PEMBINA: Menteri Perhubungan Republik Indonesia, PENASEHAT: Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan, Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Direktur Jenderal Perkeretaapian, Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan, Kepala Badan Litbang Perhubungan, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek, PENANGGUNG JAWAB: Hengki Angkasawan, PEMIMPIN REDAKSI: Dwiyekti Windayani, REDAKTUR PELAKSANA: Tinitah S. Amrantasi, Muhammad Pamungkas, REDAKSI: Anna Nurjanah, Arifatmi, Christanto Agung, Daniel Pietersz, Deni Hendra M, Destrirani, Dona Devianti, Dwi Wisnu, Gatut Aribowo S, Hari Buyung, Hari Supriyono, Hariyadi Dwi Putera H, Oktavian, R. Achmad Herdin, Revi Yohana, Romauli Fransiska, Wisnu Kuncoro, TIM REDAKSI: Andesrianta Rakhmad, Andung Bayumurti, Prayogie, Syarifah Noor Hidayati, REDAKSI FOTO: Abdullah Baraja, Chairudi Bharata Dharma, Dyota Laksmi Tenerezza, Muhamad Nurcholis, Nur Fitrianto Alfian, Okto Berbudi, ALAMAT REDAKSI: Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat, Telp. (021) 3504631, 3811308 Ext. 1122, 1419, Fax (021) 3504631, 3511809, E-MAIL: transmedia@dephub.go.id, PENERBIT: Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
EDISI 02 I 2017
EDISI02 2017 TRANS DARAT
20Peningkatan Pelayanan Terminal Tipe A
SUMBER DAYA MANUSIA 40Mencetak SDM
Pelayaran Andal Melalui Vokasi
POTRET 46Menelusuri
Transportasi Wisata Wakatobi
Memperkuat
Akses
Destinasi Wisata
8/31/17 4:28 PM Cover :
Bandara Matahora Wakatobi Foto : Puskom Kemenhub
Majalah Kementerian Perhubungan No.STT. No. 349 SK/Ditjen PPG/STT 1976 ISSN : 0853179X
EDITORIAL
Menyediakan
Angkutan Perintis
Pembaca Budiman,
K
ebijakan pemerintah memberi subsidi kepada angkutan perintis memiliki banyak alasan. Selain merupakan bentuk kehadiran negara di wilayah pinggiran, terluar, terdepan dan perbatasan, penyelenggaraan transportasi perintis akan memberi manfaat ganda. Umumnya, angkutan perintis diarahkan ke daerah-daerah tertinggal yang membutuhkan ketersediaan angkutan umum yang mudah dan murah. Dengan adanya subsidi, biaya transportasi menjadi terjangkau. Pemberian subsidi Public Service Obligation (PSO) dan angkutan perintis akan membantu masyarakat khususnya golongan ekonomi lemah untuk ikut menikmati hasil-hasil pembangunan. Kondisi inilah yang menjadi harapan semua pihak agar perekonomian bisa berkembang.Beberapa rute pelayanan angkutan umum di daerah terpencil masih sepi penumpang. Biaya operasional pun sering lebih tinggi dari pendapatan. Faktor jarak, kondisi medan dan biaya bahan bakar, semakin menyulitkan upaya pembangunan sistem transportasi yang menguntungkan di daerah pinggiran. Ini berbeda jika dibandingkan dengan daerah maju dengan penduduk yang padat dan dengan sarana dan prasarana transportasi yang sudah baik.
Akan tetapi, disinilah tantangannya. Pemerintah memiliki kewajiban untuk menghidupkan angkutan umum di wilayah yang kurang terlayani angkutan komersial. Ketersediaan angkutan umum yang mudah dan murah menjadi kebutuhan bagi masyarakat di daerah khususnya untuk kegiatan perdagangan dan perekonomian mereka. Dalam rangka itulah, pemerintah memberikan subsidi kepada angkutan umum perintis agar perekonomian lokal bisa berkembang. Subsidi kepada angkutan perintis juga membantu pemerataan pembangunan. Beragam pertimbangan itulah yang menjadi prioritas kebijakan Kementerian Perhubungan khususnya dalam pengembangan transportasi dalam tiga tahun terakhir. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, negeri ini membutuhkan sistem transportasi yang terpadu, yang mengintegrasikan semua daerah ke dalam satu kesatuan konektivitas. Peran angkutan perintis tak bisa diabaikan. Sistem transportasi di negara kepulauan seperti Indonesia, membutuhkan angkutan feeder yang menghubungkan 17.508 pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.
DAFTARISI
TRANSMEDIA I EDISI 03 I 201736
SUMBER DAYA MANUSIAMencetak SDM Pelayaran Andal Melalui Vokasi
TRANS DARAT TRANS LAUT TRANS UDARA TRANS PERKERETAAPIAN
20 Bus Double Decker Primadona Baru Transportasi Darat
24 Memperkuat Armada Pelayaran Nasional Melalui Beyond Cabotage
28 Opsi Kerjasama Pengelolaan Bandara
32 DDT Cikarang – Manggarai Mengurai Kepadatan Lalu Lintas Kereta Api
10
TRANS UTAMA Mewujudkan Konektivitas Melalui Angkutan Perintis3 EDITORIAL 6 INFOGRAFIS 8 MATA
38 Ciptakan Sistem Transportasi yang Andal
KILAS BERITA
TRANSPORTASI HIJAU 66 Mengenal Kereta Hijau
di Belanda
INTERNASIONAL PERSPEKTIF
60 Menengok Kebersihan Bandara Haneda, Bandara Terbersih di Dunia
58 Kepulauan Anambas: Layanan Transportasi di Tapal Batas
TEKNOLOGI
62 Toilet Canggih untuk Kereta Api
TRANS SEJARAH 64 NAGREG, Stasiun
Kereta Aktif Tertinggi Di Indonesia
SEHAT
68 Hindari Keram, Olahraga Ringan Selama Perjalanan
SENGGANG 70 Bahasa Jawa di
Bandara Adisutjipto 44 Surga Bahari di Kepulauan
Anambas
54 Bertualang di Kota Khatulistiwa 40 Ragam Transportasi Menuju
Anambas
50 Sungai Kapuas, Jalur Transportasi Utama dan Andalan Masyarakat
POTRET
48 Nikmatnya Olahan Mie Tarempa dan Gonggong
INFOGRAFIS
Investasi pelabuhan 2011 - 2030 Total Investasi 47,1 miliar dollar AS
Dibiayai pemerintah 31,7% atau 14,9017 miliar dollar AS Didanai swasta 68,1% atau 12,1693 miliar dollar AS
Sarana pengangkutan barang dengan
1.995 sepeda motor dan 39.655 gerbong
TARGET 2030
Panjang jaringan kereta api nasional12.100 km
(Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua) mencakup 1.800 kilometer jaringan
pekeretaapian perkotaan PENJAGA LAUT DAN PANTAI
Proyek strategis: l Penambahan kapal
patroli DIREKTORAT NAVIGASI
Proyek strategis:
l Perbaikan sarana bantu navigasi l Pengadaan Stasiun Radio Pantai
(SROP)
l Navigasi bantuan pelayanan Stasiun Radio Pantai (SROP) DIREKTORAT PENGIRIMAN
DAN PENGERUKAN Proyek strategis: l Revitalisasi armada
nasional, termasuk kapal perintis dan pelayanan rakyat
DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN LAUT Proyek strategis:
l Bantuan armada nasional l Pengembangan pelopor
pelayanan diprioritaskan di pulau terluar dan tertinggal l Pengembangan pelayanan
rakyat
l Pengembangan pelayanan singkat Jawa dan Sumatera
SUMATERA
Pembangunan jalur kereta api
1.144 kilometer
Investasi
Rp 50,36 triliun
JAWA
Pembangunan jalur kereta api
1.509,05 kilometer
Investasi
Rp 121,000 triliun
KALIMANTAN
Pembangunan jalur kereta api
575 kilometer
Investasi
Rp 64,74 triliun
SULAWESI
Pembangunan jalur kereta api
445 kilometer
Investasi
Rp 33,3 triliun
DIREKTORAT PELABUHAN Proyek strategis:
l Pengembangan terminal peti kemas internasional di Belawan, Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Makassar
l Pengembangan pelabuhan perintis diprioritaskan di pulau terluar dan tertinggal
l Pengembangan terminal pelayanan rakyat, khususnya di kawasan Indonesia Timur
l Pengembangan pelabuhan wisata khusus di Bali dan Nusa Tenggara l Pengembangan terminal pengiriman jarak dekat di Jawa dan
Sumatera
l Pengembangan terminal khusus di Kuala Tanjung dan Maloy
PELABUHAN
(Dikelola PT Pelabuhan Indonesia)800
DERMAGA KHUSUSPROYEKSI STRATEGI ANGKUTAN UDARA, LAUT DAN KERETA API
Pengembangan dan peningkatan bandara di ibu kota provinsi untuk menunjang perekonomian daerah.
Indikator:
l Pembangunan Bandara Ahmad Yani Semarang
l Pembangunan bandara internasional baru di Kulon Progo Yogyakarta
l Pembangunan Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat
l Pembangunan Bandara Internasional Lombok
l Pembangunan Bandara Kualanamu l Pembangunan Bandara Internasional
Sultan Hasanuddin (Terminal II) l Pembangunan Bandara Tampa Padang,
Mamuju
Meningkatkan kapasitas Bandara Soekarno-Hatta dan pembangunan bandara baru di sekitar Jabodetabek Indikator:
l Pembangunan Bandara Soekarno - Hatta untuk meningkatakan kapasitas penerbangan dan darat
l Persiapan konstruksi bandara di area Jabodetabek
Pengembangan kawasan aerotropolis untuk meningkatkan aktivitas ekonomi dan daya saing produk lokal
Indikator:
l Pembangunan Bandara Soekarno - Hatta, Kualanamu dan Sultan Hasanuddin sebagai kawasan aerotropolis
BANDARA
TARGET HINGGA 2030 MEMBANGUN 62 BANDARAMENJADI 299 BANDARA
INFOGRAFIS
PRIORITAS NASIONAL PEMBANGUNAN
KAWASAN INDUSTRI DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)
TAHUN 2017
Kegiatan Alokasi Anggaran 2017 Indikasi 2018 (Miliar) Kapasitas Tahun 2017
Infrastruktur Perhubungan di Perbatasan Kalimantan
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Sintete 21 - Dermaga maksimal kapal1.500 GT Pembangunan Dermaga Penyeberangan Jangkang Tahap II 17 - Dermaga maksimal kapal 200 GT
Pembangunan Bandara Long Apung 37,71 23,43 Landas Pacu 790 m x 23 m, Gedung Terminal 240 m2 Pembangunan Bandara Tebelian 72,03 61,72 Landas Pacu 1.650 x 30m, Apron 215 m x 60 m
Pembangunan Bandara Nunukan 84,81 50,43 Landas Pacu 1.100 m x 30 m (pcn 18), Landas Parkir 138 m x 43 m (pcn 18), Gedung Terminal 1500 m2 Pembangunan Bandara Datah Dawai 10,84 15,74 Landas Pacu 1.600 m x 23m, Landas parkir 60 m x 40 m, Gedung Terminal 210 m2
Infrastruktur Perhubungan di Perbatasan NTT (Sabuk Merah)
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Raijua Tahap II 22 43 Rencana dermaga maksimal kapal 500 GT Pembangunan Bandar Udara Kabir Pantar 40,26 22,9 R/W 900 x 23 M, T/W 75 x 15M, Apron 60 x 40M Pengembangan Bandar Udara DC-Saudale 21,67 28,75 R/W 1650 x 30 M, T/W 75 x 18 M, Gedung Terminal 1.170M2 Pengembangan Bandar Udara Haliwen 61,14 45,35 R/W 1600 x 30 M, T/W 68 x 15 M, Gedung Terminal 1000 M2, Infrastruktur Perhubungan di Perbatasan Papua
Pembangunan Bandar Udara Koroway Batu 102,44 5,48 Runway, 1600 m x 30 m (33.600 M2), Taxiway 90 m x 15 m, Apron 25 m x 40 m, Gedung Terminal 120 m2 Pengembangan Bandar Udara Tanah Merah 93,24 41,68 Runway, 1.080 m x 30 m (32.400 M2), Taxiway 57 m x 18 m, Apron 50 m x 80 m, Gedung Terminal 250 m2, Penumpang 1.682, Total Kargo 434.244, Pesawat Terbesar ATR-42 Pengembangan Bandar Udara Oksibil 39,24 63,54 Runway, 1350 m x 30m (40.500 M2), Taxiway 70 m x 18 m, Apron 60 m x 40 m, Gedung Terminal 108 m2, Penumpang 11.071, Total Kargo 3.053.136, Pesawat Terbesar ATR-42 Pembangunan Bandara Towe Hitam - 90 Jt Runway, 650 m x 20 m (13.000 M2), Apron 60 m x 50 m
Pengembangan Pelabuhan Depapre 39 50 Dermaga Beton 700 m², Lapangan, Penumpukan 11.350 m², terminal, Penumpang 1.200 m² Infrastruktur Perhubungan di Perbatasan Laut
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Lukit Sagu-sagu - 10 Rencana terbangun dermaga maksimal kapal 500 GT Pembangunan Dermaga Penyeberangan Sedanau - 10 Rencana terbangun dermaga maksimal kapal 1.000 GT Pembangunan Dermaga Penyeberangan Pecah Buyung 9,3 20 Rencana terbangun dermaga maksimal kapal 500 GT Pembangunan Bandar Udara Letung 20,49 45,7 R/W 1500 x 30 M, Taxiway 115 x 15 M, Gedung Terminal 600 M2 Pembangunan Pelabuhan di Pulau Laut 4,9 50 Causeway 754 x 4 M, trestle 1.018 M x 4 M.
Pembangunan Pelabuhan di Subi 20,4 52 Trestle 96 x 6 M, Pengadaan Tiang Pancang untuk mooring dolphin, trestle dan pier Pembangunan Bandar Udara Siau 211,3 134,81 Pekerjaan Pematangan Lahan
Pembangunan Pelabuhan Midai 8,8 - Trestle 70 x 4 M, Causeway 230 x 4 M, Dermaga 60 x 8 M Pembangunan Pelabuhan di Karatung 1,2 1,0 Causeway 360 x 6 M, dermaga 59 x 6 M, trestle 360 x 6 M
Sumber: Bappenas 2016
KEK & KI SEI MANGKE Kab. Simalungun, Sumatera Uatara
KEK TANJUNG API-API Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan
: Lokasi KEK yang telah ditetapkam sampai 2014 : Lokasi KEK 2014 - 2019 : Lokasi 14 Kawasan Industri
KI KUALA TANJUNG
KI TANGGAMUS KI BANTAENG
KI MOROWALI KI BULS
KI TELUK BINTUNI lPeningkatan/
Pengembangan kapasitas Bandara Bintuni lPengadaan dan
pemasangan perlengkapan jalan nasional Ruas Jalan Mameh-Bintuni
KEK NUSA TENGGARA TIMUR (BELUM PRIORITAS)
KEK MAKASAR
(BELUM PRIORITAS)
KEK TANJUNG LESUNG
Kab. Pandeglang, Banten (PRIORITAS)KEK SORONG
(PRIORITAS)
KEK KALTARA (PRIORITAS)KEK MOROTAI
Kab. Pulau Morotai, Maluku Utara lPeningkatan/Pengembangan
kapasitas Bandara Sultan Babullah, Ternate dan Bandara Pitu, Morotai lPeningkatan Bandara Kuabang Kao
(PRIORITAS) KEK MERAUKE (PRIORITAS)
KEK MBTK (Maloy Batuta Trans Kalimantan) Kab. Pulau Morotai, Maluku Utara lPengembangan
Fasilitas Pelabuhan Laut Maloy
(PRIORITAS) KEK & KI PALU Kota, Sulawesi Tengah lBandara
Mutiara Palu
(PRIORITAS) KEK & KI BITUNG Kota Bitung, Sulawesi Utara lPembangunan
Terminal Tangkoko-Bitung lPengadaan dan
pemasangan perlengkapan jalan Ruas Jalan Manado-Bitung Pelabuhan Laut Teluk Batang lPeningkatan/
Pengembangan kapasitas Bandara Rahadi Oesman
KEK MANDALIKA Kab. Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat lLombok International Airport KEK & KI LANDAK
TRANS
MATA
Bandara Matak merupakan bandara komersil milik PT MEDCO di Pulau Palmatak, sebagai salah satu alternatif pintu masuk udara menuju ke Kepulauan Anambas (Abdullah).
Kapal Ferry Cepat di Pelabuhan Tarempa merupakan salah satu andalan transportasi laut di Kepulauan Anambas (Cholis).
1 2
1
TRANS
MATA
Bus Angkutan Antar Lintas Batas Negara ( ALBN) di Terminal Ambawang adalah andalan transportasi yang menghubungkan Indonesia dan Malaysia (Dyota).
Poyek double-double track yang akan menghubungkan Stasiun Manggarai dengan Stasiun Cikarang Istimewa)
3 4
3
Mewujudkan
Konektivitas Melalui
Angkutan Perintis
Indonesia adalah negara kepulauan dengan karakteristik penduduknya
yang majemuk dan dengan kondisi geografis yang beraneka ragam
pula. Masing-masing wilayah tersekat oleh kawasan perairan selat dan
lautan, pegunungan, sungai, medan berbukit, dan rawa-rawa. Kondisi
ini membutuhkan sistem transportasi yang memadai untuk menjangkau
semua daerah tersebut dengan mudah, murah, lancar, aman dan
nyaman.
TRANS
UTAMA
TRANS
UTAMA
P
embangunan transportasi yang sesuai dengan kondisi itu adalah dengan mengintegrasikan semua wilayah kepulauan ke dalam satu konektivitas nasional. Integrasi ini diperlukan mengingat Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Ada sekitar 17.508 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dengan luas lautan mencapai 3,9 juta km2, dan luas daratan 1,9 juta km2. Sebagian diantara daerah tersebut belum memiliki infrastruktur transportasi yang layak sehingga pemerintahterus mengembangkan penyediaan transportasi yang baik khususnya daerah-daerah di terluar, terpencil, terdalam dan perbatasan.Ketersediaan infrastruktur transportasi menjadi kebutuhan utama masyarakat di daerah pinggiran, terluar, terdalam, dan perbatasan. Selain sebagai sarana pemersatu bangsa, infrastruktur transportasi akan menunjang kegiatan perekonomian. Pemerintah terus menggalakkan pengembangan moda transportasi perintis baik di darat, laut, udara maupun kereta api untuk menjangkau semua wilayah tersebut. Penyelenggaraan angkutan perintis mempertimbangkan kondisi geografis dan kebutuhan masyarakat setempat. Bagi daerah yang sulit untuk dilewati dengan moda transportasi darat, ketersediaan angkutan laut menjadi
TRANS
UTAMA
Penyelenggaraan pelayanan publik angkutan perintis menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, memiliki fungsi ganda. Selain menghubungkan daerah pinggiran tersebut dengan daerah-daerah yang lebih maju, angkutan perintis diharapkan bisa membantu pemerataan ekonomi khususnya bagi masyarakat di daerah-daerah tertinggal.
Umumnya angkutan perintis memang diarahkan ke daerah-daerah tertinggal. Ketersediaan angkutan umum bagi wilayah itu tentu akan menunjang kegiatan ekonomi disana. Tugas seperti itulah yang menjadi tanggungjawab negara. Negara mesti hadir menyediakan pelayanan transportasi yang baik di semua wilayah termasuk pedalaman. Tujuannya jelas, masyarakat setempat bisa memanfaatkan pelayanan angkutan umum dengan harga terjangkau. Menciptakan sistem transportasi dengan harga terjangkau untuk daerah-daerah sepi penumpang, tentu tidak mudah. Biaya operasional transportasi selalu lebih mahal, -- karena faktor jarak, kondisi medan dan jumlah penumpang yang sedikit — jika dibandingkan dengan daerah yang padat penduduk dan dengan sarana dan prasarana yang sudah baik. Disinilah tantangannya. Pemerintah memiliki peran penting bagi upaya menghidupkan sektor perdagangan dan perekonomian daerah lokal. Masyarakat lokal membutuhkanketersediaan
Bandara Letung Kapualaun Anambas
Kegiatan bongkar muat kapal cepat penumpang MV Batavia di Pelabuhan Letung Pulau Jemaja Anambas
Kapal Ferry ASDP di Sungai Kapuas Kalimantan Barat
1
2
3
1
2
akses transportasi agar kegiatan perekonomian bisa berkembang. Tanpa dukungan transportasi yang terjangkau, maka kegiatan ekonomi dan pengembangan industri di daerah sulit dilakukan.
“Dengan begitu, subsidi angkutan perintis bisa menjadi stimulan (pemicu) pembangunan dan menghidupkan perekonomian lokal. Muaranya adalah pemerataan kesejahteraan,” tutur Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dalam kerangka itulah, pemberian subsidi baik berupa kewajiban pelayanan publik(Public Service Obligation / PSO) ataupun melalui angkutan perintis akan mengatasi beragam kendala transportasi yang terjadi di daerah. Semangat itulah yang menjadi prioritas pembangunan Kementerian Perhubungan dalam tiga tahun terakhir.
TRANS
UTAMA
Menteri Perhubungan Republik Indonesia Budi Karya Sumadi
Data Ditjen Hubla Kementerian Perhubungan menyebutkan, sampai tahun 2017 tercatat ada ada 96 trayek angkutan laut perintis. Dari jumlah tersebut 45 trayek dilayani PT Pelni. Sementara, 51 trayek lainnya dilayani operator atau perusahaan pelayaran swasta nasional. Mereka melayani di 22 provinsi dari 34 provinsi di Tanah Air. Pelayaran perintis itu singgah di 527 pelabuhan di seluruh Indonesia. Sedang total kapasitasnya mencapai 28.000 orang.
Keterhubungan dengan angkutan penyeberangan semakin memperkuat jalur transportasi di perairan
nusantara. Kementerian Perhubungan tidak mengabaikan peran angkutan penyeberangan termasuk penyediaan kapal penyeberangan perintis untuk mengintegrasikan seluruh pulau di nusantara. Angkutan penyeberangan yang melalui rute utara, tengah dan selatan perairan nusantara ini menjadi semacam “jembatan berjalan” dari satu pulau ke pulau lain mulai Sabang hingga Merauke.
Sinergi pelayanan kapal-kapal laut dan kapal penyeberangan perintis oleh PT Pelni danPT ASDP Indonesia Ferry merupakan upaya pemerintah menyediakan jaringan transportasi yang lebih baik kepada masyarakat. Sinergi antara beberapa moda angkutan laut dilakukan dengan penyesuaian jadwal pelayaran yang saling menunjang.
terdiri atas 17 ribu pulau. Ada ribuan pulau ukuransedang dan kecil yang berjauhan dengan pulau besar, seperti Sumatra, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua. Dengan kondisi geografis tersebut, maka moda angkutan laut menjadi pilihan transportasi yang paling sesuai.
Oleh karena itu, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut, Bay M Hasani mengatakan,kebijakan pemerintah di sektor perhubungan lebih memprioritaskan konektivitas dan pemerataan. Selain konektivitas nasional dengan program tol laut, pemerintah menyelenggarakan layanan angkutan penumpang melalui subsidi PSO kapal laut PT Pelni dan penyelenggaraan angkutan laut perintis.
Layanan kapal laut PT Pelni didukung pula oleh kapal perintis sebagai angkutan feeder. Sementara subsidi PSO diberikan kepada Kapal penumpang PT Pelni yang banyak singgah di pelabuhan-pelabuhan besar. Sinergi antara kapal Pelni dengan kapal perintis sebagai layanan angkutan feeder diharapkan menciptakan layanan transportasi yang menguntungkan masyarakat. moda itu bisa terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat. Kebijakan ini membantu masyarakat ekonomi lemah mengakses layanan angkutan kapal laut, kereta api, darat dan udara yang aman dan nyaman di negeri tercinta ini. Setidaknya kehadiran negara bisa terasa lewat ketersediaan beragam moda angkutan massal yang terjangkau.
Konektivitas Melalui Angkutan Laut dan Penyeberangan
Pemerintah telah membuka akses beberapa wilayah terisolir, terpencil, dan perbatasan melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi perintis. Pembukaan akses ini sebagai stimulus perekonomian dan setelah itu, peranan masyarakat dan swasta yang menjaga, melestarikan dan meningkatkan kapasitas transportasi yang ada.
Penyediaan transportasi diharapkan bisa memenuhi kebutuhan
masyarakat, khususnya untuk menunjang kegiatan perekonomian di daerah pinggiran. Ini mengingat infrastruktur transportasi di daerah tersebut ditentukan oleh keadaan geografis wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau. Sepertiga luas Indonesia merupakan lautan yang
TRANS
UTAMA
Para penumpang yang mengalami kesulitan akibat jadwal pelayaran kapal PT Pelni dan kapal perintis serta kapal penyeberangan berbeda-beda, bisa teratasi dengan sinergi ini. Para penumpang yang turun dari Kapal Pelni bisa langsung melanjutkan pelayaran ke beberapa daerah tujuan dengan kapal perintis maupun kapal penyeberangan.
Kesesuaian jadwal pelayaran PT Pelni dan kapal perintis akan meningkatkan minat masyarakat menggunakan jasa transportasi laut. Selain efisien, penumpang yang menggunakan kapal juga dapat lebih berhemat. “Banyak penumpang harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menginap di hotel hanya untuk menunggu kedatangan kapal perintis besok harinya. Dari segi kenyamanan kondisi ini juga tidak baik, tidak efisien, dan tidak hemat,” ujar Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Bay M Hasani.
Dengan terselenggaranya sistem angkutan laut yang terintegrasi dengan angkutan perintis maka akses bagi daerah terpencil, terisolasi, perbatasan, dan wilayah tertinggal semakin mudah dan lancar. Manfaat lain dari tersedianya angkutan perintis adalah adanya aktivasi kegiatan ekonomi daerah. Selain itu, angkutan perintis semakin memperlancar distribusi barang dan jasa yang masuk dan keluar dari daerah sehingga eksploitasi sumber daya alam dan manusia bisa semakin optimal. Manfaat lebih lanjut, kelancaran transportasi tentu akan mendorong pembangunan infrastruktur sosial lainnya, seperti rumah sakit, lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat.
Dengan demikian, transportasi perintis memberikan dampak pengganda bagi wilayah terpencil, terisolasi, perbatasan, dan wilayah tertinggal agar bisa berinteraksi dengan wilayah lainnya yang lebih maju sehingga bisa memberikan efek positif terhadap pembangunan. Pembukaan akses bagi wilayah-wilayah tersebut merupakan
kewajiban pemerintah untuk menyediakan sarana danprasarana transportasi perintis melalui pendanaan subsidi karena dari segi bisnis belum komersial.
Pembangunan kapal perintis dan kapal penyeberangan perintis serta pengembangan infrastruktur transportasi laut dan penyeberangan menjadi prioritas pembangunan nasional khususnya untuk mewujudkan konektivitas negara kepulauan seperti Indonesia. Primadona Angkutan Barang Hingga kini transportasi perintis laut masih menjadi primadona untuk distribusi barang yang ditunjukkan dengan nilai prosentase yang cukup tinggi untuk angkutan barang. Artinya, transportasi laut mejadi salah satu alternatif bagi penduduk yang berada di wilayah kepulauan untuk mendistribusikan hasil bumi mereka ke luar wilayah, atau sebaliknya barang-barang dari luar wilayah masuk ke wilayah kepulauan untuk mendistribusikan hasil bumi mereka ke luar wilayah, atau sebaliknya barang-barang dari luar wilayah masuk ke wilayah kepulauan masuk melalui jalur laut ini.
4
Beberapa daerah, seperti Papua, masih menjadikan transportasi udara sebagai moda transportasi utama masyarakat, baik untuk penumpang maupun barang. Transportasi ini bisa memangkas waktu perjalanan dibandingkan dengan menggunakan moda laut dan darat. Angkutan penerbangan perintis juga menjadi feeder bagi angkutan penerbangan komersial yang singgah di bandara-bandara besar. Apalagi di Papua dengan kondisi topografi pegunungan, maka penerbangan perintis menjadi feeder bagi penerbangan komersial yang kesulitan menjangkau wilayah-wilayah terpencil. Keterhubungan layanan angkutan udara perintis dengan penerbangan komersial di sejumlah bandara Hub nasional, dinilai menjadi salah satu faktor penentu peningkatan jumlah pengguna jasa angkutan udara ini.
TRANS
UTAMA
alam gunung meletus,-- namun potensi pertumbuhan penumpang dan barang akan terus berlanjut di masa-masa mendatang.
Penumpang udara juga banyak menggunakan jasa angkutan kargo udara dari daerah-daerah terpencil di Indonesia. “Pedagang memang harus membayar lebih mahal sedikit jika menggunakan transportasi udara perintis namun keuntungannya adalah waktu tempuh untuk menyampaikan barang tersebut lebih singkat dibandingkan dengan laut dan darat,” ungkap Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso di Jakarta belum lama ini.
DKapl Pelni Bukit Raya di Pebuhan Tarempa Kepulauan Anambas
Speedboat Matak ke Tarempa
Pegawai Kapal cepat MV Batavia sedang memeriksa tiket penumpang
5
6 4
5
6
Semua moda transportasi perintis akan menunjang dan menggerakan pembangunan di daerah-daerah pinggiran. Selain itu, transportasi perintis juga akan meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta mendukung program pemerataan ekonomi antarwilayah. Subsidi Penerbangan Perintis Kebijakan pemerintah menyediakan subsidi bagi angkutan penerbangan akan membantu masyarakat
menikmati layanan transportasi udara ini. Selain subsidi berupa pengiriman bahan bakar di lokasi daerah terpencil,
pemerintah memberi subsidi harga kepada operator penerbangan yang memiliki rute-rute perintis. Dengan adanya subsidi ini, masyarakat bisa membeli tiket pesawat dengan harga yang terjangkau.
Pemberian subsidi angkutan udara perintis kepada operator swasta yang bersedia melayani rute-rute tidak komersial itu, bukannya tanpa alasan. Bagi daerah terpencil, terdalam, dan terluar, akses transportasi yang memungkinkan adalah melalui udara. Kegiatan perekonomian membutuhkan ketersediaan akses transportasi yang mudah dan murah. Notabene biaya transportasi melalui pesawat terbang cukup mahal. Untuk menjaga keteraturan jadwal penerbangan di rute-rute yang tidak ramai penumpang, membutuhkan dukungan subsidi yang cukup besar. Seperti beberapa daerah di Papua. Hanya saja, untuk menghidupkan moda angkutan udara ke beberapa daerah tersebut bukan perkara mudah.
TRANS
UTAMA
“Guna menunjang terselenggaranya angkutan udara tersebut, subsidi diberikan sebagai insentif agar operator penerbangan ke daerah-daerah terpencil tidak merugi,” kata Agus Santoso.
Dengan subsidi yang disalurkan ke rute-rute nonkomersial, harga tiket pesawat bisa terjangkau masyarakat. Di sisi lain, pengusaha angkutan udara juga masih meraup untung dengan harga tiket yang ditetapkan tersebut. Harapan lebih lanjut, jadwal dan frekuensi penerbangan tetap ada dan kegiatan perekonomian terus berkembang. Setelah jumlah penumpang cukup besar maka rute-rute yang sebelumnya tidak komersial bisa berubah menjadi komersial. “Dengan begitu, subsidi perintis bisa dicabut dan dialihkan ke rute nonkomersial lainnya,” tambah Agus. Dalam kerangka itu pula, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan, meningkatkan jumlah rute-rute angkutan udara perintis di seluruh Tanah Air. Data Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menyebutkan
pertumbuhan angkutan penerbangan perintis terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada 2015 lalu, Kemenhub membuka 65 rute penerbangan perintis baru sehingga total rute penerbangan perintis yang ada menjadi sebanyak 217 rute. Jumlah tersebut meningkat
dibanding tahun 2014 yaitu sebanyak 170 rute penerbangan. Jika dihitung sejak 2010, rute-rute penerbangan perintis tumbuh rata-rata 13 persen per tahun.
Pada tahun 2016, ada empat
operator penerbangan yang melayani angkutan perintis, yakni, PT Asi Pudjiastuti, PT Aviastar Mandiri, PT Airfast Indonesia, dan PT Marta Buana Abadi. Berdasarkan data 2016, jumlah penumpang perintis yang diangkut sebanyak 262.109 orang atau 61 persen dari target sebanyak 424.184 orang. Sementara frekuensi penerbangan perintis mencapai 38.315 penerbangan atau 90 persen dari target 42.029 penerbangan. “Kendati demikian, perlu adanya kesiapan bandar udara perintis yang siap melayani angkutan udara ke wilayah tertinggal, terluar, dan perbatasan ini,“ ujar Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Maryati Karma di Jakarta, belum lama ini.
Pesawat Donier di Bandara Letung Jemaja Anambas
Bus Damri di PLBN Entikong 8
7
7
Pesatnya pertumbuhan penerbangan perintis menunjukkan animo
masyarakat terhadap layanan penerbangan perintis cukup tinggi. Dukungan pemerintah tersebut dinyatakan dengan terus meningkatnya dana alokasi anggaran subsidi penerbangan perintis. Direktorat Angkutan Udara Kementerian Perhubungan memprediksi pembukaan rute-rute baru penerbangan perintis akan mendapat respon positif operator penerbangan Tanah Air. Bisnis penerbangan perintis tetap menarik minat mereka sehingga pemberian insentif kepada industri penerbangan lokal untuk rute-rute tertentu akan berjalan sesuai harapan. Operator penerbangan perintis diantaranya ada Susi Air, Aviastar dan Trigana. Jumlah pesawat yang dioperasikan kurang lebih 30 unit.
Dengan terselenggaranya
TRANS
UTAMA
kebutuhan pokok masyarakat di daerah pinggiran, terluar dan perbatasan bisa berkurang dan pemerataan ekonomi bisa diwujudkan. Geliat Transportasi di Tapal Batas Negeri
Bagi daerah terdepan, terluar dan perbatasan, ketersediaan angkutan umum yang memadai dan terjangkau menjadi kebutuhan utama masyarakat. Hanya saja, tantangan pengembangan sistem transportasi yang memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah tersebut tidaklah mudah. Rata-rata jumlah penduduk di daerah terluar dan perbatasan masih sedikit, dan pengoperasian angkutan umum baik di darat maupun di perairan juga terbatas. Akibat jumlah penumpang yang sangat sedikit, pengoperasian angkutan umum secara komersial oleh swasta banyak yang tidak berkembang sesuai harapan.
Oleh karena itu, peran pemerintah menentukan ketersediaan sarana dan prasarana angkutan umum
yang melayani warga lokal. Negara perlu memberi subsidi transportasi agar ketersediaan angkutan umum tetap terjaga. Tanpa adanya subsidi, masyarakat akan kesulitan memperoleh sarana transportasi yang memadai. Dengan tersedianya angkutan perintis baik darat, laut dan udara maka perekonomian di daerah bisa berkembang.
Pemerintah juga telah menyediakan angkutan bus perintis untuk daerah-daerah terpencil, terdalam dan perbatasan.
Direktur Angkutan dan Multimoda, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan, Cucu Mulyana mengatakan, pemerintah tahun ini menambah jumlah trayek bus perintis di seluruh Indonesia. Pada 2017 ini, ada 291 trayek bus perintis, dengan armada 750 bus di 33 provinsi kecuali DKI. Jumlah trayek bus perintis tahun ini lebih banyak ketimbang yang
dioperasikan tahun 2016 lalu yang hanya menjangkau 125 trayek. “Sebarannya berbeda-beda, dan kawasan timur Indonesia yang paling banyak,” kata dia.
Menurut Cucu, bus perintis itu disediakan pemerintah, dan tarifnya pun disubsidi. Tujuannya untuk menghilangkan disparitas harga agar tidak terlalu tinggi. Tidak setiap daerah di Indonesia Timur tersedia angkutan umum. Oleh karena itu, pemerintah menyediakan angkutan bus perintis ini agar masyarakat terbantu. Semua bus perintis itu sudah beroperasi sejak Januari 2017 lalu.
Keberadaan angkutan bus perintis di Kalimantan Barat sebagai contoh, cukup membantu masyarakat untuk mobilitas penduduk. Bahkan keberadaan angkutan bus perintis tersebut, menunjang kegiatan pendistribusian barang komoditas perdagangan, dari dan menuju daerah pinggiran.
Kepala Balai Transportasi Darat Kalbar, Dominggus, mengatakan pemerintah juga menyiapkan bus sarana angkutan lintas perbatasan antarnegara. “Keberadaan sarana transportasi angkutan jalan tersebut membantu masyarakat melakukan perjalanan dari dan menuju Malaysia untuk kegiatan ekonomi mereka,” ujarnya kepada Transmedia. 8
TRANS
UTAMA
Layanan angkutan bus ALBN ini membantu masyarakat di daerah menjangkau wilayah negara tetangga dengan lancar dan murah. ALBN yang tersedia saat ini melayani rute Pontianak—Kuching (Malaysia) dan Pontianak—Bandar Seri Begawan (Brunei Darussalam) melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong. Untuk trayek ALBN melalui PLBN Entikong ini, tersedia sejumlah operator bus (Perusahaan Otobus) berbendera nasional ataupun Malaysia.
Terdapat dua PO nasional yang melayani ALBN menuju Kuching ataupun Brunei, yaitu PO DAMRI dan PO SJS. Sementara, ada beberapa operator bis asal Malaysia yang beroperasi di jalur ini, seperti Eva, Biaramas, dan Bintang Jaya. Total keseluruhan bus yang dioperasikan untuk ALBN sebanyak 40 unit.
Kebanyakan penumpang bus dari Kota Pontianak yang menggunakan layanan ALBN DAMRI ini adalah tenaga kerja Indonesia dan masyarakat yang ingin berobat ke Kuching. Sebaliknya, orang-orang Malaysia yang datang kemari biasanya adalah wisatawan yang kebanyakan ingin berkunjung ke Singkawang.
Layanan ALBN oleh DAMRI ini masih menjadi salah satu transportasi yang diandalkan masyarakat Pontianak dan sekitarnya, terutama masyarakat yang berada di daerah perbatasan. Meskipun, minat masyarakat setempat ada yang beralih pada moda transportasi udara karena saat ini telah tersedia penerbangan Pontianak—Kuching (PP), namun kehadiran bus ALBN tetap menunjang masyarakat dalam kegiatan
perekonomian mereka.
Kalimantan Barat merupakan salah satu wilayah NKRI yang berbatasan darat dengan Negara Bagian
Serawak, Malaysia. Di sepanjang garis perbatasannya, provinsi ini memiliki tiga pintu gerbang internasional yang berada Entikong, Kabupaten Sanggau;
Aruk, Kabupaten Sambas; dan
Nangabadau, Kabupaten Kapuas Hulu. Sebagai teras depan negeri ini, ketiga daerah ini juga dioperasikan angkutan bus perintis.
Angkutan bus perintis menjadi salah satu moda angkutan umum masyarakat untuk menjangkau daerah-daerah yang tidak terlayani oleh angkutan umum komersial. Jika tak ada layanan bus perintis, maka
masyarakat di daerah terdalam, pinggiran dan perbatasan di Kalbar akan kesulitan menjual komoditas pertanian mereka ke kota.
Tak hanya angkutan jalan, pemerintah juga mengembangkan infrastruktur angkutan penyeberangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Kementerian Perhubungan telah merenovasi
pelabuhan-pelabuhan penyeberangan yang ada 9
TRANS
UTAMA
di Kalimantan Barat agar layanan transportasi bagi masyarakat semakin baik. Ini karena topografi daerah Kalimantan dengan banyaknya sungai yang membuat angkutan sungai dan penyeberangan menjadi urat nadi perekonomian setempat.
Pembangunan transportasi perintis juga dilakukan di daerah terluar dan perbatasan lainnya, yakni di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau. Pemerintah telah membangun bandar udara perintis di Letung, Pulau Jemaja Kabupaten Kepulauan Anambas. Pembanguna ini menurut Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas Wan Suhendra menunjang kegiatan sosial dan perekonomian masyarakat lokal. Dengan terbukanya akses transportasi melalui angkutan udara, maka potensi kunjungan wisatawan dari luar daerah akan terbuka lebar. Kegiatan sektor pariwisata juga akan tumbuh dan berkembang lebih baik dari sebelumnya.
“Keberadaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai baik melalui penerbangan perintis maupun angkutan kapal laut perintis yang disubsidi dari Kementerian Perhubungan menjadi pertimbangan
pelaku usaha untuk melakukan investasi yang lebih besar di Anambas,” ungkap Wan Suhendra.
Dalam beberapa tahun mendatang, lanjut Wan Suhendra, jumlah
kedatangan wisatawan dalam dan luar negeri akan lebih banyak setelah ada penambahan jadwal dan frekuensi penerbangan yang memanfaatkan bandara letung. Saat ini pemerintah terus mengupayakan agar operator penerbangan mau mengoperasikan pesawat berbadan besar dengan kapasitas penumpang yang lebih banyak di Anambas.
“Bandara Letung sudah mampu didarati pesawat ATR 72 dan kami terus mengupayakan agar Wings Air rute Batam – Natuna bisa mendarat di Letung, sehingga layanan rute penerbangan yang melewati Anambas semakin meningkat,” kata Kepala Satuan Pelayanan Bandar Udara Letung, Anambas, Ariadi Widiawan kepada Transmedia, di Pulau Jemaja Anambas, beberapa waktu lalu. Selain penerbangan, peran pemerintah juga terasa dalam layanan subsidi angkutan kapal laut Pelni yang menghubungkan Tanjung Pinang, Anambas, hingga Natuna. Dengan
PLBN Entikong gerbang pemeriksaan keberangkatan
PLBN Entikong gerbang pemeriksaan kedatangan
Bandara Letung Kepulauan Anambas 10
12 9
11
adanya subsidi ini, harga tiket kapal laut Pelni menjadi terjangkau bagi masyarakat yang ingin mengangkut barang dagangan mereka ke luar daerah.
Dengan peningkatan kapasitas sarana dan prasana transportasi yang disiapkan pemerintah dalam dua tahun terakhir, maka harapan pemenuhan transportasi yang memadai bagi masyarakat terluar, terdepan dan perbatasan bisa berjalan optimal. Beragam layanan angkutan umum yang disediakan pemerintah untuk daerah-daerah terluar, terdalam dan perbatasan memberi efek positif bagi kegiatan perekonomian setempat. Pemerintah akan terus mengupayakan pengembangan sistem transportasi yang lebih baik agar ketersediaan angkutan umum bagi warga lokal terpenuhi. Ketersediaan sarana dan prasarana beragam moda angkutan umum di wilayah tersebut, baik darat, laut maupun udara merupakan wujud kehadiran negara di daerah-daerah pinggiran. (*)
11
1
TRANS
DARAT
S
elain itu, penurunan minat penumpang juga disebabkan oleh beberapa aspek seperti didera persoalan kemacetan lalu lintas dan kenyamanan penumpang kian berkurang dengan kualitas bus yang ikut merosot lantaran kurangnya perawatan. Namun, bukan berarti bisnis bus AKAP bakal terjun bebas, sejumlah PO (Perusahaan Otobus) masih cukup kreatif untuk memanjakan penumpang, salah satu terobosannya adalah menghadirkan bus tingkat AKAP yang disebut dengan double decker.Bus Double Decker
Primadona Baru
Transportasi Darat
Angkutan bus antarkota
antarprovinsi (AKAP) di Tanah
Air terus berevolusi untuk
menarik kembali minat
penumpang yang mulai banyak
berpindah moda kereta api
(KA) dan udara. Ditengah
persaingan dengan moda
angkutan udara dan kereta api,
animo penumpang bus AKAP,
terutama untuk rute jarak jauh
terus mengalami penurunan.
Bus tingkat pastinya sudah jamak kita kenal, tapi di Indonesia umumnya keberadaan double decker ini untuk menunjang angkutan dalam kota dan aktivitas terkait wisata. Awalnya, hadirnya bus double decker ini dipelopori oleh PO Nusantara. Sejak tahun 2014, PO Nusantara sudah memulai mengoperasikan bus AKAP
double decker, yang kemudian menyusul PO lainnya seperti PO Putera Mulya, PO Efisiensi dan PO Lorena.
2
3
TRANS
DARAT
Pada tahun 1968,
masuklah bis tingkat pertama di Indonesia yaitu Leyland Titan merupakan seri bis tingkat dengan mesin depan, type yang masuk Indonesia adalah Leyland Titan generasi ke tiga dengan kode PD3-11.Bus ini mempunyai berat 14 ton, Panjang sekitar 9 meter, lebar 2,5 meter. Berat yang ringan karena bis ini menggunakan bahan fiberglass bukan besi, salah satu inovasi dari Leyland adalah penggunaan kaca lengkung, sehingga memperluas pandangan pengemudi.
Bus ini kemudian dioperatori oleh Damri dan PPD. 2
Bus Double Decker produksi karoseri Adiputro
Interior Bus Double Decker yang memberikan kenyamana bagi penumpang.
1
Fasilitas Double Decker
Bicara tentang fasilitas, umumnya PO penyedia double decker membagi dua kelas dalam satu bus, di lantai dua menjadi kabin untuk kelas eksekutif, ada water dispenser,
reclining seat yang nyaman, hingga smoking room di bagian belakang. Sementara di lantai bawah, umumnya di setting untuk kelas yang lebih mewah, disini tersedia
electric adjustable seat. Jadi, traveler bisa mengatur kenyamanan kursi secara otomatis, sandaran kursinya bisa diatur dengan memencet tombol yang ada di sisi dalam sandaran tangan, dan menarik juga disiapkan coffee maker.
Benar-benar tak kalah dengan fasilitas di pesawat terbang, masing-masing kursi sudah dilengkapi stop kontak listrik dan satu monitor LCD yang berisi hiburan film dan musik yang bisa dipilih. Karena menyasar rute jarak jauh, dipastikan ada fasilitas toilet di bus double decker ini. Fasilitas saja dipandang tak cukup untuk memikat calon penumpang, jenis bus yang digunakan jelas ikut menentukan. Setidaknya, dalam kompetisi di segmen bus AKAP double decker ini terdapat nama Scania dari Swedia MAN dan Mercedes Benz dari Jerman.
Contohnya, bus AKAP double decker
dari PO Nusantara yang menggunakan sasis MAN R37. Dengan mengacu pada desain MAN Neoplan, bus yang dibangun perusahaan karoseri Nusantara Gemilang ini memiliki kapasitas 19 kursi. Sementara PO Putera Mulya menggunakan
sasis Maxibus dari Scania K410IB mengandalkan mesin 13 liter DC13 yang sudah memenuhi standar emisi Euro 5. Untuk proses pembangunan bodi, PO Putera Mulya memilih karoseri Adiputro. Untuk PO Efisiensi memilih teknologi sasis dari Mercedes Benz OC500RF 2542, sementara pihak karoseri yang terlibat adalah Adiputro.
PO Lorena meski hadir belakangan, perusahaan bus yang terbilang senior di Tanah Air telah menyiapkan 10 unit bus tingkat AKAP yang meluncur di tahun 2017 ini. PO Lorena memilih menggunakan teknologi sasis dari Mercedes Benz OC500RF 2542, dan menjadi mitra karoseri Adiputro. Meskipun berbeda-beda manufaktur, bus tingkat AKAP mempunyai ciri yang sama dengan bus tingkat pada umumnya, yakni
ground clearance yang terbilang rendah. Bahkan, bisa dikatakan mirip dengan
ground clearance bus bandara yang kerap membawa/mengantar penumpang menuju tangga pesawat. Sementara ini, bus tingkat AKAP dengan tiga sumbu roda tersebut baru disasar untuk rute di Pulau Jawa. Peningkatan Kualitas
TRANS
DARAT
Di sisi lain, pada periode yang sama angkutan kereta api, kapal, dan pesawat memperlihatkan tren peningkatan jumlah penumpang. Dari kapasitas terkecil, penumpang kapal laut meningkat 56.000 orang, jumlah penumpang kereta api naik hingga 777.000 orang, dan jumlah penumpang pesawat naik sebanyak 966.000 orang. Tahun 2011, terdapat 833 PO antarprovinsi dengan jumlah bus 21.157 unit, lantas pada tahun 2015 naik menjadi 934 PO dengan 23.464 unit.
Bus kelas utama ini dilengkapi dengan mesin yang bertenaga serta fitur-fitur keselamatan terbaru seperti Anti-lock Braking Sytem
(ABS), Electronic Stability Program
(ESP) dan Acceleration Slip Regulation
(ASR). Sebagai tambahan, sistem suspensi independen, yang dilengkapi dengan air suspension menawarkan kenyamanan spesial ketika
berkendara dengan kecepatan tinggi. Misalnya, Lorena dan Karina merupakan pelopor angkutan transportasi darat sejak lama yang siap menyongsong era baru serta terus berkomitmen mengembangkan industri transportasi di Indonesia. Keduanya menawarkan armada-armada bus terbaru bagi pelanggan dengan mengedepankan aspek keamanan dan kenyamanan bagi para penumpang. Dengan menggunakan bus terbaru dari Mercedes-Benz, Lorena dan Karina sangat yakin mampu bersaing dengan perusahaan otobis lainnya dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada para pelanggan.
Bus Double Decker Efisiensi
Bus Double Decker Sinar Jaya
Bus Double Decker Sempati Star
Bus Double Decker Lorena 4
5
6
7
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo meminta seluruh operator bus meningkatkan kualitas pelayanan supaya tidak ditinggalkan masyarakat. Menurutnya, tren angkutan penumpang lebaran 2017 mengalami kenaikan kecuali bus, padahal dulu menjadi primadona transportasi seluruh kalangan masyarakat. Meskipun sekarang bus masih berada di posisi dua tapi jumlahnya tidak signifikan, sementara udara yang tadinya kontribusinya kecil sekarang sudah nomor satu.
Bersamaan pada kesempatan peresmian pengoperasian terminal penumpang tipe A di Cilacap beberapa waktu lalu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meluncurkan
pengoperasian bus double decker
untuk pelayanan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Ditjen Hubdar) telah mengeluarkan izin angkutan AKAP dengan menggunakan bus double decker pada lima perusahaan, yakni PT Putera Mulya Sejahtera, PT Anugerah Mas, PT Efisiensi Putra Utama, PT Sinar Jaya Megah Langgeng, dan PT Bintang Sempati Star.
Seiring dengan adanya
perkembangan teknologi transportasi berupa penggunaan bus double decker ini, diharapkan dapat berperan serta sebagai upaya pencegahan kecelakaan dan peningkatan keselamatan terhadap pengguna jasa transportasi angkutan jalan. Di samping itu, dengan di launching -4
TRANS
DARAT
nya bus tingkat ini juga dapat semakin menumbuhkan minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum terutama bus AKAP, dan bagi perusahaan akan terciptanya persaingan bisnis yang sehat. Pembangunan infrastruktur perhubungan darat merupakan salah satu upaya pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan nasional agar terjadi keselarasan dan keserasian laju pertumbuhan antardaerah. Selain itu juga untuk memperkuat kesatuan nasional melalui interkonektivitas perekonomian antarwilayah. Kemenhub terus berupaya meningkatkan aspek keselamatan dan keamanan serta meningkatkan kualitas pelayanan melalui pembangunan dan perbaikan infrastruktur transportasi jalan, serta pengawasan dan penegakan peraturan secara konsisten.
Mengenal Bus Double Decker Bus double decker atau bis
tingkat merupakan salah satu model bus dengan lantai bertingkat, dan yang paling terkenal untuk bus tingkat di Indonesia adalah Werkudoro yang merupakan bus tingkat di Kota Solo Jawa tengah hasil buah karya Karoseri Trisakti model Phoenix. Kemudian yang terbaru adalah bus double decker dari PO Nusantara yang dibuat oleh karoseri milik mereka sendiri, yaitu Karoseri Gemilang Nusantara. Begitu juga Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta juga menghadirkan 5 unit bus tingkat sebagai sarana rekreasi keliling kota Tua di Jakarta.
Awal mula bus tingkat atau double decker di kembangkan di Inggris terutama di kota London, karena memang sangat cocok jika digunakan di dalam kota untuk mengangkut banyak orang dalam sekali jalan jika dibandingkan bus single decker. Kemudian, setelah Inggris disusul oleh
beberapa negara seperti Sri Lanka, Hongkong, Singapura, Kanada, Jerman dan lainnya termasuk Indonesia. Untuk bus tingkat sendiri ada yang sangat popular karena memang modelnya sudah modern, yaitu buatan karoseri Marcopolo Brazil dan buatan Neoplan.
Jika dilihat memang menarik dan enak dipandang karena model bus tingkat yang terlihat garang karena tinggi besar. Tetapi perlu diingat bahwasanya tingkat keamanan bus tingkat harus lebih ditingkatkan dibandingkan dengan bus single decker. Hal ini pernah terjadi di Amerika dengan operator Megabus, dimana driver lupa sedang mengendarai bus double decker yang sebelumnya terbiasa dengan single decker, sehingga terjadi kecelakaan bagian lantai atas menabrak jembatan yang rendah. Kelebihan Bus Tingkat (Double Decker) antara lain, dapat mengangkut penumpang lebih banyak, jarak padang lebih leluasa (lantai atas), pemakaian jalan lebih hemat dibanding bus Gandeng (artikulasi), dan cocok untuk daerah yang memiliki trayek angkutan demand tinggi. Sedangkan untuk kekurangannya antara lain tingkat keamanan rendah dan tidak stabil karena titik berat berada di bagian atas (Center of gravity), tidak cocok digunakan untuk medan jalan berkelok dan tidak rata, tidak semua jalan dapat dilalui karena keterbatasan tinggi dan kelandaian jalan. Penyandang disabilitas dengan kursi roda tidak dapat duduk di lantai atas.
Kehadiran bus double decker memang menjadi sebuah primadona baru transportasi darat bagi penumpang yang menginginkan keamanan dan kenyamanan lebih. “Saya berharap minat terhadap moda transportasi darat dapat semakin meningkat, sehingga persaingan dalam pilihan moda transportasi bagi masyarakat menjadi beragam. Yang terpenting adalah keamanan dan kenyamanan tetap menjadi prioritas utama dalam memberikan pelayanan transportasi bagi penumpang,” ujar Plt. Dirjen Hubdat Hindro Surahmat.(*) 6
TRANS
LAUT
Memperkuat Armada
Pelayaran Nasional
Melalui
Beyond
Cabotage
Pemerintah telah menyiapkan strategi penerapan beyond
cabotage sejak lama. Kebijakan yang bertujuan mendorong
penggunaan kapal-kapal nasional untuk mengangkut
barang-barang ekspor impor itu diharapkan bisa menahan keluarnya
devisa ke luar negeri. Strategi beyond cabotage diharapkan bisa
memperkuat armada kapal nasional serta mampu membuat
peran armada kapal nasional lebih kompetitif di tingkat regional
maupun global.
B
eyond cabotage merupakan kegiatan angkutan ekspor dan impor yang diprioritaskan menggunakan kapal berbendera Merah Putih dan diawaki oleh awak berkebangsaan Indonesia. Kapal yang beroperasi untuk mendukung program beyond cabotage nantinya dimiliki oleh perusahaan pelayaran nasional dengan kepemilikan mayoritas pengusaha Indonesia sesuai dengan UU Nomor 17/2008 tentangPelayaran.TRANS
LAUT
Sejak penerapan asas cabotage, peran armada kapal nasional dalam perdagangan di perairan domestik dalam negeri cukup sukses. Dukungan pemerintah melalui penerapan asas cabotage berhasil meningkatkan industri pelayaran seiring dengan pertumbuhan jumlah kapal berbendera Indonesia.
Tantangan berikutnya setelah
penerapan asas cabotage adalah upaya mengembalikan peran kapal nasional untuk mengangkut barang-barang perdagangan ke luar negeri. Hingga kini lebih dari 91 persen angkutan ekspor dan impor Indonesia masih menggunakan kapal-kapal asing. Dari total muatan yang mencapai lebih dari 500 juta ton per tahun, kapal-kapal berbendera Indonesia hanya mengangkut muatan 9,1 persen saja. Pemerintah terus berupaya agar potensi kehilangan devisa negara dari sistem transportasi seperti itu tidak terus terjadi. Salah satunya melalui mendukung industri pelayaran nasional untuk mengangkut komoditas dalam negeri untuk tujuan ekspor dan impor.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Ditjen Perhubungan Laut, Bay M Hasani mengakui selama ini Indonesia kehilangan
potensi devisa hingga 13 miliar dolar AS atau sekitar Rp240 triliun pertahun yang bersumber dari ongkos angkut atau freight
kapal-kapal berbendera luar negeri yang mengangkut produk-produk ekspor dan impor Indonesia.
Dukungan pemerintah tertuang dalam UU Pelayaran Nomor 17 / 2008 Tentang Pemberdayaan, dan Penguatan Perusahaan Pelayaran Nasional. Pemerintah telah memberi kemudahan di bidang perpajakan, pembiayaan dan kemudahan dalam memberikan fasilitas muatan. Langkah tersebut sejalan dengan semangat pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla yang memproritaskan pembangunan maritim nasional agar berkembang lebih maju dari sebelumnya. Usaha mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim dunia membutuhkan dukungan semua pihak. Setelah sukses dengan penerapan asas cabotage, pemerintah terus berupaya melanjutkan kebijakan yang mendukung pengangkutan muatan ekspor impor dengan armada kapal berbendera nasional (beyondcabotage). Dukungan pemerintah perlu dilakukan agar industri pelayaran nasional terus berkembang dan diharapkan melalui pengangkutan muatan barang dari dan ke luar negeri tersebut bisa mendatangkan devisa negara dari sektor pelayaran. Senada dengan pemerintah, Ketua Indonesia National Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto mengungkapkan, potensi meraih kembali devisa negara dari sektor pelayaran
Tahun 1875
Ir. W. de Jongth menyusun rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak agar dapat memberikan pelayanan kepada kapal-kapal samudera untuk membongkar dan memuat secara langsung tanpa melalui tongkang-tongkang dan perahu-perahu. Akan tetapi rencana ini kemudian ditolak karena biayanya sangat tinggi.Pada sepuluh tahun pertama abad ke-20 Ir. W.B. Van Goor membuat rencana yang lebih realistis yang menekankan suatu keharusan bagi kapal- kapal samudera untuk merapatkan kapalnya pada tambatan. Dua orang ahli didatangkan dari Belanda yaitu Prof. DR. Kraus dan G.J. de Jong untuk memberikan suatu saran mengenai rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak.
Setelah tahun 1910, pembangunan fisik Pelabuhan Tanjung Perak dimulai, dan selama dilaksanakan pembangunan ternyata banyak sekali permintaan untuk menggunakan kade/ tambatan yang belum seluruhnya selesai. Aktivitas di Pelabuhan Makassar.
Aktivitas kapal di perairan Pelabuhan Tajung Perak, Surabaya
1
2
TRANS
LAUT
bisa dilakukan dengan kebijakan politik yang memihak pelaku usaha perkapalan nasional. Pemerintah perlu memberi insentif berupa dukungan melalui penetapan kapal-kapal nasional untuk mengangkut komoditas nasional yang bisa diawali dari kebijakan beberapa BUMN. Ini karena pengangkutan barang produk-produk BUMN masih menggunakan kapal-kapal berbendera asing. Inilah yang menyebabkan marketshare
armada kapal nasional untuk mengangkut muatan barang dari dan ke luar negeri masih cukup kecil. Carmelita mencontohkan marketshare
angkutan luar negeri pada Tahun 2010 sebesar 587,2 juta ton (9%). Bila ada dukungan pemerintah melalui beragam kebijakan yang memberi kemudahan bagi industri pelayaran nasional, maka marketshare
angkutan barang luar negeri bisa meningkat menjadi 30-40 persen di tahun-tahun mendatang. “Jadi target INSA pada saat ini 30 persen atau sekitar 800 juta ton untuk
marketshare muatan luar negeri,” ujar Carmelita. Target itu bisa dilakukan secara bertahap.
Jika target angkutan barang ekspor maupun impor dengan kapal nasional itu berhasil, lanjutnya, maka ini bisa membantu pemerintah mengurangi defisit neraca pembayaran yang hingga kini masih timpang. Neraca pembayaran bidang jasa Indonesia khususnya angkutan pelayaran masih defisit dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, pemerintah terus mengupayakan langkah-langkah strategis agar semua pihak terkait di bidang pelayaran, baik regulator maupun operator bisa bekerjasama mewujudkan beyond cabotagedengan baik.
Langkah Lanjutan Keberhasilan Cabotage
INSA meyakini program beyond cabotage sebagai kelanjutan dari asas
cabotage akan mampu mengembalikan kejayaan maritim Indonesia,
khususnya di bidang transportasi laut. Kejayaan maritim yang dimaksud adalah saat kapal-kapal berbendera Merah Putih berhasil menguasai aktivitas pengangkutan laut dalam negeri bahkan ekspor dan impor seperti yang terjadi selama periode Tahun 1961 - 1984.
Pada periode tersebut, --selama adanya Deklarasi Djuanda hingga terbitnya kebijakan ScrappingPolicy,-- kapal-kapal berbendera Merah Putih cukup disegani dunia. Pada periode itu, aktivitas angkutan laut dalam negeri sudah dikuasai kapal nasional. Sedangkan untuk kegiatan ekspor impor yang menggunakan kapal nasional sudah mencapai lebih dari 70%.
Namun, setelah adanya kebijakan
scrapping policy yang mewajibkan kapal-kapal berusia di atas 25 tahun di-besitua-kan, aktivitas pelayaran dan perkapalan nasional mengalami kemunduran. Baru pada Tahun 2005 lalu, sejalan dengan kebijakan asas cabotage, industri pelayaran kembali menggeliat.
Aktivitas di Pelabuhan Teluk Lamongan
Aktivitas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
3
TRANS
LAUT
4
laut mencapai lebih 6 juta km2, Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan alam dan sumber energi yang melimpah. Potensi Sumber Daya Alam (SDA) berupa mineral, gas dan minyak bumi serta sumber energi terbarukan lainnya membutuhkan pengembangan infrastruktur transportasi yang memadai. “Untuk mendukung potensi tersebut, memang dibutuhkan jumlah armada kapal yang cukup agar perdagangan antarpulau maupun antar negara bisa berjalan optimal,” ujar Bay M Hasani.
Pemerintah hingga kini masih terus berupaya agar penerapan asas
beyondcabotagebisa berjalan sesuai harapan. Melalui Inpres Nomor 5 Tahun 2005 Tentang industri Pelayaran, keterlibatan semua pihak mutlak diperlukan. Semua Kementerian terkait, BUMN, BUMD dan Pemerintah Daerah memiliki tanggungjawab yang sama bagi pengembangan industri pelayaran dalam negeri.
Keterlibatan dari semua pihak menentukan keberhasilan kebijakan ini. Dukungan dari kalangan BUMN, terlihat adanya keinginan untuk melaksanakan program beyond cabotage dengan perusahaan BUMN sebagai lokomotifnya. Kementerian Perhubungan terus merumuskan langkah-langkah strategis termasuk dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Keuangan untuk mengimplementasikan rancangan kebijakan tersebut,
Sejumlah perusahaan BUMN seperti pertambangan, migas, industri pengolahan kelapa sawit, pupuk dan perdagangan diharapkan dapat menjadi pelopor menyelamatkan devisa yang hilang. Ini karena sekitar 20-30 persen kegiatan ekspor da nimpor Indonesia dilakukan oleh perusahaan BUMN. Peran itu terbukti berhasil saat semua pihak turut terlibat mendukung penerapan asas cabotage yang mewajibkan pengangkutan muatan di perairan dalam negeri harus dengan kapal-kapal berbendera Indonesia. Ini memberi kontribusi positif bagi pengembangan industri pelayaran nasional. (*)
Ketua Umum INSA menambahkan, program beyond cabotage akan mampu mengangkat kejayaan pelayaran nasional. Beyond cabotage atas angkutan ekspor dan impor Indonesia adalah program paling strategis untuk menjemput kejayaan maritime nasional sekaligus menjadi tantangan bagi pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Saat ini, kesiapan armada kapal niaga yang tergabung dalam INSA, lanjut Carmelita, sudah cukup memadai. Banyak perusahaan pelayaran nasional yang tergabung di INSA sudah memiliki kapal besar jenis VLCC dan VLGC yang mampu menunjang kegiatan ekspor dan impor. Keberadaan armada kapal yang besar seperti itu memang perlu penambahan agar kebutuhan armada kapal untuk mengangkut muatan barang dari dan ke luar negeri bisa terpenuhi. Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Ditjen Perhubungan Laut Bay M Hasani menambahkan pemerintah telah memberikan dukungan
secara optimal bagi pengembangan asas beyond cabotage. Dukungan pemerintah juga diwujudkan melalui pemberian subsidi bagi angkutan kapal barang tol laut dengan penetapan rute secara terjadwal dan beragam regulasi untuk meningkatkan keselamatan maupun keamanan pelayaran. Semua kebijakan diharapkan bisa menghasilkan sistem transportasi laut yang menunjang upaya peningkatan sumber devisa baru dan juga mendukung pengembangan sektor maritim secara keseluruhan. Kondisi maritim Indonesia paparnya, memang harus diwujudkan sesuai harapan. Dengan luas wilayah nusantara yang dikelilingi oleh dua pertiga lautan dan memiliki 17 ribu pulau besar dan kecil, armada kapal yang ada masih belum cukup mengawal Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar.
TRANS
UDARA
Opsi Kerjasama
Pengelolaan Bandara
Langkah pemerintah menyiapkan infrastruktur transportasi
angkutan udara tak mengenal kata surut. Hingga kini, proses
pembangunan dan pengembangan bandara-bandara di sejumlah
daerah terus dilakukan. Ketersediaan prasarana bandara yang
memadai menjadi prioritas kebijakan pembangunan Kementerian
Perhubungan dalam dua tahun terakhir.
K
etersediaan bandara yang besar dengan landasan pacu yang lebih panjang, diarahkan untuk melayani kebutuhan angkutan udara yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan kapasitas bandara diharapkan bisa didarati oleh pesawat berbadan besar yang mampu1
mengangkut jumlah penumpang yang besar pula. Asumsi itulah yang menjadi pertimbangan pemerintah membangun infrastruktur bandara baik yang telah dikelola BUMN PT Angkasa Pura, maupun yang dikelola oleh Kementerian Perhubungan maupun Pemda.
Sejumlah pengembangan telah dilakukan di beberapa bandara mulai dari Bandara Babullah Ternate, Provinsi Maluku Utara, Bandara Raden Inten II Lampung, Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Bandara Syamsuddin Noor Kalimantan Selatan, Bandara Kertajati Jawa Barat, Bandara Internasional DI Yogyakarta, Bandara Sebatik Kalimantan Utara, dan pengembangan Bandara Ahmad Yani di Semarang.
2
TRANS
UDARA
Pada awalnya
Bandara Achmad
Yani
adalah pangkalan udara TNI Angkatan Darat, dahulu lebih dikenal dengan Pangkalan Udara Angkatan Darat Kalibanteng. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Panglima Angkatan Udara, Menteri Perhubungan dan Menteri Angkatan darat tanggal 31 Agustus 1966, maka Pangkalan Udara AD diubah statusnya menjadi Pangkalan Udara Bersama Kalibanteng Semarang. Namun karena peningkatan frekuensi penerbangan sipil, maka pada tanggal 1 Oktober 1995, Bandar Udara Achmad Yani Semarang menjadi salah satu Bandar Udara di bawah PT Angkasa Pura. Bandara Achmad Yani berubah menjadi bandara internasional pada tahun 2004 setelah Garuda Indonesia membuka rute Semarang-Singapura. adanya kerja sama dengan swasta,maka potensi pemasukan menjadi lebih besar dan akan ada sumber pendanaan alternatif dari situ. Sehingga dana APBN dapat dialokasikan untuk proyek-proyek strategis lainnya.
Menteri Perhubungan menambahkan, kerjasama melalui skema KSM maupun KSO juga akan dilakukan untuk pengelolaan fasilitas transportasi lain seperti pelabuhan. Model ini menjadi pilihan agar proses pembangunan infrastruktur di daerah-daerah pinggiran, terluar dan perbatasan bisa terus berjalan tanpa ada kendala pendanaan. Budi Karya mencontohkan jika ada kerjasama KSO di Bandara Sentani maka penerimaan negara diperkirakan mencapai Rp 70 miliar setahun. “Ini akan menghemat APBN karena selama ini alokasi anggaran negara untuk penyelenggaraan Bandara Sentani sekitar Rp 50 miliar,” ungkap dia.
Pemerintah terus mendorong adanya kerja sama ini agar pengelolaan bandara-bandara yang selama ini berpotensi komersial bisa dioptimalkan secara baik. Masing-masing bandara memang memiliki potensi penerimaan yang berbeda. Namun, jika dikalkulasi secara keseluruhan pendapatan negara dari adanya skema kerjasama KSM dan KSO
seperti itu bisa mencapai Rp 800 miliar setahun. “Nilai tersebut cukup besar dan bisa digunakan untuk membangun infrastruktur transportasi lainnya yang lebih bermanfaat,” tuturnya.
Bentuk Kerjasama Dengan Pihak Ketiga Untuk menunjang kelancaran
pembangunan bandara, pemerintah terus mencari cara untuk mendatangkan sumber pendanaan selain APBN. Salah satunya, Kementerian Perhubungan menetapkan 11 bandara di Tanah Air yang akan dikerjasamakan dengan pihak BUMN, BUMD maupun pihak swasta. Bentuk kerjasama ini menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, akan mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk kegiatan pembangunan infrastruktur.
Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya, Kalimantan Tengah
Proyek pembangunan Bandara Raden Inten II Lampung
1
TRANS
UDARA
Bandara
Fatmawati
Soekarno
Bengkulu
Bandar Udara ini mulai dibangun pada tahun 1944 oleh pemerintahan pendudukan Jepang untuk kepentingan pertahanan udara dalam Perang Dunia ke-II. Pembangunannya dilaksanakan secara kerja paksa dengan mengerahkan rakyat di sekitar Bengkulu serta mendatangkan tenaga dari pulau jawa yang kesemuanya dibayar sekitar 50 sen Jepang perhari.“Dengan dukungan perusahaan BUMN, BUMD, maupun swasta di dalam pendayagunaan aset bandara, maka diharapkan pemanfaatan APBN akan menjadi lebih efektif dan efisien,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, di Jakarta, awal September 2017.
Sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 193 Tahun 2015 Tentang Konsesi dan Bentuk Kerjasama Antara Pemerintah dengan Badan Usaha Bandar Udara menyebutkan adanya beberapa bidang yang menjadi wilayah cakupan kerjasama. Ada bentuk Kerjasama Sumber Daya Manusia (KSM), Kerjasama Operasi (KSO), maupun Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atau konsesi. Pemerintah telah menetapkan mayoritas skema kerja sama pemanfaatan bandara yang dilakukan adalah melalui Kerjasama Sumber Daya Manusia (KSM) dan Kerja Sama Operasi (KSO). Melalui kerjasama KSM, otoritas bandara memiliki otonomi untuk menjalin kerjasama dengan pihak swasta dalam hal manajemen. Termasuk merekrut SDM dan memanfaatkan sistem outsourcing. Sedangkan pada skema kerjasama operasional, otoritas bandara bisa menggandeng pihak investor untuk melakukan proses pembangunan, pengelolaan dan pelayanan secara kontraktual selama waktu tertentu. Kedua jenis kerjasama ini akan dilakukan untuk bandara-bandara BLU Kemenhub.
Budi menambahkan 11 bandara yang menjadi pilot project kerjasama tersebut terdiri dari enam bandara BLU dan lima bandara non BLU. Bentuk kerjasama bandara BLU lebih sesuai dengan skema KSO ataupun dengan KSM. Enam bandara tersebut adalah Bandara Sentani, Bandara Juwata Tarakan, Bandara Bandara Radin Inten II Lampung, Bandara Tanjung Pandan di Bangka Belitung, Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie di Palu, dan Bandara Fatmawati Soekarno di Bengkulu.
Sedangkan lima bandara non BLU, juga telah menyiapkan skema kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Lima bandara tersebut adalah Bandara Komodo di Labuan Bajo, Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, Bandara Syukuran Aminuddin Amir di Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah, Bandara Maimun Saleh di Sabang dan Bandara Dr Ferdinand Lumban Tobing di Sibolga Sumut.
KPBU ini pada dasarnya adalah kerjasama konsesi. Potensi komersial dari bandara-bandara ini cukup besar, sehingga pemerintah melalui Kementerian Perhubungan tidak perlu lagi mengelola sebagai sumber PNBP.
Jika konsesi, pemerintah
memindahtangankan aset. Artinya, seluruh aset bandara sudah dimiliki serta dioperasionalkan oleh pihak BUMN. Peran