salah. Memimpin suatu daerah merupakan hal yang sangat sulit. Itu dikarenakan kita menjadi tumpuan dari sekian banyak orang di daerah atau wilayah yang kita pimpin. Tentu saja, tanggung jawab yang dibebankan begitu berat. Orang-orang berharap banyak kepada sang pemimpin. Kemudian tentang mengatur masyarakat multikultural Indonesia, setelah mengetahui bahwa pernah ada konflik seperti itu, tentu saja saya berpikir bahwa hal itu tidaklah semudah yang saya bayangkan. Itu dikarenakan karakter bangsa Indonesia memang beragam dan tidak semuanya berjiwa lembut dan damai.

Lokasi 2 : Makam Sunan Bonang dan Masjid Agung Tuban

Lokasi kedua yang dikunjungi adalah Masjid Agung Tuban dan Makam Sunan Bonang. Lokasi kedua ini cukup dekat dengan lokasi pertama karena hanya dibatasi oleh alun-alun Tuban. Pendopo berada di sebelah timurnya alun-alun, sedangkan masjid di seberang baratnya sehingga bisa ditempuh hanya dengan jalan kaki. Dari kejauhan terdengar seorang ustadz yang sedang mengajari santrinya untuk mengaji. Suara tersebut mengingatkan saya akan suasana kampung halaman di Pasuruan yang terkenal sebagai kota santri. Di masjid jami’ itu saya menyempatkan sholat sebelum melanjutkan perjalanan ke makam Sunan Bonang.

(5)

Setelah bertanya kepada sang penjaga makam, ternyata yang berkunjung ke makam tersebut bukan hanya orang Muslim, melainkan juga dari agama Konghucu dan Nasrani. Bahkan pendeta pun ada yang datang ke makam itu. Akan tetapi, dengan syarat kalung salibnya harus dimasukkan dan tidak diperlihatkan selama di makam Sunan Bonang.

Pelajaran yang bisa dipetik dari kunjungan ke makam Sunan Bonang adalah manusia ketika telah mati yang diingat bukan ketampanan dan kekayaannya, melainkan jasa-jasanya kepada masyarakat semasa hidupnya. Jadilah manusia yang bermanfaat agar kelak engkau selalu dikenang. Memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, tetapi cukup jadilah yang terbaik dari dirimu maka itu akan membuatmu menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.

Lokasi 3 : Mangrove Center, Desa Jenu, Kabupaten Tuban

Hari mulai malam. Rombongan sekarang menuju ke Mangrove Center untuk beristirahat karena penginapan berada di situ. Pada awalnya, saya mengira penginapannya akan seperti hotel, ternyata hanya sekedar gazebo yang diberi tirai. Namun, itu tidak menurunkan semangat saya untuk tetap mengikuti kegiatan ini. Malam harinya, ada kuliah dari pemilik mangrove center tersebut yang intinya memotivasi peserta Study Excursie untuk terus berjuang dalam hidup dan tidak lupa berdoa agar mencapai kesuksesan yang diimpikan.

Di penginapan tersebut sangat tidak kondusif menurut saya. Banyak nyamuk, dinginnya angin pantai, dan berbagai cobaan lainnya. Akan tetapi, itu membuat saya menyadari bahwa hidup di dunia ini tidak selalu mulus dan enak, terkadang memang banyak rintangan dan hambatan yang menghalangi kita untuk mencapai tujuan. Di situ saya belajar bahwa sebagai manusia kita harus kuat dan tabah serta senantiasa bersyukur terhadap apa yang kita peroleh.

Malam itu, ada pentas seni yang diiringi oleh hangatnya api unggun dan diikuti seluruh peserta. Tiap regu menampilkan masing-masing kreasinya yang umumnya bertemakan kebudayaan nasional. Semuanya bergembira saat itu. Pentas seni itu menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan kebudayaan dan di antara keberagaman terdapat rasa untuk selalu bersatu sebagai bangsa Indonesia.

(6)

penuh semangat karena senam pagi memang memiliki banyak manfaat. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan menanam mangrove dan bersih-bersih pantai. Kebetulan saya kebagian tugas menanam mangrove. Saya sangat senang karena memperoleh ilmu tentang tata cara menanam mangrove sehingga wawasan saya semakin meningkat. Ternyata menanam bakau tidak semudah yang saya bayangkan. Medan menanamnya pun cukup berbahaya. Setelah itu saya dan beberapa peserta yang lain diberi tugas untuk berkunjung ke tambak ikan dan udang. Setelah semua kegiatan di pagi itu selesai, semuanya membereskan barang-barang dan berangkat ke Klenteng Kwan Sing Bio.

Lokasi 4 : Klenteng Kwan Sing Bio

Jarak antara klenteng dengan pantai tidak cukup jauh dan hanya membutuhkan beberapa menit untuk sampai di klenteng tersebut. Sesampai rombongan di klenteng, kami disambut dengan ramah oleh pengelola klenteng yang tentunya beragama konghucu. Beliau bercerita bahwa dulunya masih beragama Nasrani, tetapi kemudian setelah mengetahui bahwa konghucu mengajarkan sesuatu yang lebih baik jadi beliau berganti ke konghucu. Di klenteng tersebut, kami mendapatkan berbagai penjelasan tentang sejarah klenteng dan agama Konghucu. Tidak banyak yang dilakukan, hanya mendengarkan penjelasan dari pengelola klenteng. Setelahnya, kami sangat tersanjung karena disuguhkan makanan halal oleh mereka. Ternyata, agama Konghucu juga mengajarkan untuk berbagi. Mungkin itulah yang membuat kabupaten Tuban ini bisa menjadi daerah yang kondusif bagi agama non Islam yang menjadi mayoritas di Tuban.

Simpulan dan Saran Simpulan

(7)

Saran

Sebaiknya daerah-daerah lain di Indonesia yang rawan konflik, seperti Ambon dan Poso, meniru apa yang diterapkan oleh kabupaten Tuban agar konflik internal daerah dapat diredam. Masyarakat multikultural bukan merupakan sebuah rintangan melainan sebuah keuntungan bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang maju. Oleh karena itu, sebaiknya pengelolaan masyarakat multikultural harus ditingkatkan.

Daftar Pustaka

1. Moeis, S. (2008). PERKEMBANGAN KELOMPOK DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL. 1st ed. [ebook] Bandung: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH, FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Tersedia pada:

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195903051989011-SYARIF_MOEIS/MAKALAH__5.pdf [Diakses tanggal 5 Nov. 2014].

2. Hidayah, N. (2014). MASYARAKAT MULTIKULTURAL. 1st ed. [ebook] Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Tersedia pada:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/MASYARAKAT %20%20MULTIKULTURAL.pdf [Diakses tanggal 5 Nov. 2014].

(8)

STUDY EXCURSIE 2014 TUGAS INDIVIDU PESERTA

ESAI BEBAS

SOLIDARITAS MASYARAKAT MULTIKULTURAL TUBAN DI TENGAH KEBERAGAMAN DAN KEBHINEKAAN KEHIDUPANNYA

DISUSUN OLEH :

FIRSTA WAHONO FEBRIANTO 011411131022

(ANGGOTA KELOMPOK A3 STUDY EXCURSIE) PENDIDIKAN DOKTER

(9)

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

Referensi

Dokumen terkait

Pada kelompok Intervensi Guided imagery dapat disimpulkan bahwa rata-rata skala nyeri pada pasien post operasi laparatomi sebelum dan setelah dengan menggunakan

Penghapusan titik berdasarkan jarak maksimum yang dilakukan oleh ORC membuat CURE mampu mendeteksi anomali trafik (serangan) dengan lebih baik, berbeda dengan metode eliminasi

Menurutnya, umat Islam menghadapi pilihan kritis : jalan pembaharuan yang menuntut pemikiran kembali secara teliti akan makna agama di dalam dunia modern dengan pengorbanan

Praktik Pengalaman Lapangan meliputi semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sabagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

dapat memblokir beberapa atau sebuah alamat IP yang tidak.. diinginkan, sehingga beberapa website tidak dapat

fenomena tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja yang dihasilkan auditor masih diduga belum optimal. Kepuasan kerja pada dasarnya adalah kebutuhan manusia

(vide “idiom”): “Idiom is a speech form or an expression of a given language that is peculiar to itself grammatically or can not be understood from the individual meanings of

5.2.3 Pengaruh pendidikan kesehatan media pop-up book terhadap tingkat pengetahuan dan sikap PHBS di sekolah siswa kelas II SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru tanggal 8-20