• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Adaptasi dan Analisis Nyanyian Jemaat Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan): Studi Kasus pada Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Adaptasi dan Analisis Nyanyian Jemaat Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan): Studi Kasus pada Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam sejarah perkembangan nyanyian jemaat dari jaman Perjanjian Lama sampai dengan jaman modern saat ini, kita dapat melihat bahwa dalam masing-masing jaman atau pergerakan, terdapat konsep berpikir yang berbeda dalam bentuk dan gaya nyanyian jemaat. Penulis memandang keberbedaan itu sebagai hal yang dapat memperkaya khazanah1 nyanyian jemaat dalam gereja. Tentunya masing-masing gereja juga memiliki doktrin dan konsep theologi yang khusus; atau yang lebih dikenal dengan istilah denominasi. Dari ajaran keagamaan dan konsep inilah, para pemimpin masing-masing gereja menentukan bentuk, isi dan gaya nyanyian jemaat apa yang sesuai dengan gereja mereka masing-masing.

Musik gereja dari waktu ke waktu semakin berkembang, baik dari segi fungsi maupun strukturnya. Bila dilihat pada masa awalnya, musik gereja digunakan di Gereja Ortodoks dan Katolik dengan mengunakan modus gerejani dalam penggarapan musiknya. Modus gerejani tersebut tadalah: dorian, frigian, lidian, miksolidian, eolian, dan ionian. Modus-modus musik gereja ini sering ditemui pada masa Yunani dan Romawi yang kemudian sebagai sumber kebudayaan Barat.

Setelah perkembangan musik gereja Yunani dan Romawi dilanjutkan dengan perkembangan musik Protestan sebagai gerakan reformasi karena adanya “kesalahan” dalam praktik agama Kristen Katolik. Luther menganggap penjualan indulgensia2 sebagai

1

Khazanah artinya perbendaharaan; kumpulan

2

(2)

penyelewengan yang dapat menyesatkan umat, menurutnya bahwa keselamatan adalah sepenuhnya pemberian atau anugerah Allah.3

Seiring dengan perkembangan jaman, bentuk nyanyian ibadah mulai berkembang ke arah yang inovatif, yaitu: nyanyian yang lebih disederhanakan agar lebih mudah untuk dinyanyikan jemaat. Nyanyian ini merupakan gaya nyanyian yang berbeda dari musik katolik, seperti musik Gregorian. Yang terpenting dalam musik Gregorian adalah perkembangan bentuk dan teknik polifonik. Salah satu bentuk nyanyiannya adalah strofik dengan stabilitas pembentukannya dari bait ke bait. Bentuk strofik ini kemudian dipakai oleh para reformator dalam menciptakan syair-syair rohani. Pada masa Protestan, musik gereja yang berkembang terutama adalah koor (choir) dan berasas kepada harmoni.

Perkembangan selanjutanya setelah era reformasi gereja yang digerakkan oleh Marthin Luther King dalam agama Kristen Protestan munculah aliran-aliran seperti Pietisme, Anglikan, Revival, dan Karismatik. Sebahagian besar perkembangan musik dalam aliran-aliran gereja tersebut banyak dipengaruhi oleh orang-orang Barat yang berlatar belakang peradaban Barat. Persebaran atau difusi musik religi, selain bersumber kepada ajaran-ajaran agama yang bertumpukan kepada kitab suci juga membawa kebudayaan-kebudayaan dari mana agama tersebut dikembangkan. Dalam konteks persebaran agama Kristen ke seluruh dunia, selain ajaran-ajaran Kristen yang tertuang dalam Kitab Suci Injil, juga para penyiar agamanya (misionaris) membawa kebudayaan-kebudayaan seperti Timur Tengah, Eropa, maupun Amerika.

Dalam ajaran agama Kristen, musik merupakan anugrah Allah kepada manusia. Marthin Luther King sebagai Bapak Reformasi Gereja mengatakan: ”Music is a gift of God, not

3

(3)

of men” atau bila diterjemahkan adalah musik merupakan pemberian Tuhan, bukan pemberian manusia. Ronald Allen dan Gordon Borror, penulis buku Worship Rediscovering The Missing Jewel (1952) mengatakan: “Allah menganugrahkan musik agar kita dapat menggunakannya dan mengembangkannya untuk mengungkapkan kreativitas kita dalam penyembahan dan ibadah manusia kepada Allah.” Oleh karena itu, musik dan ibadah tidak dapat dipisahkan, musik berperan untuk menciptakan kesadaran akan kehadiran Allah dan suasana untuk ibadah, menghidupkan jiwa manusia, menyatukan jemaat dalam suatu pengalaman ibadah bersama dan menyatakan iman jemaat kepada Allah. Dengan kata lain, musik dapat menjembatani hubungan antara iman seseorang dengan perasaan dan sikap hidupnya.

Ekspansi musik gereja juga dapat kita lihat di luar daerah Eropa, sebagai contoh kita dapat melihat bagaimana musik gereja ada dalam masyarakat Batak Toba. Musik gereja dalam masyarakat Batak Toba tidak terlepas dari datangnya missionaris ke daerah Batak Toba untuk memberitakan injil ke Tanah Batak. Disamping memberitakan injil, para missionaris juga mulai memperkenalkan instrumen musik dan mengajarkan nyanyian yang berasal dari nyanyian-nyanyian gereja yang ada di Eropa.

Proses selanjutnya yang dilakukan oleh missionaris dan pendeta HBKP adalah

Pempribumian”, yaitu dilakukannya terjemahan terhadap syair-syair lagu gereja yang berasal

(4)

Lagu-lagu yang diterjemahkan oleh missionaris dan pendeta ini kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi Buku Ende Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Buku Ende ini kemudian secara menyeluruh digunakan oleh HKBP sebagai rujukan lagu-lagu jemaat dalam setiap ibadah yang dilakukan.

Nyanyian-nyanyian dalam buku ende HKBP sebagai sumber nyanyian dalam setiap ibadah yang dilakukan oleh gereja HKBP kurang lebih sudah berlangsung selama 143 tahun tanpa ada penambahan lagu-lagu baru. Pada tahun 2003, berdasarkan masukan dari jemaat dan juga melihat perkembangan jaman, otoritas HKBP membentuk Tim untuk menyusun lagu-lagu baru sebagai nyayian tambahan dari nyanyian Buku Ende. Tahun 2004, melalui Rapat Parhalado HKBP mensyahkan penggunaan lagu-lagu baru (Buku Ende Suplemen) dalam ibadah-ibadah yang dilakukan oleh gereja HKBP.

Nyanyian-nyanyian dalam Buku Ende Suplemen tidak hanya bersumber dari musik Barat saja tetapi ada yang berasal dari musik tradisional Batak Toba, Ambon, Sumba, koor dan ciptaan dari beberapa pendeta dan Bibervrow HKBP. Contoh: lagu Sangap Ma di Debata (BES 582) berasal dari lagu Batak Toba yang berjudul Taridem idem; Nunga hehe Kristus (BES 632) adalah ciptaan Pdt. JAU Dolok Saribu; Beta hita ale dongan (BES 661) ciptaan HA. Pandopo dengan judul Marilah, Marilah Hai Saudaraku; Begema Tuhan i (BES 660) berasal dari masyarakat Ambon dengan judul Terlalu Manise; Hupillit asa marparbue (BES 727) berasal dari lagu koor kaum Bapak ciptaan Pdt. JAU Dolok Saribu; O Tuhan togu-togu ma (BES 743) berasal lagu tradisional Batak Toba dengan judul lagu Aek Sarula; dll.

(5)

Henry Van Dyke4 dalam lagu Joyful, Joyful We Adore Thee. Lagu ini merupakan adaptasi dari melodi gerakan finale simfoni kesembilan Beethoven Op. 125 in D minor. Pengertian kata adaptasi dalam tulisan ini adalah mengambil sebahagian materi dari sebuah komposisi (tema) dan kemudian dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap komposisi yang baru. Hasil akhir dari suatu proses adaptasi karya komposisi adalah kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan seperti halnya dalam ritmik, harmoni, kunci, melodi, bentuk lagu dan intrumentasi yang digunakan. Ayat-ayat dalam teks lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” adalah merupakan ungkapan perasaan dan harapan orang kristen masa kini, yang tidak takut terhadap ilmu pengetahuan dan revolusi apapun dapat menumbangakan kerajaan sorga. Syair “Las Rohangku

Lao Mamuji” adalah sebuah kata-kata pujian, kepercayaan, sukacita dan harapan bagi

orang-orang kristen. (Simanjuntak, 2006:67-68)

Pengertian kata analisis musik dalam tulisan ini adalah merupakan sebuah kegiatan

‘memotong’ dan memperhatikan secara detil keseluruhan aspek dari karya musik tersebut,

hanya dengan cara ini kita dapat menemukan kesenian dalam musik. Melalui kajian analisis musik akan ditemukan berbagai perbedaan maupun penemuan hal-hal yang baru hasil dari hasil proses adaptasi karya simfoni kesembilan Beethoven dalam lagu Joyful, Joyful We Adore Thee baik dalam hal melodi; nilai not; ritem; kunci/key; bentuk/form; dan instrumentasi.

Tesis ini juga akan membahas bagaimana pengunaan lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”

dalam ibadah-ibadah yang dilakukan oleh gereja HKBP. Dalam hal ini, penulis mengambil salah satu gereja HKBP sebagai objek penelitian yaitu dengan mengamati secara langsung ibadah di gereja HKBP Helvetia Medan. Adapun alasan penulis mengambil satu sampel penelitian adalah karena seluruh gereja HKBP menggunakan sumber nyanyian yang sama yaitu Buku

4

(6)

Ende HKBP dan juga penentuan nyanyian jemaat yang disesuaikan dengan kalender gereja HKBP.

Pembahasan dalam hal penggunaan Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” dalam ibadah

gereja HKBP bertujuan untuk menemukan apakah Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” digunakan

dalam seluruh ibadah-ibadah di gereja HKBP atau tidak? Atau ada pengecualian dalam konteks acara gereja tertentu saja.

Dari pemaparan di atas, ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan dalam benak penulis, yaitu: bagaimana perkembangan nyanyian jemaat di gereja HKBP; bagaimana latar belakang lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”, bagaimana hasil proses adaptasi dari lagu “Las

Rohangku Lao Mamuji” bagaimana analisis Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” dan bagaimana

penggunaan Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” dalam ibadah gereja HKBP Helvetia.

Penulis melihat pertanyaan-pertanyaan di atas dapat dijadikan sebagai salah satu bahan penelitian ilmiah. Hal inilah yang melatar belakangi penulis memilih judul : ADAPTASI DAN ANALISIS NYANYIAN JEMAAT GEREJA HKBP (HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN): STUDI KASUS PADA LAGU “LAS ROHANGKU LAO MAMUJI”

1.2 Pokok Permasalahan

(7)

Adapun yang menjadi pokok masalah yang diteliti adalah:

1.

Bagaimana perkembangan nyanyian gereja sebelum masa gereja HKBP ?

2.

Bagaimana perkembangan nyanyian jemaat di gereja HKBP?

3.

Bagaimana hasil proses adaptasi Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”?

4.

Bagaimana sejarah lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”?

5.

Bagaimana analisis struktur musik lagu “

Las Rohangku Lao Mamuji

”?

6.

Bagaimana lagu “

Las Rohangku Lao Mamuji

” digunakan dalam ibadah gereja

HKBP?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah

1.

Untuk menganalisis perkembangan nyanyian gereja sebelum era gereja HKBP.

2.

Untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan nyanyian gereja HKBP.

3.

Untuk menganalisis

sejarah lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”

.

4.

Untuk menganalisis

hasil dari proses adaptasi melodi lagu “

Las Rohangku Lao

Mamuji.

5.

Untuk menganalisis

struktur musik dari komposisi lagu “Las Rohangku Lao

Mamuji

”.

6.

Untuk menganalisis penggunaan

lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” dalam ibadah di

gereja HKBP.

(8)

Dalam penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat

menjadi kontribusi bagi para pembaca dan khususnya warga gereja HKBP secara umum

terutama di dalam

menyanyikan dan mengapresiasi lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”.

Adapun manfaat penulisan ini adalah :

1.

Memberikan pemahaman bagi jemaat HKBP bahwa lagu-lagu nyanyian dalam

Buku Ende HKBP merupakan hasil dari proses adaptasi dari berbagai komposisi

musik.

2.

Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang ende “Las Rohangku

Lao Mamuji”

.

3.

Memberikan masukan bagi peneliti berikutnya yang ingin menganalisis lagu

nyanyian dari Buku Ende HKBP.

1.5 Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan, yaitu mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian ini. Tujuan dari studi kepustakaan ini dibagi dalam dua bagian, yaitu; (1) untuk mendapatkan dasar-dasar teori dan menelaah literatur-literatur tersebut dengan penelitian dalam lingkup pengkajian dan penciptaan seni secara umum dan pembahasan lagu “Las Rohangku Lao

Mamuji” secara khusus; dan (2) untuk menghindari penelitian yang tumpang tindih.

Sepanjang pengetahuan penulis, dari hasil penelitian pustaka yang dilakukan menunjukan bahwa hingga saat ini belum ada kajian mengenai Adaptasi dan Analisis Nyanyian Jemaat Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan): Studi Kasus Pada Lagu “Las Rohangku Lao

(9)

Untuk mendukung pengetahuan dan pemahaman penulis dalam membahas permasalahan yang ada, maka penulis mempergunakan beberapa buku acuan, antara lain :

1. Poewadarminta, 1987. Kamus Besar Bahasa Indonesia. BPK Gunung Mulia. Mengatakan

bahwa Persepsi adalah ‘pengamatan’ yang mana asal katanya ‘amat’ yang artinya melihat,

memandang dengan teliti, mengamati, menjaga, memerikasa dengan sungguh-sungguh sama dengan tanggapan, yaitu apa yang diterima oleh panca indera.

2. DR. Pdt. J.R. Hutauruk, 1993. Kemandirian Gereja. BPK. Gunung Mulia. Jakarta mengatakan bahwa Buku Ende (BE) merupakan terjemahan nyanyian-nyanyian rohani dari Eropa, antara lain: dari Belanda dan Jerman. Dalam partitur nyanyian-nyanyian tersebut memuat beberapa aturan musik yang harus dipedomani dalam hal penyajianany supaya memberikan hasil yang baik.

3. R. Soedarmo, 1997. Makna Ungkapan-ungkapan Asing dalam Alkitab. BPK Gunung Mulia mengatakan bahwa bahwa kitab Mazmur atau Psalm berasal dari kata Ibrani yaitu ‘tehilim’ yang berarti puji-pujian kepada Tuhan. Mazmur adalah salah satu bentuk respon manusia terhadap kasih Tuhan.

4. Martin Harun, 1997. Berdoa dan Bernyanyi, Berguru pada Kitab Mazmur mengatakan bhawa mazmur-mazmur pujian biasanya diiringi musik instrumental, boleh dikatakan bahwa mazmur adalah sumber musik yang penting. Mazmur pujian dapat dinyanyikan kapan dan dimana saja umat berkumpul dan ingin memuliakan Tuhan.

(10)

6. Eskew, Harry & Hugh T. Mc Elrath, 1995. Sing With Understanding. Church Street Press: Nashville, mengatakan: kriteria menjadi nyanyian yang berdasarkan tahun gerejawi adalah disusun berdasarkan syair nyanyian tersebut. Nyanyian berdasarkan Kristen lebih ditekankan pada refleksi sehari-hari.

7. Michel dalam Abineno (1989:9) mengatakan bahwa jemaat adalah anggota-anggota dari satu tubuh (I Kor. 12:12). Anggota-anggota yang takluk kepada Tuhan. Menurut Ronal W. Leigh (1996:185) mengatakan bahwa jemaat adalah gereja yang terdiri dari orang-orang percaya yang diselamatkan, orang-orang yang disebarkan untuk menginjili yang tersesat, orang-orang yang dikumpulkan untuk membangun, dan orang-orang yang dikelompokkan kembali dalam berbagai lembaga untuk melaksanakan pelayanan-pelayanan khusus. 8. Joseph Kerman dalam artikelnya yang berjudul The symphonic ideal5. Pada tahun 1802,

Beethoven keluar dari kemuramannya, ia melanjutkan untuk membuat komposisi. Pada tahun 1803 dia mementaskan Piano Concerto in Eb Major, Op. 37 dan tampil sebagai solois. Pada tahun yang sama Beethoven juga memainkan Violin Sonata Op. 47 miliknya dengan violinis virtuoso George Polgreen Bridgetower (1799-1860) dan mempersembahkan karya tersebut kepada Rudolph Kreutzer. Dorongan yang berasal dari luar untuk menciptakan simfoni tidak terlepas dari Assosiasi Burgtheater dan Theater an der Wien, namun keputusan untuk memulai sebuah ‘simfoni Bonaparte’ sebenarnya lahir dari dalam batin Beethoven sendiri. Simfoni no. 3 Beethoven (simfoni Eroica) adalah sebuah karya komposisi penting karena simfoni ini adalah sebagai tanda titik balik dalam sejarah musik modern. Dengan simfoni Eroica, Beethoven memperlihatkan sikap yang mau

5

(11)

berjuang dari masa depresinya dan tak mau kalah oleh penyakit. Menurut Carl Czerny, muridnya, Beethoven mencoba gaya komposisi baru sewaktu mengerjakan tiga sonata piano, Op. 31. Hasilnya terlihat pada tiga sonata miliknya, yaitu; Piano Sonata in C Major ‘Waldstein’, Op. 53, Piano Sonata in F Major, Op. 54, dan Piano Sonata in F Minor ‘Appasionata’, Op. 57. Beethoven pernah mengatakan pada Czerny bahwa dia agak kesal

karena publik hanya menyukai ‘Moonlight Sonata’ miliknya, padahal dia bisa menciptakan

lagu-lagu yang lebih bagus dari lagu itu. Simfoni kelima Beethoven dianggap sebagai simfoni yang memulai gaya baru. Pada simfoni ini, terdapat tempo nada seperti mars yang belum pernah terjadi era sebelumnya.

9. Scott Burnham mengatakan bahwa Reinhold Brinkmann telah melakukan penyelidikikan terhadap perubahan yang terjadi setelah pasca revolusi dimana simfoni Eroica ditulis oleh Beethoven. Ia menawarkan bahwa musik telah memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan era baru (Burnham, 2000).

10. Selanjutnya Jessica M. Abba6 mengatakan bahwa Beethoven menulis banyak karya dari periode awal ke tengah yang dimaksud sebagai "kepahlawanan”. Beethoven memperlakukan ide musik dengan beberapa pengaturan, meminjam potongan sebelumnya dan mengubahnya agar sesuai dengan media dan kebutuhan masing-masing

karya baru.

Simfoni Eroica menandai puncak dari tahap percobaan Beethoven.

11. Robert Winters adalah salah satu dari beberapa musikolog yang mengatakan bahwa gerakan finale simfoni kesembilan adalah bentuk sonata dengan ritornello, dimana bagian pembukaan dimulai dari (birama 1-207), eksposisi (birirama 208-431),

6Jessica M. Abbazio, “A Melody Favored by Beethoven in Ballet, Contredanse, Variations, and

(12)

development/perkembangan (birama 432-542), rekapitulasi (birama 543-654) dan koda (birama 655-940).7

12. Selanjutnya Louise Cuyler menggambarkan gerakan finale sebagai “kantata untuk instrumen dan suara dengan desain rondo besar”.8 David Benjamin Levy menyajikan gagasan bahwa finale dapat dilihat sebagai sebuah simfoni empat-gerakan dalam karya. Oleh karena itu, gerakan pertama finale adalah bir.1-330, gerakan kedua adalah bir. 331-594, gerakan ketiga adalah bir. 595-654, dan gerakan keempat adalah bir. 655-940.9 13. Dalam The Classical Style, Charles Rosen mengatakan bagian finale yang ditandai dengan

sepuluh bagian perubahan tempo, semua terkait dengan tema utama dan oleh karena itu finale dapat dilihat sebagai satu set variasi dalam bentuk simfoni10.

14. Badudu Zain (1996:46)11 mengatakan bahwa analisis adalah penelitian terhadap suatu peristiwa untuk diketahui sebab musababnya, duduk perkara atau prosesnya.

1.6 Konsep dan Teori

Dalam sub bab ini, akan dipaparkan landasan konsep dan teori yang yang berlaku umum yang dijadikan sebagai acuan ataupun kerangka kerja dalam membahas seluruh masalah dalam Tesis ini.

1.6.1 Konsep dan Teori Musik

7 David Benjamin Levy,

The Ninth Symphony (NY: Schirmer, 1995), 91.

8

Louise Cuyler, The Symphony (NY: Harcourt Brace Jovanovich, 1973), hal., 79.

9

Levy, David Benjamin. The Ninth Symphony. NY: Schirmer, 1995. hal., 92 10

Charles Rosen, The Classical Style: Haydn, Mozart, Beethoven, expanded edition (NY: W.W. Norton & Co., 1997), hal., 440.

11

(13)

Banyak pendapat-pendapat yang dapat kita temukan tentang musik, dan oleh karena itu pada umumnya dipilih pendapat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai dalam tesis ini.

Istilah “musik” tidak ditemukan dalam tradisi tulis dalam masyarakat Batak Toba.

‘Musik’ dalam masyarakat Batak adalah gondang. Masuknya istilah ‘musik’ dalam masyarakat

Batak Toba tidak terlepas dari kontak budaya dengan bangsa lain, yaitu melalui missionaris Jerman ke Tanah Batak. Kontak budaya ini dapat dianggap sebagai awal pemicu digunakannya

istilah ’musik’ di masyarakat Batak Toba.

Menurut Dieter Mack12 suatu bunyi dikatakan sebagai musik adalah tergantung pada pendekatan kata yang pasti bahwa bunyi datang dari dalam maupun dari luar diri kelompok. Ide bisa berbentuk ide progmatik atau ide absolut.

Kualitas dari karakter bunyi musikal sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh cara penggunaan, pemanfaatan serta pengolahan elemen-elemen musik. Berikut di paparkan elemen-elemen yang ada dalam bunyi musikal yang di buat beberapa musikologi seperti : Broekma dalam buku the music listener dalam Mack13 Ferris dalam bukunya Music The Art Listening dalam Mack14, serta Joseph Kerman dalam Mack15 dalam bukunya Listen. Adapun elemen-elemen musikal yang digunakan sebagai patokan yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Melodi adalah rangkaian nada atau bunyi yang membentuk satu kesan ide yang di pengaruhi faktor budaya. Melodi bisa juga di sebut sebagai satu struktur kalimat

12 Mack Dieter, 1995.

Ilmu Melodi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

13

Ibid., hal., 22.

14

Ibid.

15

(14)

musik, termasuk dalam penelitian ini adalah gerkan-gerakan nada dan juga struktur nada.

2. Modus adalah susunan nada, yang dalam bentuknya terlihat sebagai satu formula nada yang tentu saja akan berakibat bagi sistem harmoni maupun atmosfir bunyi secara keseluruhan.

3. Interval adalah jarak antara bunyi satu dengan bunyi yang lain, baik interval bunyi vertikal maupun horizontal. Termasuk dalam kajian elemen ini adalah interval antar bunyi nama-nama interval.

4. Harmoni adalah keselarasan yang di timbulkan akibat interksi bunyi dan bukan bunyi. Termasuk objek penelitian dari elemen ini antara lain sistem modulasi dan kadens. 5. Ritme adalah interaksi nilai waktu (interaksi) dari setiap bunyi termasuk dalam hal ini

durasi antara bunyi dengan saat diam. Termasuk dalam kajian elemen ini antara lain ritme tetap, notasi ritmik, hubungan ritme dengan tempo, aksen menyangkut nilai waktu.

6. Tempo adalah kesempatan gerak pulsa. Tempo juga berarti kecepatan oleh lamanya satu musik berlangsung. Hal yang diteliti dalam elemen ini antara lain berbagai jenis tempo dan perubahan-perubahan tempo.

7. Dinamika adalah segala hal yang dibuat untuk memberi jiwa pada suatu bunyi yang termasuk dalam objek penelitian elemen ini antara lain hal yang menyangkut volume lemah lembutnya bunyi, dinamika register warna suara,dinamika instrumen, aksentuasi, dinamika dalam konteks tertentu, serta ekspresi-ekspresi lain yang dengan jelas memberi karakter dalam satu bunyi.

(15)

dinamik termasuk dan ritme. Hal yang akan di teliti dalam hubungan dengan elemen ini adalah mengulas, pengelompokan, pola tekanan, sistem birama, standar penulisan serta hubungan karakter atau sifat bunyi itu. Gaya ini berhubungan dengan teknik hubungan tekanan kata dan tekanan musikal.

9. Style dalam musik adalah gaya dari satu bunyi atau hasil beberapa kombinasi bunyi, didalamnya termasuk karakter atau sifat bunyi itu. Gaya ini berhubungan dengan teknik membunyikan dan menghubungkan dengan dinamik juga.

10. Timbre adalah menerangkan tentang warna suara termasuk wilayahnya. Hal ini yang akan diteliti menyangkut warna vocal tunggal, warna paduan suara, komposisi antara paduan suara dan vokal tunggal, teknik vokal, serta warna suara instrumen.

11. Motif merupakan salah satu unit paling kecil (pendek) dengan makna/arti musikal tertentu. Motif mempunyai suatu identitas dan indivdualitas sekaligus. Dalam tesis ini motif yang akan di teliti menyangkut hubungan motif dengan teks.

12. Form adalah kesatuan bentuk musik yang terdiri dari strukur-struktur yang termasuk dalam penelitian ini menyangkut struktur-struktur melodi seperti interval, motif, frase, kontras, pengulangan, pengembangan dan bentuk bebas.16

Dalam melakukan analisis struktur musikpada dasarnya merupakan kerja analisis berdasarkan ilmu musik, sehingga secara struktural dapat diketahui dengan jelas. Dalam hal ini, penulis juga akan memperhatikan struktur musik yang ditawarkan oleh Wiliam P. Malm17, yang diterjemahkan oleh Rizaldi Siagian yang mengatakan bahwa beberapa bagian penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi adalah: (1) Scale (Tangga nada); (2) Pitch center

16

William Duckworth and Edward Brown. 1978. Theoritical Foundations of Music. Wadsworth Publishing Company, Inc., Belmont, California 94002.

17

(16)

(nada pusat), reciting tone (nada singgahan yang dianggap penting); (3) Range (wilayah nada); (4) Jumlah nada-nada (frekuensi pemakaian nada); (5) Penggunaan Interval; (6) Pola kadensa; (7) Formula melodi; (8) Melodic contour (Grafik/ kantur melodi).

Untuk membicarakan pendeskripsian dari ritim, analisis bentuk, frase dan motif-motif; Nettl18 menyarankan bahwa pendeskripsian ritem sebaiknya dimulai dengan membuat daftar harga-harga not yang dipakai dalam sebuah komposisi dan menerangkan fungsi dan konteks dari masing-masing nada. Selanjutnya pola ritim yang sering diulang sebaiknya dicatat. Dalam mendeskripsikan bentuk, harus berhadapan dengan dua masalah pokok, yakni: (1) mengidentifikasikan unsur-unsur musik yang dijadikan dasar yang merupakan tema dari sebuah komposisi; (2) mengidentifikasikan sambungan-sambungan yang menunjukkan bagian-bagian, frase-frase dan motif-motif di dalam sebuah komposisi.19 Untuk mendukung pembahasan dari aspek musik di atas diperlukan suatu transkripsi. Pengertian dari transkripsi oleh Bruno Nettl 20 adalah proses menotasikan bunyi, membuat bunyi menjadi simbol visual. Dalam hal notasi musik penulis mengacu pada tulisan Charles Seeger dalam Nettl21, yang mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi yaitu: notasi preskriptif dan notasi deskriptif. Teori musik ini di harapkan dapat menuntun dalam menganalisa data-data dalam tesis ini.

1.6.2 Konsep Analisis

Pengertian Analisis menurut William Christ, at al. (1975:121) adalah;

18

Nettl Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. (New York. The Free Press:1964), halaman 148-150.

19

Ibid hal 1964:148-150.

20

Ibid hal 1964: 99

21

(17)

...analysis, can be a useful tool for performers and conductors in providing

rational bases for the decision-making and interpretation that are esential parts

of musical performance. Furthermore, analysis provides guidelines for stylistic

interpretation and comparison, as well as for the exploration of music old and

new, by ear or by score study-guidelines that can and should be esenstial tools

for informed musician.

Analisis dapat menjadi alat yang berguna untuk pemain dan konduktor dalam memberikan dasar yang rasional dalam pengambilan keputusan dan interpretasi yang merupakan bagian penting dari pertunjukan musik. Selanjutnya, analisis menyediakan pedoman untuk interpretasi gaya dan perbandingan, serta untuk mengeksplorasi musik lama dan baru, melalui pendengaran atau pedoman studi melalui partitur yang bisa dan seharusnya menjadi perangkat informasi yang esensial bagi musisi.

Menurut Rob Speer (2005:2) dalam tulisannya yang berjudul Computable Theories of Music Analysis mengatakan; Analisa Musik adalah suatu proses kompleks yang perlu meletakkan secara bersama informasi tentang berbagai aspek musik. Teori formal tentang analisa musik biasanya tidak menunjuk semua aspek ini–hanya memilih satu aspek saja, sebab masing-masing aspek mempunyai kesulitan sendiri. Konsep analisis ini digunakan penulis sebagai panduan dalam menganalisa struktur musik.

1.6.3 Pengertian Jemaat

Istilah ‘Jemaat’ sebenarnya berasal dari kata ekklesia (dalam bahasa Yunani). Kata

ekklesia kemudian diterjemahkan menjadi sidang jemaat Allah. Kata ekklesia berarti “orang -orang yang dipanggil keluar.” Kata ekklesia tidak pernah berarti bangunan atau aliran.

(18)

Kristus, dilahirkan kembali oleh Roh Suci, dan sekarang sebagai milik Allah mereka hidup dalam kesucian. Tanah air mereka ada di sorga (Roma 1:6,7; Efesus 5:25-28; Filipi 3:20).

Arti ‘Jemaat HKBP’ dalam tulisan ini adalah persekutuan orang-orang percaya kepada

Tuhan Yesus Kristus. Berdasarkan pengertian ‘Jemaat HKBP’ ini maka semua unsure yang

terdapat dalam lingkup gerejaHKBP Helvetia adalah termasuk dalam istilah ‘Jemaat HKBP’ yang

meliputi: Pendeta Resort, Guru Huria, Bible Vrouw, Sintua (penetua gereja), tim musik, peserta koor dalam gereja dan ruas ni huria HKBP Helvetia (jemaat gereja).

1.6.4 Defenisi Ibadah

Ibadah mempunyai pengertian yang sama dengan istilah ‘Kebaktian’. Menurut

Abineno

22

: “Ibadah

adalah suatu pertemuan umat Allah dan jemaat dalam bentuk

dialog, dimana Allah berfirman dan manusia mendengar, Allah memberi dan jemaat

menerima serta mengucap syukur, Allah mengampuni dan jemaat memuji namaNya.”

A.A. Sitompul

23

mengatakan “

Ibadah adalah persekutuan dengan Allah dan

sesama manusia dalam menjawab kasih Allah dengan mengucap syukur dan memuji

serta mengingat karya Tuhan.

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa ibadah adalah adanya suatu pertemuan umat Allah dengan manusia dalam bentuk dialog, nyanyian, pembacaan firman Tuhan dan juga doa.

1.6.5 Defenisi Syair Lagu

22

Abineno, 1995. hal., 5.

23

(19)

Di dalam kamus musik24 M. Soeharto mengemukakan syair adalah teks, atau kata– kata lagu, dengan kata lain suatu komposisis puisi yang sering dilakukan oleh pencipta musik. Tanpa syair maka tidak dapat mengetahui makna maupun tujuan dari sebuah komposisi musik, karena syair merupakan inti dari sebuah lagu. Menurut Badudu-Zain25,syair atau teks adalah kata-kata yang asli dibuat oleh pencipta lagu. Sigmund Freud dalam Migdolf26 mengemukakan bahwa syair lagu adalah kata-kata yang keluar dari hati dan keluar dari mulut serta diurapi oleh lidah. Syair adalah kata-kata yang terdapat dalam sebuah komposisi musik melalui syair maka dapat diketahui makna dan tujuan dari sebuah lagu. Atas dasar itu, penulis melakukan analisis yaitu struktur dari syair secara detail yang dalam hal ini antara lain berkaitan dengan pola sajak, pola meter dan gaya bahasa yang dipergunakan dalam lagu tersebut.

Komponis dalam menciptakan lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” membuat pesan

-pesan moral Alkitabiah yang memiliki kandungan theologis serta sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Alkitab merupakan sumber inspirasi dalam mengahsilkan karya ini, hal ini dapat

dilihat dari syair yang digunakan dalam lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” bersumber dari Kitab

Mazmur.

Dalam pengkajian syair, pada prinsipnya merupakan kajian teks lagu yang

digunakan penulis hingga ditemukannya titik dimana komponis mencurahkan isi hati

atau ekspresinya dalam rangkaian kata-kata, kalimat demi kalimat hingga merupakan

suatu kisah yang bermakna dan imajinatif. Dengan demikian seorang pencipta lagu

setidaknya mampu memilih kata-kata yang tepat untuk dijadikan menjadi sebuah lagu.

24

M. Soeharto, Kamus Musik. (Jakarta: Gramadia Widia Sarana Indonesia, 1992) halaman 131. 25

Zain Badudu. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), halaman 1455.

26

(20)

Analisis berdasarkan syair pada lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” dapat

ditemukan bahwa komponis memiliki latar belakang musik, pemahaman tentang

penciptaan lagu dan juga mempunyai dasar pengetahuan agama Kristen dimana Henry

Dayke adalah seorang Pendeta.

1.7Metode Penelitian

1.7.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kulitatif. Lexi. J.

Moleong (1985:5) mengatakan :

Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yang pertama :

menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan

kenyataan ganda, kedua : metode kulitatif menyajikan secara langsung hakekat

hubungan antar peneliti dan responden, dan ketiga : metode kulitatif ini lebih

peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh

bersama dan terhadap pola-pola yang dihadapi. Pada penelitian kualitatif,

teoritis dibatasi pada pengertian : suatu pernyataan sistematis berkaitan dengan

seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara

empiris”.

Bogdan & Biken

27

menggunakan istilah paradigma. “ Paradigma diartikan

sebagai kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep

atau proposisi yang mengutarakan cara berpikir dan cara penelitian”. Orientasi teoritis

mengarahkan pelaksanaan penelitian itu atau memamfaatkanya dalam pengumpulan

data dan analisais data. Teori membantu penulis dalam menghubungkan dengan data.

Maka teori yang digunakan oleh penulis dalam menunjang pendekatan kualitatif ini

adalah teori fenomenologis yang artinya berusaha memahami arti peristiwa

27

(21)

kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Untuk

mencapai

tujuan dalam tulisan ini, penulis menggunakan dua metode yaitu : metode literatur dan

metode wawancara. Metode literatur adalah metode yang menggali tesis ini melalui

buku-buku, majalah, surat kabar, kamus, dan artikel-artikel lainnya. Metode wawancara

dengan Tanya jawab penulis dengan jemaat, pimpinan gereja dan penetua gereja HKBP

untuk melihat persepsi/pandangan mereka terhadap lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”.

Metode ini digunakan untuk menambah pengetahuan dan melengkapi/membantu

metode literatur.

1.7.2 Kehadiran Peneliti

Untuk memperoleh data/informasi dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis

melakukan wawancara langsung kepada jemaat, pimpinan gereja dan penetua gereja

yang sudah ditentukan sebagai informan. Dalam hal ini penulis bertindak sebagai

instrumen untuk mengumpulkan data dari lapangan dan peneliti berperan sebagai

pengamat penuh dalam penelitian ini, serta kehadiran peneliti diketahui statusnya

sebagai peneliti oleh subjek atau informan.

(22)

Lof land

28

mengatakan :

“Sumber data utama dalam penelitian kulitatif ialah

kata-

kata dan tindakan selebihnya ada data tambahan seperti dokumen”. Sesuai dengan

penelitian ini penulis memperoleh sumber data dari :

1.

Kata-kata dan tindakan yaitu, dari wawancara yang merupakan sumber data

utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman

video/audio, pengambilan foto/film.

2.

Sumber tertulis yaitu, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat

dibagi atas : partitur lagu, sumber buku, majalah, sumber, dokumen pribadi dan

artikel-artikel yang lain.

3.

Foto yang dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena

dipakai dalam berbagai keperluan.

1.7.4 Prosedur Pengumpulan Data

Lof Land

29

Mengatakan dalam penelitian kulitatif ini penulis harus

mengumpulkan data dengan menggunakan observasi partisipan, wawancara mendalam

dan dokumentasi. Dalam rekaman data terdapat dua dimensi yaitu fidelitas dan struktur.

Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata dari lapangan disajikan yaitu

dengan memakai instrument Audio dan Video yang memiliki Fidelitas yang kurang.

Sedangkan penulis juga menggunakan dimensi struktur yang menjelaskan sejauh mana

wawancara dan observasi yang dilakukan penulis secara sistematis dan struktur.

1.7.5 Analisis Data

28

Ibid. Hal., 47.

29

(23)

Analisis data, menurut Patton adalah: “ mengatur urutan data, mengorganisasikanya

kedalam suatu pola, kategori, dan suatu uraian dasar’. Taylor mendefenisikan : “ Analisis data

merupakan proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesa (ide), seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk

memberikan bantuan pada tema dan hiportesis itu”. Maka dari pendapat diatas penulis

menggunakan teori tersebut dengan menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data yaitu data yang terkumpul yang terdiri dari catatan lapangan dan komentar penelitian gambar. Foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.

Pekerjaan penulis dalam menganalisis data ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan memberikan kode, dan mengkategorikannya. Pengorganisasiannya dan pengelolaan data dilakukan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substansi. Analisis data dilakukan penulis dalam suatu poses-proses berarti pelaksanaannya sudah mulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah meninggalkan lapangan.

Setelah melakukan langkah ini penulis menganalisis hasil wawancara dan hasil analisis awal dari teks dan struktur musik dari lagu Las Rohangku Lao Mamuji membuat analisis akhir yang kemudian menghasilkan satu kesimpulan.

(24)

Dalam teknik pengecekan keabsahan data penulis menggunakan teknik

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan

terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan

melalui sumber lainnya. Penulis menggunakan teknik triangulasi sesuai dengan teori

Patton mengatakan trigulasi sesuai dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan :

1.

Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2.

Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi

3.

Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

4.

Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah

atau tinggi, orang berada, orang Pemerintahan.

5.

Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

(25)

Bogdan

30

mengatakan 3 tahap penelitian yakni : (1) Pralapangan; (2) Kegiatan

Lapangan; dan (3) Analisa intensif ( analisa data). Sesuai dengan teori Bogdan maka,

sebelum penulis terjun ke lapangan penelitian ada tahap-tahap yang penulis lakukan

yakni :

1.

Tahap Pra lapangan. Dalam tahap pralapangan ada enam kegiatan yang harus

dilakukan penelitian pada tahap ini yaitu : (i) Menyusun rancangan kualitatif

paling tidak, latar belakang masalah dan pelaksanaan penelitian, kajian pustaka

dan lain-lain; (ii) Memiliki lapangan penelitian, Bogdan menyatakan bahwa

pemilihan lapangan itu harus ditentukan dulu sebelum peneliti terjun ke lokasi.

(iii) Mengurus perizinan, penelitian harus mengurus izin dari siapa saja yang

berkuasa dan berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian; (iv)

Menjejaki dan menilai keadaan lapangan, tahap ini merupakan tahap bagaimana

penelitian masuk lapangan dalam arti mulai mengumpulkan data yang

sebenarnya. Penjajakan dan penilaian lapangan penulis lakukan terlebih dahulu

dari kepustakaan atau mengetahu melalui dari orang dalam tentang situasi dan

kondisi daerah tempat penelitian penulis. Sebelum menjajaki lapangan terlebih

dahulu penulis mempunyai gambaran umum tentang geografi, sejarah yang

membantu penulis dalam penjajakan.

2.

Menyiapkan perlengkapan penelitian. Penulis menyiapkan perlengkapan

penelitian yang diperlukan. Sebelum penelitian dimulai, peneliti memerlukan

izin mengadakan penelitian, kontrak daerah yang menjadi latar penelitian

melalui orang yang dikenal atau jalur lainnya. Hal- hal yang perlu juga

30

(26)

dipersiapkan oleh peneliti misalnya alat tulis, seperti ball point, kertas, buku

catatan, map, klip, kartu, alat perekam dan kamera foto.

3.

Persoalan etika penelitian. Ciri utama penelitian kualitatif adalah orang sebagai

alat yang mengumpulkan data. Dalam pengamatan berperan serta,

wawancara-wawancara pengumpulan dokumen, foto dan sebagainya. Seluruh metode ini

menyangkut hubungan penelitian dengan orang yang dijadikan informal.

1.7.8 Tahap Pekerjaan Lapangan

Ada 3 (tiga) tahapan pekerjaan lapangan bagian yang harus dilaksanakan oleh peneliti, yaitu (1) memahami latar penelitian, (2) memasuki lapangan, dan (3) mengumpulkan data.

1.7.8.1 Memahami Latar Penelitian

Dalam memahami latar penelitian ada hal-hal yang perlu dilakukan :

a. Pembatasan latar penelitian, untuk memasuki pekerjaan lapangan, penelitian perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu.

b. Penampilan, penampilan yang dimaksud adalah penampilan penelitian itu sendiri harus disesuaikan dengan kebiasaan adat, tata cara, dan kultur latar penelitian.

(27)

d. Jumlah waktu studi, penulis harus berpegang pada tujuan, masalah dan jadwal yang telah disusun sebelumnya. Waktu studi tidak boleh berkepanjangan karena akan menambah biaya penelitian bagi penulis.

1.7.8.2 Memasuki Lapangan

Dalam hal ini penulis melakukan hal-hal sebagai berikut:

a.

Keakraban hubungan, sikap penelitian hendaknya pasif, hubungan yang perlu

dibina tidak ada dinding pemisah diantara penelitian dan subjek yang sudah

ditentukan.

b.

Mempelajari bahasa, jika penelitian berasal dari latar yang lain, penelitian harus

mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang berda pada latar

penelitian.

c.

Peran peneliti, sewaktu ada pada penelitian, peneliti akan terjun kedalamnya dan

akan ikut berperan serta didalamnya.

1.7.8.3 Mengumpulkan Data

Dalam tahap ini penulis melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a.

Pengarahan Batas Studi, pada waktu menyusun usul penelitian batas studi telah

ditetapkan bersama masalah dan tujuan penelitian.

b.

Mencatat data, penulis menggunakan catatan lapangan

(Field notes).

Yang

merupakan catatan hasil pengamatan. Wawancara, atau menjelaskan kejadian

(28)

1.8 Sistimatika Penulisan

Bab I merupakan Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Pokok Masalah dan Tujuan Penelitian, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penulisan, Tinjauan Pustaka, Landasan Konsep dan Teori ( Teori Musik, Konsep Analisa, Defenisi Syair Lagu), dan Metode Penelitian (Pendekatan Penelitian, Kehadiran Peneliti, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap -Tahap Penelitian, Tahap Pekerjaan Lapangan, dan Sistimatika Penulisan). Bab II membahas tentang perkembangan musik gereja meliputi. Bab III Analisis hasil dari proses adaptasi komposisi yang baru.. Bab IV membahas kajian struktur musik lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” yang menyangkut bentuk dan struktur meliputi: frase, melodi, motif, kontur melodi, tangga nada, ambitus, harmoni, progresi akord, kadens, tempo, tekstur, tipe lagu, kaitan antara syair dan lagu. Bab V Membahas penggunaan lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” dalam ibadah di gereja HKBP. Bab VI merupakan Bab penutup berupa kesimpulan dan saran.

BAB II

PERKEMBANGAN MUSIK GEREJA HKBP

Referensi

Dokumen terkait

Konsep bentuk yang diterapkan pada bangunan Gereja HKBP di Bandung Timur ini menerapkan bentuk lengkung dan garis-garis vertikal menggambarkan hubungan antar

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan dimana dalam setiap ibadah gereja HKBP selalu sarat akan nyanyian-nyanyian pujian oleh jemaat dengan menggunakan sebuah kidung pujian

Dilihat dari hasil analisis dan olah data yang dilakukan, maka pembahasan yang dapat di simpulkan dari penelitian ini adalah Gereja Huria Kristen Batak Protestan

Jemaat (anggota gereja), juga terpanggil untuk melatih diri dalam melakukan kasih itu, sebab di dalam jemaat berkumpul banyak orang-orang yang berbeda-beda budaya, suku

Dalam ibadah minggu pada sebagian besar gereja pasti memiliki pemain musik dan Song leader (pemandu nyanyian jemaat) yang berperan untuk mengiringi dan memandu

Pengurus Komisi Beasiswa mengucapkan terimakasih kepada seluruh jemaat/Donatur HKBP Kebayoran Baru yang telah bersama-sama mengumpulkan dana memperjuangkan bantuan dana

Kami dari Panitia Paskah & Pentakosta Gereja HKBP Sudirman, 2021 akan mengadakan penggalangan Dana untuk Dana Palang Hitam gereja kita dengan cara :.. a) Pengumpulan Dana

Di ari Senin 10 Februari 2020, borhat do Pandita, Dewan-Dewan, Seksi Parompuan HKBP Cengkareng mandohoti acara syukuran awal tahun 2020 dohot Launching Orientasi HKBP 2020