• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TENTANG SUMBER SUMBER HUKUM ISLA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TENTANG SUMBER SUMBER HUKUM ISLA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM

Penyusun

: Kelompok 1

: Deden Maulana

: Nasrullah Alfaruqi

: Rahmat Saepullah

: Rifqi Komara

: Yogi Faisal

Fakultas

: Agama Islam

Jurusan

: Pendidikan Agama Islam

Semester

: VI (Enam)

Kelas

: C (Sore)

Mata Kuliah

: Pembelajaran Fiqih 1

Dosen Pengampu

: H. Ocking Setia Priyatna, Drs, M.Ag

Universitas Ibn Khaldun Bogor

Tahun Ajaran

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan kepada Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada Saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad saw. yang telah membawa umatnya dari jaman kegelapan hingga jaman yang terang benderang seperti saat ini.

Makalah ini berjudul “Sumber-sumber Hukum Islam”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh 1, Program S-I Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan Kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Kami dalam menyelesaikan makalah ini. Untuk itu Kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak H. Ocking Setia Priyatna, Drs, M.Ag selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Fiqih 1, dan kepada para dosen Fakultas Agama Islam yang telah rela memberikan pendidikan sehingga Kami mempunyai pengalaman yang lebih luas.

2. Rekan-rekan senasib seperjuangan yang telah memotivasi Kami agar menyelesaikan makalah ini.

3. Civitas Akademika yang telah membantu Kami dari awal masuk Universitas sampai sekarang.

4. Dan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu Kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan menjadi amal kebajikan dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah swt.. Akhirnya Saya mengharapkan mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun umumnya bagi pembaca. Aamiin.

Bogor, 24 Februari 2014

(3)

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Penulisan...2

BAB II...3

PEMBAHASAN...3

2.1 Pengertian Sumber Hukum Islam...3

2.2 Sumber-sumber Hukum Islam...4

BAB III...11

PENUTUP...11

3.1 Kesimpulan...11

3.2 Saran...11

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung.

Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.

Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.

Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59 yang artinya :” Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil amri di antara kamu ...”. Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak Allah, kehendak Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka sendiri. Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam al Hadis, kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang yang memenuhi syarat karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan.

(5)

ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan hadist.

Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuka ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja sumber hukum islam?

2. Bagaimana kedudukan sumber hukum islam itu?

1.3 Tujuan Penulisan

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sumber Hukum Islam

Hukum menurut bahasa berarti menetapkan sesuatu atau tidak menetapkannya. Sedangkan menurut istilah ahli usul fiqh, hukum adalah perintah Allah SWT yang menuntut mukalaf untuk memilih atau mengerjakan dan tidak mengerjakan, atau menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau penghalang bagi adanya yang lain, sah, batal rukhsah, dan azimah. Maksud sumber hukum adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan, yang bersifat mengikat, yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata.

Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama islam. Dalam konsep hukum islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Yang diatur tidak hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat termasuk dirinya sendiri dan benda serta alam semesta, tetapi juga hubungan manusia dengan tuhan.

Dengan demikian sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan atau pedoman syari’at islam. Pada umumnya ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum Islam adalah al Qur’an dan Hadis. Rasulullah SAW bersabda: “aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah (al Qur’an) dan sunahku (Hadis).” (H.R. Baihaqi).

Dalam sistem hukum islam terdapat lima kaidah yang dipergunakan untuk mengukur perbuatan manusia baik di bidang ibadah maupun dibidang mu’amalah. Kelima jenis kaidah tersebut, dinamakan al-ahkam al-homsyah atau penggolongan hukum yang lima yakni; jaiz

atau mubah, sunat, makruh, wajib, dan haram.

(7)

2.2 Sumber-sumber Hukum Islam

A. Al Qur’an

1. Pengertian Al Qur’an

Secara etimologi Al Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik, Alquran adalah Kalamulllah yang diturunkan pada Rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah.

Alquran berisi perintah dan larangan, ayat yang pertama turun di gua hira pada permulaan Muhammad diangkat menjadi rasul dengan surah al-‘alaq. Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surah al-maa’idah ayat 3.

Alquran terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat, dan 324.345 huruf. Menurut turunnya, wahyu dapat dibagi dua bagian, yaitu: wahyu (surah) yang turun di mekah disebut makkiyah, dan wahyu (surah) yang turun di madinah disebut madaniyah.

2. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber islam

Allah SWT. Menurunkan Al-Qur’an itu, gunanya untuk dijadikan dasar hukum, dan disampaikan kepada ummat manusia untuk diamalkan segala perintahnya dan ditinggalkan segala larangannya, sebagaimana firman Allah :









Artinya :

“ maka berpeganglah kepada apa diwahyukan kepadamu”. (Az-Zukhruf ayat 43)

Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam, sekaligus juga sebagai dalil utama fiqih. Al-Qur’an juga membimbing dan memberikan petunjuk untuk menemukan hukum-hukum yang terkandung dalam sebagian ayat-ayatnya.

(8)

terlebih dahulu berdasarkan dengan Al-Qur’an. Dan apabila menggunakan sumber hukum lain di luar Al-Qur’an, maka harus sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan tidak boleh melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Al-Qur’an.

Hal ini berarati bahwa sumber-sumber hukum selain Al-Qur’an tidak boleh menyalahi apa yang telah ditetapkan Al-Qur’an. Al-Qur’an juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan alam.

3. Pokok-pokok isi Al Qur’an Isi pokok Al Qur’an adalah : a) Tauhid

b) Ibadah

c) Janji dan ancaman d) Sejarah

4. Hukum yang terkandung dalam Al Qur’an

Menurut Abdul Wahab Khallaf hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Quran ada tiga macam, yaitu:

1. Hukum Islam I'tiqadiyah, yakni tingkah laku yang berhubungan dengan orang mukallaf untuk mempercayai Allah, Malaikat-malaikatnya, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya dan hari pembalasan (hari kemudian).

2. Hukum Islam akhlakiyah, yakni hukum-hukum yang berhubungan dengan akhlak (budi pekerti), berupa keutamaan dan menjauhkannya dari kehinaan.

3. Hukum Islam Amaliyah, yakni kontrak (aqad) dan pembelanjaan. Hukum islam amaliyah ini terbagi atas dua cabang hukum, yakni hukum-hukum ibadah, seperti zakat, puasa, nazar dan sebagainya yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya; dan hukum-hukum muamalah, seperti, jinayat, hukuman dan sebagainya, yang mengatur hubungan perseorangan, kelompok maupun antar bangsa.

Maka hukum selain ibadah dalam istilah syara’ disebut hukum muamalah. Sedangkan menurut istilah modern hukum muamalah telah bercabang cabang sesuai dengan hal-hal yang berhubungan dengan muamalah manusia yakni :

(9)

suami istri, dan kerabat. Ayat –ayat mengenai hukum ini dalam Al Qur’an sekitar 70 ayat.

b) Hukum Perdata yaitu : yang berhubungan dengan muamalah antara perorangan ,masyarakat dan persekuatannya, seperti : jual beli,sewa-menyewa , gadai-menggadai, pertanggungan, dll. Dalam Al Qur’an ada 70 ayat.

c) Hukum Pidana yang berhubungan tindakan kriminal setiap mukalaf dan masalah pidananya bagi si pelaku kriminal. Dan dalam Al Qur’an terdapat sekitar 30 ayat. d) Hukum Acara yaitu : yang berhubungan dengan pengadilan , kesaksian , dan

sumpah. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 13 ayat

e) Hukum Ketatanegaraan ,yaitu: yang berhubungan dengan peraturan pemerintahan dan dasar-dasarnya. Dalam Al Qur’an tercatat sekitar 13 ayat .

f) Hukum Internasional, yaitu : yang berhubungan dengan masalah-masalah hubungan antar negara-negara islam dengan bukan negara islam,dan tata cara pergaulan selain muslim di negara islam. Dalam Al Qur’an tercatat sekitar 25 ayat.

g) Hukum Ekonomi dan keuangan ,yaitu: yang berhubungan dengan hak orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian dari harta orang kaya. Dalam Al Qur’an tercatat sekitar 10 ayat.

B. As-Sunah atau Hadits 1. Pengertian

As-Sunnah menurut bahasa adalah jalan atau tuntunan, baik yang terpuji maupun yang tercela.

As-Sunnah menurut istilah syari’at ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri’ (pensyari’atan) bagi ummat Islam.

Adapun hadits menurut bahasa ialah sesuatu yang baru.

(10)

2. Kedudukan Hadits sebagai Sumber Hukum Islam

Al-Hadits adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Sebagai sumber agama dan ajaran Islam, al-Hadits mempunyai peranan penting setelah Al-Quran. Al-Quran sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan.

Ada tiga peranan al-Hadits disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran Islam, yakni sebagai berikut :

a. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam Al-Quran terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh Nabi.

b. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintah- kan manusia mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun dan syarat mendirikan shalat. Nabi lah yang menyebut sambil mencontohkan jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.

c. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23. Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas bahwa larangan tersebut mencegah rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara dua kerabat dekat yang tidak disukai oleh agama Islam.

3. Pembagian Hadits

a. Hadits Qauli (Sunnah dalam bentuk ucapan) ialah segala ucapan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang ada hubungannya dengan tasyri’, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :

هينعايلام هكرت ءرملا ملسإ نسح نم

“Di antara kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya.” HR. Ibnu Majah, Tirmidzi dan Ibnu Hibban

(11)

Contoh:

هتيحل للخاي ناك ملسو هيلع ل ل يبنلا نأ :نافع نب نامثع نع

“Dari ‘Utsman bin ‘Affan bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (apabila berwudhu’), beliau menyela-nyela jenggotnya.” HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah

c. Hadits taqriri ialah segala perbuatan Shahabat yang diketahui oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau membiarkannya (sebagai tanda setuju) dan tidak mengingkarinya.

Contoh:

ملسلا ي هتلمع لمع رأب ب يندح ح لللب ااي :ببللا اةل نع للبل ملسو هيلع ل يل يبنلا لال

ي اا أبوهط رهطتأ مل ينأ ي نع رأبأ لمع لمع ام :لال ،ةنجلا ي ي اي نيب كيلعن فد عمس ينإ

يل أ نأ يل بتك ام أبوهطلا كلذب يل لإ أباهن وأ ليل نم ةعاس

“Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Bilal setelah selesai shalat Shubuh, ‘Wahai Bilal, kabarkanlah kepadaku sebaik-baik amalan yang telah engkau kerjakan dalam Islam, karena aku telah mendengar suara terompahmu di dekatku di Surga?’ Ia menjawab, ‘Sebaik-baik amal yang aku kerjakan ialah, bahwa setiap kali aku berwudhu’ siang atau malam mesti dengan wudhu’ itu aku shalat (sunnah) beberapa raka’at yang dapat aku laksanakan.’” HR. Al-Bukhari dan Muslim

Atau kisah dua Shahabat yang melakukan safar, keduanya tidak menemukan air (untuk wudhu’) sedangkan waktu shalat sudah tiba, lalu keduanya bertayammum dan mengerjakan shalat, kemudian setelah selesai shalat mereka menemukan air sedang waktu shalat masih ada, maka salah seorang dari keduanya mengulangi wudhu’ dan shalatnya, kemudian keduanya mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian itu. Lalu beliau bersabda kepada Shahabat yang tidak mengulangi shalatnya, “Engkau telah berbuat sesuai dengan Sunnah.” Dan kepada yang lain (Shahabat yang mengulangi shalatnya), beliau bersabda, “Engkau mendapatkan dua ganjaran.” HR. Abu Daud dan An Nasa’i.

(12)

C. Ijma (kesepakatan ulil amri) 1. Pengertian

Ijma’ menurut bahasa, artinya : sepakat, setuju, atau sependapat. Dan menurut ilmu fikih, ijma’ artinya, kesatuan pendapat dari ahli-ahli hukum (ulama-ulama fikih) islam dalam satu masalah dalam satu masa dan wilayah tertentu. ijmak tidak boleh bertentangan dengan alquran dan sunah Rasulullah SAW.

Ijma ada dua macam, yaitu:

a. Ijma bayani, adalah pendapat dari para ahli hukum (fikih) yang mengeluarkan pendapatnya untuk menentukan suatu masalah.

b. Ijma sukuti, adalah suatu pendapat dari seseorang atau beberapa ahli hukum, tetapi ahli-ahli hukum lainnya tidak membantah.misalnya, semasa hidup nabi, nabi melakukan salat tarawih sebanyak 8 rakaat di zaman Umar Bin Khattab ra. 20 rakaat tidak ada sahabat yang membantah, maka salat tarawih di terima dengan ijma’ sukuti.

2. Kedudukan Ijma’ Sebagai Sumber Hukum

Kebanyakan ulama menetapkan bahwa ijma' dapat dijadikan hujjah dan sumber hukum islam dalam menetapkan sesuatu hukum dengan nilai kehujjahan bersifat dzhanny. Golongan syi'ah memandang bahwa ijma' ini sebagai hujjah yang harus diamalkan. Sedang ulama-ulama Hanafi dapat menerima ijma' sebagai dasar hukum, baik ijma' qath'iy maupun dzhanny. Sedangkan ulama-ulama Syafi'iyah hanya memegangi ijma' qath'iy dalam menetapkan hukum.

Dalil penetapan ijma' sebagai sumber hukum islam ini antara lain adalah : Firman Allah dalam surat An-Nisa' ayat 59 :





















Artinya :

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya dan Ulil Amri diantara kamu".

Siapakah Ulil Amri yang dimaksud oleh ayat ini? Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan:

(13)

ahli fiqih dan agama. Begitu pula menurut Mujahid, Atha’, Hasan Al Bashri, dan Abu al ‘Aliyah: “Dan Ulil Amri di antara kalian” artinya ulama.”

Sedangkan Imam Ibnu Katsir sendiri mengartikan ulil amri adalah umara (para pemimpin) dan ulama. Berdasarkan hadits Bukhari dan Muslim berikut:

الع نمو ,ينعاطأ ق يرمأ عاطأ نم ,ل الع ق ينالع نمو ,ل عاطأ ق ينعاطأ نم

ينالع ق يرمأ

“Barangsiapa yang taat kepadaku, maka dia telah taat kepada Allah, barangsiapa yang membangkang kepadaku maka dia telah membangkang kepada Allah, barangsiapa yang mentaati amir (pemimpin)ku, maka dia taat kepadaku, dan barangsiapa yang membangkang kepada pemimpinku maka dia telah membangkang kepadaku.” HR. Ibnu Majah

Ijma' ini menempati tingkat ketiga sebagai hukum syar'iy, yaitu setelah Al-Qur'an dan as-Sunnah. Dari pemahaman seperti ini, pada dasarnya ijma' dapat dijadikan alternatif dalam menetapkan hukum sesuatu peristiwa yang di dalam Al-Qu'an atau as-Sunnah tidak ada atau kurang jelas hukumnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

(14)

3.2 Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

-

Muhammad Daut Ali, Prof. H. S.H. 2011. HUKUM ISLAM. Jakarta: Rajawali Pers.

- Abdul Wahhab Khallaf, Prof.Dr. 2000. KAIDAH-KAIDAH HUKUM ISLAM. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

- M.Arifin Hamid, (2011). HUKUM ISlAM Perspektif Keindonesiaan (Sebuah Pengantar dalam Memahami Realitasnya di Indonesia).PT.UMITOHA GRAFIKA : Makassar.

- Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, Juz. 2, Hal. 345.

Referensi

Dokumen terkait

A New York Times, Wall Street Journal, and USA Today bestselling author of more than two dozen titles, Kendall Ryan has sold over 1.5 million books and her books have been

Tanggung jawab perushaan adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap social maupun

Penerapan metode demonstrasi, hasil belajar siswa dari 58 (nilai rata-rata hasil belajar sebelum penelitian) menjadi 69 (siklus I) dan 80 (siklus II). Demikian juga dengan

[r]

Generalisasi di sini terlihat pada kemampuan sebuah sistem jaringan syaraf tiruan yang telah terlatih untuk menghasilkan output yang dapat diterima ketika ia menemukan sebuah

(1) Dalam hal Informasi Publik yang dimohon, baik sebagian atau seluruhnya tidak diberikan pada saat permohonan dilakukan, PPID Kementerian, PPID PTN Badan Hukum, dan PPID

Diketahui bahwa didalam perjanjian internasional terdapat norma – norma atau asas yang berlaku, salah satunya ialah asas Pacta Sunt Servanda yang secara langsung berarti

Capaian indikator kinerja sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 yang mendukung arah kebijakan ini beberapa telah mencapai target yang ditetapkan, yaitu: Jumlah penyiaran