• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Kelas IV SD Negeri Plumbon 01 Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Kelas IV SD Negeri Plumbon 01 Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Dalam melaksanakan suatu penelitian perlu mengkaji pendapat para ahli mengenai masalah yang diteliti. Penulis akan melakukan kajian teori, berdasarkan pendapat dari para ahli untuk mendukung penelitian:

2.1.1 Hakekat Pembelajaran IPA SD

Pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen dasar yakni produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA juga dipandang sebagai proses, produk dan prosedur. Sri Sulistyorini (2007:8) menyatakan bahwa pembelajaran IPA harus. melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang di butuhkan.

Trianto (2010:137) menyatakan bahwa IPA, sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan tentang alam maupun pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan untuk penyebaran atau disminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk memenuhi sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut model ilmiah (scientific method).

Menurut Amalia Sapriati (2008:23) Pendidikan IPA di sekolah dasar adalah pendidikan yang berujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah, yang akan

(2)

serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

De Vito et al. Tahun 1993 (dalam Samatowa, 2011:104) menyatakan bahwa pembelajaran IPA yang baik yaitu harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan pendapat dari De Vito tersebut maka pembelajaran dengan mengaitkan lingkungan kehidupan belajar siswa sangat diperlukan untuk

membangun rasa ingin tahu siswa tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya dan menimbulkan kesadaran tentang perlunya belajar IPA menjadi sangat diperlukan. Pembelajaran IPA merupakan salah satu dari lima pelajaran wajib di sekolah dasar yang masuk pada kriteria mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Tentunya upaya yang dilakukan bukan hanya sekedar mempelajari IPA atau sains itu sendiri secara teoritis namun juga lebih pada aplikasi dan kebermaknaan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan fenomena nyata. Berdasarkan pengertian dari berbagai pakar ilmu maka IPA atau sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk dan prosedur, dalam mempelajari fenomena-fenomena alam yang kaitannya erat dengan kehidupan sehari-hari.

IPA perlu diajarkan di Sekolah Dasar karena beberapa alasan, seperti yang dikemukakan oleh Samatowa (2011:6) yang menggolongkan menjadi empat mengapa IPA dimasukkan dalam kurikulum sekolah, antara lain:

a. Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa.

b. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu matapelajaran yang melatih atau mengembangkan kemampuan berpikir kritis. c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh

anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.

d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

(3)

bukanlah mata pelajaran hafalan namun IPA memberikan dukungan kemajuan suatu bangsa terutama dalam kemajuan teknologi, karena pada dasarnya teknologi tidak akan maju tanpa pengetahuan dasar sains.

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA

2.1.2.1 Fungsi Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA didefinisikan sesuai dengan fungsinya. Ada dua fungsi IPA yang sangat penting menurut Bernal, yaitu dapat meningkatkan produksi dan mengubah sikap juga pandangan manusia terhadap alam. IPA dapat dipandang

sebagai faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi karena IPA menggunakan pendekatan eksperimentasi, dengan uji coba terlebih dahulu supaya dapat diketahui dengan jelas faktor-faktor penghambat untuk mencapai tujuan, sedangkan IPA berfungsi untuk merubah sikap manusia terhadap alam semesta, dapat digambarkan sebagai berikut:

a) Orang percaya bahwa pelangi adalah selendang bidadari, sedangkan orang IPA mengerti bahwa bahwa pelangi merupakan suatu pembiasan cahaya oleh bintik-bintik diudara.

b) Orang percaya gerhana bulan terjadi karena ditelan oleh raksasa sakti, sedangkan orang IPA mengerti bahwa gerhana bulan terjadi karena tertutup bayangan bumi.

Berdasarkan beberapa fungsi pembelajaran IPA menurut Bernal diatas maka Ilmu Pengetahuan Alam sangat penting karena IPA dapat meningkatkan produksi dan dapat mengubah sikap pada pandangan manusia terhadap alam. Sehingga IPA dipandang sebagai faktor peningkatan terhadap IPA melalui pendekatan eksperimentasi bukan dengan pendekatan konvensional. Dan dengan penggunaan pendekatan eksperimentasi dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa.

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA

(4)

pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) secara terperinci yaitu:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala kateraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Berdasarkan beberapa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diatas maka tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sekolah dasar yaitu tidak

hanya memahami konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam namun tujuan tersebut dapat dijadikan bekal pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang yang SMP atau MTs, tetapi juga bertujuan untuk menumbuhkan sesadaran siswa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan YME yang dapat dilakukan dengan cara memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. Artinya, tujuan mata pelajaran IPA tidak hanya menyentuh sisi akademik namun dapat menyentuh sisi religius yang diwujudkan dengan diperolehnya keyakinan para siswa terhadap Tuhan YME.

2.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD

Ruang lingkup pembelajaran IPA SD menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya yaitu meliputi: cair, padat, dan gas;

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana;

(5)

Berdasarkan ruang lingkup menurut Depdiknas 2006 maka IPA SD sangat berkesinambungan antara lain, makhluk hidup dan proses kehidupannya, benda/materi, energi dan perubahannya dan bumi dan alam semesta. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang empirik dan membahas tentang fakta dan gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajara IPA tidak hanya verba tetapi faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, pembelajaran IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan factual. Ruang lingkup IPA disini sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan

pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana produk sains ditemukan.

Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minium yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan untuk siswa kelas IV SD semester II disajikan melalui tabel1 berikut ini (KTSP, 2006).

Dilihat dari ruang lingkup IPA tersebut maka dapat diambil kompentensi yang akan dicapai. “Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah serta landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian” (KTSP, 2006). Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dapat digunakan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Selain itu standar kompetensi dan kompetensi dasar juga dijadikan tolak ukur sejauh mana

(6)

Berikut ini tabel Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA pokok bahasan gaya dapat mengubah bentuk dan arah gerak suatu benda pada kelas 4 semester 2.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA kelas 4 Sekolah Dasar Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 Kurikulum KTSP

Standar Kompetensi

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi Dasar

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaanya.

8.3 Membuat suatu karya/model untuk

menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misal roket/baling-baling pesawat kertas/parasut.

SK dan KD merupakan salah satu syarat penting dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Dalam penelitian ini proses pembelajaran dilakukan di kelas IV matapelajaran IPA semester II SK kelas IV yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dan KD yang digunakan dalam penelitian ini 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaanya dan KD 8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misal roket/baling-baling pesawat kertas/parasut.

2.2 Belajar

Permendiknas No 41 tahun 2007 menyatakan bahwa “belajar adalah perubahan yang relative permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperoleh dan praktik yang dilakukan. Racmawati dan Daryanto (2015:36) menyatakan, belajar adalah suatu proses

(7)

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hamdani (2011:20) mengungkapkan bahwa:

Belajar tidak hanya memelajari mata pelajaran, tetapi juga penyesuaian, kebiasaan, presepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian social, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan, pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

Dari definisi yang dikemukakan para ahli diatas bahwa belajar adalah ada

modifikasi tingkah laku. Belajar dapat membawa seseorang mengalami perubahan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi seseorang yang tahu. Belajar dalam hal ini mampu merubah segala pola pikir yang ditransfer dari proses belajar. Belajar memberikan efek terhadap objek si pebelajar. Belajar merupakan hal terpenting dalam membawa dan memberikan perubahan tingkah laku dan pemikiran dari si pebelajar. Belajar bukan hanya apa yang diajarkan melainkan juga pengalaman hidup masing-masing orang.

Dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, adapun faktor dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa, faktor dari dalam seperti jasmani, psikologis, dan kelelahan. Sedangkan dari luar diri siswa seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat (Slameto 2010:54-72). Beberapa faktor tersebut dapat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar memiliki beberapa ciri umum antara lain; menunjukan aktivitas yang disadari, merupakan interaksi individu dengan lingkungannya, dan hasil belajar ditandai dengan tingkah laku (Aunurrahman 2011:36-37). Selain itu, Baharuddin dan Wahyuni (2007:15), mengungkapkan ciri-ciri belajar sebagai berikut:

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. 2) Perubahan tingkah laku bersifat permanen.

3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan tersebut bersifat potensial.

(8)

Baharuddin dan Wahyuni (2007:16) mengungkapkan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:

1) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif.

2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

3) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

4) Penguatan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Dari apa yang diungkapkan oleh Baharuddin dan Wahyuni (2007:15-16) dapat dikatakan bahwa dengan adanya kemauan dari diri sendiri dalam diri siswa maka mampu meningkatkan semangat belajar siswa sehingga siswa tidak memiliki rasa enggan atau berat hati dalam mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya, dengan adanya penguatan dan motivasi yang baik dalam diri siswa maka mampu meningkatkan semangat belajar, siswa dapat melakukan suatu pembelajaran secara aktif dan lebih memaknai apa yang dia pelajari sehingga akan lebih tersimpan lama didalam ingatan siswa. Selain itu, prinsip belajar tantangan juga mampu meningkatkan rasa ingin tahu yang terdapat dalam diri siswa sehingga siswa akan mengabaikan aktivitas lain yang menggangu kegiatan pembelajaran. Sedangkan untuk prinsip pengulangan, prinsip balikan dan penguatan, prinsip perbedaan individu akan sangat dipengaruhi oleh guru. dari pengulangan siswa nantinya akan diajarkan dengan menggunakan beberapa latihan yang mungkin memerlukan kesabaran lebih bagi guru. prinsip balikan dan penguatan yang akan memberikan kekuatan untuk siswa dalam pembelajaran selanjutnya, maka dari itu guru harus menempatkan bagaimana penguatan yang tepat pada setiap siswa. Selanjutnya adalah prinsip perbedaan individu, dimana perlu adanya kesadaran dari seorang guru bahwa setiap siswa tidak memiliki

karakter yang sama, keahlian, dan pola asuh yang berbeda-beda sehingga dalam penangananya juga perlu untuk dibedakan didalam kegiatan belajar mengajar.

(9)

terbuka dan demokratif, menerima orang lain, dan sebagainya”. Definisi dari tujuan belajar itu adalah deskripsi tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai (Oemar Hamalik 2008:73).

Berdasarkan beberapa pendapat pakar diatas dapat dikatakan bahwa tujuan belajar merupakan suatu harapan yang ingin dicapai berupa adanya perubahan tingkah laku setelah selesainya proses pembelajaran. Bentuk dari hasil belajar tersebut dapat berupa pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan dan ketrampilan inilah yang akan diarahkan kepada siswa untuk berfikir kritis, terbuka, kreatif,

demokratif dan sebagainya. Sehingga dalam suatu proses pembelajaran akan memiliki hasil yang diharapkan dan mampu mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

2.3 Pembelajaran

Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Hal yang begitu juga diungkapkan oleh Racmawati dan Daryanto (2015:141) bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dalam suatu lingkungan belajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya, Suyono dan Hariyanto (2015:183) mengungkapkan bahwa pembelajaran memiliki kesamaan dengan pengajaran dimana guru mengajar atau mengarahkan siswa menuju proses pendewasaan diri.

Dari definisi pembelajaran yang dikemukakan Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Racmawati dan Daryanto (2015:141), dan Suyono dan Hariyanto (2015:183), dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang menghubungkan antara guru sebagai pengajar dengan siswa dan

(10)

Hamdani (2011:23) menyatakan hakikat dari pembelajaran menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus, dan berdasar aliran kognitif pembelajaran adalah sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Humanistik mengartikan pembelajaran adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Hamdani (2011:47) mengungkapkan bahwa pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Pembelajaran terjadi secara sadar dan dilakukan secara sistematis.

2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi dalam belajar. 3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan ajar yang menarik perhatian dan

menantang siswa.

4) Pembelajaran dapat menciptakan suasana yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

5) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis.

6) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa. 7) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.

Rachmawati dan Daryanto (2015:141) menyatakan bahwa dalam pembelajaran terdapat suatu proses yang mengaitkannya dengan

komponen-komponen yang saling terhubung. Komponen tersebut terdiri dari tujuan pembelajaran, guru, siswa, kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran,

dan evaluasi pembelajaran. Dimana kesemuanya itu akan dikaitkan dan terbentuklah sebuah kegiatan yang disebut proses pembelajaran.

(11)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan proses yang melibatkan guru, siswa dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar guna mencapai tujuan pembelajaran serta memberikan bekal dan pengalaman sehingga memberikan pembentukan kepribadian yang lebih baik. Oleh karena itu tujuan dari pembelajaran yaitu untuk membantu siswa untuk memperoleh berbagai pengalaman, dan dapat merubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik dalam mengendalikan pola hidup pada dirinya.

2.4 Project Based Learning

Pembelajaran berbasis proyek merupakan pendekatan yang berfokus pada suatu konsep dan mempunyai prinsip displin, melibatkan siswa dalam mencari pemecahan masalah dan tugas bermakna lainnya, memungkinkan siswa untuk bekerja mandiri untuk membangun belajar mereka sendiri, dan meningkat dengan hasil produk nyata (Buck Institute for Education 2001). Dalam model pembelajaran Project Based Learning siswa lebih fokus pada pembuatan suatu proyek yang sebelumnya merupakan hasil pemecahan masalah baik individu dan kelompok. Project Based Learning berpusat pada siswa, kekreatifan siswa lebih diutamakan sehingga siswa diajarkan pada keadaan nyata atau realistic sesuai dengan lingkungan sekitar siswa.

2.4.1 Pengertian Project Based Learning

Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning (PJBL)) adalah suatu model pembelajaran inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (CORD, 2007). Fokus pembelajaran terletak pada konsep dan prinsip inti suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna, memberi

(12)

kompleks yang diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Implementasi PBL berpotensi untuk membuat pengalaman belajar siswa yang menarik dan bermakna (Gaer, 1998). PJBL mendorong siswa aktif dalam belajar, dan siswa berinisiatif, instruktur memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik kebermaknaannya maupun penerapannya untuk kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penerapan PJBL guru tidak aktif dan melatih secara langsung, akan tetapi menjadi pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran siswa.

Dari pengertian Project Based Learning diatas maka model pembelajaran

Project Based Learning merupakan sebuah alternative model yang memfokuskan pada pembelajaran aktif yang menarik dan menyenangkan. Supaya tercipta pembelajaran yang demikian maka prosedur serta alasan yang dapat dilakukan oleh guru dengan menggunakan pembelajaran Project Based Learning yaitu membagi siswa kedalam kelompok-kelompok, jika dilihat dari aspek sosial hal tersebut akan mendorong siswa aktif dalam belajar, dan siswa berinisiatif, instruktur memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik kebermaknaannya maupun penerapannya untuk kehidupan sehari-hari. Dengan waktu yang ditentukan secara singkat maka akan melatih tanggung jawab siswa dalam membuat pertanyaan ketika mereka berdikusi, tentunya penanaman karakter yang dikembangkan melalui model ini sangatlah baik untuk menunjang tumbuh kembang siswa.

Karakter yang akan terbentuk dengan menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning ini antara lain, sebagai pusat pembelajaran, siswa diarahkan untuk mencari solusi, siswa dapat membangun pengetahuannya dengan melalukan investigasi secara mandiri, dan dengan dibuatnya kelompok siswa mampu bekerjasama dalam bertukar pikiran dan pendapat dengan teman sebaya, juga belajar menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran IPA dengan

(13)

2.4.2 Karakteristik Metode Project Based Learning

Metode Pembelajaran Project Based Learning memiliki karakteristik khususnya karakteristik ini menurut Global SchoolNet, 2000) yaitu sebagai berikut:

1. Siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.

2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa.

3. Siswa memdesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.

4. Siswa secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.

5. Proses evaluasi dijalankan secara berkelanjutan.

6. Siswa secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan. 7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.

8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan (Global SchoolNet, 2000).

Sedangkan Pembelajaran Berbasis Proyek menurut (Larmer & Mergendoller 2012:138), memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Isi atau materi yang penting dimana tidak melupakan pengajaran, pengetahuan dan kemampuan dari standar konsep dari matapelajaran.

2. Kemampuan abad yaitu berpikir kritis, penyelesaian masalah, komunikasi serta kerjasama yang diajarkan dan dinilai.

3. Rasa ingin tahu yaitu dimana siswa akan bertanya, mengumpulkan data serta mengembangkan jawaban.

4. Memunculkan pertanyaan.

5. Kebutuhan untuk mengetahuai sesuatu yaitu dimana siswa menjadi haus akan ilmu pengetahuan sampai mereka paham dan mengerti konsep serta bertindak sesuai kemampuannya dalam menjawab pertanyaan dan menciptakan proyek sebagai keingintahuan dan ketertarikannya.

6. Bersuara dan menentukan pilihannya.

7. Merevisi dan melakukan refleksi pembelajaran.

8. Adanya penoton yaitu dimana saat siswa melakukan presentasi dalam hal itu guru serta teman sebaya.

Dari beberapa karakteristik metode pembelajaran Project Based Learning

(14)

dalam aktivitas belajar sehingga pembelajaran dapat toleran pada kesalahan dan perubahan dan dengan metode Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.4.3 Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning

Langkah-langkah dalam pembelajaran Project Baased Learning yang dikembangkan oleh (The George Lucas Education Foundation, 2005:72-79) sebagai berikut:

a) Starts With the Essential Question

Pembelajaran ini dimulai dengan pertanyaan essensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk. b) Design a Plan for the Project

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan essensial, dengan cara mengintregasikan dari berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat serta bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

c) Creates a Schedule

Dalam pembelajaran pengajar dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini yaitu sebagai berikut:

1) Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek. 2) Membuat deadline penyelesaikan proyek. 3) Membawa siswa merencanakan cara yang baru.

4) Membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan

5) Meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara d) Monitor the Student and the Progress of the Project

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. e) Acces the Outcome

(15)

Pada akhir proses pembelajaran pengajar dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning maka dapat ditarik kesimpulah bahwa dengan langkah-langkah tersebut pembelajaran

IPA akan membuat siswa lebih kritis dalam pembelajaran, karena siswa dituntut untuk mandiri dalam menyelesaikan proyek sehingga pembelajaran IPA akan menjadi menyenangkan dan pembelajaran ini akan memperbaiki kinerja siswa selama proses pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan suatu temuan baru dalam pembelajaran.

Sedangkan menurut Stix & Hrbek (2007) berikut ini sintaks pelaksanaan metode Project Based Learning yaitu:

1) Guru mengkondisikan siswa dengan memberi contoh konkret atau nyata. 2) Para siswa berperan sebagai perancang proyek yang membentuk kelompok. 3) Siswa mendiskusikan dan mengakumulasi latar belakang informasi bagi

proyek mereka.

4) Guru dan siswa bernegosiasi tentang kriteria penilaian untuk evaluasi proyek. 5) Para siswa mengumpulkan material dapat berupa data maupun peralatan yang

dibutuhkan dalam proyek. 6) Menyusun proyek.

7) Menyiapkan presentasi proyek. 8) Presentasi proyek

9) Mengevaluasi proyek sesuai dengan hasil negosiasi pada poin 4.

Berdasarkan langkah diatas, peneliti sejalan dengan langkah yang dikemukakan Stix & Hrbek (2007) yaitu langkah Project Based Learning dimulai dari guru mengkondisikan siswa dengan cara memberi contoh konkret atau nyata,

(16)

secara bergantian kelompok mempresentasikan proyek, terakhir siswa dan guru mengevalusi proyek, sehingga pembelajaran ini akan memperbaiki kinerja siswa selama proses pembelajaran dan siswa dapat menemukan suatu temuan baru dalam pembelajaran.

2.4.4 Penerapan Project Based Learning

Karakter utama dari metode Project Based Learning yaitu hasil akhir pembelajaran. Guru mampu dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk

menentukan proyek apa yang siswa buat agar siswa tertarik mengerjakan proyek tersebut sehingga siswa tidak merasa bosan. Selain itu, proyek juga harus memenuhi tujuan pmbelajaran dan tentunya sesuai dengan kompetensi dasar, materi dan hasil belajar yang ingin dicapai oleh siswa.

Penerapan pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah metode Project Based Learning dalam pembelajaran IPA sesuai dengan standar proses (Permendiknas No. 41 Tahun 2007) sebagai berikut:

1) Pendahuluan

Merupakan kegiatan awal untuk meningkatkan gairah siswa dengan tujuan agar siswa dapat aktif dan bertambah motivasi dalam proses pembelajaran.

2) Inti

Merupakan inti dari suatu proses pembelajaran tersebut. Dari kegiatan inilah kompetensi dasar akan diwujudkan. Dari kegiatan inti ini, akan ditambahkan metode yang menarik siswa agar dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik. Dalam kegiatan inti terdapat tahapan materi yang meliputi ekspolrasi, elaborasi, dan konfirmasi.

3) Penutup

Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang menandai akan berakhirnya proses pembelajaran. Dalam kegiatan penutup ini terdapat kegiatan seperti memberikan kesimpulan, refleksi, umpan balik, penilaian, dan tindak lanjut.

(17)

Tabel 2.2

Kegiatan pembelajaran IPA dengan penerapan Project Based Learning

Langkah-langkah Deskripsi Langkah -1

Mengkondisikan siswa dengan memberi contoh konkret atau nyata.

Guru mengkondisikan kelas dengan cara memberikan contoh nyata.

Langkah -2

Para siswa berperan sebagai perancang proyek yang membentuk kelompok.

Guru memfasilitasi Peserta didik untuk merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek dalam membentuk kelompok.

Langkah -3

Siswa mendiskusikan latar belakang informasi bagi proyek mereka.

Peserta didik melakukan diskusi dalam informasi proyek mereka.

Langkah -4

Guru dan siswa bernegosiasi tentang kriteria penilaian untuk evaluasi proyek.

Guru dan siswa bernegosiasi dalam melaksanakan rancangan penilaian evaluasi proyek.

Langkah -5

Para siswa mengumpulkan material yang berupa data dan alat yang dibutuhkan dalam proyek.

Para siswa secara berkelompok mengumpulkan material dapat berupa data maupun peralatan yang dibutuhkan dalam proyek.

Langkah -6 Menyusun Proyek

Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyusun proyek.

Langkah -7 Menyiapkan Proyek

Guru memfasilitasi tiap anggota kelompok untuk menyiapkan proyek yang telah dibuat.

Langkah -8 Presentasi Proyek

Tiap anggota kelompok secara bergilir mempresentasikan hasil diskusi proyek yang dikerjakan.

Langkah -9

Evaluasi proses dan hasil projek

Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek.

2.5 Hasil Belajar

(18)

baru yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu.

Hasil belajar yang utama yaitu perubahan pada tingkah laku. Hasil belajar didapat setelah siswa mengalami pengalaman belajar dan evaluasi dari guru. Beberapa pendapat mengenai Hasil belajar dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar di atas adalah perubahan tingkah laku atau kemampuan-kemampuan setelah menerima pengalaman belajarnya. Perubahan dalam hal ini maksudnya adalah perubahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Tiga aspek seperti yang dikemukaan Bloom dan Krath Wohl dalam (Hamzah, 2006: 14) yaitu:

1. Kognitif

Kognitif terdiri 6 kata yaitu ;

a. Pengetahuan (mengingat, menghafal) b. Pemahaman (menginterpretasikan)

c. Aplikasi (menggunakan konsep, memecahkan masalah) d. Analisis (menjabarkan suatu konsep)

e. Sintesis (menggabungkan nilai, metode, ide dll) f. Evaluasi (membagikan nilai, ide, metode dll)

2. Afektif

Afektif terdiri dari 5 tingkatan ;

a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) b. Merespon (aktif berpartisipasi)

c. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai)

d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai) e. Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)

3. Psikomotorik

a. Psikomotorik terdri dari 5 tingkatan ; b. Peniruan (menirukan gerak)

c. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)

d. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar) e. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)

(19)

Ranah kognitif ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) seperti kemampuan berpikir, memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisa, mensintesa, dan kemampuan mengevaluasi (Nurbudiyani, 2013:16). Ranah ini merupakan kemampuan siswa yang berorientasi kepada kemampuan berpikir. Pada ranah kognitif terdapat beberapa tingkatan kemampuan berpikir salah satunya yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah aspek pengetahuan (knowledge). Aspek pengetahuan merupakan suatu tingkatan, yang mengacu pada kemampuan siswa untuk mengingat atau menghafal. Mengingat atau menghafal

merupakan hal wajib dilakukan oleh siswa, karena tanpa mengingat maupun menghafal siswa tidak akan bisa memahami.

Selanjutnya, aspek yang digunakan dasar dalam penelitian ini yang terdapat dalam ranah kognitif adalah aspek pemahaman (comprehension). Aspek pemahaman (comprehension) merupakan tingkatan setelah aspek pengetahuan (knowledge). Aspek ini mengacu pada kemampuan siswa dalam hal memahami materi yang disampaikan oleh guru, yang dimaksud memahami adalah siswa dapat memahami makna materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa yang memahami materi sudah pasti dapat mengingat maupun menghafal apa yang diajarkan oleh guru, sebaliknya siswa yang dapat mengingat atau menghafal belum tentu bisa memaknai apa yang diajarkan oleh guru. Aspek kognitif digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilaksanakan pembelajaran.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor-faktor intern, meliputi:

a) Faktor Jasmani yaitu Faktor Kesehatan dan Cacat Tubuh. b) Faktor Psikologi yaitu :

1) Inteligensi

Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar 2) Perhatian

(20)

3) Minat

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya

4) Bakat

Bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik

5) Motif Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik

6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang 7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.

a) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

Sedangkan faktor-faktor ekstern meliputi : 1) Faktor Keluarga

2) Faktor Sekolah 3) Faktor Masyarakat.

Keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, keluarga yang morat marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik (Susanto, 2013: 13).

Sekolah juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka akan semakin tinggi pula hasil belajar siswa (Wasliman, 2007: 159).

(21)

tinggal mereka. Selain itu komunikasi yang terbangun dengan teman sebaya yang berada di sekitar mereka juga dapat meningkatkan minat siswa dalam mempelajari suatu hal yang berhubungan dengan dunia pendidikan.

2.7 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian dengan metode sejenis yang telah dilakukan. Penelitian tersebut juga menggunakan model Project Based Learning.

Berikut ini peneliti mencantumkan empat penelitian yang relevan dengan

penelitian ini, yaitu:

Penelitian yang dilakukan Anjarsari, A, 2016. Penerapan Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Struktur Tumbuhan Pada Siswa Kelas IV SD 2 Bulungcangkring Jekulo Kudus. Hasil penelitian Anjasari menunjukkan bahwa hasil belajar dengan model Project Based Learning terdapat perbedaan dengan pembelajaran konvensional yaitu menunjukkan hasil yang berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar daya ingat siswa pada tes evalusi. Hasil belajar daya ingat siswa dapat dilihat dari presentase siklus II yaitu meningkatnya skor rata-rata siswa sebesar 74,31 dengan presentase 56% meningkat menjadi 77,09 dengan presentase 75%.

Pradita, Y, 2015. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Kreativitas Siswa Pada Materi Pokok Sistem Koloid Kelas XI IPA Semester Genap Madrasah Aliyah Negeri Klaten dapat disimpulkan bahwa penerapan model Project Based Learning berbantuan LKS pada pelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa dari setiap siklus mengalami peningkatan dan hasil belajar juga mengalami peningkatan. Terjadi peningkatan Aktivitas belajar siswa dari setiap

(22)

sesuai dengan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa pada siklus I dan siklus II. Terjadi peningkatan persentase hasil belajar afektif siswa yang pada siklus I sebesar 59,09% dengan kategori cukup baik sedangkan pada siklus II persentase siswa baik mencapai 90,91% dengan kategori sangat baik. Peningkatan terhitung dari siklus I ke siklus II sebesar 53,85%. Sama halnya dengan afektif siswa, nilai rata-rata psikomotor siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus I didapatkan persentase siswa terampil sebesar 59,09%, pada siklus II meningkat menjadi 90,91%. Peningkatan yang terjadi pada

persentase ketuntasan hasil belajar pada aspek psikomotor yaitu 53,85%. Pada penelitian tindakan kelas ini terjadi peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa. Pada siklus I persentase siswa tuntas sebesar 68,18%, sedangkan pada siklus II mencapai 86,36%. Peningkatan terhitung dari siklus I ke siklus II sebesar 26,66%.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan Rosdiana, 2016. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 1 Endang Rejo dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata aktivitas siklus 1 sebesar 56,1 dengan kategori “cukup aktif”, meningkat pada siklus 2 sebesar 70,17 dengan kategori “aktif”, meningkat lagi pada siklus 3 sebesar 84,82 dengan kategori “sangat aktif”. Sedangkan rata-rata nilai hasil belajar secara keseluruhan yang meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotor yaitu pada siklus 1 sebesar 57,22 dengan kategori “cukup” (C), meningkat pada siklus 2 sebesar 62,52 dengan kategori “cukup” (C+), meningkat lagi pada siklus 3 sebesar 82,21 dengan kategori “sangat baik” (A-).

Penelitian yang dilakukan oleh Gangga, A. Penelitian ini dengan menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning dalam peningkatan

(23)

menunjukan bahwa terdapat pengaruh pada kreativitas berpikir siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan model PjBL mengalami peningkatan dengan kategori cukup signifikan, 0,3 ˂ 0,63 ≤ 0,7, sedangkan dengan pembelajan konvensional berada pada kategori rendah, 0,24 ≤ 0,3. Selain itu berdasarkan pada jawaban kuesioner yang diisi siswa, pembelajaran dengan menggunakan model PjBL mendapat respons positif dengan persentase 100 %.

Penelitian sebelumnya telah memilih metode pembelajaran Project Based Learning sebagai solusi dari pemecahan masalah yang dihadapi. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Gangga (2013), Pradita (2015), Anjarsari (2016), dan Rosdiana (2016) yang menemukan dengan metode pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan pengalaman penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian meningkatkan hasil belajar IPA, karena permasalahaan pengaruh gaya mengajar guru yang masih ceramah, penggunaan media pembelajaran yang masih kurang, maka penulis menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning di SD Negeri Plumbon 01 pada tahun ajaran 2016/2017 sebagai solusi meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah. Alasan penulis memilih metode pembelajaran Project Based Learning karena penulis yakin dari pengalaman penelitian sebelumnya dengan adanya kesamaan permasalahan yang dihadapi terjadi keberhasilan peneliti dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah dengan menggunakan metode pembelajarn Project Based Learning. Untuk itu penulis semakin yakin dengan hasil penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri Plumbon 01 dapat meningkat sesuai dengan harapan penulis yaitu hasil belajar siswa meningkat sesuai KKM yang telah ditentukan.

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam mata pelajaran IPA pada kelas IV di SD Negeri Plumbon 01 tahun pelajaran 2016/2017 memiliki kekhasan

(24)

Project Based Learning sebagai solusi pemecahan masalah rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri Plumbon 01, namun pemilihan pembelajaran didasarkan pada tuntutan belajar siswa yang kurang aktif pada siswa kelas IV di SD Negeri Plumbon 01. Karena hasil belajar siswa yang rendah disebabkan oleh siswa yang kurang aktif saat mengikuti pembelajaran dan guru yang hanya menggunakan metode ceramah. Guru yang hanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi IPA menyebabkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA menjadi rendah dan pembelajaran tersebut menjadi

membosankan yang berakibat tidak semua siswa dapat memahami materi pelajaran dan berdampak pada hasil belajar siswa. Berkenaan dengan cara mengajar guru yang masih menggunakan metode ceramah maka penulis memberikan solusi dengan menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning sehingga membuat siswa menjadi lebih semangat dalam pembelajaran IPA, karena siswa akan lebih mudah menangkap materi yang telah disampaikan dengan begitu hasil belajar IPA pada kelas IV SD Negeri Plumbon 01 akan meningkat dari pembelajaran yang dilakukan sebelumnya.

Pembelajaran Project Based Learning memungkinkan pelaksanaan pembelajaran IPA akan lebih berkesan karena dengan menggunaan media pembelajaran yang lebih menarik. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, SD Negeri Plumbon 01 merupakan sekolah dasar yang terletak di daerah pinggiran kota. Dengan kegiatan guru ketika menyampaikan materi pembelajaran hanya dengan ceramah, maka siswa kurang bersemangat dan tidak aktif, sehingga siswa terkesan pasif saat mengikuti pembelajaran dan yang membuat siswa tidak nyaman di kelas karena kurangnya interaksi guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Siswa di kelas hanya duduk mendengarkan penjelasan guru tanpa ada kegiatan pembelajaran yang mendorong mereka untuk

(25)

Based Learning untuk pembelajaran IPA pada materi menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya di SD Negeri Plumbon 01 kecamatan Suruh kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2016/2017 dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2.8 Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil observasi diperoleh beberapa fakta salah satunya yaitu kondisi dimana guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional

untuk mengajar. Keunggulan dari metode pembelajaran Project Based Learning ini yaitu mengajak siswa untuk memecahkan masalah, pelaksanaan pembelajaran ini akan membantu siswa dalam mengingat materi yang dipelari, hal ini dikarenakan dalam pelasanaan pembelajaran siswa sendirilah yang menemukan jawaban dari sebuah masalah yang diberikan. Artinya dalam metode Project Based Learning ini siswa tidak hanya mengetahui tetapi juga bekerja mandiri sehingga siswa benar-benar diajarkan pada keadaan nyata atau realistik sesuai dengan lingkungan sekitar siswa kemudian siswa dapat memahami materi secara optimal. Sehingga serangkaian kegiatan akan menjadi berkesan bagi siswa karena dalam kegiatan belajar ini siswa bukan hanya belajar tentang materi dan memecahkan masalah namun juga siswa belajar bagimana bekerjasama, tanggung jawab, dan kompak. Apabila siswa dapat memahami materi secara optimal maka hasil belajar siswa meningkat dan maksimal serta nilai KKM terpenuhi.

2.9 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori, dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian tindakan kelas dirumuskan sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning diduga dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

siswa Kelas IV B SDN Plumbon 01 Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. 2. Dengan cara menerapkan metode pembelajaran Project Based Learning

diduga dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2

Referensi

Dokumen terkait

Ciri utama Komunisme : manusia pada hakikatnya adalah hanya sebagai makhluk sosial, manusia pada hakikatnya adalah merupakan sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak

membuktikan hasil yang sama dengan penelitian terdahulu yang dilakukan jurnal pertama oleh (Tasya Febriani Rambitan 2013) yang menyatakan bahwa secara parsial

Aromaterapi mempunyai banyak manfaat salah satunya dapat menumbuhkan perasaan yang tenang pada jasmani, pikiran dan rohani (soothing the.. physical, mind and spiritual),

Pada kenyataannya, cukup banyak data yang menunjukkan bahwa perkembangan produk-produk pangan dari industri tersebut memberikan efek negatif terhadap status gizi dan

baseline (Columns 1 and 2) and the Raskin price at endline in our control areas (Column 3-5) various corruption metrics, controlling for local characteristics that proxy for

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara dengan beberapa perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, didapatkan hasil bahwa delapan dari

The surround Sekampung river estuary coastline located in Rawa Sragi area is one of the most dynamic coastlines in southern Lampung Province that has changed

Kami Menjual Obat gonore atau kencing nanah ampuh, produk dari de nature indonesia, Penyakit gonore atau kencing nanah yang anda derita akan Insyaalloh sembuh