• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Peran Dari Persepsi Ancaman Terhadap Perilaku Menghindari Suku Laut Oleh Suku Melayu Di Kepulauan Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Peran Dari Persepsi Ancaman Terhadap Perilaku Menghindari Suku Laut Oleh Suku Melayu Di Kepulauan Riau"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Kepulauan Riau mempunyai sejarah yang panjang sebagai wilayah yang menarik perhatian karena posisinya yang berada tepat di tengah-tengah pergerakan budaya dan perdagangan antara India, Asia Tenggara, dan China. Perpindahan penduduk dari berbagai etnis ke wilayah ini, dan daya tarik ekonomi dan politik telah menjadi fenomena sejak zaman kerajaan dan kolonial (Lenhart, 1997).

(2)

berbagai suku bangsa diantaranya adalah Melayu, Bugis, Suku Laut, Jawa, Arab, Tionghoa, Padang, Batak, Sunda dan Flores.

Secara budaya dan sejarah, Kepulauan Riau selalu menjadi milik dari alam melayu yang didasari pada silsilah keturunan kerajaan. Wilayah ini telah menjadi daerah kekuasaan dari kesultanan melaka-johor yang dikuasai oleh dinasti melayu yang bertempat tinggal di semenanjung melayu (1400-1699) yang kemudian menjadi pusat kekuasaan dari kesultanan Riau-Lingga yang diatur oleh koalisi dari dinasti melayu dan bugis yang berkedudukan di Kepulauan Riau (1722-1911). Hal ini menjelaskan asal mula kemelayuan, yaitu sebuah kategori afiliasi budaya yang pada dasarnya diasosiasikan dengan ketaatan pada islam, bahasa melayu, dan adat-adat kebiasaan melayu (Lenhart, 1997).

(3)

Suku Orang Laut adalah kelompok etnis dalam jumlah kecil di tengah mayoritas masyarakat Melayu. Mereka hidup di pulau-pulau di perairan Provinsi Kepulauan Riau. Asal-usul kedatangan Orang Suku Laut di Kepulauan Riau diperkirakan sekitar tahun 2500—1500 SM sebagai bangsa proto Melayu (Melayu tua) dan kemudian menyebar ke Sumatra melalui Semenanjung Malaka. Pasca-1500 SM terjadi arus besar migrasi bangsa deutro Melayu yang mengakibatkan terdesaknya bangsa proto Melayu ke wilayah pantai (daratan pesisir). Kelompok yang terdesak inilah yang kini dikenal sebagai Orang Suku Laut (Lenhart, 1997).

(4)

Kontak antara orang laut dengan anggota dari kelompok etnik yang lainnya tidak bisa didiskusikan tanpa melihat Kepulauan Riau sebagai daerah yang sedang menghadapi perubahan ekonomi dan teknologi yang sangat cepat. Perubahan-perubahan secara langsung berakibat terhadap alam dan lingkungan sosial-budaya mereka. Proses pembangunan ekonomi mempengaruhi kawasan yang menjadi tempat tinggal orang laut dan mengubah struktur demografi yang berdampak pada ciri utama kehidupan orang laut berupa kelompok yang kecil dan hidup dalam kelompok yang bergerak. Perhatian terhadap perubahan ini mendesak kebutuhan untuk berasimilasi dengan masyarakat luas. Desakan untuk mulai meninggalkan cara hidup tradisional yang nomaden menjadi menetap mulai dibutuhkan (Yusuf, 2008).

(5)

“...orang laut tu banyak tinggal di tepi pantai. Diantara mereka ada yang tak punya agama. Tapi, kalau orang lebaran, orang tu ikut juga lebaran, imlek pun ikut imlek juga. Kalau orang itu cakap, bahase dia tu kasar, dialeknya laen dari dialek orang melayu. Kalau jumpe dengan orang-orang tu, takot karna mereka berwajah agak seram. Jadi kalau tak sengaje jumpa dengan orang itu, sebisa mungkin aku menjaoh dari mereka. kalau tak pun aku pura-pura tak nampak aje. Selain tu, bau mereka amis. Mungkin karna orang tu tiap hari di laut”

(E, Komunikasi personal, 4 Juli 2012).

Selain pada perbedaan pola hidup pada suku Orang Laut, suku Melayu juga takut pada ilmu hitam yang dimiliki oleh orang suku laut (Lenhart, 1997). Ilmu hitam yang dimiliki oleh orang suku laut menjadi penyebab utama penghindaran kontak yang dilakukan oleh suku melayu. Ketakutan-ketakutan akan ancaman ilmu hitam yang dimiliki oleh orang suku laut membuat orang melayu sebisa mungkin menghindari kontak langsung dengan orang suku laut untuk menghindari masalah yang mungkin muncul akibat dari ilmu hitam yang dimiliki oleh mereka (Lenhart, 1997).

“...tak usah macam-macam dengan orang itu, nanti kena dukun baru tau... orang suku laut tu tak boleh sedikit aje salah cakap, bise tersinggung, trus marah. Bahaye...”

(M, Komunikasi personal, 10 Juli 2012)

(6)

Asumsi bahwa orang suku laut memiliki ilmu hitam berakar dari kepercayaan yang dianut oleh suku laut. Dalam kepercayaan mereka, masyarakat suku laut masih menganut animisme-shamanisme. Walaupun beberapa diantara mereka sudah ada yang memeluk agama islam, islam yang dianut oleh mereka masih bercampur dengan kepercayaan nenek moyang mereka. Sebagian besar dari mereka juga bahkan masih mempercayai tentang kekuatan supernatural yang diturunkan dari nenek moyang mereka kepada penghulu-penghulu (pemimpin) mereka. Selain itu, mereka sangat mempercayai takhayul tentang keramatnya suatu benda atau daerah sehingga upacara tradisional yang bersifat ritual masih sering mereka lakukan (Chou, 2003). Kepercayaan inilah yang seringkali dikaitkan oleh orang melayu sebagai ilmu hitam. Paham animisme dan shamanisme yang dianut oleh masyarakat suku laut ini dianggap berbahaya bagi mereka sehingga orang melayu cenderung takut lalu menjauhi dan menghindari mereka.

Suku laut adalah suku yang memiliki tingkat kolektivitas yang tinggi. Dalam komunitas mereka, orang laut memandang prinsip berbagi dan membantu sebagai hal yang sangat penting. Walaupun suku laut tidak memperlihatkan solidaritas antara sesama mereka, mereka mempunyai sense of group unity yang tinggi (Chou, 2003). Hal ini tampak pada pernyataan yang diungkapkan salah satu warga suku melayu di Kepulauan Riau:

(7)

kawan. Kalau ada salah satu dari mereka yang terluka, bisa satu kampung ikut kelahi. Jadi, jangan sampailah ada buat masalah dengan mereka”

(R.A, Komunikasi personal, 9 Oktober 2012)

Sense of group unity yang tinggi ini memperkuat kecenderungan individu untuk membagi dunia sosial mereka menjadi dua kategori yang jelas, yaitu ‘orang kita’ (kita/insider) dan ‘orang lain’ (mereka/outsider), yang

kemudian mempengaruhi pola-pola relasi di antara mereka sendiri (Chou, 2003).

Ketika individu telah membagi dunia sosial mereka menjadi kita versus mereka, perasaan kompetisi antar kelompok akan muncul (Tajfel, dkk dalam Withley & Kite, 2010). Ketika perasaan ini muncul, seorang individu akan mengembangkan rasa curiga dan kecemasan sebagai cara untuk melindungi diri dan kelompoknya dari kemungkinan bahaya yang ditimbulkan dari luar (dalam hal ini ancaman dan kecemasan yang dialami oleh suku melayu terhadap suku laut).

(8)

upaya untuk menghadapi konflik yang disebabkan oleh persepsi ancaman pada individu.

Berdasarkan fenomena dan penjelasan di atas, terlihat bahwa terdapat respon menghindar yang dilakukan oleh suku melayu terhadap suku laut. Persepsi ancaman adalah persepsi dimana individu merasa bahwa kelompok luar menimbulkan ancaman pada dirinya. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melihat peran persepsi ancaman terhadap perilaku menghindar yang dilakukan oleh suku melayu terhadap suku laut di Kepulauan Riau.

B. RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana gambaran persepsi ancaman dan perilaku menghindari pada suku melayu di Kepulauan Riau

2. Apakah persepsi ancaman berperan terhadap perilaku menghindari suku laut yang dilakukan oleh suku melayu di Kepulauan Riau

3. Seberapa besar persepsi ancaman dan aspek – aspek dari persepsi ancaman berperan terhadap perilaku menghindari suku laut yang dilakukan oleh suku melayu di Kepulauan Riau

C. TUJUAN PENELITIAN

(9)

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang Psikologi Sosial dalam rangka perluasan teori, terutama yang berkaitan dengan interaksi antara etnis. b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya literatur dalam bidang Psikologi Sosial, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penunjang penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai bagaimana persepsi ancaman bisa mempengaruhi interaksi sosial antar etnis sehingga nantinya bisa dijadian wacana untuk memperkecil jurang pemisah antar etnis

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

(10)

Bab II : Landasan Teori

Bab ini berisi landasan teori yang menjadi acuan peneliti dalam membahas masalah. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori persepsi ancaman, teori perilaku menghindar, dan penjelasan mengenai suku Melayu dan Suku Orang Laut yang akan diteliti.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini berisi metode-metode dasar dalam penelitian, yaitu identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, dan metode analisa data yang akan digunakan. Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini berisi analisa data penelitian, berupa gambaran subjek penelitian dan deskripsi data penelitian; hasil penelitian berupa uji asumsi dan uji hipotesa penelitian; dan pembahasan mengenai hasil penelitian.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang ( enabling ). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Jawa Tengah. Faktor-faktor yang

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Stuctural Equation Modeling) dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal- hal untuk

The Pharmacokenetics of Levofloxacin in Healthy Rabbit Treated with Antacid (Aniek Setiya Budialin, Weni Kristanti, Suhaijono). THE PHARMACOKENETICS OF LEVOFLOXACIN IN HEALTHY

Daryanto, (2014), Pendekatan Pembelajaran Saintifik kurikulum 2013, Yogyakarta : Gava Media, hal.. Pertanyaan itu harus bersifat aktual sampai dengan pertanyaan yang bersifat

Kami dari Denature Indonesia memberikan solusi untuk menghilangkan penyakit kutil kelamin atau daging tumbuh di kelamin, yang sedang anda derita secara herbal TANPA

Sedangkan bagi praktisi saran-saran yang dapat dikemukakan, perusahaan yang ingin meningkatkan likuiditas saham di Bursa Efek Indonesia, dapat melakukan alternatif berupa stock

Berdasarkan hasil analisis yang peneliti lakukan sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, ditemukan bentuk-bentuk abreviasi yang ditulisa dalam halaman