• Tidak ada hasil yang ditemukan

b. Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara - Bab 2. Anggaran Pendapatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "b. Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara - Bab 2. Anggaran Pendapatan"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

2

KEUANGAN NEGARA DAN

KEBIJAKAN ANGGARAN (APBN

DAN APBD)

STANDAR KOMPETENSI

Mendeskripsikan Konsep Ekonomi Kemasyarakatan dan Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Ekonomi

KOMPETENSI DASAR

Mendeskripsikan APBN dan APBD Serta Pengaruhnya Terhadap Perekonomian

INDIKATOR

- Menguraikan arti, fungsi dan tujuan APBN dan APBD

- Mengidentifikasi sumber-sumber pendapatan negara dan daerah - Menunjukkan jenis pembelanjaan pemerintah pusat dan daerah - Menguraikan pengaruh APBN dan APBD terhadap perekonomian - Mendeskripsikan kebijakan anggaran

- Membedakan macam kebijakan anggaran (seimbang, dinamis, defisit dan surplus)

MATERI POKOK

Bank dan Lembaga Keuangan lainnya

MATERI BAB KEENAM MELIPUTI A. Keuangan Negara

B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

C. Pengaruh APBN dan APBD Terhadap Perekonomian D. Kebijakan Fiskal/Anggaran dan macam-macamnya

Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum bagi masyarakatnya, peme-rintah suatu negara berkewajiban menjalankan tugas-tugas negara secara terarah dan bertanggung jawab. Untuk menjalankan kewajiban tersebut diperlukan penye-diaan dana yang cukup, yang sumbernya dapat diperoleh dari masyarakat melalui penarikan pajak, retribusi, bagian keuntungan dari perusahaan negara, denda dan sita, hadiah, hibah, penyelenggaraan undian atau jika perlu dapat pula melakukan pinjaman dari dalam dan luar negeri, dan juga bilamana terpaksa pemerintah pusat dapat juga melaksanakan pencetakan uang. Kebijakan dalam menetapkan peneri-maan dan pengeluaran negara disebut sebagai kebijakan anggaran atau kebijakan fiskal.

Di samping menjadi sumber pembiayaan untuk menjalankan tugas-tugas negara, anggaran dapat pula digunakan sebagai instrumen untuk menstabilkan perekonomian masyarakat. Pada saat ekonomi masyarakat lesu (deflasi) anggaran dapat digunakan untuk mendorong ekonomi masyarakat agar lebih produktif dengan cara mengurangi penerimaan dan memperbesar pengeluaran. Sebaliknya, pada saat ekonomi tumbuh terlalu cepat dapat digunakan untuk menghambat laju pertumbuhan ekonomi agar tidak terlalu produktif dengan cara memperbesar pene-rimaan dan memperkecil pengeluaran. Pelaksanaan kebijakan anggaran seperti itu akan berhasil bila dijalankan secara bersamaan dengan kebijakan moneternya.

(2)
(3)

1.

Kebijakan Negara Dalam Memakmurkan Masyarakat

Secara ekonomis, ada satu hal yang dituju dalam kehidupan orang per orang atau oleh masyarakat pada umumnya, yaitu keinginan meningkatkan taraf hidup atau kualitas hidup (quality of life). Mereka menginginkan peningkatan nilai (value) dari satu titik nilai tertentu ke titik nilai lainnya yang lebih tinggi. Katakanlah peningkatan nilai hidup itu sebagai bentuk kesejahteraan hidup atau kemakmuran (welfare). Dalam hal ini kita harus disadari bahwa untuk mencapai peningkatan nilai hidup secara materil tersebut tidak mungkin hanya dilakukan dengan kerja keras sendiri. Pasti diperlukan bantuan dari pihak-pihak lain yang mampu memfasilitasi pemenuhan kebutuhan untuk kepuasan bagi seluruh masayarakat melalui berbagai interaksi yang kita sebut sebagai kegiatan ekonomi, yang dilakukan oleh rumah tangga konsumsi, rumah tangga perusahaan, rumah tangga negara, dan masyarakat luar negeri.

Sejalan dengan keinginan masyarakat untuk mencapai kemakmuran, maka pembangunan ekonomi harus ditujukan untuk mencapai tingkat kemakmuran yang tinggi bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini negara (pemerintah) harus menggunakan kebijakan fiskalnya untuk memelihara laju pertumbuhan ekonomi secara terus menerus, antara lain dengan memfasilitasi kegiatan ekonomi masyarakat yang mendorong peningkatan dalam pendapatan nasional.

(4)

Ilmu Keuangan Negara atau Keuangan Publik (Public Finance/ Government Finance) adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang kegiatan-kegiatan pemerintah dalam bidang ekonomi, terutama mengenai pengeluaran dan penerimaan serta pengaruhnya dalam perekonomian suatu negara. Penelitian dan analisisnya terutama ditujukan untuk mengetahui pengaruh pengeluaran dan penerimaan terhadap pencapaian tujuan-tujuan ekonomi seperti pertumbuhan ekononomi, stabilitas harga, penciptaan kesempatan kerja, dan pemerataan distribusi penghasilan bagi masyarakat.

2.

Pengertian dan Asas Umum Keuangan Negara

a.

Pengertian dan lingkup keuangan negara

Pengelolaan Keuangan Negara di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan pengertian Keuangan Negara adalah dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan.

1) Keuangan Negara berdasarkan sisi obyek

Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhu-bung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

2) Keuangan Negara berdasarkan sisi subyek

Dari sisi subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau diku-asai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/ Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.

3) Keuangan Negara berdasarkan sisi proses

(5)

di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sam-pai dengan pertanggungjawaban.

4) Keuangan Negara berdasarkan sisi tujuan

Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa ba-rang yang dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan ke-wajiban tersebut. Keuangan Negara sebagaimana dimaksud meliputi :

 hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;

 kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas pelayanan umum peme-rintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

 Penerimaan Negara, yaitu uang yang masuk ke kas negara.;

 Pengeluaran Negara, yaitu uang yang keluar dari kas negara;

 Penerimaan Daerah, yaitu uang yang masuk kas daerah;

 Pengeluaran Daerah, yaitu uang yang keluar dari kas daerah;

 kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah;

 kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penye-lenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

(6)

Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang luas dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

b. Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara

Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih (good governance) dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara harus diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar. Sesuai dengan amanat Pasal 23 C Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang Keuangan Negara menjabarkan aturan pokok ke dalam asas-asas umum yang meliputi asas-asas tahunan, asas-asas universalitas, asas-asas kesatuan, dan asas spesialitas dan asas-yang mencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain :

 akuntabilitas berorientasi pada hasil;

 profesionalitas;

 proporsionalitas;

 keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara;

 pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

Asas-asas umum tersebut diperlukan pula untuk menjamin terselenggara-nya prinsip-prinsip pemerintahan daerah sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Bab VI Undang-Undang Dasar 1945. Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di dalam Undang-undang tentang Keuangan Negara, pelak-sanaan Undang-undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh landasan pelak-sanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indo-nesia

3. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara

(7)

tersebut meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang ber-sifat khusus.

Untuk membantu Presiden dalam penyelenggaraan kekuasaan dimaksud, sebagian kekuasaannya dilimpahkan kepada Menteri Keuangan selaku Pe-ngelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan, serta kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Ang-garan/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.

Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara sebagian kekuasaan Presiden diserahkan kepada Gubernur/Bupati/ Walikota selaku pengelola keuangan daerah.

Khusus untuk mencapai kestabilan nilai rupiah, tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dilakukan oleh bank sentral.

4. Tugas Pemerintah dan Sumber Pembiayaannya

Penyelenggaraan tugas-tugas negara oleh pemerintah dalam rangka men-capai peningkatan taraf kehidupan masyarakat, kemakmuran dan menjaga kel-angsungan kedaulatan negara berkaitan erat dengan pembiayaanya. Penge-luaran negara untuk menjalankan tugas-tugasnya tersebut memerlukan sumber dana, sehingga diperlukan pengaturan dalam bentuk anggaran pendapatan dan belanja negara.

a. Kewajiban negara dan macam-macam pengeluaran

1) Kewajiban negara

Sesuai dengan konstitusi (Undang-Undang Dasar), ada berbagai hal yang menjadi kewajiban negara (pemerintah) untuk menjaga kelangsungan keda-ulatan Negara dan meningkatkan kemakmuran masyarakat. Kewajiban-kewa-jiban itu antara lain adalah :

a. mempersiapkan, memelihara dan melaksanakan pertahanan negara dari intervensi negara lain;

(8)

c. menyediakan dan memelihara fasilitas untuk kesejahteraan sosial atau perlindungan sosial (fakir miskin, jompo, yatim piatu, masyarakat miskin/pengangguran);

d. menyediakan dan memelihara fasilitas kesehatan;

e. menyediakan dan memelihara fasilitas pendidikan untuk mencerdaskan masyarakat;

2) Macam Pengeluaran

Berdasarkan tingkat pemerintahnya, pengeluaran terdiri dari dua jenis, yaitu pengeluaran pemerintah pusat dan pengeluaran pemerintah daerah tingkat propinsi, kabupaten dan kota (rincian pengeluaran dapat dilihat pada uraian mengenai APBN dan APBD). Pengeluaran negara/daerah dapat dikelom-pokkan berdasarkan program-program atau tujuan-tujuan pengeluarannya. Sesuai dengan tujuannya, pengeluaran negara dapat berupa :

a) Pengeluaran yang sebagian atau seluruhnya bersifat self-liquiditing, yaitu pengeluaran yang mendapatkan pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima barang-barang/jasa-jasa yang diberikan pemerintah. Misalnya, pengeluaran untuk jasa-jasa perusahaan negara atau proyek-proyek produktif barang ekspor.

b) Pengeluaran yang reproduktif, yaitu pengeluaran yang mewujudkan keun-tungan-keuntungan secara ekonomis bagi masyarakat sehingga mampu meningkatkan penghasilan masyarakat, yang kemudian dengan mem-fungsikan pajak pada akhirnya akan dapat menaikkan penerimaan nega-ra.

c) Pengeluaran yang tidak self liquiditing dan tidak produktif, yaitu penge-luaran yang langsung menambah kegembiraan dan kesejahteraan masya-rakat, antara lain untuk bidang-bidang rekreasi, pendirian monumen, objek turisme, dan sebagainya. Dalam hal ini dapat juga mengakibatkan naiknya pendapatan nasional dalam arti jasa-jasa tadi.

(9)

pada saat pengeluarannya penghasilan perorangan yang menerimanya akan naik.

e) Pengeluaran yang merupakan penghematan untuk masa yang akan da-tang, misalnya pengeluaran untuk anak-anak yatim, karena kalau hal ini tidak dijalankan sekarang, biaya pemeliharaan mereka pada waktu usia tua akan lebih besar.

b. Hak negara dan sumber penerimaan

Penerimaan atau pendapatan negara (government revenue) adalah semua penerimaan kas umum (kas pemerintah pusat) atau kas daerah (kas pemerintah daerah) dari berbagai sumber yang sah, yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat atau daerah. Sumber-sumber penerimaan/pendapatan negara sebagaimana dimak-sud dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1) Sumber penerimaan negara dari pengumpulan pajak

Pajak adalah suatu pungutan yang dilakukan pemerintah (pusat/daerah) ter-hadap Wajib Pajak tertentu berdasarkan undang-undang (yang dapat dipak-sakan) tanpa harus memberikan imbalan langsung. Sifat pungutan meru-pakan pengalihan sumber-sumber dari sektor swasta (masyarakat) ke sektor pemerintah untuk membiayai tugasnya dalam mencapai tujuan ekonomi dan sosial bagi masyarakat.

2) Sumber Penerimaan Negara dari Retribusi

(10)

3) Sumber Penerimaan Negara dari Bagian Keuntungan Perusahaan Nega-ra/Daerah

Pemerintah (pusat/daerah) berhak menerima bagian keuntungan dari keun-tungan yang diperoleh Perusahaan Negara (BUMN/BUMD) karena adanya penyertaan modal yang ditanamkan oleh pemerintah di dalam perusahaan tersebut.

4) Sumber Penerimaan Negara yang Berasal dari Denda dan Sita

Pemerintah berhak untuk membebankan dan memungut denda dan atau sita kepada masyarakat tertentu apabila masyarakat (individu/kelompok/ organi-sasi) tersebut diketahui telah melakukan pelanggaran suatu ketentuan yang telah diatur oleh pemerintah. Misalnya : Denda pelanggaran lalu-lintas, denda pelanggaran ketentuan perpajakan, penyitaan atas barang hasil penye-lundupan.

5) Sumber Penerimaan Negara dari Pencetakan Uang

Karena sifat kekuasan dan fungsinya sebagai penyelengara negara, pemerin-tah mempunyai hak untuk mencetak uang sendiri. Pencetakan uang ini biasa-nya dilakukan untuk menutup defisit anggaran bilamana cara lain untuk me-nutup defisit itu tidak dapat dilakukan.

Catatan: Pemerintah daerah tidak mempunyai kewenangan untuk mencetak uang.

7) Sumber Penerimaan Negara dari Pinjaman

(11)

6) Sumber Penerimaan Negara dari Sumbangan, Hadiah dan Hibah

Sumbangan, hadiah dan hibah dari masyarakat (individu/kelompok/organisa-si/perusahaan) di dalam negeri atau negara sahabat dan masyarakat di luar negeri merupakan salah satu sumber pendapatan bagi negara, namun bukan merupakan penerimaan yang pasti karena realisasinya didasarkan kepada kesukarelaan yang bersangkutan.

7) Sumber Penerimaan Negara dari Penyelenggaraan Undian Berhadiah

Penyelenggaraan undian berhadiah oleh pemerintah (pusat/daerah) dengan menunjuk lembaga pelaksana tertentu merupakan sumber penerimaan yang diperkirakan dapat diterima secara rutin. Jumlah yang diterima oleh peme-rintah adalah selisih antara penerimaan setelah dikurangi biaya operasi dan besarnya hadiah yang dibagikan. Banyak negara yang melakukan pengum-pulan dana dari penyelengaraan undian, antara lain di Amerika Serikat, Kana-da, Jepang, Jerman, Australia, dan Singapura.

Dari berbagai sumber yang disebutkan di atas, pajak-pajak merupakan sum-ber utama sedangkan pinjaman merupakah pembiayaan alternatif yang baru diambil bilamana anggaran negara tidak sanggup ditutup dari pajak dan sumber lainnya, sedangkan sumber dari pencetakan uang biasanya baru dilakukan manakala negara sangat terdesak.

I. Bentuk Soal Pilihan Ganda

Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang paling tepat !

1. Seluk beluk, teori dan konsep mengenai persoalan mobilisasi dan alokasi dana untuk menjalankan kewajiban-kewajiban negara ada dalam lingkup…

a.

Pengeluaran Negara

b.

Ilmu Keuangan Negara

c.

Ilmu Keuangan

d.

Anggaran Negara

e.

Semua jawaban di atas salah

(12)

2. Penelitian dan analisisnya Keuangan Negara terutama ditujukan untuk mengetahui pengaruh pengeluaran dan penerimaan terhadap pencapaian tujuan-tujuan ekonomi seperti...

a. pertumbuhan ekononomi b. stabilitas harga

c. penciptaan kesempatan kerja

d. pemerataan distribusi penghasilan bagi masyarakat e. semua jawaban benar

3. Pemegang kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara adalah... a. Presiden

b. Menteri Keuangan c. Gubernur

d. Bupati e. Walikota

4. Untuk mengatur kestabilan nilai rupiah, tugas menetapkan dan melaksana-kan kebijamelaksana-kan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem

5. Pemerintah Daerah dapat memperoleh penerimaan dari sumber-sumber di bawah ini kecuali...

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan ringkas dan jelas. 1. Apakah yang dimaksud dengan keuangan negara ?

2. Meliputi apa sajakah keuangan negara itu ?

3. Apa sajakah tugas dan kewajiban negara yang mengakibatkan diperlukan nya pengeluaran/belanja negara ?

4. Sesuai dengan tujuannya, berupa apa sajakah pengeluaran negara itu ? 5. Sebutkan, dari sumber mana sajakah negara dapat memperoleh penerimaan

untuk mendanai seluruh pengeluaran negara ?

III. Diskusi

(13)

B.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH (APBD)

Pengelolaan keuangan negara oleh Pemerintah (pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah) harus dikelola secara tertib, taat pada per-aturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan ber-tanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Penge-lolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud adalah mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, penguasaan, penggunaan, pengawasan, dan pertang-gungjawaban.

1. Pengertian APBN dan APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anggaran pendapatan dan belanja yang dikelola pemerintah pusat (APBN) dan anggaran pendapatan belanja yang dikelola oleh pemerintah daerah (APBD).

a. Arti Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Anggaran pendapatan dan belanja pemerintah pusat yang disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dan belanja negara adalah kewajiban peme-rintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

1) APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN setiap tahunnya ditetapkan dengan undang-undang.

2) Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dima-sukkan dalam APBN.

(14)

4) Dalam hal surplus penerimaan negara sebagaimana dimaksud di atas yang akan digunakan untuk membentuk dana cadangan atau penyerta-an pada Perusahapenyerta-an Negara, pelakspenyerta-anapenyerta-annya harus memperoleh persetu-juan terlebih dahulu dari DPR.

b. Arti Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran pendapatan dan belanja pemerintah daerah yang disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi/ Kabupaten/Kota.

Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui seba-gai penambah nilai kekayaan bersih. Belanja Daerah adalah kewajiban peme-rintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

1) APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD se-tiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

2) Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewa-jiban daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.

3) Surplus penerimaan daerah dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara/daerah tahun anggaran berikutnya.

4) Dalam hal surplus penerimaan daerah sebagaimana dimaksud di atas akan digunakan untuk membentuk dana cadangan atau penyertaan pada Perusa-haan Daerah, pelaksanaannya harus memperoleh persetujuan terlebih da-hulu dari DPRD.

2. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

(15)

a. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersang-kutan.

b. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pe-doman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

c. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pe-doman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan ne-gara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

d. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta me-ningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.

e. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

f. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental pere-konomian.

Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Satuan hitung yang dipergunakan dalam penyusunan, penetapan, dan pertanggung-jawaban APBN/APBD adalah mata uang Rupiah. Penggunaan mata uang lain dalam pelaksanaan APBN/APBD diatur oleh Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuan perundangan-un-dangan yang berlaku.

3. Siklus Anggaran

a. Siklus APBN

(16)

2) Pada bulan Agustus, Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Un-dang-undang tentang APBN untuk tahun anggaran yang akan datang, disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR. Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR. Di sini DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan peru-bahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Un-dang-undang tentang APBN. Perubahan Rancangan Undang-undang tentang APBN dapat diusulkan oleh DPR sepanjang tidak mengaki-batkan peningkatan defisit anggaran.

3) Selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang ber-sangkutan dilaksanakan, DPR mengambil keputusan mengenai Ran-cangan Undang-undang tentang APBN. APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan Undang-undang ten-tang APBN, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

b. Siklus APBD

1) Selambat-lambatnya pada pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan, Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD dengan Rencana Kerja Daerah, sebagai landasan penyusunan RAPBD tahun anggaran berikutnya kepada DPRD. Kemudian dibahas dalam pem-bicaraan pendahuluan RAPBN.

(17)

peneri-maan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.

3) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang ber-sangkutan dilaksanakan, DPRD mengambil keputusan mengenai Ran-cangan Undang-undang tentang APBD.APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Undang-undang tentang APBD, untuk keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.

4. Jenis-jenis Pendapatan dan Belanja Negara dan Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD)

a. Jenis-jenis pendapatan dan belanja negara

1) Penerimaan Pemerintah Pusat (Pendapatan Negara)

Penerimaan pemerintah pusat atau disebut pendapatan negara (government revenue) terdiri dari pendapatan dari sektor pajak, bukan pajak, hibah, dan penerimaan pembiayaan.

2) Pengeluaran Negara (Belanja Negara)

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) Indonesia, pengeluaran pemerintah atau belanja negara (government expenditure) dibedakan menja-di dua, yaitu pengeluaran yang menja-dimasukkan sebagai kelompok belanja, dan pengeluaran yang dimasukkan sebagai kelompok pengeluaran pembiayaan.

Belanja operasi dan belanja modal sebagaimana diuraikan di atas adalah disa-jikan berdasarkan jenis belanja. Dalam hal belanja disadisa-jikan menurut fungsinya adalah seperti pada contoh berikut.

Belanja :

(18)

Tabel 2.1. (4) Belanja Pembayaran Bunga Obligasi

Pemerintah

Pemerintah Kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

(3) Pinjaman

Pemerintah Kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

(2) Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri

(3) Pembayaran……

b. Pendapatan dan belanja daerah propinsi

(19)

Penerimaan atau pendapatan pemerintah daerah propinsi terdiri dari pendapatan asli daerah, pendapatan dana perimbangan, lain-lain pendapatan yang sah, dan penerimaan pembiayaan.

2) Pengeluaran/belanja pemerintah daerah propinsi

Pengeluaran pemerintah daerah propinsi terdiri dari belanja, bagi hasil pendapatan ke kabupaten/kota/desa, dan pengeluaran pembiayaan.

Tabel 2.2.

(3) Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya

(4) Pendapatan Asli Daerah Lain-lain b) Pendapatan Dana Perimbangan:

(1) Pendapatan Bagian Daerah dari PBB dan BPHTB

(2) Pendapatan Daerah dari Pajak Penghasilan

(3) Pendapatan Bagian Daerah Dari SDA

(4) Dana Alokasi Umum

(5) Dana Alokasi Khusus c) Lain-lain Pendapatan yang sah:

(1) Pendapatan Hibah

(1) Belanja Operasi, terdiri dari :

(a) Belanja Pegawai (2) Belanja Modal, terdiri dari :

(a) Belanja Aset Tetap

(b) Belanja Aset Lainnya (3) Belanja Tak Tersangka

b) Bagi Hasil Pendapatan Ke Kabupaten/ Kota/Desa:

1. Bagi Hasil Pajak Ke Kabupaten/ Kota 2. Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/ Kota 3. Bagi Hasil Pendapatan

Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Otonom Lainnya

(20)

(8) Pinjaman dari

Pokok Pinjaman Kepada Dalam Negeri Lainnya

c. Pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota

1) Penerimaan/pendapatan pemerintah daerah kabupaten/kota

Penerimaan atau pendapatan pemerintah daerah kabupaten/kota terdiri dari pendapatan asli daerah, pendapatan dana perimbangan, lain-lain pendapatan yang sah, dan penerimaan pembiayaan.

2) Pengeluaran/belanja pemerintah daerah

kabupaten/kota

Pengeluaran pemerintah daerah kabupaten/kodya terdiri dari belanja, bagi hasil pendapatan ke desa, dan pengeluaran pembiayaan.

Tabel 2.3

(1) Pendapatan Bagian Daerah da-ri PBB dan BPHTB

(21)

(3) Pendapatan Lain-lain

d) Penerimaan Pembiayaan:

(1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

(2) Penjualan Aset Daerah yang Dipisah-kan

(3) Penjualan Investasi Lainnya

(4) Pinjaman Luar Negeri

(5) Pinjaman dari Pemerintah Pusat

(6) Pinjaman dari Daerah Otonom Lainnya

(7) Pinjaman dari BUMN

(8) Pinjaman dari BUMD

(9) Pinjaman dari Bank

(10) Pinjaman dari Lembaga Keu-angan (11) Pinjaman Dalam Negeri Lain-nya.

b) Bagi Hasil Pendapatan Ke Desa/Kelu-rahan:

(1) Bagi Hasil Pajak Ke Desa/Kelurahan (2) Bagi Hasil Retribusi ke Desa/Kelurahan (3) Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke

Desa/Keluarahan

c) Pengeluaran Pembiayaan:

(1)Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri

(2)Pembayaran Pokok Pinjaman Kepada Pemerintah Pusat

(3) Pembayaran Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Otonom Lainnya

(4) Pembayaran Pokok Pinjaman Kepada BUMN

(5) Pembayaran Pokok Pinjaman Kepada BUMD

(6) Pembayaran Pokok Pinjaman Kepada Dalam Negeri Lainnya

(7) Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah

(8) Pemberian Pinjaman Kepada BUMN

(9) Pemberian Pinjaman Kepada BUMD (10) Pemberian Pinjaman Kepada

Pemerintah Pusat

(11) Pemberian Pinjaman Kepada Daerah Otonom Lainnya.

Catatan :

Jenis pengeluaran (belanja) Negara/Pemerintah Daerah Tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota dapat disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan. Lebih lanjut, lihat format Laporan Realisaisi Anggaran pada bab terakhir di buku ini.

5.

Perbendaharaan dan Pemeriksaan

Perbendaharaan adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban anggaran keuangan negara/daerah, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Ketentuan dalam undang-undang tersebut meliputi pengaturan mengenai :

a. Pejabat Perbendaharaan Negara;

b. Pelaksanaan Pendadapat dan Belanja Negara/Daerah;

(22)

d. Pengelolaan Barang;

e. Pengelolaan Investasi;

f. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

g. Larangan Penyitaan Uang dan atau Barang yang dikuasai Negara/Daerah;

h. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban APBN/APBD

i. Pengendalian Intern Pemerintah

j. Penyelesaian Kerugian Negara

k. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Pemeriksaan laporan pertanggungjawaban APBN dan APBD dilakukan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara jis Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan. Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

6. Pertanggungjawaban APBN dan APBD

Secara umum suatu laporan keuangan (financial report) berfungsi sebagai instrumen untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas suatu entitas yang dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang berke-pentingan sesuai tujuannya masing-masing. Di sisi lain, laporan keuangan dapat digunakan untuk menyajikan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan ke-putusan dan untuk menunjukkan pertangungjawaban (akuntabilitas) atas penge-lolaan sumber daya yang dilakukan oleh suatu entitas. Demikian pula halnya dengan pengelolaan keuangan negara oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, penyajian informasi dan pertanggung-jawabannya harus disampaikan dengan penyusunan suatu laporan keuangan yang telah diaudit.

a. Pertanggungjawaban APBN

(23)

Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggung-jawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan tentang keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi :

1) Laporan Realisasi APBN,

2) Neraca,

3) Laporan Arus Kas, dan

4) Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keu-angan perusahaan negara dan badan lainnya.

Laporan Realisasi Anggaran, selain menyajikan realisasi pendapatan dan be-lanja, juga menjelaskan prestasi kerja setiap kementerian negara/lembaga.

b. Pertanggungjawaban APBD

Sebelum dipertanggungjawakan kepada DPRD, laporan keuangan Peme-rintah Daerah harus diperiksa dahulu oleh Pusat Badan Pemeriksa Keuangan. Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan itu harus diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah diterimanya dari Pemerintah Daerah.

Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah ten-tang perten-tanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi :

1) Laporan Realisasi APBD,

2) Neraca,

3) Laporan Arus Kas, dan

4) Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah.

(24)

c. Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN

dan APBD

Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan seba-gaimana ditentukan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) yang disusun oleh suatu komite standar yang independen, yaitu Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Pe-merintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Peme-riksa Keuangan.

Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan tidak memberikan pertimbangan yang diminta, Badan Pemeriksa Keuangan dianggap menyetujui sepenuhnya standar akuntansi pemerintahan yang diajukan oleh Pemerintah.

Laporan anggaran pendapatan dan belanja negara dan daerah harus sesuai dengan ketentuan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) yang meliputi :

 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah mengenai Penyajian Laporan Keuangan;

 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah mengenai Laporan Realisasi Anggaran; dan

 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah mengenai Laporan Arus Kas.

I. Bentuk Soal Pilihan Ganda

Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang paling tepat !

1. APBN adalah rencana rencana keuangan tahunan …

a. pemerintahan negara yang disetujui oleh DPRD

b. pemerintahan negara yang disetujui oleh DPRD

c. pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD

d. pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD e. semua jawaban salah

2. APB adalah rencana rencana keuangan tahunan…

a. pemerintahan negara yang disetujui oleh DPRD

(25)

b. pemerintahan negara yang disetujui oleh DPRD

c. pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD

d. pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD e. semua jawaban salah

3. Sumber-sumber di bawah ini termasuk Penerimaan Pembiayaan, kecuali... a. Privatisasi BUMN

b. Penerimaan sumber daya alam c. Pinjaman luar negeri

d. Penjualan aset

e. Penjualan obligasi pemerintah

4. Di bawah ini adalah belanja pemerintah pusat, kecuali… a. belanja pegawai

b. belanja hibah c. hibah

d. subsidi

e. pembiayaan proyek

5. Yang termasuk pengeluaran pembangunan pemerintah pusat adalah : a. Dana Alokasi Umum

b. Pembiayaan Proyek c. Belanja Barang d. Dana Alokasi Khusus e. Subsidi

II.

Bentuk Soal Uraian

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan ringkas dan jelas. 1. Jelaskan, apakah kepanjangan dan arti APBN dan APBD ?

2. Sebutkan enam fungsi dari APBN dan APBD !

3. Uraikan, bagaimanakah siklus dari penyusunan APBN ? 4. Uraikan, bagaimanakah siklus dari penyusunan APBD ?

5. Ada empat macam yang harus dibuat dalam membuat laporan pengelolaan anggaran. Apa saja ?

6. Institusi manakah yang memeriksa laporan keuangan negara/daerah

sebe-lum dipertanggungjawabkan di DPR/DPRD?

III. Tugas

(26)

C.

PENGARUH APBN DAN APBD TERHADAP

PEREKO-NOMIAN

Secara ringkat dapat disebutkan, bahwa besar kecinya penerimaan dan pengeluaran yang ditetapkan dalam APBN/ APBD dapat mempengaruhi keada-an perekonomikeada-an masyarakat/Negara.

Untuk mensejahterakan masyarakatnya, pemerintah harus ikut serta da-lam kegiatan ekonomi, baik secara langsung terjun dada-lam mengadakan barang-barang dan jasa-jasa umum, barang-barang-barang-barang dan jasa-jasa yang bersifat strategis maupun mempengaruhi kegiatan ekonomi secara tidak langsung seperti membuat regulasi bidang ekonomi, keuangan dan bisnis.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Daerah tidak hanya sekedar berfungsi sebagai sumber dana untuk membiayai tugas-tugas rutin pemerintah dalam menjalankan kepemerintahan negara atau daerah, tetapi juga difungsikan untuk mempengaruhi pertumbuhan perekonomian secara umum.

1. Beberapa Kebijakan Pemerintah Dalam Memfungsikan

Ang-garan Untuk Mendorong dan Mengendalikan Perekonomian

Anggaran pendapatan dan belanja negara dapat digunakan pemerintah untuk mempengaruhi keadaan perekonomian. Apakah digunakan untuk mendorong tumbuhnya perekonomian dengan cara memperbesar pengeluaran/ belanja negara, atau menghambat pertumbuhan yang terlalu cepat pada saat ekonomi makmur dengan cara memperbesar penerimaan negara melalui pajak dan memperkecil pengeluarannya.

(27)

kebijakan moneternya diarahkan kepada kebijakan uang ketat (tight money policy). Sebaliknya, pada saat ekonomi mengalami deflasi pemerintah dengan kebijakan fiskalnya berupaya memperbesar pengeluaran dan di sisi lain memper-kecil penerimaannya. Kemudian dengan kebijakan moneternya melonggarkan kebijakan uangnya sehingga jumlah uang yang beredar menjadi cukup untuk meningkatkan produktivitas masyarakat.

b. Penggunaan anggaran untuk menyediakan barang-barang publik

Barang-barang publik (public goods) atau barang-barang kolektif (collective goods) dan penyediaan jasa umum (public services) seperti penyediaan jalan umum, ruang publik, keamanan, pertahanan nasional, dan lain-lain kebutuhan umum tidak mungkin dapat disediakan dan diperoleh masyarakat dari pasar. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menunjang perekonomian, maka barang-barang dan jasa-jasa seperti itu harus disediakan oleh pemerintah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Daerah adalah sumber pembiayaan untuk menyediakan barang-barang tersebut.

c. Penggunaan anggaran unruk menjaga stabilitas produksi

Dengan semakin majunya teknologi dan berkembangnya fasilitas modal mendorong para prngusaha/produsen untuk meningkatkan produksi barang-barang dan jasa-jasa. Namun, produksi barang-barang dan jasa yang berlebihan dan tidak seimbang dengan yang dibutuhkan masyarakat pada akhirnya akan mengakibatkan kerugian bagi mereka. Untuk menyeimbangkan produksi dengan kebutuhan masyarakat, maka pemerintah harus melakukan pengawasan dan pembatasan sedemikian rupa, sektor produksi mana yang harus dikurangi dan mana yang harus dipacu. Pemerintah dapat mengatur kapan produksi didorong dan dihambat sesuai dengan kondisi perekonomian yang dihadapi dan diinginkan dengan mengatur penerimaan dan pengeluaran negaranya sedemi-kian rupa sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan tujuannya.

(28)

Pada umumnya, masyarakat sangat mendambakan kesejahteraan dan berbagai kemudahan dalam memperoleh berbagai kebutuhannya. Namun ma-syarakat secara individu atau perusahaan biasanya cenderung tidak ingin terjun dalam kegiatan usaha yang menanggung risiko besar. Oleh karenanya, kegi-atan-kegiatan usaha yang berisiko tinggi, mau tidak mau harus dipikul oleh anggaran pemerintah pusat/daerah. Misalnya, riset teknologi yang memerlukan biaya besar, usaha memproduksi barang dan jasa yang diperlukan masyarakat tetapi dalam distribusinya tidak memungkinkan menghasilkan laba, atau usaha produksi yang hanya menghasilkan laba kecil. Pengambilahan risiko di bidang lainnya, antara lain penjaminan deposito, penanggulangan kesehatan umum, dan penggulangan bencana alam.

f.

Penggunaan anggaran untuk menjaga keseimbangan

penda-patan masyarakat

Kesenjangan atau perbedaan pendapatan dalam masyarakat merupakan hal yang terjadi secara alamiah yang ditimbulkan oleh kurang kesempatan dalam menggunakan fasilitas yang tersedia, rendahnya pendidikan/keterampilan, ku-rangnya kretaifitas dan inovasi orang-perorang, kemalasan, kondisi lingkungan, dan kecilnya kesempatan kerja. Namun demikian, walaupun kejadian ini bukan sepenuhnya menjadi kesalahan pihak pemerintah, karena keadaan seperti ini akan mempengaruhi hubungan sosial dalam masyarakat dan tersendatnya perkembangan perekonomian nasional, maka pemerintah berkewajiban untuk memperbaiki keadaan dengan melakukan redistribusi pendapatan melalui pe-ngeluaran anggarannya.

f. Penggunaan anggaran untuk memproduksi barang strategis

(29)

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk ini pemerintah harus nengeluar-kan kebijanengeluar-kan khusus dan memisahnengeluar-kan kekayaan negara/daerah untuk membuat badan usaha yang akan melaksanakan produksi barang/jasa yang strategis tersebut.

2. Pengaruh Pengeluaran Negara/Daerah Terhadap

Perekono-mian

Di negara manapun, baik yang menganut konsep ekonomi liberal, ekonomi sosialis ataupun campuran, selalu ada golongan masyarakat yang kaya dan miskin. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pola ekonomipun yang dapat memberikan kesempatan memperoleh pendapatan dan kesejahteraan yang adil dan merata.

(30)

Melalui pemahaman kenyataan tersebut dan kepercayaan bahwa pengeluaran negara akan memberikan efek ganda (multifier effect) terhadap produkstivitas masyarakat (perekonomian), maka kebijakan kegiatan peme-rintah lebih banyak diarahkan kepada kepentingan masyarakat. Penggunaan anggaran belanja negara/daerah lebih banyak dialokasikan untuk kegiatan yang diperkirakan akan dapat menunjang terbentuknya penyebaran pendapatan yang lebih adil. Kegiatan itu antara lain meliputi :

a. Kegiatan yang bersifat alokasi, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menambah atau mengurangi alokasi sumber-sumber ekonomi untuk produksi berbagai macam barang, terutama barang-barang umum (public goods) dan barang-barang yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Kegiatan semacam ini dapat mengubah komposisi Pendapatan Kotor Nasional (Gross National Product).

b. Kegiatan yang bersifat efisiensi, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menaikkan hasil total dari sumber-sumber ekonomi tertentu karena penggu-naannya dengan cara-cara yang lebih efisien.

c. Kegiatan yang bersifat memelihara stabilitas dan pertumbuhan, yaitu kegi-atan-kegiatan yang dapat mengurangi ketidakstabilan serta penganguran, dan yang dapat menaikkan pertumbuhan ekonomi.

d. Kegiatan yang bersifat pembagian, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat mengubah pola penghasilan riil masayarakat.

3. Pengeluaran Langsung dan Transfer

Dewasa ini, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan dari pemerintah se-makin meningkat, sehingga mengakibatkan sese-makin besarnya dana yang harus disediakan untuk membiayai pengeluaran berbagai aktivitasnya. Pengeluaran pemerintah tersebut ada yang bersifat pengeluaran langsung (exhaustive expen-diture) dan ada yang hanya bersifat pemindahan (transfer).

(31)

untuk menghasilkan kembali barang yang lainnya. Misalnya, pembelian barang-barang berupa bahan makanan, sandang, bangunan dan konstruksi lainnya, mesin-mesin, peralatan dan berbagai perlengkapan, serta jasa-jasa konsultan dan keahlian tertentu yang diproduksi perusahaan swasta maupun perusahaan milik negara/daerah. Di samping itu, dapat juga digunakan untuk membeli jasa-jasa yang disediakan oleh pemerintah sendiri seperti pengeluaran untuk pemba-yaran anggota militer, anggota kepolisian, anggota intelejen, pegawai negeri dan sebagainya. Jadi dalam pembelian tersebut terdapat bagian yang digunakan un-tuk memindahkan barang dan jasa dari sektor swasta ke sektor negara.

Pengeluaran yang bersifat transfer (transfer payment) adalah pengeluaran dalam bentuk pemindahan uang kepada masyarakat untuk kepentingan sosial atau kepada perusahaan-perusahaan dalam bentuk subsidi. Pemindahan ini dapat diartikan sebagai penggeseran daya beli dari negara kepada masyarakat untuk membantu kemampuannya dalam memperoleh barang-barang atau jasa-jasa yang diperlukannya.

Pengeluaran pemerintah dapat dilakukan langsung terhadap kegiatan pere-konomian dan kegiatan atau fasilitas lain yang mendukung kelancaran kehidup-an masyarakat maupun secara tidak lkehidup-angsung untuk mendkehidup-anai kegiatkehidup-an lain yang pada akhirnya akan menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi.

Di samping berbagai pengeluaran rutin dan pengeluaran berprogram seba-gaimana telah diungkapkan dalam uraian mengenai pendapatan dan belanja negara/daerah, berikut adalah beberapa pengeluaran pemerintah untuk berba-gai kegiatan yang berkaitan langsung dan tidak langsung terhadap kesejahte-raan masyarakat, yang dari tahun ke tahun selalu meningkat.

a. Pembiayaan pendidikan, kebudayaan, dan kesehatan

(32)

pengem-bangannya menjadi masyarakat yang lebih modern dan pemeliharaan kesehatan masyarakat diperlukan biaya yang besar.

b. Pembiayaan infra struktur

Untuk menunjang kelancaran kegiatan ekonomi di berbagai bidang, dari waktu ke waktu pemerintah harus melakukan banyak pembangunan infra struktur, sehingga untuk kepentingan itu pemerintah harus selalu mengalokasikan dananya. Alokasi dana tersebut dari tahun ke tahun selalu meningkat.

c. Pembiayaan pertahanan dan keamaman

Untuk memelihara pertahanan negara, pemerintah memerlukan berbagai peralatan seperti senjata-senjata mutakhir dan amunisinya, tank, armada perang seperti pesawat tempur dan pengangkut militer, kapal-kapal tempur laut, alat komunikasi militer dan berbagai perlengkapannya. Baik untuk mengganti perlatan dan perlengkapam l;ama yang sudah kuno maupun untuk pmbelian peralatan dan perlengkapan yang paling mutahir. Demikian juga untuk keamanan diperlukan peralatan seperti persenjataan, alat mobilisasi, dan perlengkapannya. Harga-harga peralatan dan perlengkapan tersebut mahal, dan sebagian besar harus dibeli dari negara lain, sehingga perlu disediakan devisa (mata uang asing), yang dampaknya negara harus menyediakan rupiah yang lebih banyak karena rendahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing..

d. Pembiayaan migrasi penduduk

(33)

dengan cara transmigrasi, yang sudah pasti menyebabkan pengeluaran negara menjadilebih besar.

e. Pembiayaan politik

Perkembangan politik, reformasi, dan demokrasi memerlukan biaya yang besar. Pengeluaran yang paling utama adalah untuk membiayai pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan pembinaan politik terbuka, bantuan kampanye politik, pemungutan suara, dan muyawarah-musyawarah di dewan perwakilan.

f. Pembiayaan diplomasi internasional

Untuk menjaga hubungan dengan negara-negara lain, pembukaan perwakilan diplomatik di negara-negara tetangga dan negara-negara sahabat lainnya tidak dapat dihindarkan. Pembayaran untuk gaji dan honor pegawai perwakilan serta pembiayaan berbagai kegiatan diplomasi di bidang politik maupun ekonomi memerlukan biaya yang besar, yang harus ditanggung oleh pemerintah.

g. Pembiayaan untuk ganti rugi

Pengambilalihan aset milik masyarakat untuk kepentingan negara tidak dapat dilakukan begitu saja. Pemerintah harus menyediakan dana yang besar untuk ganti rugi. Dengan semakin banyaknya infra struktur yang harus dibangun dengan menggunakan aset milik masyarakat, maka semakin besar pula dana yang harus disediakan pemerintah.

h. Pembiayaan kebangkrutan usaha

Kebangkrutan usaha dari perusahaan milik pemerintah pusat/daerah atau kebangkrutan usaha bidang keuangan seperti bank, selama pemerintah masih memberikan jaminan penuh atas jumlah penyertaan atau deposito/tabungan, maka akan mengakibatkan pemerintah harus menyediakan dana untuk menjamin kerugian yang diderita masyarakat.

(34)

I. Bentuk Soal Uraian

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan ringkas dan jelas.

1. Berikan penjelasan dan contoh apa yang termasuk pengeluaran langsung

(exhaustive) dan pengeluaran transfer?

2. Jelaskan dan berikan contoh yang dimaksud dengan kegiatan yang bersifat

alokasi ?

3. Jelaskan dan berikan contoh yang dimaksud dengan kegiatan yang bersifat pembagian ?

4. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan kegiatan yang bersifat efisiensi? 5. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan kegiatan yang bersifat memelihara

stabilitas dan pertumbuhan ?

II. Diskusi

Diskusikan, mengapa pemerintah harus mengeluarkan biaya untuk pertahanan, advokasi internasional dan pembinaan politik ?

D. KEBIJAKAN FISKAL/ANGGARAN DAN MACAM-MA- CAMNYA

1. Kebijakan Fiskal/Anggaran

a. Anggaran negara sebagai pedoman pendapatan dan belanja

ne-gara

Semula anggaran negara hanya dianggap sebagai pedoman keluar masuknya uang (keuangan negara). Pengeluaran hanya ditinjau sebagai fungsi pembiayaan kegiatan pemerintah dan dinilai berdasarkan manfaat langsung yang ditimbulkannya tanpa melihat pengaruh terhadap posisi pendapatan nasional. Demikian pula dari sisi penerimaan, pajak-pajak yang dipungut hanya dilihat sebagai sumber penerimaan negara saja.

(35)

mengandalkan kepada keampuhan kebijakan moneter yang dilakukan melalui Bank Sentralnya. Untuk menghadapi keadaan ekonomi yang deflasi, pemerintah melalui Bank Sentralnya dapat menggunakan kebijakan moneter. Keadaan ekonomi yang deflasi diperbaiki dengan cara menambah jumlah uang yang beredar dengan meggunakan politik pasar terbuka. Obligasi negara dan surat berharga lainnya (sertifikat bank sentral) yang dimiliki masayarakat dibeli kembali oleh Bank Sentral dan selanjutnya diikuti dengan penurunan tingkat bunga dan memperbesar dana cadangan di bank-bank umum agar bank-bank tersebut mampu memperluas kreditnya ke sektor-sektor produktif, sehingga investasi da-pat ditingkatkan kembali dan keadaan depresi/ deflasi akan teratasi. Sebalik-nya, bila perekonomian ada dalam keadaan inflasi, pengeluaran untuk kegiatan investasi dan konsumsi akan dikendalikan dengan politik pasar terbuka melalui penjualan obligasi negara dan surat berharga lainnya (dengan tingkat bunga yang relatif besar). Dengan cara itu diharapkan dana yang ada pada masyarakat akan terserap, sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang. Di samping itu, dana cadangan pada bank-bank umum juga diperkecil sehingga akan mengurangi kemampuan bank-bank umum untuk menciptakan kredit.

b. Kebijakan fiskal (kebijakan anggaran)

1) Awal Penggunaan Kebijakan Fiskal

Pada sekitar tahun 1930-an banyak yang negara dilanda depresi. Kebijakan moneter saja tidak mampu menanggulangi situasi perekonomian yang dilanda depresi tersebut. Kemudian setelah Keynes menerbitkan bukunya yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest, and Money“ (Teori umum tentang kesempatan kerja, bunga, dan uang) pada tahun 1936, banyak pihak menjadi terbuka fikirannya dan menjadikannya menjadi dasar mengembangkan teori kebijakan fiskal.

(36)

Dalam kebijakan fiskal terkandung anggapan yang pasti bahwa sebenarnya rumah tangga negara (pemerintah) tidak dapat disamakan dengan para individu dan pengaruhnya dari tindakan masing-masing terhadap keseluruhan masayarakat. Para individu pada umumnya akan mengurangi pengeluaran bila penghasilannya menurun, sedangkan pemerintah pada saat peneri-maannya menurun tidak harus mengurangi pengeluaran (belanja) karena tindakan mengurangi pengeluaran akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan masyarakat sebagai pembayar pajak. Hal ini pada akhirnya akan mengakibatkan penerimaan negara semakin berkurang karena kecilnya jumlah pajak yang dapat dipungut dari masyarakat.

Pengeluaran dan penerimaan negara dipastikan akan mempunyai pengaruh terhadap berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat, apakah yang berka-itan dengan jumlah uang yang beredar, kesempatan memperoleh penda-patan dan memupuk kekayaan, maupun iklim untuk berinvestasi. Dengan kata lain, besar kecilnya pengeluaran dan penerimaan akan berpengaruh terhadap pendapatan nasional.

Pengeluaran negara mempunyai pengaruh yang bersifat menambah atau memperbesar pendapatan nasional (expansionary) sedangkan penerimaan negara mempunyai pengaruh yang bersifat mengurangi atau memperkecil pendapatan nasional (contractionary). Sepintas, pengaruh dari pengeluaran dan penerimaan negara tersebut seperti pompa yang menghembus dan menghisap, sehingga mengurangi atau menambah pengeluaran dan memperkecil atau memperbesar pendapatan dapat digunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai kestabilan ekonomi. Prinsip-prinsip pemompaan anggaran negara seperti ini disebut sebagai “pump priming principle”.

(37)

meng-gunakan instrumen penerimaan dan pengeluaran negara dalam rangka men-jaga stabilitas ekonomi disebut sebagai kebijakan fiskal (fiscal policy) atau kebijakan anggaran.

2)

Tujuan Kebijakan Fiskal

Pada dasarnya, secara umum kebijakan fiskal ditujukan untuk memelihara stabilitas ekonomi sehingga pendapatan nasional secara nyata terus mening-kat sesuai dengan penggunaan sumber daya (faktor-faktor produksi) dan efektivitas kegiatan masyarakat dengan tidak mengabaikan redistribusi pen-dapatan/ kekayaan dan upaya kesempatan kerja.

Dengan mengacu kepada pendapat John F. Due (1968), dapat disebutkan bahwa kebijakan fiskal sebenarnya ditujukan untuk tiga hal :

 menjamin pertumbuhan perekonomian yang sebenarnya menyamai laju pertumbuhan potensial, dengan mempertahankan kesempatan kerja yang penuh;

 mencapai suatu tingkat harga umum yang stabil dan wajar;

 sedapat mungkin meningkatkan laju pertumbuhan potensial tanpa meng-ganggu pencapaian tujuan-tujuan lain dari masyarakat.

Dari tujuan-tujuan di atas, ada dua hal penting yang perlu disoroti, yaitu tujua mempertahankan kesempatan kerja penuh dan stabilitas harga.

(38)

pada ujungnya akan menimbulkan pengangguran karena perusahaan tidak sanggup lagi mempekerjakan karyawannya sehubungan harga produksi lebih tinggi daripada harga jualnya.

Di sisi lain, harga-harga umum yang terus menerus meningkat pada suatu saat dan tingkat tertentu hanya akan menguntungkan para pelaku bisnis. Jadi, bila harga-harga umum itu terus menunjukkan kenaikan yang tajam (inflasi) hanya akan menguntungkan segelintir pelaku bisnis saja tetapi akan menyulitkan masyarakat, terutama bagi yang berpenghasilan tetap. Kea-daan inflasi yang tidak terkendali pada akhirnya akan menjadi bumerang kepada dunia usaha karena investasi produktif akan semakin berkurang. Berkurangnya investasi produktif ini terjadi sebagai akibat beralihnya investasi kepada “barang-barang yang tahan inflasi” (against inflation goods) seperti barang-barang yang berupa tanah, tanah dan bangunan, dan logam mulia.

2. Macam-macam Kebijakan Fiskal (Kebijakan Anggaran)

a. Macam-macam kebijakan fiskal/anggaran

Secara teoritis dikenal ada empat macam kebijakan fiskal (fiskal), yaitu pendekatan Anggaran Belanja Berimbang (Balanced Budget), Pembiayaan Fungsional (The Functional Finance); Anggaran Terkendali (The Managed Bud-get); dan Anggaran Stabil (The Stabilizing Budget). Kemudian dalam prakteknya, kita mengenal juga beberapa macam sistem anggaran, seperti Anggaran Berpro-gram (Performance Budget), Anggaran Berencana dan Berprogam (Plannning, Programming, Budgeting System/PPBS), dan sebuah sistem anggaran yang dikembangkan pemerintah Indonesia di masa lalu, yaitu sistem anggaran yang memadukan anggaran berimbang dengan kedinamisan yang kita kenal sebagai Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja yang Berimbang dan Dinamis.

1) Anggaran Belanja Berimbang (Balanced Budget)

(39)

penge-luaran. Pendekatan ini selalu mempertahankan anggaran belanja yang seim-bang. Berdasarkan konsep anggaran yang berimbang, pada masa depresi, pengeluaran pemerintah akan ditingkatkan dan di sisi lain penerimaan dari sektor perpajakanpun ditingkatkan tetapi diikuti dengan upaya untuk tidak menimbulkan deflasi yang berkelanjutan. Sebaliknya, dalam masa inflasi, sektor perpajakan akan dimanfaatkan secara terarah untuk mencegah timbulnya akibat inflasi yang tidak diharapkan.

2) Pembiayaan Fungsional ( The Functional Finance)

Berdasarkan konsep pembiayaan fungsional ini pengeluaran pemerintah, pa-jak dan pinjaman dipertimbangkan secara terpisah. Di satu sisi, pengeluaran pemerintah ditetapkan dengan melihat kepada akibat-akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional, terutama yang berkaitan dengan peningkatan kesempatan kerja. Di sisi lainnya, pengenaan pajak bukan digunakan untuk meningkatkan penerimaan negara tetapi digunakan untuk mengatur kegiatan dan produktivitas sektor swasta. Pada saat terjadi pengangguran, sektor pajak dikurangi bahkan benar-benar tidak diperlukan, dan pinjaman (penju-alan obligasi pemerintah) digunakan sebagai alat untuk menekan inflasi mela-lui pengurangan jumlah dana yang dimiliki masyarakat. Kemudian, bila pelak-sanaan pajak dan pinjaman dirasakan tidak memenuhi harapan, jalan terakhir yang ditempuh oleh pemerintah adalah melakukan pencetakan uang.

Ada beberapa hal penting yang biasanya dilakukan oleh pemerintah yang menganut pola pembiayaan fungsional ini, yaitu sebagai berikut.

 Pajak bukan hanya difungsikan sebagai alat menggali sumber peneri-maan mengatur tetapi juga digunakan sebagai alat untuk mengatur pengeluaran sektor swasta (private sector).

 Apabila terjadi inflasi yang berlebihan, biasanya untuk mendanai pena-rikan dana masyarakat, maka pemerintah melakukan pinjaman luar ne-geri.

(40)

3) Pendekatan Anggaran Terkendali (The Managed Budget)

Dalam konsep anggaran berdasarkan pendekatan pengelolaan anggaran ter-kendali, pengeluaran pemerintah, penarikan pajak dan pinjaman ditujukan un-tuk mencapai kestabilan ekonomi. Berdasarkan konsep ini, hubungan lang-sung antara pengeluaran pemerintah dengan penarikan pajak selalu dijaga. Kemudian untuk menghindarkan atau memperkecil ketidakstabilan ekonomi selalu diadakan penyesuaian dalam anggaran, sehingga pada suatu saat anggaran dapat dibuat defisit atau surplus disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.

4) Sistem Anggaran Stabil (The Stabilizing Budget)

Konsep anggaran yang stabil disebut stabilisasi anggaran otomatis karena dalam kebijakan anggarannya menekankan pada mekanisme otomatis. Pe-nyesuaian penerimaan dan pengeluaran pemerintah secara otomatis terjadi dengan sendirinya dan langsung menstabilkan perekonomian sedemikian rupa tanpa harus ada ikut campur pemerintah secara langsung yang secara sengaja atau direncanakan.

Berdasarkan stabilisasi perekonomian yang otomatis, pengeluaran peme-rintah ditentukan berdasarkan perkiraan manfaat dan biaya relatif dari ber-bagai macam program sedangkan pengenaa pajak ditentukan untuk menim-bulkan surplus dalam periode kesempatan kerja penuh.

Dalam hal terjadi kemunduran dalam dunia usaha, pengeluaran pemerintah dan pengenaan pajak tidak diubah sehingga terjadi penurunan penerimaan pajak terutama dari jenis pajak penghasilan. Namun di sisi lain pengeluaran pemerintah akan cenderung meningkat karena terdapat berbagai kewajiban pemerintah, terutama yang berupa belanja untuk pembayaran gaji pegawai, pembayaran gaji pensiunan, membiayai kesejahteraan sosial dan lain-lain kewajiban yang segera harus dipenuhi.

(41)

Sistem Anggaran Berprogram pertama kali diperkenalkan dan digunakan di Amerika Serikat sebagai perbaikan atas berbagai sistem anggaran sebelum-nya yang dinilai mengandung basebelum-nyak kekurangan.

Pendekatan utama Sistem Anggaran Berprogram, dari sisi susunan anggar-an, adalah mengganti arah anggaran yang biasanya disusun berdasarkan lembaga dan pemasukan menjadi anggaran berbasis pelaksanaan (perform-ance base) atau disebut sebagai anggaran berprogram (perform(perform-ance bud-get). Cara pendekatan ini dilakukan untuk mempertimbangkan upaya penca-paian tujuan-tujuan sesuai kebijakan pemerintah dikaitkan dengan efektifitas pembiayaan program-program tersebut.

Kebaikan utama dari susunan budget berprogram sudah terlihat dari nama dan sifat, dan tujuannya, sehingga dapat :

 memberikan dasar yang lebih berguna untuk menilai permohonan-permohonan dari tiap-tiap lembaga/departemen karena pengeluaran dikaitkan dengan program.

 memberikan keterangan-keterangan yang lebih baik mengenai biaya-biaya dan segala keuntungan-keuntungannya.

Dalam mempersiapkan permohonan-permohonan anggaran, pemakaian susunan budget berprogram ini mengharuskan lembaga/departemen untuk memberi tekanan pada hasil dan hubungan-hubungan antara pemasukan dengan hasil (input – to - output), sehingga dapat memberikan perhatian pada batas-batas kebaikan dan biaya yang lebih luas.

6) Sistem Anggaran Berencana dan Berprogram

(42)

cost-benefit), dengan kwantifikasi biaya–biaya dan keuntungan-keuntungan untuk membantu dalam pemilihan alternatif yang paling baik.

Cara pendekatan ini digunakan dengan tujuan untuk:

 membantu penentuan tujuan-tujuan dan pemilihan antara tujuan-tujuan;

 memilih alternatif untuk mencapai tujuan-tujuan;

 memilih alternatif yang paling baik; dan

 mengukur pelaksanaannya.

Perkiraan tidak hanya dipusatkan pada tahun yang berjalan dan tahun men-datang. Perencanaan diteruskan untuk beberapa tahun yang akan datang dengan mempertimbangkan kembali seluruh rencana pada saat penyiapan budget tahunan. Programming meliputi pernyataan hubungan antara ma-sukan (input) dan (output) di bawah berbagai alternatif untuk mencapai tuju-an-tujuan yang diinginkan.

Menurut mereka, kebaikan dari sistem PPBS adalah cakupannya jauh lebih luas daripada sistem Anggaran Berprogram, dan keutamaan dari sistem PPBS ini adalah karena keunggulannya sebagai alat ketatalaksanaan mana-jemen yang dapat dipergunakan untuk mempermudah penggunaan yang le-bih baik dari sumber-sumber pemerintah dalam pencapaian tujuan-tujuan.

7) Anggaran berimbang dan dinamis

Anggaran berimbang dan dinamis adalah konsep anggaran yang menda-sarkan pendekatan keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran yang diikuti dengan kedinamisan dalam mengatur sisi penerimaan dan penge-luaran tersebut untuk tujuan tertentu antara lain digunakan sebagai kebijakan fiskal dan moneter secara terpadu.

(43)

negara, terutama untuk mengatasi defisit yang terjadi karena keadaan hiper-inflasi (650%) pada pertengahan tahun 1966 sebagai akibat pembiayaan anggaran defisit melalui pencetakan uang. Konsep kebijakan anggaran ber-imbang dan dinamis ini dianggap sebagai kebijakan anggaran yang unik karena berbeda dengan standar teori keuangan negara, dan konsep anggar-an ini terus dipergunakanggar-an sampai denganggar-an tahun 1999.

(44)

Bank Indonesia/Bank Sentral dan para Menteri di bidang EKUIN (Ekonomi-Keuangan-Industri).

Frans Seda juga berpendapat bahwa APBN berimbang dan dinamis mendobrak pengertian kuno dalam public finance mengenai balanced budget (yang tidak selamanya harus tanpa defisit) dengan menjadikan pinjaman-pinjaman/utang-utang luar negeri sebagai penerimaan negara untuk membi-ayai defisit pembiayaan pembangunan, dan dimasukkan sebagai mata ang-garan intra-budgeter. Dengan memasukkan pinjaman luar negeri sebagai mata anggaran intra-budgeter maka pinjaman-pinjaman luar negeri tersebut telah bersatu dalam anggaran, sehingga sesuai hak budget yang dimiliki DPR dapat turut diawasi oleh DPR.

Berdasarkan konsep anggaran yang berimbang dan dinamis, pada sisi penerimaan dicatat penerimaan dari dalam negeri dan penerimaan dari luar negeri (pinjaman), sedangkan pada sisi pengeluaran (belanja) dicatat me-ngenai belanja rutin dan belanja pembangunan. Kedua mata anggaran pada kedua sisi APBN tersebut satu sama lainnya dipasangkan secara horizontal. Penerimaan dalam negeri digunakan untuk membiayai belanja rutin, sedang-kan penerimaan luar negeri digunasedang-kan untuk membiayai belanja pemba-ngunan. Dengan demikian terjadilah keseimbangan internal (internal ba-lance) dalam APBN.

(45)

belanja rutin. Keseimbangan internal dalam APBN berimbang dan dinamis diharapkan akan dapat memupuk tabungan internal (internal saving), yang dapat terbentuk bila penerimaan dalam negeri lebih besar daripada belanja rutin.

d. Keburukan anggaran dinamis

Setelah kejadian depresi dunia tahun 1930, para ahli ekonomi dan keuangan publik menghadapi kenyataan bahwa ternyata penggunaan kebijakan fiskal atau kebijakan anggaran berimbang tidaklah tepat, bahkan memperburuk maslah ekonomi yang sedang dihadapi.

Di dalam masa depresi tingkat ekonomi ada dalam keadaan ekonomi masyarakat sangat rendah, sehingga pendapatan pemerintah juga dapat dipastikan rendah. Rendahnya penerimaan negara, untuk memelihara keseimbangan anggaran, maka pemerintah harus mengurangi pengeluarannya. Dengan kurangnya pengeluaran pemerintah akan mengakibatkan akan menyebabkan penurunan keseluruhan (agregat) pengeluaran, sehingga keadaan ekonomi masyarakat akan menjadi lebih buruk lagi.

Apabila keadaan ekonomi suatu negara ada pada tingkat kemakmuran yang tinggi, dan kemudian menimbulkan inflasi, penggunaan anggaran yang berimbang akan memperburuk inflasi yang dihadapi. Dalam masa yang makmur pendapatan pemerintah dari pajak akan mengalami kenaikan. Hal ini kemudian akan mendorong pemerintah untuk menambah pengeluarannya agar anggaran menjadi seimbang. Dengan pengeluaran itu, maka pengeluaran keseluruhan (agregat) menjadi lenih besar. Keadaan ini akan memperburuk keadaan ekonomi karena kenaikan harga-harga semakin tinggi.

Jadi, penggunaan kebijakan fiskal atau anggaran berimbang untuk menghadapi keadaan deflasi dan keadaan kemakmuran yang tinggi tidaklah cocok. Yang paling cocok, pada saat ekonomi ada dalam kemakmuran yang tinggi pemerintah menggunakan mekanisme anggaran surplus. Sebaliknya, pada saat sedang deflasi menggunakan kebijakan anggaran defisit.

(46)

Pada akhir tahun anggaran, suatu anggaran pendapatan dan belanja negara atau daerah dapat saja ada pada posisi surplus atau defisit. Anggaran akan berada pada posisi rurplus bilamana pendapatan lebih besar daripada pengeluaran dan berada pada posisi defisit bila pendapatan lebih kecil daripada pengeluaran.

Dalam prakteknya, anggaran pendapatan belanja sebagai alat kebijakan fiskal dapat saja disengaja surplus atau defisit untuk mengantisipasi perkem-bangan perekonomian masyarakat. Dalam keadaan ekonomi yang deflasi (ter-jadi kelesuan ekonomi), pemerintah dapat melakukan kebijakan anggaran yang defisit --pengeluaran negara diperbesar agar dapat memberikan efek yang men-dorong perkembangan ekonomi. Sebaliknya, pada saat inflasi pemerintah dapat membuat kebijakan anggaran yang surplus dengan memperkecil pengeluaran negara atau memperbesar penerimaan untuk menyedot sebagian uang yang beredar dan mengendalikan produktivitas masyarakat.

Penanggulangan pasang surut perekonomian dalam suatu negara tidak cukup hanya dengan menjalankan kebijakan anggaran/fiskal saja tetapi harus berjalan secara simultan dengan kebijakan moneter atau kebijakan kreditnya dan kebijakan-kebijakan lain yang menunjang berjalannya roda perekonomian.

I. Bentuk Soal Uraian

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan ringkas dan jelas. 1. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan fiskal ?

2. Apa saja tujuan dari kebijakan fiskal itu?

3. Sebutkan apa yang dimaksud dengan surplus dan defisit anggaran ?

4. Kira-kira kapankah pemerintah pusat akan menjalankan kebijakan fiskal melalui anggaran surplus atau defisit ?

5. Sebutkan beberapa kebijakan anggaran/fiskal yang Anda ketahui !

(47)

6. Kapan Indonesia membuat model anggaran campuran yang disebut sebagai anggaran yang seimbang dan dinamis ? Apa maksud dari anggaran berimbang dan dinamis itu ?

7. Mengapa anggaram berimbang dianggap buruk atau lemah ?

II.

Diskusi

Gambar

Tabel 2.1.ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
Tabel 2.2.ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROPINSI
Tabel 2.3ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROPINSI

Referensi

Dokumen terkait

SITI AMIRIYATI, Hubungan antara Kemampuan Guru dalam Menyusun Silabus dengan Gaya Mengajar dan Dampaknya terhadap Hasil Belajar Membaca Cepat (Studi pada Kelas V Sekolah Dasar

21 Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, sejauh ini belum ada yang meneliti terkait judul penelitian yang penulis akan teiliti yaitu mengkaji tentang pelaksanaan

Akhir-akhir ini stres oksidatif diketahui berperan penting dalam patogenesis akne vulgaris.Terdapat laporan yang menyatakan bahwa ROS, dibentuk oleh neutrofil pada dinding

Dari hasil analisis didapatkan sinyal sinus murni adalah sinyal modulasi yang optimum untuk meminimisasi riak arus keluaran inverter PWM multifasa dengan ggl beban

Warga desa Singengu secara sadar mengelola, memanfaatkan dan melestarikan lingkungan hutan, tanah dan sungai melalui konsep taboo (pantang) sebagai pangolat (pembatas)

Dengan mengamati beberapa metode yang terdapat dalam beberapa kitab ‘Ulu>m Alquran Secara metodis sebelum memasuki bahasan ayat, Wahbah Zuhailī pada setiap awal

Berkaitan dengan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk menganalisis tingkat efisiensi perusahaan dan kinerja perusahaan dengan melihat dari sudut pandang

Artinya korelasi parsial yang terjadi adalah tidak murni atau dapat dikatakan tidak terdapat hubungan atau pengaruh yang murni antara tingkat pendidikan formal terhadap