commit to user
EVALUASI SISTEM PENYALURAN DANA BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) STUDI KASUS PADA SDN
NO. 43
WOJA DI KABUPATEN DOMPU
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
S A K I N A H
NIM F 1309080
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan Judul:
EVALUASI SISTEM PENYALURAN DANA BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) STUDI KASUS PADA SDN
NO. 43
WOJA DI KABUPATEN DOMPU
Surakarta, Januari 2012
Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh team penguji Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Surakarta, Januari 2012
Tim penguji skripsi
1. Falikhatun, Dra. M.
Si, Ak sebagai ketua (...)
NIP. 19681117 199403 2 002
2. Evi Gantyowati, Dra. M.
Si, Ak sebagai pembimbing (...) NIP. 19651001 199412 2 001
3. Setianingtyas H, Dra.
MM. Ak sebagai anggota (...)
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Sistem Penyaluran Dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Studi Kasus Pada SDN No. 43 Woja Di
Kabupaten Dompu” tepat pada waktunya.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari
persyaratan untuk menyelesaikan studi sarjana S-1 Fakultas Ekonomi jurusan
akuntansi Universitas Sebelas Maret/UNS Surakarta.
Proses penulisan skripsi ini tentunya menguras tenaga, waktu dan pikiran.
Namun berkat bantuan dari keluarga, saudara, orang-orang terdekat, dan dosen
pembimbing akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis
menghaturkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Wisnu Untoro, Dr. M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret/UNS Surakarta.
2. Santosa T.H., Drs. M.Si., Ak.selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret/UNS Surakarta.
3. Evi Gantyowati, Dra. M. Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
dengan sabar meluangkan waktu dan memberikan arahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
4. Bapak Muhibuddin, Drs, M.Si selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Dompu dan Bapak H. Murthalib, S. Sos selaku manejer
BOS serta Bapak Syahriar, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 43 Woja yang
telah memberikan izin, bantuan dan keterangan yang penulis butuhkan.
5. Bapak, Ibu tercinta yang tiada henti memberikan do’a dan semangat.
6. Kakak, adik, keponakan dan keluarga lainnya yang senantiasa memberikan
dukungan.
7. Dae Muze untuk setiap waktu dan kesabarannya membantu hingga akhir
penulisan skripsi ini.
commit to user
v
9. Semua pihak yang telah membantu tidak bisa penulis sebutkan satu per satu
yang telah berkenan memberikan bantuan selama proses penyusunan skripsi
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis harapkan masukan berupa saran maupun kritik dari
seluruh pihak untuk perbaikan. Semoga skripsi ini juga dapat memberi manfaat
bagi penelitian sejenis untuk masa datang. Amin
Surakarta, Januari 2012
commit to user
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO iv
ABSTRAK v
A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 8
1. Pengertiaan Sistem... 8
2. Arti dan Pentingnya Pengendalian Penerimaan serta Pengeluaran Kas... 8
3. Tinjauan tentang Pendanaan Pendidikan... 15
4. Tinjauan tentang Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247/PMK07/2010 ... 18
5. Tinjauan tentang Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37 Tahun 2010 ... 21
6. Biaya Operasional Pemerintahan Terkait Sektor Publik ... 29
7. Penelitian Terdahulu Tentang BOS ... 31
commit to user
1. Metode Pengumpulan Data yang Digunakan dalam Penelitian .... 38
2. Menarik Kesimpulan... 40
BAB IV Analisis dan Hasil Penelitian... 41
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 41
B. Evaluasi Sistem Penyaluran BOS 41
1. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 41
2. Administrasi Keuangan 42
a) Sistem Administrasi Keuangan Dana BOS 42
b) Evaluasi Sistem Administrasi Keuangan Dana BOS 44
3. Pengalokasian Dana BOS 45
a) Sistem Pengalokasian Dana BOS 45
b) Evaluasi Pengalokasian Dana BOS 46
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Pemikiran 35
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Matriks Penggunaan Dana BOS Pada SDN 43 Woja 49
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 2.2 Flow Chart Penetapan Alokasi Dana BOS 2011
Gambar 2.2 Flow Chart Penyaluran Dana BOS 2011 untuk Sekolah
Negeri
Gambar 4.1 Flow Chart Administrasi Keuangan Dana BOS
Gambar 4.2 Flow Chart Pengalokasian Dana BOS 2011 SDN 43 Woja
Gambar 4.3 Flow Chart Sistem Penyaluran Dana BOS 2011 untuk Sekolah
Negeri (SDN 43 Woja)
Lembar Kerja Individu Sekolah (LKIS) SDN No. 43 Woja Tahun Pelajaran
2011/2012
Profil Sekolah SDN No. 43 Woja
Laporan Individu Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SDN No. 43 Woja)
Tahun Pelajaran 2011/2012
Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) Tahun 2011 SDN No.
commit to user
commit to user
ABSTRAK
Evaluasi Sistem Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Studi
Kasus Pada SDN No. 43 Woja Di Kabupaten Dompu
S A K I N A H NIM F 1309080
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem penyaluran dana BOS seperti proses administrasi keuangan, pengalokasian dana dan proses penyaluran serta penggunaan dana BOS studi pada SDN 43 Woja di Kabupaten Dompu. Penelitian ini berusaha meninjau peraturan atau ketentuan yang mendasari pendanaan pendidikan oleh pemerintah pusat maupun daerah, serta meninjau sistem penyaluran pada pengalokasian, penyaluran dan penggunaan dana BOS apakah sudah sesuai dengan petunjuk teknis yang telah dikelarkan pemerintah dalam bentuk Permendiknas No. 37 Tahun 2010 demi untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka Wajib Belajar 9 (sembilan) Tahun yang bermutu.
Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus pada SDN 43 Woja sebagai salah satu sekolah penerima dana BOS dengan cara mewawancarai staf,
manajer BOS, Kepala Sekolah dan bendahara sekolah serta menganalisis annual
report yang didapat langsung dari Dinas (perusahan) dan sekolah tersebut.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem penyaluran dana BOS yang baru tahun 2011 ini berjalan sesuai dengan petunjuk teknis yang dikeluarkan
pemerintah dalam Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37
Tahun 2010. Hanya saja sekolah tidak menganggarkan biaya pengembangan profesi guru serta tidak terdapatnya laporan penggunaan dana yang seharusnya di tempelkan pada dinding sekolah sebagai bentuk laporan kepada masyarakat. Selain itu kami juga tidak melihat pemisahan fungsi yang kurang baik pada pengelolaan keuangan sekolah seperti bendahara dana BOS dipegang oleh guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah.
commit to user
ABSTRACT
Evaluation of the Distribution on System of School Operational Funds (BOS) Case Study on SDN No. 43 in Distric Woja Dompu
S A K I N A H NIM F 1309080
This study aims to determine how the BOS fund distribution system such as financial administration processes, allocation of funds and distribution processes as well as studies on the use of the funds in the District of SDN 43 Woja Dompu.
This study sought to review the rules or provisions that underlie education funding by central and local governments, as well as review the distribution system on the allocation, distribution and use of the funds are already in accordance with the technical guidance that has been dikelarkan Permendiknas No government in the form. 37 of 2010 in order to ease the burden of financing public education within the framework of Compulsory Education 9 (nine) years of quality.
This research was conducted by the case study method in SDN 43 Woja as one of the schools received BOS funds by interviewing staff, BOS manager, principal and school treasurer and analyze the annual report obtained directly from the office (company) and the school. The results of this study indicate that the system of the new BOS funds in 2011 is run in accordance with technical guidance issued by the government in Appendix I of the Minister of National Education Regulation No. 37 of 2010. It's just not the school budget for teachers' professional development costs and the absence of reports on the funds that should be tacked to the walls of the school as a form of a report to the public. Besides, we also do not see the separation of functions that are less well on school financial management as treasurer of the BOS funds held by teachers appointed by the principal.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan bangsa terutama Pendidikan Dasar menjadi tanggung jawab
Pemerintah. Hal ini dijelaskan dalam pasal 31 ayat (2) Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 bahwa “setiap warga negara wajib mengikuti
Pendidikan Dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Bagaimana
komitmen pemerintah menyikapi amanat konstitusi ini, padahal Pendidikan
Dasar belum dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat dan biaya
pendidikannya sebagian masih ditanggung masyarakat sendiri. Artinya
Pendidikan Dasar 9 Tahun masih belum benar-benar gratis (Lukman, 2005).
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menjelaskan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun
wajib mengikuti Pendidikan Dasar. Pasal 34 ayat (2) dan (3) disebutkan
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin dan bertanggung jawab
terhadap terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang Pendidikan
Dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat tanpa
memungut biaya.
Salah satu bentuk pendanaan oleh Pemerintah untuk sekolah adalah
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak Juli tahun
2005, berperan besar dalam percepatan pencapaian program Wajib Belajar
(Wajar) 9 Tahun. Sejak Tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan
commit to user
hanya berperan untuk mempertahankan Angka Partisipasi Kasar (APK),
namun harus juga berkontribusi besar untuk Peningkatan Mutu Pendidikan
Dasar. Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008
memperjelas jenis-jenis dana pendidikan, serta peran dan tanggung jawab
masing-masing pemangku kepentingan.
Pengelolaan pendanaan yang baik dengan adanya dukungan manajemen
pengelolaan yang handal tentu saja sangat diperlukan dalam usaha perbaikan
pengelolaan dana BOS dengan mekanisme baru 2011. Bagi sekolah penerima
dana bantuan, kas atau dana adalah unsur yang sangat penting dalam
menunjang kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Kas merupakan aktiva yang
paling likuid, paling mudah dipindahkan dan relatif mudah terjadi resiko
penyelewengan. Kas juga merupakan suatu alat pembayaran yang sah dan
mempunyai tingkat mobilitas yang tinggi, sehingga paling sering dijadikan
sasaran penyelewengan dan pencurian terhadap kas tersebut. (Arif Supriatna;
2008)
Keuangan sekolah terutama dana BOS di tingkat SD semestinya tidak
lagi ditangani guru atau Kepala Sekolah, melainkan perlu dibentuknya seksi
Tata Usaha (TU) agar administrasi sekolah dapat berjalan dengan baik dan
terhindar dari kemungkinan manipulasi atau penyelewengan oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan pengawasan keuangan sekolah
dapat berlansung efektif. Dengan pembagian tugas yang jelas pengawasan
keuangan sekolah dapat diketahui seberapa efektif pengurus sekolah
memanfaatkan sumber daya keuangan dalam menunjang program-program
commit to user
harus jelas karena berkaitan dengan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada
sekolah penerima dana BOS. Sehingga mekanisme penyaluran dana BOS
dapat sesuai seperti tertera dalam Permendiknas Nomor 247 Tahun 2010
tentang Pedoman Umum dan Alokasi Sementara Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) bagi Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota.
Banyak anggaran kurang transparan. Masyarakat kesulitan mengakses
informasi program BOS sehingga membuka peluang terjadinya
penyelewengan dana BOS. (Saptono Irawan; 2008 ). Khususnya penyaluran
dana BOS di Sekolah Dasar sangat sulit menilai keberhasilan mekanisme
baru BOS 2011 karena tidak ada bagian Tata Usaha yang secara khusus
mengurus penerimaan dan pengeluaran kas sekolah. Atas dasar perlunya
pengawasan dalam menilai keberhasilan suatu program tentu sangatlah
penting dibentuknya sistem administrasi yang baik dalam sebuah Sekolah
Dasar.
Tiga Kemeterian yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam
Negeri dan Kementerian Pendidikan Nasional mulai tahun 2011 akan
mengawal pelaksanaan program BOS. Keterlibatan tiga Kementerian ini
bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan program BOS terkait dengan
perubahan mekanisme penyalurannya. “Jika pada Tahun 2010, penyaluran
dana BOS mengikuti skema APBN yang disaluurkan dari Propinsi langsung
ke sekolah, mulai Tahun 20011 mekanisme berubah menjadi mekanisme
transfer ke Daerah (Kabupaten/Kota) dalam bentuk dana penyesuaian untuk
commit to user
APBN Tahun 2011” (dikutip dari Mendiknas Mohammad Nuh dalam
bataviase.co.id/2010).
Peraturan Perundang-Undangan Pendidikan di Indonesia yang terus
diperbaharui akan dapat menjawab tuntutan pencapaian Sistem Pendidikan
yang semakin berkualitas di Indonesia khususnya di Kabupaten Dompu.
“Pembentukan sebuah sistem pendidikan yang efektif serta masyarakat yang
komprehensif secara keseluruhan tidak bisa dicapai hanya dalam satu
pencapaian sekaligus, pasti memiliki banyak hambatan dan oleh karenanya
diperlukan peraturan perundang-undangan yang jelas jadi tonggak
pencapaian pendidikan.” (dikutip dari Arnodly Laurie, 2010).
Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan BPK-RI, bahwa
pelaksanaan pengelolaan dana BOS yang dilakukan baik oleh jajaran
Departemen Pendidikan Nasional maupun jajaran Departemen Agama masih
membutuhkan perbaikan-perbaikan yang sangat signifikan, antara lain (Media
Pendidikan; 2010):
1. Sistem pengendalian intern atas penetapan alokasi penyaluran,
penggunaan dan pertanggung jawaban dana BOS belum memadai.
Dana BOS belum diterima seko-lah dalam jumlah, waktu dan cara
yang tepat.
2. Dana BOS belum dipergunakan dengan tepat sesuai petunjuk
pe-laksanaan.
3. Tujuan program dana BOS untuk membebaskan beaya pendidikan
commit to user
Dari uraian diatas kemudian penulis tertarik memilih judul
“EVALUASI SISTEM PENYALURAN DANA BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) STUDI KASUS PADA SDN NO. 43
WOJA DI KABUPATEN DOMPU”.
B. Perumusan Masalah
Peneliti membatasi penelitian pada penyaluran dana BOS, yaitu
tentang mekanisme pengalokasian, mekanisme penyaluran dan mekanisme
penggunaan dana BOS dari pemerintah sampai akhirnya ke sekolah dan
kemudian dilaporkan kembali penggunaan dana tersebut.
Dalam siklus penyaluran dana BOS terdapat beberapa permasalahan
yang menyangkut sumber daya manusia yang bertugas mengelola
administrasi dana BOS. Hal ini karena masing-masing sekolah kesulitan
dalam menerapkan peraturan yang sudah ada. Khususnya Sekolah Dasar
terkendala karena belum adanya seksi Tata Usaha di sekolah. Sering kali
urusan administrasi dilakukan oleh Kepala Sekolah (Kepsek) atau guru yang
ditunjuk, sehingga Kepsek dan guru tidak dapat fokus pada tugas
masing-masing.
Dari masalah diatas, maka pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme sistem penyaluran dana BOS dari Pemerintah
ke sekolah (terkait mekanisme pengalokasian, penyaluran dan
penggunaan)?
2. Bagaimana evaluasi sistem penyaluran dana BOS pada SDN No. 43
Woja apakah sudah sesuai dengan juknis terkait mekanisme
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Untuk memudahkan penulisan kami merumuskan tujuan penulisan yaitu:
1. Menguraikan gambaran mekanisme penyaluran dana BOS yang
meliputi pengalokasian, penyaluran dan penggunaannya.
2. Evaluasi penyaluran dana BOS studi kasus pada SDN No. 43 Woja
apakah sudah sesuai dengan juknis terkait mekanisme pengalokasian,
penyaluran dan penggunaan.
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini merupakan pengembangan dari implementasi
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan
sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan
kemajuan dunia pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat memberi masukan bagi Pemerintah Kabupaten
Dompu dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di daerah,
khususnya masalah pengelolaan program dana BOS juga bagi SDN 43
Woja.
b. Penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan semua pihak dalam rangka
commit to user
E.Sistematika penulisan
Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang dalam setiap bab-nya akan
menguraikan mengenai:
BAB I: PENDAHULUAN
Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Landasan teori berisi teori-teori yang mendasari penelitian. Bagian ini
berisi tinjauan tentang Pendanaan Pendidikan, tinjauan tentang Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 247/PMK07/2010, dan tinjauan tentang Lampiran I
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37 Tahun 2010
BAB III: METODE PENELITIAN
Metode penelitian berisi: A) Desain Penelitian; B) Jenis dan Sumber
Data; C) Setting Penelitian; dan D) Analisis Data
BAB IV: ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
Berisi pelaksanaan penelitian, gambaran umum pelaksanaan kegiatan,
serta analisis dan evaluasi kegiatan sebagai hasil penelitian.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kerangka prosedur-prosedur yang saling
berhubungan dan disusun dengan skema yang menyeluruh dengan melalui
suatu kegiatan atau fungsi utama dari suatu entitas tertentu. Prosedur
adalah suatu urutan pekerjaan (clerical), yang baiasanya melibaatkan
beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih. Sehingga penyusunan dapat
menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi
perusahaan yang terjadi menurut W. Gerald Cole (dalam terjemahan
Baridwan; 2002:3)
2. Arti dan Pentingnya Pengendalian Penerimaan serta Pengeluaran Kas
Pengendalian intern dibutuhkan sebagai usaha untuk
mengendalikan setiap kegiatan atau manajemen dalam mencapai tujuan
yang diinginkan. Faktor berikut dapat dipandang sebagai alasan mengapa
SPI diperlukan (Hartadi dalam Arif Supriatna, 2008)
1. Luas dan ukuran kesatuan usaha yang menjadi begitu komplek dan
meluas. Sehingga manajemen harus mempercayai berbagai macam
laporan-laporan dan analisis, untuk mengendalikan operasi secara
efektif.
2. Pengawasan dan penelahaan dengan melihat pada sistem
commit to user
kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kesalahan atau
ketidakberesan.
3. Tidak praktis apabila akuntan melakukan pemeriksaan secara
keseluruhan dengan keterbatasan uang jasa (fee), tanpa mempercayai
sistem pengendalian intern.
a) Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Definisi lain dari sistem pengendalian intern (Munawir dalam
Arif S; 2008) adalah sistem di dalam suatu organisasi atau perusahaan
yang meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat
terkoordinasi yang digunakan dengan tujuan untuk hal-hal sebagai berikut:
§ Menjaga keamanan harta milik perusahaan
§ Memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi
§ Memajukan efisiensi di dalam organisasi
§ Mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah
ditetapkan, sehingga akan memberikan jaminan bahwa tujuan suatu
usaha akan daat dicapai.
Menurut Hartadi dalam Arif. S; 2008, sistem pengendlaian intern
sebagai suatu alat pengawasan yang mempunyai dua pengertian, yaitu
dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit, yaitu sama dengan internal
check yang merupakan prosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa dan
ketelitian administrasi. Seperti misalnya mencocokkan penjumlahan
mendatar (horizontal) dengan penjumlahan menurun (vertical).
Dalam arti luas istilah tersebut disamakan dengan manajemen
commit to user
yang digunakan pimpinan perusanaan untuk mengawasi atau
mengendalikan perusahaan. Dalam penelitian pengendalian intern meliputi
struktur organisasi, prosedur, pembukuan dan laporan (administrasi,
anggaran dan standar pemeriksaan intern). Sedangkan definisi menurut
Muladi dan Puradiredja (2002;171-172). Pengendalian intern adalah suatu
proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personal
lain yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan yaitu: keandalan laporan keuangan,
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektifitas dan
efisiensi operasi.
b) Pengertian Sistem Akuntansi Penerimaan Kas
Penerimaan kas dari suatu perusahaan berasal dari dua sumber
utama, penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari
piutang. Berdasarkan pengendalian intern yang baik, sistem penerimaan
kas mengharuskan penerimaan kas dalam bentuk tunai harus segera disetor
ke bank dalam jumlah yang penuh. Dilakukan dengan cara melibatkan
pihak lain, Selain kasir untuk melakukan internal check (Muladi,
2001;445)
c) Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas
Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam penerimaan kas:
1. Organisasi
a. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas
Fungsi penjualan merupakan fungsi operasi yang harus terpisah
commit to user
ini mengakibatkan setiap penerimaan kas dari penjulan tunai
dilaksanakan oleh dua fungsi yang saling mengecek.
b. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
Berdasarkan unsur Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang baik,
fungsi akuntansi harus dipisahkan dari kedua fungsi pokok yang
lain, fungsi operasi dan fungsi penyimpanan.
c. Transaksi penjualan tunai harus dilaksnakan oleh fungsi penjualan,
fungsi kas, fungsi penyimpanan, fungsi akuntansi.
Tidak ada transaksi dalam penjualan tunai dapat dilaksanakan
secara lengkap oleh satu fungsi. Dengan dilaksanakannya setiap
tansaksi penjualan tunai, oleh berbagai fungsi akan tercipta adanya
pengecekan intern pekerjaan setiap fungsi tersebut oleh fungsi
lainnya.
2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
a. Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas, dengan cara
membubuhkan cap”lunas” pada faktur penjualan tunai dan
peenempetan pita register kas pada faktur tersebut.
b. Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntasni
dengan cara memberikan tanda faktur penjualan tunai.
3. Praktek yang Sehat
a. Faktur penjualan bernomor urut cetak dan pemakaiannya
commit to user
b. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor hanya ke
bank hari itu juga dan harus sama dengan transaksi penjulan tunai
attau pada hari kerja berikutnya.
c. Perhitungan saldo kas yang ada ditangani fungsi kas secara
periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.
d) Pengertian Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas
Sistem pengeluaran kas dirancang untuk mengendalikan
pengeluaran dengan melalui cek dan pengeluaran kas dengan uang tunai.
Sistem pengeluaran kas dengan cek berhubungan erat dengan sistem
pencatatan utang, sehingga sistem pengeluaran kas dengan cek dibagi
menjadi empat macam:
1. Sistem pengeluaran kas dengan cek dalam account payable system.
2. Sistem pengeluaran kas dengan cek dalam one time voucher system
cash basis.
3. Sistem pengeluaran kas dengn cek dalam one time voucher system
accrual basis.
4. Sistem pengeluaran kas dengan cek dalam buil up voucher payable
system.
Dokumen yang digunakan dalam sistem pengendalian intern
pengeluaran kas adalah cek, bukti kas keluar, cek dan permintaan cek.
Catatan akuntansi yang biasa digunakan yaitu jurnal pengeluaran kas dan
register cek. Fungsi-fungsi yang terkait yaitu fungsi yang memerlukan
commit to user
Sedangkan sistem pengeluaran kas dengan uang tunai dilaksanakan
melalui dana kas kecil yang diselenggarakan dengan dua macam sistem
yaitu: imprest system dan ftluctuating fund balance system.
Dokumen yang digunakan dalam sistem pengendalian intern
pengeluaran kas dengan kas kecil yaitu dengan bukti kas keluar, cek,
permintaan pengeluaran kas kecil, dan permintaan pengisiankembali kas
kecil. Catatan akuntansi yang digunakan yaitu jurnal pengeluaran kas,
register kas, jurnal pengeluaran dana kas kecil,. Fungsi yang terkai yaitu
fungsi kas, akuntansi, pemegang kas kecil, fungsi yang memerlukan
pembayaran tunai dan pemeriksaan intern.
e) Sistem Pengendalian Intern Pengeluaran Kas
Pengeluaran dengan cek memungkinkan pihak ketiga seperti bank ikut
serta dalam mengawasi pengeluaran kas perusahaan tersebut, dengan cara
membandingkan rekening koran bank yang diterima secara periodik dari
bank. Menurut Muladi (2002:373), untuk melakukan pengawasan atau
pengendalian intern sebaiknya juga harus memperlihatkan elemen-elemen
sistem pengendalian intern diantaranya:
1) Organisasi
a) Fungsi penyimpanan kas harus terpisah dari fungsi akuntasni
b) Transaksi pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh
fungsi penyimpanan kas sejak awal sampai akhir, tanpa campur
tangan dari fungsi lain.
commit to user
a) Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang
berwenang
b) Debitur biasanya diminta untuk melakukan pembayaran dalam
bentuk cek atas nama atau dengan cara pemindahbukuan
c) Fungsi penagihan dilakukan hanya atas dasar daftar piutang yang
harus ditagih dan dibuat oleh fungsi akuntansi.
d) Pembukuan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan
persetujuan dari yang berwenamg.
e) Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas harus didasarkan pada
bukti kas keluar yang telah mendapat otorisasi dari yang
berwenang dan dilampiri dengan dokumen pendukung yang
lengkap.
3) Praktek yang sehat
a) Saldo kas yang ada ditangan harus dilindungi dari kemungkinan
pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya.
b) Dokumen sumber dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran
kas harus dibubuhi cap “lunas” oleh fungsi penyimpanan kas
setelah transaksi pengeluaran kas dilakukan
c) Penggunaan rekening koran bank yang merupakan informasi dari
pihak ketiga untuk mengecek ketelitian catatan kas oleh unti
organisasi yang tidak terlibat dalam pencatatan dan penyimpanan
kas (bagian pemeriksa intern)
d) Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama
commit to user
e) Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah kas kecil,
pengeluaran ini dilaukuan dengan dana kas keci dengan sistem
akuntansinya diselenggarakan dengan sistem imprest.
f) Kasir dan para penagih harus diasuransikan
g) Semua nomor cek harus di pertanggungjawabakan oleh bagian
kasir.
3. Tinjauan tentang Pendanaan Pendidikan
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab
I pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendanaan pendidikan dalam kacamata UUD 1945 dan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dapat dijelaskan sebagai berikut:
“Dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan. Pendanaan pendidikan yaitu penyediaan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat”.
Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan Masyarakat berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan,
dan keberlanjutan. Pengelolaan dana pendidikan dilakukan berdasarkan pada
prinsip keadilan, efisiensi, dan akuntabilitas publik.
Dijelaskan dalam panduan BOS Tahun 2010, Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) diartikan sebagai “Dana bantuan pemerintah yang pada
commit to user
satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.” Dengan
standar biaya operasi nonpersonalia dana BOS ini dikhususkan untuk
membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai
bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat
melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai
Standar Nasional Pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 dijelaskan
mengenai jenis-jenis pendanaan atau biaya pendidikan yang menjadi
tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
Masyarakat. Dalam peraturan tersebut biaya pendidikan dibagi menjadi 3
jenis, yaitu: Biaya Satuan Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan dan/atau
Pengelolaan Pendidikan, serta Biaya Pribadi Peserta Didik.
1. Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan yang meliputi:
a. Biaya investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap;
b. Biaya operasi, terdiri dari biaya personalia dan biaya
nonpersonalia. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan
tenaga kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat
pada gaji. Biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa
daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi,
commit to user
c. Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu
membiayai pendidikannya;
d. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik yang berprestasi.
2. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan adalah
biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, atau
penyelenggara/ satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.
3. Biaya pribadi peserta didik adalah biaya personal yang meliputi
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan Pemerintah adalah Pemerintah Pusat
sedangkan Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi, Pemerintah
Kabupaten, atau Pemerintah Kota. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap
warga negara yang berusia 7 s/d 15 Tahun. Tanggung jawab Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dalam pendanaan pendidikan sebagai berikut:
a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya memberi
bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang
orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya.
b. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya dapat
commit to user
Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah wajib menerima biaya nonpersonalia dari Pemerintah atau
Pemerintah Daerah, bila terjadi penolakan terhadap bantuan biaya
nonpersonalia maka satuan pendidikan harus sesuai dengan yang telah
diselenggarakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan satuan pendidikan
dilarang memungut biaya tersebut dari peserta didik, orang tua atau wakil
peserta didik. Jika terjadi pemungutan maka satuan pendidikan tersebut
dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
4. Tinjauan tentang Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247
/PMK07/2010
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247 Tahun 2010 mengatur
tentang Pedoman Umum dan Alokasi Sementara Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) bagi Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota Tahun
Anggaran 2011. Menurut pasal 1 ayat (1) dana Bantuan Operasional Sekolah
yang selanjutnya disebut BOS, merupakan dana yang dialokasikan kepada
Daerah Kabupaten dan Kota untuk meringankan beban masyarakat terhadap
pembiayaan pendidikan dalam rangka Wajib Belajar 9 (sembilan) Tahun yang
bermutu. Menurut pasal 1 ayat (3), alokasi per siswa per tahun dari BOS
Tahun Anggaran 2011 terhitung 1 Januari 2011 antara lain:
a. Alokasi untuk SD/SDLB di Kota adalah sebesar Rp400.000,00
(empat ratus ribu rupiah) per siswa/tahun;
b. Alokasi untuk SD/SDLB di Kabupaten adalah sebesar
Rp397.000,00 (tiga ratus sembilah puluh tujuh ribu rupiah) per
commit to user
c. Alokasi untuk SMP/SMPLB/SMPT di Kota adalah sebesar
Rp575.000,00 (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) per
siswa/tahun; dan
d. Alokasi untuk SMP/SMPLB/SMPT di Kabupaten adalah sebesar
Rp570.000,00 (lima ratus tujuh puluh ribu rupiah) per siswa/tahun.
Dalam pasal (2) juga dijelaskan bahwa BOS Tahun Anggaran 2011
merupakan komponen “Transfer ke Daerah” sebagaimana ditetapkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011. BOS
merupakan bagian dari pendapatan daerah dan dianggarkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2011 atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan Tahun
Anggaran 2011 pada kelompok lain-lain pendapatan yang sah.
Dana BOS ditujukan terutama untuk stimulus bagi daerah dan bukan
sebagai pengganti dari kewajiban daerah untuk menyediakan anggaran
pendidikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah baik untuk BOS
Daerah dan atau Bantuan Operasional Pendidikan. Penggunaan BOS harus
tetap bersinergi dengan BOS Daerah dan atau Bantuan Operasional
Pendidikan.
Dana BOS sebesar Rp16.812.005.760.000,00 (enam belas triliun
delapan ratus dua belas miliar lima juta tujuh ratus enam puluh ribu rupiah)
disediakan untuk daerah melalui penerbitan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2011 atas beban Bagian Anggaran 999.05 (Sistem
Akuntansi Transfer Ke Daerah). Komponen tentang BOS dijelaskan pasal 3
commit to user
a.Dana BOS yang dialokasikan ke daerah sebesar Rp16.266.039.176.000,00
(enam belas triliun dua ratus enam puluh enam miliar tiga puluh sembilan
juta seratus tujuh puluh enam ribu rupiah) untuk jumlah siswa total
36.751.515 (tiga puluh enam juta tujuh ratus lima puluh satu ribu lima
ratus lima belas) orang yang terdiri dari 27.225.299 (dua puluh tujuh juta
dua ratus dua puluh lima ribu dua ratus sembilan puluh sembilan) orang
siswa SD/SDLB dan 9.526.216 (sembilan juta lima ratus dua puluh enam
ribu dua ratus enam belas) orang siswa SMP/SMPLB/SMPT; dan
b.Dana cadangan BOS (Buffer fund) yang dipergunakan untuk
mengantisipasi bertambahnya jumlah siswa dari perkiraan semula karena
berlakunya Tahun Ajaran 2011/2012 di pertengahan Tahun Anggaran
2011 sebesar Rp545.966.584.000,00 (lima ratus empat puluh lima miliar
sembilan ratus enam puluh enam juta lima ratus delapan puluh empat
ribu rupiah).
Rincian alokasi BOS untuk masing-masing Kabupaten/Kota
ditetapkan berdasarkan data jumlah siswa dari Kementerian Pendidikan
Nasional. Rincian alokasi BOS untuk masing-masing sekolah per
Kabupaten/Kota dihitung berdasarkan data nama sekolah, jumlah sekolah dan
jumlah siswa serta ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dalam
Petunjuk Teknis penggunaan BOS. Alokasi BOS merupakan alokasi
sementara untuk Tahun Anggaran 2011. Dana cadangan BOS (Buffer Fund)
pencairannya dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari Kementerian
Pendidikan Nasional berdasarkan ketersediaan dan perkembangan data
commit to user
5. Tinjauan tentang Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 37 Tahun 2010
Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun dapat
diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. Pada Tahun
2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada Tahun 2009 telah
mencapai 98,11%, sehingga program Wajar 9 Tahun telah tuntas 7 Tahun
lebih awal dari target deklarasi Education For All (EFA) di Dakar. Program
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005,
telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian program Wajar
9 Tahun. Oleh karena itu, mulai Tahun 2009 Pemerintah telah melakukan
perubahan tujuan, pendekatan dan orientasi program BOS, dari perluasan
akses menuju peningkatan kualitas.
Mulai Tahun 2011 Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
mengalami perubahan mekanisme penyaluran dana, yang semula dari skema
APBN menjadi dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme
transfer ke daerah dalam bentuk Dana Penyesuaian untuk Bantuan
Operasional Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2010 tentang APBN 2011.
Menurut Peraturan Mendiknas Nomor 69 Tahun 2009, standar biaya
operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari
keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan
kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional
commit to user
untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan
Pendidikan Dasar sebagai pelaksana program Wajib Belajar. Namun
demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang
diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. Secara detail jenis kegiatan yang
boleh dibiayai dari dana BOS dibahas pada bab berikutnya.
Secara umum mekanisme pelaksanaan program yang meliputi
mekanisme alokasi, mekanisme penyaluran dana, dan penggunaan dana.
a) Mekanisme Pengalokasian
1) Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota dengan koordinasi Tim
Manajemen BOS Provinsi menyerahkan data jumlah siswa tiap
sekolah kepada Kementerian Pendidikan Nasional;
2) Atas dasar data jumlah siswa tiap sekolah, Kementerian Pendidikan
Nasional membuat alokasi dana BOS tiap kabupaten/kota, untuk
selanjutnya dikirim ke Kementerian Keuangan;
3) Kementerian Keuangan menetapkan alokasi anggaran sementara
per kabupaten/kota melalui Peraturan Menteri Keuangan;
4) Alokasi prognosa definitif BOS akan ditetapkan, setelah Kementerian
Keuangan menerima data rekonsiliasi mengenai jumlah sekolah dan
jumlah siswa tahun ajaran baru (2011-2012) dari Kementerian
Pendidikan Nasional;
5) Alokasi dana BOS per sekolah negeri ditetapkan oleh Kementerian
Pendidikan Nasional, sedangkan alokasi per sekolah swasta ditetapkan
commit to user
Daerah) atas usulan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan
data jumlah siswa;
6) Alokasi dana BOS per sekolah untuk periode Januari-Juni 2011
didasarkan jumlah siswa tahun pelajaran 2010-2011, sedangkan
periode Juli-Desember 2011 didasarkan pada data tahun pelajaran
2011-2012.
Untuk alokasi dana BOS per sekolah negeri ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan Nasional, sedangkan alokasi per sekolah swasta
ditetapkan oleh pemerintah daerah (melalui Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah) atas usulan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan data
jumlah siswa.
b) Mekanisme Penyaluran Dana
Untuk sekolah yang akan menerima dana BOS diharuskan
mencukupi 2 syarat sebagai berikut:
1) Bagi sekolah yang belum memiliki rekening rutin, harus membuka
nomor rekening atas nama sekolah (tidak boleh atas nama pribadi).
2) Sekolah mengirimkan nomor rekening tersebut kepada Kementerian
Pendidikan Nasional.
Untuk alokasi dana BOS per sekolah periode Januari-Juni 2011
didasarkan jumlah siswa tahun pelajaran 2010-2011, sedangkan periode
Juli-Desember 2011 didasarkan pada data tahun pelajaran 2011-2012.
Tahapan penyaluran dana BOS untuk tahun 2011 dilakukan dengan 2
tahap: tahap pertama, penyaluran BOS dilaksanakan dengan cara
commit to user
Umum Daerah. Penyaluran Triwulan Pertama, Kedua, dan Ketiga adalah
masing-masing sebesar ¼ (satu perempat) dari alokasi sementara yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan. Penyaluran Triwulan
Keempat sebesar selisih antara penetapan alokasi prognosa definitif BOS
dengan jumlah dana yang telah disalurkan dari Triwulan Pertama sampai
dengan Triwulan Ketiga. Tahap kedua, yaitu penyaluran dana dari Kas
Umum Daerah ke Sekolah.
c) Mekanisme Penggunaan Dana
Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada
kesepakatan dan keputusan bersama anatara Kepala Sekolah/Dewan
Guru dan Komite Sekolah, yang harus di daftar sebagai salah satu
sumber penerimaan dalam RAPBS disamping dana dari sumber lain.
Selanjutnya dana BOS dapat digunakan untuk:
1) Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru.
Biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran,
dan pendaftaran ulang, pembuatan spanduk sekolah bebas pungutan,
serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut ;
2) Pembelian/penggandaan buku teks pelajaran.
§ Jenis buku yang dibeli/digandakan untuk SD adalah satu buku,
yaitu Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, sedangkan
SMP sebanyak 2 buku yaitu (a) Pendidikan Jasmani, Olahraga
commit to user
§ Jika buku dimaksud belum ada di sekolah/belum mencukupi
sebanyak jumlah siswa, maka sekolah wajib
membeli/menggandakan sebanyak jumlah siswa.
§ Jika jumlah buku telah terpenuhi satu siswa satu buku, baik yang
telah dibeli dari dana BOS maupun dari Pemerintah Daerah, maka
sekolah tidak harus menggunakan dana BOS untuk
pembelian/penggandaan buku tersebut.
§ Dana BOS juga boleh untuk membeli buku teks pelajaran lainnya
yang belum mencukupi sejumlah siswa.
3) Pembiayaan kegiatan pembelajaran
§ Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan
laporan hasil belajar siswa (misalnya untuk fotocopy/
penggandaan soal, honor koreksi ujian dan honor guru dalam
rangka penyusunan rapor siswa).
§ Remedial, pembelajaran, pengayaan, pemantapan persiapan ujian,
olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, Palang Merah
Remaja, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan sejenisnya
(misalnya honor jam mengajar tambahan, biaya transportasi dan
akomodasi siswa/guru dalam rangka mengikuti lomba, fotocopy,
membeli alat olah raga, alat kesenian dan biaya pendaftaran
mengikuti lomba).
commit to user
§ Digunakan untuk membeli bahan pendukung proses belajar
mengajar seperti buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas,
bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris,
§ Langganan koran/majalah pendidikan, minuman dan makanan
ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah, serta pengadaan
suku cadang alat kantor.
5) Pembiayaan langganan daya dan jasa
· Seperti pembiayaan listrik, air, telepon, internet, termasuk untuk
pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar sekolah.
· Khusus di sekolah yang tidak ada jaringan listrik, dan jika sekolah
tersebut memerlukan listrik untuk proses belajar mengajar di
sekolah, maka diperkenankan untuk membeli genset.
6) Pembiayaan perawatan sekolah
Pembiayaan pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan
jendela, dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.
7) Pembayaran honorarium
· Digunakan untuk membayar honorarium bulanan guru honorer dan
tenaga kependidikan honorer.
· Untuk SD diperbolehkan untuk membayar honor tenaga yang
membantu administrasi BOS.
8) Pengembangan profesi guru
· Dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pelatihan,
commit to user
· Khusus untuk sekolah yang memperoleh Hibah/Block Grant
pengembangan KKG/MGMP atau sejenisnya pada tahun
anggaran yang sama tidak diperkenankan menggunakan dana
BOS untuk peruntukan yang sama.
9) Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin
· Dipergunakan untuk meringankan biaya transport bagi siswa
miskin.
· Jika dinilai lebih ekonomis, dapat membeli alat transportasi
sederhana untuk menjadi inventaris sekolah (misalnya sepeda,
perahu penyeberangan, dll).
10)Pembiayaan pengelolaan BOS
· Dapat digunakan untuk biaya alat tulis kantor (ATK termasuk tinta
printer, CD dan flash disk), penggandaan, surat-menyurat, insentif
bagi bendahara dalam rangka penyusunan laporan BOS dan biaya
transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT Pos.
· Bila seluruh komponen di atas telah terpenuhi pendanaannya dari
BOS dan masih ada sisa dana maka sisa dana BOS tersebut dapat
digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran dan
mebeler sekolah.
11)Pembelian komputer (desktop/work station) dan printer untuk
kegiatan belajar siswa, masing-masing maksimum 1 unit dalam satu
tahun anggaran.
Dana BOS tidak boleh digunakan:
commit to user
2. Dipinjamkan kepada pihak lain.
3. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan
memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour (karya
wisata) dan sejenisnya.
4. Membiayai kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD
Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat, atau pihak lainnya,
walaupun pihak sekolah tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Sekolah hanya diperbolehkan menanggung biaya untuk siswa/guru
yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.
5. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru.
6. Membeli pakaian/seragam bagi guru/siswa untuk kepentingan
pribadi (bukan inventaris sekolah).
7. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat.
8. Membangun gedung/ruangan baru.
9. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses
pembelajaran.
10.Menanamkan saham.
11.Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana
pemerintah pusat atau pemerintah daerah secara penuh/wajar,
misalnya guru kontrak/guru bantu.
12.Kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan operasi
sekolah,
13.Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/
commit to user
diselenggarakan lembaga di luar Dinas Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/ Kota dan Kementerian Pendidikan Nasional.
6. Biaya Operasional Pemerintahan Terkait Sektor Publik
Anggaran diartikan sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh
organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya
ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (the process of allocating
resources to unlimited demands) (Freeman; 2003). Pengertian tersebut
mengungkap peran strategis anggaran dalam pengelolaan kekayaan sebuah
organisasi publik. Organisasi sektor publik tentunya berkeinginan
memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, tetapi sering kali
keinginan tersebut terkendala oleh terbatasnya sumber daya yang dimiliki.
Disinilah fungsi dan peran penting anggaran.
Dalam pelaksanaan akuntansi dana, pemerintah membagi kelompok
dananya menjadi dua (Nordiawan Deddi, 2006), yaitu:
1) Expendable Fund, disebut juga Governmental Fund, yang digunakan
untuk belanja operasional/pengurusan keperluan pemerintah sehari-hari.
Dana pemerintah (Governmental Fund) kemudian dibagi menjadi
beberapa dana mengingat pemerintah memiliki beragam keperluan.
Dalam praktik akuntansi pemerintahan, dana pemerintah dibagi
menjadi:
a)Dana Umum (General Fund), digunakan untuk keperluan umum
pemerintah.
Dana umum adalah dana yang berisi tentang pengeluaran dan
commit to user
yang berdiri sendiri, dana umum merupakan kesatuan entitas
akuntansi yang berdiri sendiri.
b)Dana Proyek Modal (Capital Project Fund), digunakan untuk
membiayai proyek-proyek pembangunan.
c)Dana Pelunasan Utang (Debt Service Fund), digunakan untuk
membiayai utang-utang pemerintah.
2) Non-Expendable Fund, disebut juga Proprietary Fund, yang tidak
boleh dibelanjakan untuk urusan Pemerintah karena telah dipisahkan
dan digunakan untuk aktivitas bisnis.
Dana BOS termasuk dalam Dana Proyek Modal (Capital Project
Fund), yaitu membiayai pembangunan sektor pendidikan guna meningkatkan
mutu Pendidikan Dasar.
Pembiayaan pendidikan menjadi masalah yang sangat penting dalam
keseluruhan pembangunan sistem pendidikan. Uang memang bukanlah
segala-galanya dalam menentukan kualitas pendidikan, tetapi segala kegiatan
pendidikan memerlukan uang. Oleh karena itu jika performance sistem
pendidikan diperbaiki, manajemen penganggarannya juga tidak mungkin
dibiarkan, mengingat bahwa anggaran mesti mendukung kegiatan. Tidak
semua masyarakat Indonesia sepenuhnya menyadari bahwa biaya pendidikan
yang cukup akan dapat mengatasi berbagai masalah pendidikan, meskipun
tidak semua masalah akan dapat dipecahkan secara tuntas (Sudarmanto:
2010).
commit to user
Penelitian ini didasari oleh penelitian sebelumnya oleh Bukit; 2011
bahwa diperlukan pengawasan keuangan sekolah yang melekat, agar dapat
mengelola keuangan sekolah secara efektif dan efesien. Dengan pengawasan
yang melekat akan dapat diketahui seberapa efektif pengurus sekolah dapat
memanfaatkan sumber daya keuangan dalam menunjang program-program
sekolah. Sehingga dengan pengawasan dan penggunaan keuangan secara
efektif dan efisien, program sekolah yang telah direncanakan akan dapat
terlaksana. Untuk dapat mengefisienkan pengawasan tentu diperlukan
pembagian tugas yang jelas agar sistem pengendalian intern keuangan
sekolah dapat berjalan sesuai PMK No. 247 Tahun 2010 tentang Pedoman
Umum dan Alokasi Sementara Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi
Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2011 yang menjadi
petunjuk teknis bagi pemegang pemerintah (Pusat/Daerah) dan Sekolah.
Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana
terdapat kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab
ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen
pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola
pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk
menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks
ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good
governance itu sendiri. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik,
pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga
legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan
commit to user
(internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di samping
mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).
Pengelolaan pendanaan yang baik dengan adanya dukungan manajemen
pengelolaan yang handal tentu saja sangat diperlukan dalam usaha perbaikan
pengelolaan dana BOS dengan mekanisme baru 2011. Bagi sekolah penerima
dana bantuan, kas atau dana adalah unsur yang sangat penting dalam
menunjang kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Kas merupakan aktiva yang
paling likuid, paling mudah dipindahkan dan relatif mudah terjadi resiko
penyelewengan. Kas juga merupakan suatu alat pembayaran yang sah dan
mempunyai tingkat mobilitas yang tinggi, sehingga paling sering dijadikan
sasaran penyelewengan dan pencurian terhadap kas tersebut. (Arif Supriatna;
2008).
Ada pula hasil pemeriksaan BPK-RI bahwa pelaksanaan pengelolaan
dana BOS yang dilakukan baik oleh jajaran Departemen Pendidikan Nasional
maupun jajaran Departemen Agama masih membutuhkan
perbaikan-perbaikan yang sangat signifikan, antara lain (Media Pendidikan; 2010):
1. Sistem pengendalian intern atas penetapan alokasi penyaluran,
penggunaan dan pertanggung jawaban dana BOS belum memadai.
Dana BOS belum diterima seko-lah dalam jumlah, waktu dan cara
yang tepat.
2. Dana BOS belum dipergunakan dengan tepat sesuai petunjuk
pe-laksanaan.
3. Tujuan program dana BOS untuk membebaskan biaya pendidikan
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Bagaimana implementasi kebijakan pembiayaan pendidikan di era
otonomi daerah di Kabupaten/Kota dilihat dari aspek regulasi dan mekanisme
penyalurannya? Reformasi pendidikan merupakan sebuah langkah strategis
sebagai respons sekaligus penguatan terhadap reformasi politik yang
ditempuh Pemerintah Indonesia yaitu perubahan sistem pemerintahan dari
sistem sentralistik menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi
kepada daerah.
Pemberian otonomi ini dimaksudkan untuk lebih memandirikan
daerah dan memberdayakan masyarakat sehingga lebih leluasa dalam
mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa sendiri. Hal yang
esensial dari otonomi daerah adalah semakin besarnya tanggung jawab
Daerah untuk mengurus tuntas segala permasalahan yang tercakup di dalam
pembangunan masyarakat di daerahnya, termasuk bidang pendidikan
(Supriadi, 2010). Dengan memberikan peluang yang besar kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan dasar dan menengah
kepada masyarakat.
Kewenangan besar yang dimiliki oleh Daerah dengan Undang-undang
otonomi daerah tentu saja hanya akan bermanfaat apabila diikuti dengan
kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota untuk membuat kebijakan-kebijakan
yang akurat yang diarahkan untuk meningkatkan input dan proses
pembelajaran. Tentang bagaimana mekanisme penyusunan anggaran
commit to user
pendidikan? Ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan APBD Kabupaten
/Kota masing-masing.
Disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk
kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga
perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan
keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber
lainnya.
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah
merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk
merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah
lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia
pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan
sarana dan pra sarana sekolah (Weda; 2006).
Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di
sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan
pra sarana, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar
evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan
memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja
peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan
prasarana sekolah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim
pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan
prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif
commit to user
terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.
Agar program dapat dimonitor dan ditindaklanjuti maka perlu melibatkan
semua pihak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan partisipatif ialah suatu cara pengambilan keputusan
yang terbuka dan demokratis yang melibatkan seluruh stakeholders di dewan
sekolah. Asumsinya jika seseorang diundang untuk pengambilan keputusan,
maka ia kan merasa dihargai, dilibatkan, memiliki, bertanggung jawab.
Pelibatan stakeholders didasarkan keahlian, batas kewenangan, dan
relevansinyan dengan tujuan pengambilan keputusan.
Gambar 2.1 Model Pemikiran
Otonomi daerah
Peraturan Perundang-undangan Implementasi kebijakan
pembiayaan pendidikan
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian studi kasus karena meneliti
keberadaan sistem penyaluran dana BOS dengan mengevaluasi kinerja
pemerintah Kabupaten selaku pelaksana di daerah dan sekolah sebagai objek
penerima dana bantuan pemerintah pada Kabupaten Dompu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyaluran dana BOS di Kabupaten
dan Kota. Oleh karena itu, studi kasus adalah media yang tepat untuk
melakukan penelitian ini karena studi kasus adalah strategi dipilih untuk
menjawab pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”, ketika peneliti memiliki
kendali yang sedikit terhadap suatu peristiwa dan ketika fokus berada dalam
fenomena terkini dalam konteks nyata.
B. Jenis dan Sumber Data
Metode pengumpulan data untuk studi kasus ini terdiri dari dokumen,
wawancara, pengamatan langsung, dan pengamatan Peneliti menggunakan,
wawancara, analisis dokumen, archival report perusahaan dan voice call untuk
mengumpulkan data.
Wawancara. Penelitian ini menggunakan metode wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur, keduanya digunakan untuk mendapatkan
informasi selengkap mungkin dari departemen/bidang pendidikan menengah
commit to user
pelaporan penyaluran dana BOS. Selain itu juga wawancara dengan kepala
sekolah SDN No. 43 Woja sebagai salah satu sekolah penerima dana BOS.
Analisis dokumen. Dokumen Dinas Pendidikan Kabupaten dan SDN
43 Woja merupakan sumber data yang didapat langsung oleh peneliti untuk
mendukung penelitian ini. Dokumen yang dikumpulkan untuk studi kasus
meliputi dokumen administratif yang berkaitan dengan penelitian. Sedangkan
archival report atau catatan perusahaan (dinas dan sekolah) adalah segala
pernyataan yang tertulis yang dipersiapkan oleh atau untuk individu atau
organisasi dengan tujuan untuk membuktikan suatu kejadian atau menyediakan
catatan.
C.Setting Penelitian
Setting penelitian ini adalah SDN No. 43 Woja Alasan pemilihan
sekolah ini karena terkait dengan Sekolah Dasar sebagai salah satu penerima
dana BOS namun belum memiliki struktur administrasi yang memadai
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Permendiknas No 37 Tahun 2010
tentang petunjuk teknis penyaluran dana BOS 2011 yang mengalami
perubahan mekanisme penyaluran yang semula dari skema APBN menjadi
dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah
dalam bentuk dana penyesuaian untuk BOS sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang No 10 Tahun 2010 tentang APBN 2011.
Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Kabupaten Dompu ditunjuk
sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam membantu pelaksanaan dan
penyaluran dana BOS di Kabupaten Dompu. Memantau apakah mekanimenya
commit to user
D.Analisis Data
1. Metode Pengumpulan Data yang Digunakan dalam Penelitian
Sebagian besar data dari penelitian ini diperoleh dari wawancara.
Namun, untuk meningkatkan kredibilitas temuan penelitian maka digunakan
metode pengumpulan data yang lain yaitu pengamatan langsung dan analisis
dokumen serta catatan. Peneliti juga menggunakan media telepon dalam hal
cross chek informasi yang telah didapat dalam wawancara. Kombinasi dari
metode-metode tersebut memungkinkan peneliti untuk menjelaskan
bagaimana penyaluran dana BOS yang benar yang sesuai dengan juknis
pada SDN No. 43 sebagai salah satu sekolah penerima dana BOS.
Pertama, wawancara dilakukan dengan menggunakan kombinasi dua
metode wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan tak terstruktur. Subjek
yang diwawancara khususnya Manajer Tim Manajemen BOS Kabupaten
sebagai salah satu tim pelaksana BOS di Dinas Pendidikan Kabupaten, staf
Dinas Pendidikan Kabupaten, Kepala Sekolah SDNNo. 43 yang memegang
wewenang dan tanggung jawab pengelolaan dana BOS di sekolah dan
seorang guru yang ditunjuk untuk menjadi bendahara BOS pada SDN 43
Woja.
Wawancara dilakukan secara individu dengan durasi antara tiga
puluh menit sampai dua jam. Untuk wawancara yang berdurasi cukup
singkat dicatat secara manual, terutama pertanyaan yang diajukan adalah
seputar pendataan siswa sekolah penerima BOS, penetapan alokasi dana
BOS untuk tiap sekolah, dan mekanisme pelaksanaan penyaluran dana BOS
commit to user
untuk mengetahui sejauh mana aplikasi yang benar sesuai buku panduan
atau juknis BOS 2011 dan peraturan perundang-undangan yang terbaru.
Yang terakhir adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan pembiayaan
pendidikan pada program BOS yang dilakukan oleh SDN 43 Woja. Kepada
Kepala Sekolah dan bendahara sekolah kami tanyakan dan meminta untuk
di tunjukkan laporan penerimaan dan pengeluaran dana BOS, laporan
pertanggungjawaban dan dokumen-dokumen lain yang sekiranya kami
butuhkan dalam penelitian.
Kedua, analisis annual report dan dokumen internal lainnya. Annual
report ini didapat langsung dari Kepala Sekolah SDN 43 Woja yaitu Bapak
Syahriar, S.Pd dan beberapa data pendukung lain didapat dari ibu Mulyati,
A.Ma selaku guru yang merangkap sebagai bendahara BOS di SDN 43
Woja yang menjalankan fungsi pengadministrasian dan pelaporan keuangan
sekolah tersebut. Peneliti melihat tanggal penyampaian laporan apakah
dilakukan dengan tepat waktu. Ada batasan-batasan tertentu yang ditentukan
oleh sekolah untuk pengambilan data-data tersebut yang bertujuan untuk
menjaga kerahasiaan.
Selain itu, penelitian itu juga menggunakan dokumen-dokumen
yang berisi tentang program BOS yang diperoleh dari buku dan interpretasi
yang didapat dari perpustakaan serta beberapa file tentang BOS dari
internet sehingga dapat dijadikan acuan untuk mengetahui sejauh mana
mekanisme penyaluran BOS yang dilakukan di Kabupaten Dompu. Dari
sejumlah laporan keuangan sekolah yang ada diarsip sekolah kemudian