• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Mat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Sains dan Mat"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

206

Survey Sumber Daya Sekolah dan Pelaksanaan Ujian

Praktek Mata Pelajaran Fisika SMA di Kota Palu

Syamsu

*

, Amiruddin Kade, dan Haeruddin

PS Pendidikan Fisika Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta, Km. 10 Tondo, Palu

Alamat email: syamsultan@yahoo.com

Abstrak –Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sumber daya sekolah dan pelaksanaan ujian praktek mata pelajaran fisika sma di Kota Palu. Instrumen yang digunakan berupa angket tentang mekanisme pembuatan ujian praktek, fasilitas peralatan ujian praktek, dan pelaksanaan ujian praktek. Instrumen diberikan pada 10 orang guru fisika dari 4 SMA Negeri yang ada di Kota Palu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua guru telah membuat kisi-kisi ujian praktek sekolah berdasarkan standar kompetensi lulusan, menggunakan tes unjuk kerja, namun tidak memahami tatacara pembuatan rubric, peralatan yang dimiliki sekolah belum lengkap digunakan untuk ujian praktek, peralatan yang dimiliki oleh sekolah telah disesuaikan dengan rancangan materi yang diujikan, namun tidak ada guru yang mencari informasi dan memesan peralatan melalui situs di internet. Hasil lainnya adalah hampir seluruh guru melaksanakan ujian praktek secara berkelompok yang terdiri atas 2 orang siswa, tetapi sebagian besar guru

melaksanakan ujian praktek secara indivual.

Kata Kunci: sumber daya sekolah, ujian praktek, fisika sma.

I. PENDAHULUAN

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, yang berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan dimaksud meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, KTSP harus disusun sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, dan potensi satuan pendidikan (internal) serta lingkungan di daerah setempat.

Terkait dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan sumber daya sekolah dalam upaya pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis laboratoratorium khususnya pelaksanaan ujian praktek mata pelajaran fisika di SMA berdasarkan tuntutan standar sarana dan prasaran agar dapat diperoleh data kesenjangan sumber daya, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaan ujian praktek mata pelajaran fisika di SMA.

Penyelenggaraan pembelajaran di SMA khususnya pelaksanaan ujian praktek, disamping membutuhkan sumber daya yang handal juga memerlukan dukungan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dalam

jenis dan jumlah, baik yang diadakan oleh sekolah secara mandiri maupun melalui pemanfaatan sarana pendidikan yang ada di lingkungan sekolah (outsourcing).

Agar kompetensi sumber daya manusia dan tingkat kecukupan sarana laboratorium di setiap SMA lebih terjamin pemanfaatannya dalam pelaksanaan ujian praktek fisika sesuai tuntutan pembelajaran, diperlukan suatu data konkrit tentang mekanisme pelaksanaan ujian praktek mata pelajaran fisika yang telah dilaksanakan oleh sumber daya manusia/guru fisika di SMA khusunya di Kota Palu.

Fisika merupakan ilmu yang membahas teori berkaitan dengan gejala alam dan keterkaitannya dengan kenyataan. Fisika merupakan mata pelajaran yang berupaya mendidik siswa bukan hanya memiliki ilmu pengetahuan namun juga memiliki keterampilan yang unggul, fisika melatih melakukan penelitian dan pengamatan sesuai proses ilmiah dengan harapan akan menghasilkan karya ilmiah dan sikap ilmiah yang tinggi. Dengan pernyataan tersebut, maka seharusnya pembelajaran fisika dilakukan tidak hanya dengan bercerita, tetapi dibarengi dengan percobaan yang dapat dilakukan di laboratorium [1].

(2)

207

laboratorium. Hal ini karena sebagian guru masih kurang menguasai penggunaan alat-alat praktikum. Dalam kegiatan pembelajarannya, praktikum membutuhkan waktu yang banyak. Namun alokasi waktu yang tersedia tidak sebanding dengan banyaknya materi pelajaran yang harus disampaikan. Selain itu, hasil kegiatan praktikum tidak keluar dalam ujian nasional, dan kegiatan praktikum dirasa sebagai kegiatan yang sia-sia.

Berdasarkan hasil penelitian survey dilapangan tentang kepemilikan KIT praktikum yang dilakukan oleh Kamaluddin [2] ditemukan bahwa dari 20 sekolah yang dijadikan obyek penelitian: 1 4 sekolah memiliki kit mekanika, 1 3 sekolah memiliki kit optik, 1 0 sekolah memiliki kit listrik dan 10 sekolah memiliki kit termodinamika dan 5 sekolah memiliki kit gelombang. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan ujian praktek mata pelajaran fisika khususnya pada jenjang Sekolah Menengah Atas.

Berdasarkan urain di atas maka penelitian survey ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sumber daya sekolah dan pelaksanaan ujian praktek mata pelajaran fisika sma di Kota Palu.

II. METODE PENELITIAN

Untuk mencapai tujuan penelitian maka dikembangkan instrumen melalui tahapan pembuatan, validitasisi, dan perbaikan. Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam pengembangan instrumen antara lain: mengetahui kondisi fasilitas sekolah (terutama peralatan ujian praktek); mengetahui persiapan guru dalam merencanakan fasilitas, penyediaan soal dan tata cara penilaian ujian praktek; mengetahui pelaksanaan ujian praktek di sekolah; mengetahui cara pelaporan ujian praktek di sekolah; mendapatkan informasi berbagai masalah yang dihadapi guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasil ujian praktek; mendapatkan gambaran solusi terkait dengan permasalahan-permasalahan ujian praktek mata pelaaran fisika di sekolah; mendapatkani nformasi hal-hal yang dibutuhkan guru untuk melaksanakan ujian praktek dengan baik; dan mendapatkan contoh soal ujian praktek mata pelajaran Fisika di sekolah.

Instrumen yang digunakan dalam survey berupa angket, pedoman wawancara dan format observasi untuk menggambarkan soal

ujian praktek mata pelajaran fisika di SMA. Kegiatan survey dan wawancara dilakukan di 4 Sekolah Negeri SMA di Kota Palu

Pengolahan data yang digunakan dalam menganalisis hasil survey data di diolah dengan menenetukan frekuensi kecenderungan data dengan menggunakan tafsiran presenta seperti padaTabel 1.

Tabel 1. Tafsiran Hasil Presentase [3]

No Persentase (%) Taksiran

1 0 Tidakada

2 1-25 Sebagian Kecil

3 26-49 Hampir Setengahnya

4 50 Setengahnya

5 51-75 Sebagian Besar

6 76-99 Hampir Seluruhnya

7 100 Seluruhnya

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil

Berdasarkan hasil kegiataan survei diperoleh data yang selanjutnya dihitung presentasenya [3] untuk ditafsirkan, dengan tafsiran hasil presentase (Tabel 1.).

1.1.Persiapan Pembuatan Instrumen Ujian Praktek

 Kegiatan guru dalam mempersiapkan instrument ujian praktek menyatakan bahwa seluruh guru (100%) membuat kisi-kisi ujian, tetapi hampir setengahnya (33,33%) tidak menentukan standar minimal kelulusan. Hal lainnya, tidak ada guru yang melakukan ujicoba task dan rubrik serta menetukan valoditas dan reliabilitas.

 Seluruh guru (100%) membuat kisi-kisi ujian praktek sekolah berdasarkan standar kompetensi lulusan dan hampir seluruh guru (86,67%) mendiskusikan bersama dengan teman sejawat, namun sebagian kecil (20%) tidak berdasarkan keterbatasan peralatan yang dimiliki sekolah.

 Seluruh guru (100%) menggunakan tes unjuk kerja, namun hampir setengahnya (33,33%) juga menggunakan tes tertulis.

(3)

208

jumlah set yang bervariasi dari 4 sampai 5 set.

 Hampir seluruh guru menyatakan (86,67%) soal tes dibuat oleh sekelompok guru fisika yang ditunjuk (MGMP), tetapi sebagian kecil (20%) yang dibuat seorang guru fisika yang ditunjuk.

 Seluruh guru (100%) menyatakan tidak memahami tatacara pembuatan rubrik, baik secara holistik maupun analitik, namun sebagian besar (66,67%) guru telah menetapkan standar kreteria penilaian ujian praktek dalam bentuk rubrik dengan memperhatikan standar kelulusan.

 Seluruh guru (100%) menyatakan bahwa fokus penilian ujian praktek adalah kemampuan merancang kegiatan eksperimen, mengukur, menafsirkan data dan kemampuan melaporkan data, tetapi masih ada sebagian besar guru (53,33%) tidak berfokus pada kemampuan mengamati dan menerapkan konsep.

 Sebagian besar guru (73,33% ) menyatakan bahwa kriteria penilaian tidak diketahui oleh siswa, namun seluruh guru (100%) menyatakan disampaikan secara lisan di dalam kelas.

 Sebagaian besar guru (66,67% ) menyatakan bahwa kreteri penilaian yang digunakan telah didiskusikan, tetapi hampir setengahnya guru (46,67%) menyatakan aturan penilaian telah diujicoba.

 Hampir seluruh guru (86,67%) menyatakan tidak pernah mendapat pelatihan dalam melaksanakan ujian praktek.

 Seluruh guru (100%) menginginkan mendapat pelatihan materi: pembuatan soal, prosedur pelaksanaan dan sistem penilaian ujian praktek.

1.2. Fasilitas Peralatan Ujian Praktek

 Seluruhnya (100%) guru menyatakan menggunakan alat/KIT yang tersedia di sekolah dan hampir seluruh guru (86,67%) menggunakan material lokal untuk melengkapi peralatan ujian praktek, namun hampir setengahnya (20%) guru mewajibkan siswa membawa peralatan sendiri.

 Seluruh guru (100%) menyatakana bahwa peralatan yang dimiliki sekolah

belum lengkap digunakan untuk ujian praktek.

 Seluruh guru (100%) menyatakan peralatan yang dipergunakan untuk ujian praktek juga dipergunakan untuk kegiatan praktek sehari-hari (kegiatan proses pembelajaran).

 Seluruh guru (100%) menyatakan peralatan yang dimiliki oleh sekolah telah disesuaikan dengan rancangan materi yang diujikan. Peralatan yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan praktek adalah KIT termodinamika dan listrik magnet yang lebih baik.

 Tidak ada guru (0%) yang mencari informasi dan memesan peralatan melalui situs di internet, memesan peralatan dengan menggunakan desain sendiri, dan membuat sendiri berdasarkan informasi dari berbagai sumber termasuk internet. Namun, hampir seluruh guru (86,67%) memesan alat sesuai dengan buku katalog, dan hanya sebagian kecil (6,67%) guru yang merancang dan membuat sendiri peralatan yang akan digunakan.

 Seluruh sekolah (100%) melaksanakan ujian praktek di laboratorium, tetapi sebagian kecil (13,33%) mengunakan ruang kelas sebagai tempat pelaksanaan ujian praktek.

 Hampir seluruh sekolah (80%) membentuk kepanitiaan dalam pelaksanaan ujian praktek dengan jumlah panitia yang beranggotakan antara 2 sampai 7 orang.

1.3.Pelaksanaan Ujian Praktek

 Hampir seluruh guru (93,33%) melaksanakan ujian praktek secara berkelompok yang terdiri atas 2 orang siswa, tetapi sebagian besar guru (73,33%) juga melaksanakan ujian praktek secara indivual.

 Dalam satu kali ujian praktek, jumlah paket ujian yang harus diselesaikan menurut hampir setengah guru (33,33%) bervariasi antara satu, dua, dan lebih dari dua.

(4)

209

yang sama, dan ada yang sama dan yang berbeda.

 Hampir seluruhnya (93,33%) guru menyatakan waktu yang disediakan untuk menyelesaikan satu paket ujian praktek adalah 60 menit, dan hanya sebagian kecil (6,67%) yang menyiapkan waktu 90 menit.

 Seluruh guru (100%) melaksanakan ujian praktek pada tahap pelaksanaan praktek dan penyusunan laporan, namun masih terdapat sebagian kecil guru (20%) tidak melaksanakan penilaian pada tahap persiapan pelaksanaan ujian praktek.

 Seluruh guru (100%) menyatakan selama proses penilaian menggunakan rubrik yang telah dirancang dan setiap penilai memiliki persepsi penilaian yang sama terhadap rubrik yang telah dirancang.

 Sebagian kecil guru (13,33%) menyatakan tidak mengalami kesulitan dalam menentukan nilai berdasarkan skor yang telah ditetapkan melalui rubrik, dan hampir setengahnya (46,67%) guru menyatakan bisa memahami batasan kreteria rubrik.

 Hampir seluruh guru (86,67%) menyatakan standar penilaian kelulusan yang telah dibuat berdasarkan literatur, tetapi masih ada sebagian besar guru (66,67%) menyatakan berdasarkan pengalaman guru.

B.Pembahasan

Sekolah pada umumnya telah memiliki. peralatan yang memadai dari segi kuantitas, namun tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan oleh guru baik pada kegiatan pembelajaran maupun ujian praktek. Hal ini disebabkan anggapan sebagian besar guru yang menyatakan metode eksperimen memerlukan waktu yang cukup dan memiliki kerumitan dalam pelaksanaannya. Selain itu, sebagai besar guru tidak pernah mengikuti pelatihan pengelolaan labotarorium khususnya penggunaan KIT.

Guru merasa memerlukan pembekalan materi evaluasi terkait dengan pembuatan rubrik, validitas dan reliabitas rubrik, serta cara menilai kemampuan autentik siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Setiya Utari [4]. Namun sebagaian besar guru telah menggunakan rubrik dalam melaksanakan ujian praktek. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagaian besar guru hanya menggunakan rubrik yang telah tersedia dan tidak mampu menyusun dan mengembang-kan rubrik sesuai dengan materi praktikum yang diujikan. Hal ini diduga disebabkan motivasi guru untuk memahami dan belajar secara bertahap tentang menyusun rubrik masih kurang akibat aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar masih monoton dan kurangnya monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran oleh kepala sekolah dan pengawas. Meskipun sebagian besar guru tersebut telah memiliki sertifikat pendidik.

Hampir seluruh soal ujian praktek yang dikembangkan oleh guru/sekolah telah mengacu kepada kurikulum yang berlaku, namun mekanisme pelaksanaan ujian praktek dari masing-masing sekolah bervariasi dan materi ujian praktek yang juga berbeda. Hal ini disebabkan lemahnya atau hampir dikatakan tidak ada koordinasi antar sekolah melalui MGMP SMA akibat anggapan bahwa pelaksanan ujian praktek laboratorium menjadi kewenangan satuan pendidikan dan bukan merupakan kewajiban untuk selalu melaksanakan ujian praktek, meskipun masing-masing sekolah membentuk kepanitian pelaksanaan ujian praktek pada setiap semester.

IV. KESIMPULAN

Semua guru telah membuat kisi-kisi ujian praktek sekolah berdasarkan standar kompetensi lulusan, menggunakan tes unjuk kerja, namun tidak memahami tatacara pembuatan rubrik, peralatan yang dimiliki sekolah belum lengkap digunakan untuk ujian praktek, peralatan yang dimiliki oleh sekolah telah disesuaikan dengan rancangan materi yang diujikan, namun tidak ada guru yang mencari informasi dan memesan peralatan melalui situs di internet. Hal lainnya adalah hampir seluruh guru melaksanakan ujian praktek secara berkelompok yang terdiri atas 2 orang siswa, tetapi sebagian besar guru melaksanakan ujian praktek secara indivual.

UCAPAN TERIMA KASIH

(5)

210

kepada para guru atas kesediaan, diskusi dan waktunya dalam membantu kami dalam kegiatan penelitian ini.

PUSTAKA RUJUKAN

[1] P. Kurnianto,. 2010. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 6-9 Universitas Negeri Semarang.

[2] Kamaluddin, 2009. Kajian Eksploratif Penggunaan Alat-alat Laboratorium sebagai Sarana Penunjang Pembelajaran Sains pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah di Kota Palu, Laporan Penelitian P3K2, Lemlit Untad, Palu. (tidak dipublikasikan).

[3] Syamsu, Kade. A., Haeruddin., 2013. Pengembangan Model Ujian Praktek Mata Pelajaran Fisika SMA di Kota Palu. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Lembaga Penelitian Universitas Tadulako.

Referensi

Dokumen terkait

4.7 Pengolahan Data Indikator Pengembangan Keprofesionalan Secara Berkelanjutan dengan Melakukan Tindakan Reflektif

[r]

[r]

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Salah satu isi perjanjian antara pengemudi dengan PT Solusi Transportasi Indonesia (GRAB) yang kurang memberi perlindungan hukum bagi pengemudi adalah peran GRAB

Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) sebagai sebuah organisasi profesi yang kita banggakan memang sudah seharusnya memberikan kontribusi yang nyata dalam

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segal a berkat, rahmat kasih-Nya sehingga penulis dapat menyele~aikan skripsi ini sebagai salah satu syarat

Sehubungan dengan hasil evaluasi dokumen kualifikasi saudara, perihal Pekerjaan.. Rehabilit asi Rumah Sakit Umum Daerah Nunukan , maka dengan ini