• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL KERJA LAPANGAN MANAJEMEN PEMBES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROPOSAL KERJA LAPANGAN MANAJEMEN PEMBES"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN PEMBESARAN IKAN CUPANG (Betta splendens) DI

BALAI PENGEMBANGAN DAN PENELITIAN BUDIDAYA IKAN HIAS

( BPPBIH ) KOTA DEPOK

Oleh :

Bima Prasetyo Supratman 11/318280/PN/12580 Manajemen Sumberdaya Perikanan

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN Usulan Kerja Lapangan

MANAJEMEN PEMBESARAN IKAN CUPANG (Betta splendens) DI BALAI PENGEMBANGAN DAN PENELITIAN BUDIDAYA IKAN HIAS ( BPPBIH )

KOTA DEPOK

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

BIMA PRASETYO SUPRATMAN 11/318157/PN/12464

Usulan kegiatan ini telah disahkan dan diterima sebagai kelengkapan mata kuliah Kerja Lapangan ( PIB3080 ) yang diselenggarakan oleh Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Yogyakarta, 10 Oktober 2014 Dosen Pembimbing

Ir. Hery Saksono, MA NIP. 19620211 198903 1 001

Tanggal: 10 Oktober 2014

Komisi Kerja Lapangan

Nomor : ...

Ketua Jurusan Perikanan Komisi Kerja Lapangan

Universitas Gadjah Mada PS Manajemen Sumberdaya Perikanan

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan Betta atau dengan sebutan populer ikan cupang (Betta splendens) merupakan salah satu ikan hias yang mempunyai nilai komersial, baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar ekspor. Sebagai ikan hias yang gemar berantem, mempunyai penampilan yang menarik yaitu mempunyai sirip yang relatif panjang dengan spektrum warna yang bagus sedangkan pada ikan betta betina penampilannya kurang menarik, karena siripnya tidak panjang dan warnanya pun tidak cerah sehingga pada ikan betta, jenis kelamin jantan lebih tinggi dibanding jenis kelamin betina. Dengan dasarnya itulah diperlukan upaya memperbanyak produksi ikan Betta jantan, yang dapat dilakukan secara masal

Popularitas cupang sebagai ikan hias tidak perlu di ragukan lagi. Penggemar ikan cupang bukan hanya untuk anak-anak, namun juga bapak-bapak dan para remaja. Sedikit berbeda dengan ikan hias lain, cupang di sukai bukan hanya karena kecantikannya, namun juga karena naluri berkelahinya. Debut cupang sebagai ikan aduan memang bukan berita baru. Di Negara asalnya, ikan ini terkenal sejak ratusan tahun yang lalu sebagai ikan laga. Di sana orang mengadu cupang sambil bertaruh uang. Berbeda dengan Sumatera (Barbus tetrazone) yang sekalipun agresif, namun bisa hidup berdampingan secara damai dengan sesamanya. Ikan cupang justru akan menunjukkan sifat agresifnya bila bertemu sesama jantan, sebaliknya cupang jantan akan diam atau bergerak lambat dan dekat-dekat apabila di campurkan dengan jenis ikan lain (Susanto, 1991).

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias adalah unit pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dibawah koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Balai Penelitian dan PengembanganBudidaya Ikan Hias ini mempunyai beberapa tugas dan fungsi, antara lain :

(1) Riset strategis di bidang budidaya ikan hias air tawar (2) Pelaksanaan penyusunan program dan kerjasama riset

(4)

(4) Pelaksanaan riset komponen teknologi pemuliaan, sistem dan teknologi perikanan air tawar serta pelaksanaan teknik dan penyebarluasan hasil riset.

B. Tujuan

1. Mengetahui sistem pengelolaan budidaya ikan cupang di Balai Pengembangan dan Penelitian Budidayaan Ikan Hias Kota Depok.

2. Memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman kerja dengan terlibat secara langsung dalam kegiatan usaha pembesaran ikan cupang.

3. Mengetahui cara manajemen pembesaran ikan cupang.

C. Manfaat

Kegiatan kerja lapangan diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman mahasiswa mengenai manajemen budidaya perikanan khususnya dalam usaha pembesaran ikan cupang berbasis kelompok beserta permasalahannya dan solusi yang dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan tersebut.

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja lapangan dilaksanakan :

Lokasi : Balai Pengembangan dan Penelitian Budidaya Ikan Hias ( BPPBIH ) Kota Depok, Jawa Barat.

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Susanto (1991), adapun identifikasi dan klasifikasi dari ikan cupang(Betta splendes) adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata Subfilum : Craeniata Class : Osteichthyes Subclass : Actinopterygii Super Ordo : Teleostei

Ordo : Percomorphoidei Subordo : Anabantoidei Famili : Anabantidae Genus : Betta

Spesies : Betta splendens

Cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar yang habitat asalnya ada di beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Ikan ini memiliki bentuk dan karakter yang unik serta cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya.

Cupang adalah salah satu ikan yang kuat bertahan hidup dalam waktu lama, sehingga apabila ikan ini ditempatkan di suatu wadah bervolume air sedikit dan tanpa sirkulasi udara (aerator), ikan ini masih dapat bertahan hidup.

Cupang dikenal sebagai ikan petarung. Namun, di kalangan penggemar, ikan ini umumnya terbagi atas tiga macam, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar. Ketiga jenis ikan ini akan bertarung jika disatukan dalam satu tempat.

(6)

dihiasi warna putih susu, sirip analnya berwarna hijau kebiru-biruan dan memanjang. Lebih lanjut dikemukakannya adalah ikan cupang betina memiliki bentuk tubuh rata - rata lebih kecil daripada ikan cupang jantan. Ikan cupang jantan memiliki panjang tubuh dapat mencapai 5 – 9 cm, sedangkan ikan cupang betina lebih pendek dari ukuran tersebut.

Daya tarik lain dari ikan cupang adalah keindahan warna dan sirip-siripnya, terutama ikan cupang jantan. Ikan ini juga senang berkelahi terhadap sesamanya sehingga di juluki “fighting fish”, tetapi bersikap toleran terhadap ikan jenis lain. Toleransi ikan cupang terhadap temperatur berkisar 28oC. Pertumbuhan ikan cupang relatif cepat sehingga

masa pembesarannya tidak terlalu lama (Perkasa, 2001).

Ciri ikan cupang jantan matang gonad adalah munculnya bintik bintik hitam yang terdapat di sirip punggung jantan, pada tutup insangnyapun sudah ada garis vertikal warna kemerahan, terlihat sibuk dalam mempersiapkan buih – buih dipermukaan sebagai sarang tempat penetasan telur. Umur cupang yang siap untuk melakukan pemijahan yaitu sekitar 6 – 7 bulan dengan panjang 5 – 6 cm. induk harus sehat, tidak cacat dan tidak berpenyakit. Sedangkan pada betina , ciri-ciri kematangan gonad dilihat dari besarnya perut betina dan Pada sisi tubuhnya terdapat 2-3 garis vertikal berwarna kelabu.

Untuk induk betina bentuk badan harus terlihat sehat, di tandai dengan bentuk tubuh bagian perut yang membesar apabila di teliti akan terlihat ada telurnya, bukan membesar karena di beri makanan dan pergerakannya terlihat lambat. Mempunyai sirip ekor, anal dan panggung yang biasa tanpa ada penonjolan jari-jari siripnya (Lingga dan Susanto, 2003).

Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mempunyai alat pernapasan tambahan berupa labirin. Dengan bantuan alat tersebut, ikan cupang dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Dengan demikian dalam pemeliharaan ikan cupang, aerasi tidak harus dipasang sehingga dapat menghemat penggunaan listrik dan sarana sistem aerasi (Susanto, 1992).

(7)

pasangan akan segera menghampiri betina. Lalu betina akan diajak untuk mendekati gelembung udara, dipeluk sehingga keduanya menempel dan tak bergerak. Beberapa saat kemudian, telur keluar dari tubuh betina dan segera dibuahi oleh induk jantan. Telur – telur tersebut ditangkap oleh mulut cupang jantan, lalu ditempelkan di gelembung udara. Penempelan dilakukan dengan cara menyemburkan telur tersebut dari mulutnya (Perkasa, 2001).

Pemijahan di mulai dengan wadah dan air yang sudah siap, lalu kita masukan daun ketapang. Biarkan daun ini mengapung, tujuannya untuk tempat menempelkan busa dan tempat telur ikan. Setelah itu masukan induk jantan, waktu pemasukan induk jantan kedalam wadah pemijahan sebaiknya pagi hari, karena suhu air masih dingin. Biarkan induk jantan selama 1 hari gunanya untuk induk jantan mengenal lingkungannya.Keesokan harinya, masukan toples induk betina kedalam wadah pemijahan tujuannya untuk saling mengenal dulu dan untuk memasukan toples induk betina juga sebaiknya pagi hari dan diamkan selama 1 hari. Ini berguna untuk melihat apakah induk jantan memang benar benar siap untuk memijah.

Menurut Lingga dan Susanto (2003), bila induk jantan memang siap memijah, maka esok hari kita akan melihat busa yang sudah di buat oleh induk jantan. Semakin banyak busa yang di buat menunjukan memang induk jantan sudah siap, ketika itu barulah kita melepas induk betina kedalam wadah. Pelepasan induk betina sebaiknya pada pagi hari, apabila kedua induk memang siap dan baik, maka keesokan hari atau paling lambat 2 hari setelah pemijahan kita akan menemukan busa yang di buat induk jantan sudah berisi telur ikan. Apabila telur ikan sudah banyak sebaiknya induk betina segera di angkat supaya induk betina tidak memakan telurnya, sedangkan induk jantan masih kita biarkan untuk mengeram dan memelihara telurnya.

(8)

Menurut Huda (2009), hari ke 5 setelah burayak menetas sudah bisa di lihat perkembangannya, untuk itu harus di bantu dengan cara memberikan kuning telur yang sudah matang lalu di keringkan dan setelah kering di berikan kepada burayak dan pada hari ke 6 kita sudah bisa memberikan kutu air yang di saring kedalam wadah ini, karena beberapa burayak sudah cukup besar dan dapat memakan kutu air yang di saring. Hari ke 8 induk jantan sudah bisa di angkat dan di pisahkan kedalam toples tersendiri.

Sedangkan burayak yang berumur 8 hari cukup kita beri makan kutu air yang di saring, sampai berumur 1 bulan dan apabila pertumbuhannya pesat bisa di berikan anak cuk (jentik nyamuk) dan cacing sutra secara terbatas serta apabila perkembangan kurang pesat maka makanannya harus tetap kutu air.

Setelah umur 1 bulan burayak sudah dapat di pindahkan kedalam wadah yang lebih besar supaya perkembangganya lebih pesat dari segi makanan sudah bisa di kombinasi antara kutu air, cuk, cacing sutra dan pelet. Setelah burayak berumur 2 - 2,5 bulan, maka sudah dapat di pisahkan dan di pilah mana yang jantan dan betina. Untuk jantan harus di beri wadah tersendiri dan untuk betina masih bisa di campur sesama betina, apabila setelah di seleksi ternyata cupang betina yang dominan maka dapat kita simpulkan salah satu dari induk tersebut kurang baik kualitasnya. Sebaiknya induk betina itu tidak di pijahkan kembali. Apabila baik, maka induk jantan sudah dapat di pijahkan kembali 3 minggu setelah di angkat dari tempat pemijahan (Huda, 2009).

Meskipun cupang dewasa mau menerima makanan kering dan mati, namun untuk memperoleh pertumbuhan maksimal dan warna yang cantik sebaiknya ikan-ikan cupang ini hanya di beri makanan hidup. Makanan hidup seperti cacing sutera, jentik-jentik nyamuk dan kutu air sangat di sukai oleh ikan-ikan cupang (Rudin, 2011).

Menurut Perkasa (2001), bahan pakan alami bagi cupang hias di peroleh dari alam. Bahan pakan tersebut di berikan dalam keadaan hidup tanpa melalui proses terlebih dahulu. Memperoleh pakan alami tidak sulit dan relatif murah. Sarana untuk mendapatkan pakan alami hanya dengan alat sederhana.

(9)

dosis secukupnya. Hal tersebut untuk menjaga ikan cupang dari serangan jamur atau penyakit lainnya (Lesmana, 2005).

Cara lain unntk menjaga kualitas air tetap baik adalah dengan cara memasukan eceng gondok dalam kolam pembesaran, yang berfungsi untuk menyerap racun di sekitar air tersebut dan sekaligus menjadi tempat berteduh bagi burayak/benih cupang. Jangan terlalu banyak memberikan eceng gondok karena eceng gondok dapat menyerap oksigen di dalam air. Eceng gondok yang terlalu banyak dapat menyebabkan kematian bagi burayak karena kekurangan kadar oksigen di dalam air (Perkasa, 2001).

Menurut Kordi (2004), penyakit pada ikan cupang secara fisik banyak di sebabkan oleh microorganisme,cendawan, bakteri dan virus! yang di pengaruhi oleh sani tasi air, dimana tempat ikan cupang itu hidup, kurang higienis dan kurang di perhatikan, atau di sebabkan oleh faktor alam seperti perubahan iklim yang berpengaruh pada perubahan suhu air, sehingga mempengaruhi tumbuh kembangnya cendawan, bakteri,dan virus. Oleh sebab itu kualitas air untuk ikan cupang ini harus tetap dijaga. Penyakit fisik tersebut antara lain busung/sisik nanas, salak, atau hydrops, menceret atau berak putih disebkan oleh virus salmonella sp., valvet/fin rot, yang disebabkan oleh bakteri oodium pillularis, serta borok/ luka yang terinfeksi yang di sebabkan oleh kutu ikanargullus indicus dan lernea cyprinacea.

Penyakit pada ikan cupang non fisik tidak disebabkan oleh microorganisme, tapi disebabkan oleh kurang hati-hati dalam perawatan ikan cupang yang menyebabkan mental dan fisik ikan cupang menjadi sakit, dan cacat dan dapat berakibat menurunnya kesehatan ikan cupang tersebut, sirip kurang mengembang, kurang gairah, tidak nafsu makan,bacul (hilang keberanian/ mental) menggigit sirip sendiri, jelas terlihat tidak sehat (Kordi, 2004).

(10)

tersebut diatas selama kurang lebih 5 jam, kemudian angkat dan rendam kembali kedalam larutan yang sama.

Ketika usia cupang sudah memasuki usia satu bulan, mulai bisa dilakukan pemanenan sekaligus proses penyeleksian atau penyortiran. Ikan cupang yang berkualitas baik serta lolostahap penyortiran dipisahkan dan diletakkan ke dalam botol-botol tersendiri supaya bisa berkembang dengan baik dan terhindar perkelahian.

Cupang harus dikemas secara terpisah karena ikan ini akan bertarung jika disatukan. Wadah pengemasan ikan ini dapat berupa plastik polyethilene berukuran 10 x 20 cm, 12 x 25 cm, dan 14,5 x 29 cm yang dirangkap dua agar tidak mudah bocor. Untuk cupang plakat dan adu, isi setengah kantong plastik dengan air yang telah diendapkan. Kemudian, untuk jenis serit dan halfmoon, isi sepertiga kantong plastik dengan air. Ikan ini dapat bertahan sampai satu minggu di dalam kantong plastik yang suhu udaranya tetap stabil. Setelah dikemas, cupang dapat langsung dijual ke konsumen atau menggunakan jasa pengumpul (pengepul) dan supplier yang biasanya sudah mempunyai jaringan yang luas.

Pembudidaya dapat melakukan penjualan langsung yang umumnya dilakukan di rumah atau lokasi budidaya biasanya menggunakan wadah-wadah berupa botol atau akuarium berukuran 20 x 15 x 15 cm yang ditempatkan pada suatu rak. Ikan-ikan yang diletakkan di rak-rak display ini berkualitas prima, sehingga dijual dengan harga yang relatif tinggi.

Pembudidaya pun dapat melakukan penjualan melalui pengumpul (pengepul) dan supplier. Pengumpul atau pengepul adalah penampung ikan pembudidaya dengan kapasitas pembelian tertentu dan membeli ikan dengan berbagai ukuran. Tidak ada persyaratan khusus agar pengepul mau membeli ikan pada pembudidaya, yang terpenting adalah ikan sehat, tidak cacat, dan ukurannya seragam. Biasanya harga ditentukan oleh pembudidaya, lalu terjadi tawar-menawar sampai kesepakatan harga tercapai antara kedua belah pihak.

(11)

III. RENCANA KERJA

Kegiatan kerja lapangan akan dilaksanakan Januari - Februari 2015. Adapun

rencana kegiatannya adalah sebagai berikut :

No Kegiatan Oktober Januari Februari Maret 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Proposal/Konsultasi

2 Perijinan √ √

3 Pelaksanaan √ √ √ √ √

4 Laporan/Konsultasi √ √ √ √ √

5 Ujian √

(12)
(13)

II. KEADAAN UMUM A. Sejarah

B. Letak geografis C. Struktur Organisasi D. Sarana dan Prasarana

III. PEMBESARAN IKAN CUPANG A. Persiapan kolam/aquarium dan benih

B. Pelaksanaan proses pembesaran ikan mas cupang C. Pelaksanaan pemberian pakan

D. Perawatan rutin kolam/aquarium dan ikan E. Pemanenan

IV. PEMBAHASAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Huda, Syaiful. 2009. Meraup Uang dari Ikan Cupang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kordi, K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT Rineka Cipta dan PT Bina Aksara.Jakarta.

Lesmana, D.S. 2005. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lingga, P. dan H. Susanto. 2003. Ikan Hias Air Tawar Edisi Revisi (Penebar Swadaya. Jakarta). 237 hal.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

1) Agar dapat menambahkan user baru yang dapat menggunakan sistem operasi secara pribadi, dan lebih aman menyimpan data dalam sistem operasi yang memiliki banyak user. 2)

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka teori yang digunakan, maka dapat ditarik hipotesa bahwa upaya Barack Obama dalam mengatasi citra buruk Amerika Serikat di

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

•  Keputusan  kapasitas  dimaksud  untuk  memberikan  besarnya  jumlah  kapasitas  yang  tepat  dan  penyedia  pada  waktu  yang  tepat.  Perencanaan 

Hasil penelitian adalah sebagai berikut : (1) peran kepala sekolah dalam mengembangkan kultur sekolah, yaitu sebagai kepemimpinan, sebagai inovator, sebagai

namun sekarang pada e-Faktur dan e-Nofa, tersedia fasilitas menu approve , dimana transaksi yang dilakukan oleh WP bila sudah diapprove oleh aplikasi nomor seri

Seperti yang telah dilakukan oleh ( Patel , 2011), ( Krishnaswamy , 2009) dan ( Lester , 2005), selama ini penelitian tentang algoritma A-Star (A*) lebih banyak berfokus

Selamat pagi saya ucapkan kepada seluruh wali murid yang senantiasa tetap semangat dalam mendampingi anak-anak selama masa belajar di rumah.. Terkhusus kepada anak- anak