• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Sistem Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Studi Kasus Pada SDN No. 43 Woja Di Kabupaten Dompu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Evaluasi Sistem Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Studi Kasus Pada SDN No. 43 Woja Di Kabupaten Dompu"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

EVALUASI SISTEM PENYALURAN DANA BANTUAN

OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) STUDI KASUS PADA SDN

NO. 43

WOJA DI KABUPATEN DOMPU

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

S A K I N A H

NIM F 1309080

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan Judul:

EVALUASI SISTEM PENYALURAN DANA BANTUAN

OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) STUDI KASUS PADA SDN

NO. 43

WOJA DI KABUPATEN DOMPU

Surakarta, Januari 2012

Disetujui dan diterima oleh Pembimbing

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima baik oleh team penguji Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Surakarta, Januari 2012

Tim penguji skripsi

1. Falikhatun, Dra. M.

Si, Ak sebagai ketua (...)

NIP. 19681117 199403 2 002

2. Evi Gantyowati, Dra. M.

Si, Ak sebagai pembimbing (...) NIP. 19651001 199412 2 001

3. Setianingtyas H, Dra.

MM. Ak sebagai anggota (...)

(4)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji syukur kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Sistem Penyaluran Dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Studi Kasus Pada SDN No. 43 Woja Di

Kabupaten Dompu” tepat pada waktunya.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari

persyaratan untuk menyelesaikan studi sarjana S-1 Fakultas Ekonomi jurusan

akuntansi Universitas Sebelas Maret/UNS Surakarta.

Proses penulisan skripsi ini tentunya menguras tenaga, waktu dan pikiran.

Namun berkat bantuan dari keluarga, saudara, orang-orang terdekat, dan dosen

pembimbing akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis

menghaturkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Wisnu Untoro, Dr. M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret/UNS Surakarta.

2. Santosa T.H., Drs. M.Si., Ak.selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret/UNS Surakarta.

3. Evi Gantyowati, Dra. M. Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah

dengan sabar meluangkan waktu dan memberikan arahan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. Bapak Muhibuddin, Drs, M.Si selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Dompu dan Bapak H. Murthalib, S. Sos selaku manejer

BOS serta Bapak Syahriar, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 43 Woja yang

telah memberikan izin, bantuan dan keterangan yang penulis butuhkan.

5. Bapak, Ibu tercinta yang tiada henti memberikan do’a dan semangat.

6. Kakak, adik, keponakan dan keluarga lainnya yang senantiasa memberikan

dukungan.

7. Dae Muze untuk setiap waktu dan kesabarannya membantu hingga akhir

penulisan skripsi ini.

(5)

commit to user

v

9. Semua pihak yang telah membantu tidak bisa penulis sebutkan satu per satu

yang telah berkenan memberikan bantuan selama proses penyusunan skripsi

ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, untuk itu penulis harapkan masukan berupa saran maupun kritik dari

seluruh pihak untuk perbaikan. Semoga skripsi ini juga dapat memberi manfaat

bagi penelitian sejenis untuk masa datang. Amin

Surakarta, Januari 2012

(6)

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO iv

ABSTRAK v

A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 8

1. Pengertiaan Sistem... 8

2. Arti dan Pentingnya Pengendalian Penerimaan serta Pengeluaran Kas... 8

3. Tinjauan tentang Pendanaan Pendidikan... 15

4. Tinjauan tentang Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247/PMK07/2010 ... 18

5. Tinjauan tentang Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37 Tahun 2010 ... 21

6. Biaya Operasional Pemerintahan Terkait Sektor Publik ... 29

7. Penelitian Terdahulu Tentang BOS ... 31

(7)

commit to user

1. Metode Pengumpulan Data yang Digunakan dalam Penelitian .... 38

2. Menarik Kesimpulan... 40

BAB IV Analisis dan Hasil Penelitian... 41

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 41

B. Evaluasi Sistem Penyaluran BOS 41

1. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 41

2. Administrasi Keuangan 42

a) Sistem Administrasi Keuangan Dana BOS 42

b) Evaluasi Sistem Administrasi Keuangan Dana BOS 44

3. Pengalokasian Dana BOS 45

a) Sistem Pengalokasian Dana BOS 45

b) Evaluasi Pengalokasian Dana BOS 46

(8)

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Pemikiran 35

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Matriks Penggunaan Dana BOS Pada SDN 43 Woja 49

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 2.2 Flow Chart Penetapan Alokasi Dana BOS 2011

Gambar 2.2 Flow Chart Penyaluran Dana BOS 2011 untuk Sekolah

Negeri

Gambar 4.1 Flow Chart Administrasi Keuangan Dana BOS

Gambar 4.2 Flow Chart Pengalokasian Dana BOS 2011 SDN 43 Woja

Gambar 4.3 Flow Chart Sistem Penyaluran Dana BOS 2011 untuk Sekolah

Negeri (SDN 43 Woja)

Lembar Kerja Individu Sekolah (LKIS) SDN No. 43 Woja Tahun Pelajaran

2011/2012

Profil Sekolah SDN No. 43 Woja

Laporan Individu Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SDN No. 43 Woja)

Tahun Pelajaran 2011/2012

Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) Tahun 2011 SDN No.

(9)

commit to user

(10)

commit to user

ABSTRAK

Evaluasi Sistem Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Studi

Kasus Pada SDN No. 43 Woja Di Kabupaten Dompu

S A K I N A H NIM F 1309080

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem penyaluran dana BOS seperti proses administrasi keuangan, pengalokasian dana dan proses penyaluran serta penggunaan dana BOS studi pada SDN 43 Woja di Kabupaten Dompu. Penelitian ini berusaha meninjau peraturan atau ketentuan yang mendasari pendanaan pendidikan oleh pemerintah pusat maupun daerah, serta meninjau sistem penyaluran pada pengalokasian, penyaluran dan penggunaan dana BOS apakah sudah sesuai dengan petunjuk teknis yang telah dikelarkan pemerintah dalam bentuk Permendiknas No. 37 Tahun 2010 demi untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka Wajib Belajar 9 (sembilan) Tahun yang bermutu.

Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus pada SDN 43 Woja sebagai salah satu sekolah penerima dana BOS dengan cara mewawancarai staf,

manajer BOS, Kepala Sekolah dan bendahara sekolah serta menganalisis annual

report yang didapat langsung dari Dinas (perusahan) dan sekolah tersebut.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem penyaluran dana BOS yang baru tahun 2011 ini berjalan sesuai dengan petunjuk teknis yang dikeluarkan

pemerintah dalam Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37

Tahun 2010. Hanya saja sekolah tidak menganggarkan biaya pengembangan profesi guru serta tidak terdapatnya laporan penggunaan dana yang seharusnya di tempelkan pada dinding sekolah sebagai bentuk laporan kepada masyarakat. Selain itu kami juga tidak melihat pemisahan fungsi yang kurang baik pada pengelolaan keuangan sekolah seperti bendahara dana BOS dipegang oleh guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah.

(11)

commit to user

ABSTRACT

Evaluation of the Distribution on System of School Operational Funds (BOS) Case Study on SDN No. 43 in Distric Woja Dompu

S A K I N A H NIM F 1309080

This study aims to determine how the BOS fund distribution system such as financial administration processes, allocation of funds and distribution processes as well as studies on the use of the funds in the District of SDN 43 Woja Dompu.

This study sought to review the rules or provisions that underlie education funding by central and local governments, as well as review the distribution system on the allocation, distribution and use of the funds are already in accordance with the technical guidance that has been dikelarkan Permendiknas No government in the form. 37 of 2010 in order to ease the burden of financing public education within the framework of Compulsory Education 9 (nine) years of quality.

This research was conducted by the case study method in SDN 43 Woja as one of the schools received BOS funds by interviewing staff, BOS manager, principal and school treasurer and analyze the annual report obtained directly from the office (company) and the school. The results of this study indicate that the system of the new BOS funds in 2011 is run in accordance with technical guidance issued by the government in Appendix I of the Minister of National Education Regulation No. 37 of 2010. It's just not the school budget for teachers' professional development costs and the absence of reports on the funds that should be tacked to the walls of the school as a form of a report to the public. Besides, we also do not see the separation of functions that are less well on school financial management as treasurer of the BOS funds held by teachers appointed by the principal.

(12)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bangsa terutama Pendidikan Dasar menjadi tanggung jawab

Pemerintah. Hal ini dijelaskan dalam pasal 31 ayat (2) Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003 bahwa “setiap warga negara wajib mengikuti

Pendidikan Dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Bagaimana

komitmen pemerintah menyikapi amanat konstitusi ini, padahal Pendidikan

Dasar belum dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat dan biaya

pendidikannya sebagian masih ditanggung masyarakat sendiri. Artinya

Pendidikan Dasar 9 Tahun masih belum benar-benar gratis (Lukman, 2005).

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menjelaskan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun

wajib mengikuti Pendidikan Dasar. Pasal 34 ayat (2) dan (3) disebutkan

bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin dan bertanggung jawab

terhadap terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang Pendidikan

Dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat tanpa

memungut biaya.

Salah satu bentuk pendanaan oleh Pemerintah untuk sekolah adalah

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak Juli tahun

2005, berperan besar dalam percepatan pencapaian program Wajib Belajar

(Wajar) 9 Tahun. Sejak Tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan

(13)

commit to user

hanya berperan untuk mempertahankan Angka Partisipasi Kasar (APK),

namun harus juga berkontribusi besar untuk Peningkatan Mutu Pendidikan

Dasar. Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008

memperjelas jenis-jenis dana pendidikan, serta peran dan tanggung jawab

masing-masing pemangku kepentingan.

Pengelolaan pendanaan yang baik dengan adanya dukungan manajemen

pengelolaan yang handal tentu saja sangat diperlukan dalam usaha perbaikan

pengelolaan dana BOS dengan mekanisme baru 2011. Bagi sekolah penerima

dana bantuan, kas atau dana adalah unsur yang sangat penting dalam

menunjang kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Kas merupakan aktiva yang

paling likuid, paling mudah dipindahkan dan relatif mudah terjadi resiko

penyelewengan. Kas juga merupakan suatu alat pembayaran yang sah dan

mempunyai tingkat mobilitas yang tinggi, sehingga paling sering dijadikan

sasaran penyelewengan dan pencurian terhadap kas tersebut. (Arif Supriatna;

2008)

Keuangan sekolah terutama dana BOS di tingkat SD semestinya tidak

lagi ditangani guru atau Kepala Sekolah, melainkan perlu dibentuknya seksi

Tata Usaha (TU) agar administrasi sekolah dapat berjalan dengan baik dan

terhindar dari kemungkinan manipulasi atau penyelewengan oleh

oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan pengawasan keuangan sekolah

dapat berlansung efektif. Dengan pembagian tugas yang jelas pengawasan

keuangan sekolah dapat diketahui seberapa efektif pengurus sekolah

memanfaatkan sumber daya keuangan dalam menunjang program-program

(14)

commit to user

harus jelas karena berkaitan dengan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada

sekolah penerima dana BOS. Sehingga mekanisme penyaluran dana BOS

dapat sesuai seperti tertera dalam Permendiknas Nomor 247 Tahun 2010

tentang Pedoman Umum dan Alokasi Sementara Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) bagi Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota.

Banyak anggaran kurang transparan. Masyarakat kesulitan mengakses

informasi program BOS sehingga membuka peluang terjadinya

penyelewengan dana BOS. (Saptono Irawan; 2008 ). Khususnya penyaluran

dana BOS di Sekolah Dasar sangat sulit menilai keberhasilan mekanisme

baru BOS 2011 karena tidak ada bagian Tata Usaha yang secara khusus

mengurus penerimaan dan pengeluaran kas sekolah. Atas dasar perlunya

pengawasan dalam menilai keberhasilan suatu program tentu sangatlah

penting dibentuknya sistem administrasi yang baik dalam sebuah Sekolah

Dasar.

Tiga Kemeterian yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam

Negeri dan Kementerian Pendidikan Nasional mulai tahun 2011 akan

mengawal pelaksanaan program BOS. Keterlibatan tiga Kementerian ini

bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan program BOS terkait dengan

perubahan mekanisme penyalurannya. “Jika pada Tahun 2010, penyaluran

dana BOS mengikuti skema APBN yang disaluurkan dari Propinsi langsung

ke sekolah, mulai Tahun 20011 mekanisme berubah menjadi mekanisme

transfer ke Daerah (Kabupaten/Kota) dalam bentuk dana penyesuaian untuk

(15)

commit to user

APBN Tahun 2011” (dikutip dari Mendiknas Mohammad Nuh dalam

bataviase.co.id/2010).

Peraturan Perundang-Undangan Pendidikan di Indonesia yang terus

diperbaharui akan dapat menjawab tuntutan pencapaian Sistem Pendidikan

yang semakin berkualitas di Indonesia khususnya di Kabupaten Dompu.

Pembentukan sebuah sistem pendidikan yang efektif serta masyarakat yang

komprehensif secara keseluruhan tidak bisa dicapai hanya dalam satu

pencapaian sekaligus, pasti memiliki banyak hambatan dan oleh karenanya

diperlukan peraturan perundang-undangan yang jelas jadi tonggak

pencapaian pendidikan.” (dikutip dari Arnodly Laurie, 2010).

Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan BPK-RI, bahwa

pelaksanaan pengelolaan dana BOS yang dilakukan baik oleh jajaran

Departemen Pendidikan Nasional maupun jajaran Departemen Agama masih

membutuhkan perbaikan-perbaikan yang sangat signifikan, antara lain (Media

Pendidikan; 2010):

1. Sistem pengendalian intern atas penetapan alokasi penyaluran,

penggunaan dan pertanggung jawaban dana BOS belum memadai.

Dana BOS belum diterima seko-lah dalam jumlah, waktu dan cara

yang tepat.

2. Dana BOS belum dipergunakan dengan tepat sesuai petunjuk

pe-laksanaan.

3. Tujuan program dana BOS untuk membebaskan beaya pendidikan

(16)

commit to user

Dari uraian diatas kemudian penulis tertarik memilih judul

“EVALUASI SISTEM PENYALURAN DANA BANTUAN

OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) STUDI KASUS PADA SDN NO. 43

WOJA DI KABUPATEN DOMPU”.

B. Perumusan Masalah

Peneliti membatasi penelitian pada penyaluran dana BOS, yaitu

tentang mekanisme pengalokasian, mekanisme penyaluran dan mekanisme

penggunaan dana BOS dari pemerintah sampai akhirnya ke sekolah dan

kemudian dilaporkan kembali penggunaan dana tersebut.

Dalam siklus penyaluran dana BOS terdapat beberapa permasalahan

yang menyangkut sumber daya manusia yang bertugas mengelola

administrasi dana BOS. Hal ini karena masing-masing sekolah kesulitan

dalam menerapkan peraturan yang sudah ada. Khususnya Sekolah Dasar

terkendala karena belum adanya seksi Tata Usaha di sekolah. Sering kali

urusan administrasi dilakukan oleh Kepala Sekolah (Kepsek) atau guru yang

ditunjuk, sehingga Kepsek dan guru tidak dapat fokus pada tugas

masing-masing.

Dari masalah diatas, maka pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme sistem penyaluran dana BOS dari Pemerintah

ke sekolah (terkait mekanisme pengalokasian, penyaluran dan

penggunaan)?

2. Bagaimana evaluasi sistem penyaluran dana BOS pada SDN No. 43

Woja apakah sudah sesuai dengan juknis terkait mekanisme

(17)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Untuk memudahkan penulisan kami merumuskan tujuan penulisan yaitu:

1. Menguraikan gambaran mekanisme penyaluran dana BOS yang

meliputi pengalokasian, penyaluran dan penggunaannya.

2. Evaluasi penyaluran dana BOS studi kasus pada SDN No. 43 Woja

apakah sudah sesuai dengan juknis terkait mekanisme pengalokasian,

penyaluran dan penggunaan.

D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini merupakan pengembangan dari implementasi

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan

Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan

Pemerintah Daerah.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan

sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis dalam rangka

mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan

kemajuan dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat memberi masukan bagi Pemerintah Kabupaten

Dompu dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di daerah,

khususnya masalah pengelolaan program dana BOS juga bagi SDN 43

Woja.

b. Penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan semua pihak dalam rangka

(18)

commit to user

E.Sistematika penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang dalam setiap bab-nya akan

menguraikan mengenai:

BAB I: PENDAHULUAN

Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Landasan teori berisi teori-teori yang mendasari penelitian. Bagian ini

berisi tinjauan tentang Pendanaan Pendidikan, tinjauan tentang Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 247/PMK07/2010, dan tinjauan tentang Lampiran I

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37 Tahun 2010

BAB III: METODE PENELITIAN

Metode penelitian berisi: A) Desain Penelitian; B) Jenis dan Sumber

Data; C) Setting Penelitian; dan D) Analisis Data

BAB IV: ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN

Berisi pelaksanaan penelitian, gambaran umum pelaksanaan kegiatan,

serta analisis dan evaluasi kegiatan sebagai hasil penelitian.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran

(19)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

1. Pengertian Sistem

Sistem adalah suatu kerangka prosedur-prosedur yang saling

berhubungan dan disusun dengan skema yang menyeluruh dengan melalui

suatu kegiatan atau fungsi utama dari suatu entitas tertentu. Prosedur

adalah suatu urutan pekerjaan (clerical), yang baiasanya melibaatkan

beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih. Sehingga penyusunan dapat

menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi

perusahaan yang terjadi menurut W. Gerald Cole (dalam terjemahan

Baridwan; 2002:3)

2. Arti dan Pentingnya Pengendalian Penerimaan serta Pengeluaran Kas

Pengendalian intern dibutuhkan sebagai usaha untuk

mengendalikan setiap kegiatan atau manajemen dalam mencapai tujuan

yang diinginkan. Faktor berikut dapat dipandang sebagai alasan mengapa

SPI diperlukan (Hartadi dalam Arif Supriatna, 2008)

1. Luas dan ukuran kesatuan usaha yang menjadi begitu komplek dan

meluas. Sehingga manajemen harus mempercayai berbagai macam

laporan-laporan dan analisis, untuk mengendalikan operasi secara

efektif.

2. Pengawasan dan penelahaan dengan melihat pada sistem

(20)

commit to user

kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kesalahan atau

ketidakberesan.

3. Tidak praktis apabila akuntan melakukan pemeriksaan secara

keseluruhan dengan keterbatasan uang jasa (fee), tanpa mempercayai

sistem pengendalian intern.

a) Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Definisi lain dari sistem pengendalian intern (Munawir dalam

Arif S; 2008) adalah sistem di dalam suatu organisasi atau perusahaan

yang meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat

terkoordinasi yang digunakan dengan tujuan untuk hal-hal sebagai berikut:

§ Menjaga keamanan harta milik perusahaan

§ Memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi

§ Memajukan efisiensi di dalam organisasi

§ Mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah

ditetapkan, sehingga akan memberikan jaminan bahwa tujuan suatu

usaha akan daat dicapai.

Menurut Hartadi dalam Arif. S; 2008, sistem pengendlaian intern

sebagai suatu alat pengawasan yang mempunyai dua pengertian, yaitu

dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit, yaitu sama dengan internal

check yang merupakan prosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa dan

ketelitian administrasi. Seperti misalnya mencocokkan penjumlahan

mendatar (horizontal) dengan penjumlahan menurun (vertical).

Dalam arti luas istilah tersebut disamakan dengan manajemen

(21)

commit to user

yang digunakan pimpinan perusanaan untuk mengawasi atau

mengendalikan perusahaan. Dalam penelitian pengendalian intern meliputi

struktur organisasi, prosedur, pembukuan dan laporan (administrasi,

anggaran dan standar pemeriksaan intern). Sedangkan definisi menurut

Muladi dan Puradiredja (2002;171-172). Pengendalian intern adalah suatu

proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personal

lain yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang

pencapaian tiga golongan tujuan yaitu: keandalan laporan keuangan,

kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektifitas dan

efisiensi operasi.

b) Pengertian Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

Penerimaan kas dari suatu perusahaan berasal dari dua sumber

utama, penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari

piutang. Berdasarkan pengendalian intern yang baik, sistem penerimaan

kas mengharuskan penerimaan kas dalam bentuk tunai harus segera disetor

ke bank dalam jumlah yang penuh. Dilakukan dengan cara melibatkan

pihak lain, Selain kasir untuk melakukan internal check (Muladi,

2001;445)

c) Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas

Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam penerimaan kas:

1. Organisasi

a. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas

Fungsi penjualan merupakan fungsi operasi yang harus terpisah

(22)

commit to user

ini mengakibatkan setiap penerimaan kas dari penjulan tunai

dilaksanakan oleh dua fungsi yang saling mengecek.

b. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi

Berdasarkan unsur Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang baik,

fungsi akuntansi harus dipisahkan dari kedua fungsi pokok yang

lain, fungsi operasi dan fungsi penyimpanan.

c. Transaksi penjualan tunai harus dilaksnakan oleh fungsi penjualan,

fungsi kas, fungsi penyimpanan, fungsi akuntansi.

Tidak ada transaksi dalam penjualan tunai dapat dilaksanakan

secara lengkap oleh satu fungsi. Dengan dilaksanakannya setiap

tansaksi penjualan tunai, oleh berbagai fungsi akan tercipta adanya

pengecekan intern pekerjaan setiap fungsi tersebut oleh fungsi

lainnya.

2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

a. Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas, dengan cara

membubuhkan cap”lunas” pada faktur penjualan tunai dan

peenempetan pita register kas pada faktur tersebut.

b. Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntasni

dengan cara memberikan tanda faktur penjualan tunai.

3. Praktek yang Sehat

a. Faktur penjualan bernomor urut cetak dan pemakaiannya

(23)

commit to user

b. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor hanya ke

bank hari itu juga dan harus sama dengan transaksi penjulan tunai

attau pada hari kerja berikutnya.

c. Perhitungan saldo kas yang ada ditangani fungsi kas secara

periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.

d) Pengertian Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

Sistem pengeluaran kas dirancang untuk mengendalikan

pengeluaran dengan melalui cek dan pengeluaran kas dengan uang tunai.

Sistem pengeluaran kas dengan cek berhubungan erat dengan sistem

pencatatan utang, sehingga sistem pengeluaran kas dengan cek dibagi

menjadi empat macam:

1. Sistem pengeluaran kas dengan cek dalam account payable system.

2. Sistem pengeluaran kas dengan cek dalam one time voucher system

cash basis.

3. Sistem pengeluaran kas dengn cek dalam one time voucher system

accrual basis.

4. Sistem pengeluaran kas dengan cek dalam buil up voucher payable

system.

Dokumen yang digunakan dalam sistem pengendalian intern

pengeluaran kas adalah cek, bukti kas keluar, cek dan permintaan cek.

Catatan akuntansi yang biasa digunakan yaitu jurnal pengeluaran kas dan

register cek. Fungsi-fungsi yang terkait yaitu fungsi yang memerlukan

(24)

commit to user

Sedangkan sistem pengeluaran kas dengan uang tunai dilaksanakan

melalui dana kas kecil yang diselenggarakan dengan dua macam sistem

yaitu: imprest system dan ftluctuating fund balance system.

Dokumen yang digunakan dalam sistem pengendalian intern

pengeluaran kas dengan kas kecil yaitu dengan bukti kas keluar, cek,

permintaan pengeluaran kas kecil, dan permintaan pengisiankembali kas

kecil. Catatan akuntansi yang digunakan yaitu jurnal pengeluaran kas,

register kas, jurnal pengeluaran dana kas kecil,. Fungsi yang terkai yaitu

fungsi kas, akuntansi, pemegang kas kecil, fungsi yang memerlukan

pembayaran tunai dan pemeriksaan intern.

e) Sistem Pengendalian Intern Pengeluaran Kas

Pengeluaran dengan cek memungkinkan pihak ketiga seperti bank ikut

serta dalam mengawasi pengeluaran kas perusahaan tersebut, dengan cara

membandingkan rekening koran bank yang diterima secara periodik dari

bank. Menurut Muladi (2002:373), untuk melakukan pengawasan atau

pengendalian intern sebaiknya juga harus memperlihatkan elemen-elemen

sistem pengendalian intern diantaranya:

1) Organisasi

a) Fungsi penyimpanan kas harus terpisah dari fungsi akuntasni

b) Transaksi pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh

fungsi penyimpanan kas sejak awal sampai akhir, tanpa campur

tangan dari fungsi lain.

(25)

commit to user

a) Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang

berwenang

b) Debitur biasanya diminta untuk melakukan pembayaran dalam

bentuk cek atas nama atau dengan cara pemindahbukuan

c) Fungsi penagihan dilakukan hanya atas dasar daftar piutang yang

harus ditagih dan dibuat oleh fungsi akuntansi.

d) Pembukuan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan

persetujuan dari yang berwenamg.

e) Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas harus didasarkan pada

bukti kas keluar yang telah mendapat otorisasi dari yang

berwenang dan dilampiri dengan dokumen pendukung yang

lengkap.

3) Praktek yang sehat

a) Saldo kas yang ada ditangan harus dilindungi dari kemungkinan

pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya.

b) Dokumen sumber dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran

kas harus dibubuhi cap “lunas” oleh fungsi penyimpanan kas

setelah transaksi pengeluaran kas dilakukan

c) Penggunaan rekening koran bank yang merupakan informasi dari

pihak ketiga untuk mengecek ketelitian catatan kas oleh unti

organisasi yang tidak terlibat dalam pencatatan dan penyimpanan

kas (bagian pemeriksa intern)

d) Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama

(26)

commit to user

e) Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah kas kecil,

pengeluaran ini dilaukuan dengan dana kas keci dengan sistem

akuntansinya diselenggarakan dengan sistem imprest.

f) Kasir dan para penagih harus diasuransikan

g) Semua nomor cek harus di pertanggungjawabakan oleh bagian

kasir.

3. Tinjauan tentang Pendanaan Pendidikan

Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan

zaman. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab

I pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendanaan pendidikan dalam kacamata UUD 1945 dan

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan. Pendanaan pendidikan yaitu penyediaan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat”.

Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah dan Masyarakat berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan,

dan keberlanjutan. Pengelolaan dana pendidikan dilakukan berdasarkan pada

prinsip keadilan, efisiensi, dan akuntabilitas publik.

Dijelaskan dalam panduan BOS Tahun 2010, Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) diartikan sebagai “Dana bantuan pemerintah yang pada

(27)

commit to user

satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.” Dengan

standar biaya operasi nonpersonalia dana BOS ini dikhususkan untuk

membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai

bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat

melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai

Standar Nasional Pendidikan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 dijelaskan

mengenai jenis-jenis pendanaan atau biaya pendidikan yang menjadi

tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan

Masyarakat. Dalam peraturan tersebut biaya pendidikan dibagi menjadi 3

jenis, yaitu: Biaya Satuan Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan dan/atau

Pengelolaan Pendidikan, serta Biaya Pribadi Peserta Didik.

1. Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan

pada tingkat satuan pendidikan yang meliputi:

a. Biaya investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana,

pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap;

b. Biaya operasi, terdiri dari biaya personalia dan biaya

nonpersonalia. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan

tenaga kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat

pada gaji. Biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau

peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa

daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan

prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi,

(28)

commit to user

c. Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan

kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu

membiayai pendidikannya;

d. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan

kepada peserta didik yang berprestasi.

2. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan adalah

biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh

Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, atau

penyelenggara/ satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.

3. Biaya pribadi peserta didik adalah biaya personal yang meliputi

biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk

bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Yang dimaksud dengan Pemerintah adalah Pemerintah Pusat

sedangkan Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi, Pemerintah

Kabupaten, atau Pemerintah Kota. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib

menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap

warga negara yang berusia 7 s/d 15 Tahun. Tanggung jawab Pemerintah dan

Pemerintah Daerah dalam pendanaan pendidikan sebagai berikut:

a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya memberi

bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang

orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya.

b. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya dapat

(29)

commit to user

Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah wajib menerima biaya nonpersonalia dari Pemerintah atau

Pemerintah Daerah, bila terjadi penolakan terhadap bantuan biaya

nonpersonalia maka satuan pendidikan harus sesuai dengan yang telah

diselenggarakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan satuan pendidikan

dilarang memungut biaya tersebut dari peserta didik, orang tua atau wakil

peserta didik. Jika terjadi pemungutan maka satuan pendidikan tersebut

dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

4. Tinjauan tentang Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247

/PMK07/2010

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247 Tahun 2010 mengatur

tentang Pedoman Umum dan Alokasi Sementara Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) bagi Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota Tahun

Anggaran 2011. Menurut pasal 1 ayat (1) dana Bantuan Operasional Sekolah

yang selanjutnya disebut BOS, merupakan dana yang dialokasikan kepada

Daerah Kabupaten dan Kota untuk meringankan beban masyarakat terhadap

pembiayaan pendidikan dalam rangka Wajib Belajar 9 (sembilan) Tahun yang

bermutu. Menurut pasal 1 ayat (3), alokasi per siswa per tahun dari BOS

Tahun Anggaran 2011 terhitung 1 Januari 2011 antara lain:

a. Alokasi untuk SD/SDLB di Kota adalah sebesar Rp400.000,00

(empat ratus ribu rupiah) per siswa/tahun;

b. Alokasi untuk SD/SDLB di Kabupaten adalah sebesar

Rp397.000,00 (tiga ratus sembilah puluh tujuh ribu rupiah) per

(30)

commit to user

c. Alokasi untuk SMP/SMPLB/SMPT di Kota adalah sebesar

Rp575.000,00 (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) per

siswa/tahun; dan

d. Alokasi untuk SMP/SMPLB/SMPT di Kabupaten adalah sebesar

Rp570.000,00 (lima ratus tujuh puluh ribu rupiah) per siswa/tahun.

Dalam pasal (2) juga dijelaskan bahwa BOS Tahun Anggaran 2011

merupakan komponen “Transfer ke Daerah” sebagaimana ditetapkan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011. BOS

merupakan bagian dari pendapatan daerah dan dianggarkan dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2011 atau

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan Tahun

Anggaran 2011 pada kelompok lain-lain pendapatan yang sah.

Dana BOS ditujukan terutama untuk stimulus bagi daerah dan bukan

sebagai pengganti dari kewajiban daerah untuk menyediakan anggaran

pendidikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah baik untuk BOS

Daerah dan atau Bantuan Operasional Pendidikan. Penggunaan BOS harus

tetap bersinergi dengan BOS Daerah dan atau Bantuan Operasional

Pendidikan.

Dana BOS sebesar Rp16.812.005.760.000,00 (enam belas triliun

delapan ratus dua belas miliar lima juta tujuh ratus enam puluh ribu rupiah)

disediakan untuk daerah melalui penerbitan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2011 atas beban Bagian Anggaran 999.05 (Sistem

Akuntansi Transfer Ke Daerah). Komponen tentang BOS dijelaskan pasal 3

(31)

commit to user

a.Dana BOS yang dialokasikan ke daerah sebesar Rp16.266.039.176.000,00

(enam belas triliun dua ratus enam puluh enam miliar tiga puluh sembilan

juta seratus tujuh puluh enam ribu rupiah) untuk jumlah siswa total

36.751.515 (tiga puluh enam juta tujuh ratus lima puluh satu ribu lima

ratus lima belas) orang yang terdiri dari 27.225.299 (dua puluh tujuh juta

dua ratus dua puluh lima ribu dua ratus sembilan puluh sembilan) orang

siswa SD/SDLB dan 9.526.216 (sembilan juta lima ratus dua puluh enam

ribu dua ratus enam belas) orang siswa SMP/SMPLB/SMPT; dan

b.Dana cadangan BOS (Buffer fund) yang dipergunakan untuk

mengantisipasi bertambahnya jumlah siswa dari perkiraan semula karena

berlakunya Tahun Ajaran 2011/2012 di pertengahan Tahun Anggaran

2011 sebesar Rp545.966.584.000,00 (lima ratus empat puluh lima miliar

sembilan ratus enam puluh enam juta lima ratus delapan puluh empat

ribu rupiah).

Rincian alokasi BOS untuk masing-masing Kabupaten/Kota

ditetapkan berdasarkan data jumlah siswa dari Kementerian Pendidikan

Nasional. Rincian alokasi BOS untuk masing-masing sekolah per

Kabupaten/Kota dihitung berdasarkan data nama sekolah, jumlah sekolah dan

jumlah siswa serta ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dalam

Petunjuk Teknis penggunaan BOS. Alokasi BOS merupakan alokasi

sementara untuk Tahun Anggaran 2011. Dana cadangan BOS (Buffer Fund)

pencairannya dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari Kementerian

Pendidikan Nasional berdasarkan ketersediaan dan perkembangan data

(32)

commit to user

5. Tinjauan tentang Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 37 Tahun 2010

Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun dapat

diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. Pada Tahun

2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada Tahun 2009 telah

mencapai 98,11%, sehingga program Wajar 9 Tahun telah tuntas 7 Tahun

lebih awal dari target deklarasi Education For All (EFA) di Dakar. Program

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005,

telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian program Wajar

9 Tahun. Oleh karena itu, mulai Tahun 2009 Pemerintah telah melakukan

perubahan tujuan, pendekatan dan orientasi program BOS, dari perluasan

akses menuju peningkatan kualitas.

Mulai Tahun 2011 Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

mengalami perubahan mekanisme penyaluran dana, yang semula dari skema

APBN menjadi dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme

transfer ke daerah dalam bentuk Dana Penyesuaian untuk Bantuan

Operasional Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

10 Tahun 2010 tentang APBN 2011.

Menurut Peraturan Mendiknas Nomor 69 Tahun 2009, standar biaya

operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai

kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari

keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan

kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional

(33)

commit to user

untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan

Pendidikan Dasar sebagai pelaksana program Wajib Belajar. Namun

demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang

diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. Secara detail jenis kegiatan yang

boleh dibiayai dari dana BOS dibahas pada bab berikutnya.

Secara umum mekanisme pelaksanaan program yang meliputi

mekanisme alokasi, mekanisme penyaluran dana, dan penggunaan dana.

a) Mekanisme Pengalokasian

1) Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota dengan koordinasi Tim

Manajemen BOS Provinsi menyerahkan data jumlah siswa tiap

sekolah kepada Kementerian Pendidikan Nasional;

2) Atas dasar data jumlah siswa tiap sekolah, Kementerian Pendidikan

Nasional membuat alokasi dana BOS tiap kabupaten/kota, untuk

selanjutnya dikirim ke Kementerian Keuangan;

3) Kementerian Keuangan menetapkan alokasi anggaran sementara

per kabupaten/kota melalui Peraturan Menteri Keuangan;

4) Alokasi prognosa definitif BOS akan ditetapkan, setelah Kementerian

Keuangan menerima data rekonsiliasi mengenai jumlah sekolah dan

jumlah siswa tahun ajaran baru (2011-2012) dari Kementerian

Pendidikan Nasional;

5) Alokasi dana BOS per sekolah negeri ditetapkan oleh Kementerian

Pendidikan Nasional, sedangkan alokasi per sekolah swasta ditetapkan

(34)

commit to user

Daerah) atas usulan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan

data jumlah siswa;

6) Alokasi dana BOS per sekolah untuk periode Januari-Juni 2011

didasarkan jumlah siswa tahun pelajaran 2010-2011, sedangkan

periode Juli-Desember 2011 didasarkan pada data tahun pelajaran

2011-2012.

Untuk alokasi dana BOS per sekolah negeri ditetapkan oleh

Kementerian Pendidikan Nasional, sedangkan alokasi per sekolah swasta

ditetapkan oleh pemerintah daerah (melalui Pejabat Pengelola Keuangan

Daerah) atas usulan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan data

jumlah siswa.

b) Mekanisme Penyaluran Dana

Untuk sekolah yang akan menerima dana BOS diharuskan

mencukupi 2 syarat sebagai berikut:

1) Bagi sekolah yang belum memiliki rekening rutin, harus membuka

nomor rekening atas nama sekolah (tidak boleh atas nama pribadi).

2) Sekolah mengirimkan nomor rekening tersebut kepada Kementerian

Pendidikan Nasional.

Untuk alokasi dana BOS per sekolah periode Januari-Juni 2011

didasarkan jumlah siswa tahun pelajaran 2010-2011, sedangkan periode

Juli-Desember 2011 didasarkan pada data tahun pelajaran 2011-2012.

Tahapan penyaluran dana BOS untuk tahun 2011 dilakukan dengan 2

tahap: tahap pertama, penyaluran BOS dilaksanakan dengan cara

(35)

commit to user

Umum Daerah. Penyaluran Triwulan Pertama, Kedua, dan Ketiga adalah

masing-masing sebesar ¼ (satu perempat) dari alokasi sementara yang

tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan. Penyaluran Triwulan

Keempat sebesar selisih antara penetapan alokasi prognosa definitif BOS

dengan jumlah dana yang telah disalurkan dari Triwulan Pertama sampai

dengan Triwulan Ketiga. Tahap kedua, yaitu penyaluran dana dari Kas

Umum Daerah ke Sekolah.

c) Mekanisme Penggunaan Dana

Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada

kesepakatan dan keputusan bersama anatara Kepala Sekolah/Dewan

Guru dan Komite Sekolah, yang harus di daftar sebagai salah satu

sumber penerimaan dalam RAPBS disamping dana dari sumber lain.

Selanjutnya dana BOS dapat digunakan untuk:

1) Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru.

Biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran,

dan pendaftaran ulang, pembuatan spanduk sekolah bebas pungutan,

serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut ;

2) Pembelian/penggandaan buku teks pelajaran.

§ Jenis buku yang dibeli/digandakan untuk SD adalah satu buku,

yaitu Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, sedangkan

SMP sebanyak 2 buku yaitu (a) Pendidikan Jasmani, Olahraga

(36)

commit to user

§ Jika buku dimaksud belum ada di sekolah/belum mencukupi

sebanyak jumlah siswa, maka sekolah wajib

membeli/menggandakan sebanyak jumlah siswa.

§ Jika jumlah buku telah terpenuhi satu siswa satu buku, baik yang

telah dibeli dari dana BOS maupun dari Pemerintah Daerah, maka

sekolah tidak harus menggunakan dana BOS untuk

pembelian/penggandaan buku tersebut.

§ Dana BOS juga boleh untuk membeli buku teks pelajaran lainnya

yang belum mencukupi sejumlah siswa.

3) Pembiayaan kegiatan pembelajaran

§ Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan

laporan hasil belajar siswa (misalnya untuk fotocopy/

penggandaan soal, honor koreksi ujian dan honor guru dalam

rangka penyusunan rapor siswa).

§ Remedial, pembelajaran, pengayaan, pemantapan persiapan ujian,

olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, Palang Merah

Remaja, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan sejenisnya

(misalnya honor jam mengajar tambahan, biaya transportasi dan

akomodasi siswa/guru dalam rangka mengikuti lomba, fotocopy,

membeli alat olah raga, alat kesenian dan biaya pendaftaran

mengikuti lomba).

(37)

commit to user

§ Digunakan untuk membeli bahan pendukung proses belajar

mengajar seperti buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas,

bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris,

§ Langganan koran/majalah pendidikan, minuman dan makanan

ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah, serta pengadaan

suku cadang alat kantor.

5) Pembiayaan langganan daya dan jasa

· Seperti pembiayaan listrik, air, telepon, internet, termasuk untuk

pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar sekolah.

· Khusus di sekolah yang tidak ada jaringan listrik, dan jika sekolah

tersebut memerlukan listrik untuk proses belajar mengajar di

sekolah, maka diperkenankan untuk membeli genset.

6) Pembiayaan perawatan sekolah

Pembiayaan pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan

jendela, dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.

7) Pembayaran honorarium

· Digunakan untuk membayar honorarium bulanan guru honorer dan

tenaga kependidikan honorer.

· Untuk SD diperbolehkan untuk membayar honor tenaga yang

membantu administrasi BOS.

8) Pengembangan profesi guru

· Dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pelatihan,

(38)

commit to user

· Khusus untuk sekolah yang memperoleh Hibah/Block Grant

pengembangan KKG/MGMP atau sejenisnya pada tahun

anggaran yang sama tidak diperkenankan menggunakan dana

BOS untuk peruntukan yang sama.

9) Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin

· Dipergunakan untuk meringankan biaya transport bagi siswa

miskin.

· Jika dinilai lebih ekonomis, dapat membeli alat transportasi

sederhana untuk menjadi inventaris sekolah (misalnya sepeda,

perahu penyeberangan, dll).

10)Pembiayaan pengelolaan BOS

· Dapat digunakan untuk biaya alat tulis kantor (ATK termasuk tinta

printer, CD dan flash disk), penggandaan, surat-menyurat, insentif

bagi bendahara dalam rangka penyusunan laporan BOS dan biaya

transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT Pos.

· Bila seluruh komponen di atas telah terpenuhi pendanaannya dari

BOS dan masih ada sisa dana maka sisa dana BOS tersebut dapat

digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran dan

mebeler sekolah.

11)Pembelian komputer (desktop/work station) dan printer untuk

kegiatan belajar siswa, masing-masing maksimum 1 unit dalam satu

tahun anggaran.

Dana BOS tidak boleh digunakan:

(39)

commit to user

2. Dipinjamkan kepada pihak lain.

3. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan

memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour (karya

wisata) dan sejenisnya.

4. Membiayai kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD

Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat, atau pihak lainnya,

walaupun pihak sekolah tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut.

Sekolah hanya diperbolehkan menanggung biaya untuk siswa/guru

yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.

5. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru.

6. Membeli pakaian/seragam bagi guru/siswa untuk kepentingan

pribadi (bukan inventaris sekolah).

7. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat.

8. Membangun gedung/ruangan baru.

9. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses

pembelajaran.

10.Menanamkan saham.

11.Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana

pemerintah pusat atau pemerintah daerah secara penuh/wajar,

misalnya guru kontrak/guru bantu.

12.Kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan operasi

sekolah,

13.Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/

(40)

commit to user

diselenggarakan lembaga di luar Dinas Pendidikan

Provinsi/Kabupaten/ Kota dan Kementerian Pendidikan Nasional.

6. Biaya Operasional Pemerintahan Terkait Sektor Publik

Anggaran diartikan sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh

organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya

ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (the process of allocating

resources to unlimited demands) (Freeman; 2003). Pengertian tersebut

mengungkap peran strategis anggaran dalam pengelolaan kekayaan sebuah

organisasi publik. Organisasi sektor publik tentunya berkeinginan

memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, tetapi sering kali

keinginan tersebut terkendala oleh terbatasnya sumber daya yang dimiliki.

Disinilah fungsi dan peran penting anggaran.

Dalam pelaksanaan akuntansi dana, pemerintah membagi kelompok

dananya menjadi dua (Nordiawan Deddi, 2006), yaitu:

1) Expendable Fund, disebut juga Governmental Fund, yang digunakan

untuk belanja operasional/pengurusan keperluan pemerintah sehari-hari.

Dana pemerintah (Governmental Fund) kemudian dibagi menjadi

beberapa dana mengingat pemerintah memiliki beragam keperluan.

Dalam praktik akuntansi pemerintahan, dana pemerintah dibagi

menjadi:

a)Dana Umum (General Fund), digunakan untuk keperluan umum

pemerintah.

Dana umum adalah dana yang berisi tentang pengeluaran dan

(41)

commit to user

yang berdiri sendiri, dana umum merupakan kesatuan entitas

akuntansi yang berdiri sendiri.

b)Dana Proyek Modal (Capital Project Fund), digunakan untuk

membiayai proyek-proyek pembangunan.

c)Dana Pelunasan Utang (Debt Service Fund), digunakan untuk

membiayai utang-utang pemerintah.

2) Non-Expendable Fund, disebut juga Proprietary Fund, yang tidak

boleh dibelanjakan untuk urusan Pemerintah karena telah dipisahkan

dan digunakan untuk aktivitas bisnis.

Dana BOS termasuk dalam Dana Proyek Modal (Capital Project

Fund), yaitu membiayai pembangunan sektor pendidikan guna meningkatkan

mutu Pendidikan Dasar.

Pembiayaan pendidikan menjadi masalah yang sangat penting dalam

keseluruhan pembangunan sistem pendidikan. Uang memang bukanlah

segala-galanya dalam menentukan kualitas pendidikan, tetapi segala kegiatan

pendidikan memerlukan uang. Oleh karena itu jika performance sistem

pendidikan diperbaiki, manajemen penganggarannya juga tidak mungkin

dibiarkan, mengingat bahwa anggaran mesti mendukung kegiatan. Tidak

semua masyarakat Indonesia sepenuhnya menyadari bahwa biaya pendidikan

yang cukup akan dapat mengatasi berbagai masalah pendidikan, meskipun

tidak semua masalah akan dapat dipecahkan secara tuntas (Sudarmanto:

2010).

(42)

commit to user

Penelitian ini didasari oleh penelitian sebelumnya oleh Bukit; 2011

bahwa diperlukan pengawasan keuangan sekolah yang melekat, agar dapat

mengelola keuangan sekolah secara efektif dan efesien. Dengan pengawasan

yang melekat akan dapat diketahui seberapa efektif pengurus sekolah dapat

memanfaatkan sumber daya keuangan dalam menunjang program-program

sekolah. Sehingga dengan pengawasan dan penggunaan keuangan secara

efektif dan efisien, program sekolah yang telah direncanakan akan dapat

terlaksana. Untuk dapat mengefisienkan pengawasan tentu diperlukan

pembagian tugas yang jelas agar sistem pengendalian intern keuangan

sekolah dapat berjalan sesuai PMK No. 247 Tahun 2010 tentang Pedoman

Umum dan Alokasi Sementara Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi

Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2011 yang menjadi

petunjuk teknis bagi pemegang pemerintah (Pusat/Daerah) dan Sekolah.

Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana

terdapat kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab

ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen

pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola

pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk

menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks

ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good

governance itu sendiri. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik,

pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga

legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan

(43)

commit to user

(internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di samping

mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).

Pengelolaan pendanaan yang baik dengan adanya dukungan manajemen

pengelolaan yang handal tentu saja sangat diperlukan dalam usaha perbaikan

pengelolaan dana BOS dengan mekanisme baru 2011. Bagi sekolah penerima

dana bantuan, kas atau dana adalah unsur yang sangat penting dalam

menunjang kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Kas merupakan aktiva yang

paling likuid, paling mudah dipindahkan dan relatif mudah terjadi resiko

penyelewengan. Kas juga merupakan suatu alat pembayaran yang sah dan

mempunyai tingkat mobilitas yang tinggi, sehingga paling sering dijadikan

sasaran penyelewengan dan pencurian terhadap kas tersebut. (Arif Supriatna;

2008).

Ada pula hasil pemeriksaan BPK-RI bahwa pelaksanaan pengelolaan

dana BOS yang dilakukan baik oleh jajaran Departemen Pendidikan Nasional

maupun jajaran Departemen Agama masih membutuhkan

perbaikan-perbaikan yang sangat signifikan, antara lain (Media Pendidikan; 2010):

1. Sistem pengendalian intern atas penetapan alokasi penyaluran,

penggunaan dan pertanggung jawaban dana BOS belum memadai.

Dana BOS belum diterima seko-lah dalam jumlah, waktu dan cara

yang tepat.

2. Dana BOS belum dipergunakan dengan tepat sesuai petunjuk

pe-laksanaan.

3. Tujuan program dana BOS untuk membebaskan biaya pendidikan

(44)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Bagaimana implementasi kebijakan pembiayaan pendidikan di era

otonomi daerah di Kabupaten/Kota dilihat dari aspek regulasi dan mekanisme

penyalurannya? Reformasi pendidikan merupakan sebuah langkah strategis

sebagai respons sekaligus penguatan terhadap reformasi politik yang

ditempuh Pemerintah Indonesia yaitu perubahan sistem pemerintahan dari

sistem sentralistik menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi

kepada daerah.

Pemberian otonomi ini dimaksudkan untuk lebih memandirikan

daerah dan memberdayakan masyarakat sehingga lebih leluasa dalam

mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa sendiri. Hal yang

esensial dari otonomi daerah adalah semakin besarnya tanggung jawab

Daerah untuk mengurus tuntas segala permasalahan yang tercakup di dalam

pembangunan masyarakat di daerahnya, termasuk bidang pendidikan

(Supriadi, 2010). Dengan memberikan peluang yang besar kepada Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan dasar dan menengah

kepada masyarakat.

Kewenangan besar yang dimiliki oleh Daerah dengan Undang-undang

otonomi daerah tentu saja hanya akan bermanfaat apabila diikuti dengan

kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota untuk membuat kebijakan-kebijakan

yang akurat yang diarahkan untuk meningkatkan input dan proses

pembelajaran. Tentang bagaimana mekanisme penyusunan anggaran

(45)

commit to user

pendidikan? Ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan APBD Kabupaten

/Kota masing-masing.

Disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk

kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga

perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan

keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber

lainnya.

Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah

merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk

merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah

lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia

pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan

sarana dan pra sarana sekolah (Weda; 2006).

Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di

sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan

pra sarana, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar

evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan

memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja

peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan

prasarana sekolah.

Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim

pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan

prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif

(46)

commit to user

terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.

Agar program dapat dimonitor dan ditindaklanjuti maka perlu melibatkan

semua pihak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan partisipatif ialah suatu cara pengambilan keputusan

yang terbuka dan demokratis yang melibatkan seluruh stakeholders di dewan

sekolah. Asumsinya jika seseorang diundang untuk pengambilan keputusan,

maka ia kan merasa dihargai, dilibatkan, memiliki, bertanggung jawab.

Pelibatan stakeholders didasarkan keahlian, batas kewenangan, dan

relevansinyan dengan tujuan pengambilan keputusan.

Gambar 2.1 Model Pemikiran

Otonomi daerah

Peraturan Perundang-undangan Implementasi kebijakan

pembiayaan pendidikan

(47)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian studi kasus karena meneliti

keberadaan sistem penyaluran dana BOS dengan mengevaluasi kinerja

pemerintah Kabupaten selaku pelaksana di daerah dan sekolah sebagai objek

penerima dana bantuan pemerintah pada Kabupaten Dompu. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyaluran dana BOS di Kabupaten

dan Kota. Oleh karena itu, studi kasus adalah media yang tepat untuk

melakukan penelitian ini karena studi kasus adalah strategi dipilih untuk

menjawab pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”, ketika peneliti memiliki

kendali yang sedikit terhadap suatu peristiwa dan ketika fokus berada dalam

fenomena terkini dalam konteks nyata.

B. Jenis dan Sumber Data

Metode pengumpulan data untuk studi kasus ini terdiri dari dokumen,

wawancara, pengamatan langsung, dan pengamatan Peneliti menggunakan,

wawancara, analisis dokumen, archival report perusahaan dan voice call untuk

mengumpulkan data.

Wawancara. Penelitian ini menggunakan metode wawancara

terstruktur dan tidak terstruktur, keduanya digunakan untuk mendapatkan

informasi selengkap mungkin dari departemen/bidang pendidikan menengah

(48)

commit to user

pelaporan penyaluran dana BOS. Selain itu juga wawancara dengan kepala

sekolah SDN No. 43 Woja sebagai salah satu sekolah penerima dana BOS.

Analisis dokumen. Dokumen Dinas Pendidikan Kabupaten dan SDN

43 Woja merupakan sumber data yang didapat langsung oleh peneliti untuk

mendukung penelitian ini. Dokumen yang dikumpulkan untuk studi kasus

meliputi dokumen administratif yang berkaitan dengan penelitian. Sedangkan

archival report atau catatan perusahaan (dinas dan sekolah) adalah segala

pernyataan yang tertulis yang dipersiapkan oleh atau untuk individu atau

organisasi dengan tujuan untuk membuktikan suatu kejadian atau menyediakan

catatan.

C.Setting Penelitian

Setting penelitian ini adalah SDN No. 43 Woja Alasan pemilihan

sekolah ini karena terkait dengan Sekolah Dasar sebagai salah satu penerima

dana BOS namun belum memiliki struktur administrasi yang memadai

sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Permendiknas No 37 Tahun 2010

tentang petunjuk teknis penyaluran dana BOS 2011 yang mengalami

perubahan mekanisme penyaluran yang semula dari skema APBN menjadi

dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah

dalam bentuk dana penyesuaian untuk BOS sebagaimana dimaksud dalam

Undang-undang No 10 Tahun 2010 tentang APBN 2011.

Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Kabupaten Dompu ditunjuk

sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam membantu pelaksanaan dan

penyaluran dana BOS di Kabupaten Dompu. Memantau apakah mekanimenya

(49)

commit to user

D.Analisis Data

1. Metode Pengumpulan Data yang Digunakan dalam Penelitian

Sebagian besar data dari penelitian ini diperoleh dari wawancara.

Namun, untuk meningkatkan kredibilitas temuan penelitian maka digunakan

metode pengumpulan data yang lain yaitu pengamatan langsung dan analisis

dokumen serta catatan. Peneliti juga menggunakan media telepon dalam hal

cross chek informasi yang telah didapat dalam wawancara. Kombinasi dari

metode-metode tersebut memungkinkan peneliti untuk menjelaskan

bagaimana penyaluran dana BOS yang benar yang sesuai dengan juknis

pada SDN No. 43 sebagai salah satu sekolah penerima dana BOS.

Pertama, wawancara dilakukan dengan menggunakan kombinasi dua

metode wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan tak terstruktur. Subjek

yang diwawancara khususnya Manajer Tim Manajemen BOS Kabupaten

sebagai salah satu tim pelaksana BOS di Dinas Pendidikan Kabupaten, staf

Dinas Pendidikan Kabupaten, Kepala Sekolah SDNNo. 43 yang memegang

wewenang dan tanggung jawab pengelolaan dana BOS di sekolah dan

seorang guru yang ditunjuk untuk menjadi bendahara BOS pada SDN 43

Woja.

Wawancara dilakukan secara individu dengan durasi antara tiga

puluh menit sampai dua jam. Untuk wawancara yang berdurasi cukup

singkat dicatat secara manual, terutama pertanyaan yang diajukan adalah

seputar pendataan siswa sekolah penerima BOS, penetapan alokasi dana

BOS untuk tiap sekolah, dan mekanisme pelaksanaan penyaluran dana BOS

(50)

commit to user

untuk mengetahui sejauh mana aplikasi yang benar sesuai buku panduan

atau juknis BOS 2011 dan peraturan perundang-undangan yang terbaru.

Yang terakhir adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan pembiayaan

pendidikan pada program BOS yang dilakukan oleh SDN 43 Woja. Kepada

Kepala Sekolah dan bendahara sekolah kami tanyakan dan meminta untuk

di tunjukkan laporan penerimaan dan pengeluaran dana BOS, laporan

pertanggungjawaban dan dokumen-dokumen lain yang sekiranya kami

butuhkan dalam penelitian.

Kedua, analisis annual report dan dokumen internal lainnya. Annual

report ini didapat langsung dari Kepala Sekolah SDN 43 Woja yaitu Bapak

Syahriar, S.Pd dan beberapa data pendukung lain didapat dari ibu Mulyati,

A.Ma selaku guru yang merangkap sebagai bendahara BOS di SDN 43

Woja yang menjalankan fungsi pengadministrasian dan pelaporan keuangan

sekolah tersebut. Peneliti melihat tanggal penyampaian laporan apakah

dilakukan dengan tepat waktu. Ada batasan-batasan tertentu yang ditentukan

oleh sekolah untuk pengambilan data-data tersebut yang bertujuan untuk

menjaga kerahasiaan.

Selain itu, penelitian itu juga menggunakan dokumen-dokumen

yang berisi tentang program BOS yang diperoleh dari buku dan interpretasi

yang didapat dari perpustakaan serta beberapa file tentang BOS dari

internet sehingga dapat dijadikan acuan untuk mengetahui sejauh mana

mekanisme penyaluran BOS yang dilakukan di Kabupaten Dompu. Dari

sejumlah laporan keuangan sekolah yang ada diarsip sekolah kemudian

Gambar

Tabel  4.1 Matriks Penggunaan Dana BOS Pada SDN 43 Woja
Gambar 2.1 Model Pemikiran
Tabel 4.1 Matriks Penggunaan Dana BOS pada SDN 43 Woja

Referensi

Dokumen terkait

The findings revealed that although the language policy in Indonesia has put English language teaching and learning within the framework of communicative

Perkembangan Kota Malang mendorong terjadinya pertambahan penduduk sehingga kepadatan meningkat, hal ini mengakibatkan berkurangnya ketersediaan lahan dan meningkatnya

Ketika peneliti melakukan pertanyaan lebih mendalam yaitu mengapa para informan mengambil produk pembiayaan KUR Mikro Syariah dan bukan produk yang lain, semua informan

Dalam penelitian ini, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo menyetujui bahwa inovasi produk yang dilakukan oleh Blackberry dapat mempengaruhi keputusan pembelian mereka

〔商法八三〕 手形に文字によって記載された金額と算用数字によっ て記載された金額とが異なる場合の手形金額

Pasal 25 (1) Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

Peserta didik bergaya kognitif field-independent memperoleh hasil belajar lebih tinggi pada tes dengan jumlah butir soal banyak, sedang peserta didik bergaya kognitif

Penanganan penderita dengan kelainan adrenal memerlukan pemahaman tentang fisiologi normal dari kelenjar adrenal, medulla dan kortek, anatomi kelenjar adrenal serta struktur jaringan